Sabtu, 31 Januari 2009

Menyapa Tuhan



Tuhan
Aku sering lupa
Aku sering sia
Aku seiring alpa

Untuk ibu yang terlampau lelah menimang menggendongku
Member perdu sedang dia harus menghirup mengkudu
Yang menjadi kakiku kala sakitku
Menjadi tanganku kala payahku
Sungguh aku tidak mampu member apa
Aku hanya meminta dan menguras pikirnya
Aku dzalim padanya
Disaat Engaku perintah berhidmat wajib adanya
Betapa
Aku hanya diam
Aku hanya jauh
Aku hanya hampa
Aku……
Hanya terliput bahasa

Tuhan …..
Beri aku kemudahan
Untuk berlaku baik layaknya ibuku pinta
Menjadi sosok shalih seperti ibu cita

Mungkin bisa
Buat dia sedikit tersenyum
Buat dia sedikit lega
Buat dia seddikit berkurang kecewa

Tuhan…
Didik aku lisanku
Hingga tidak keluar kebohongan darinya
Tak pernah hati menjadi sakit mendengarnya
Tak terjerumus orang karenanya
Jangan jadikan ia pemikat
Biarlah biasa saja.
Lisanku dalam bahasaku
Dalam lakuku
Dalam goresanku

Tentulah harus benar-benar tertata hati
Dan engkaulah pembolak balik hati
Dengan perkenan-Mu tetapkan hati ini dijalan-Mu
Cerahkan langkah ini hanya menuju-Mu
Terus tegar dan tegak dalam din-Mu
Menjadi pembela dan penopang seluruh usia

Karna kusadar itu semua tidak mungkin melainkan dalam rekah uluran tangan-Mu
Dalam jejar deras ridha-Mu
Tuhan
Jadikan sejarah Nabi-nabi-Mu pelecut gerakku
Ujudkan Rasul sang teladan pemompa niatan hati
Penerus wasilah dan ulama yang engkau ridhai serta seluruh para kekasih-Mu pengingat dan pencerah

Tuhan
Sungguh sia semua amal tanpa ikhlash
Dan musna semua laku tanpa niat
Sungguh aku akui semua itu
Karena itu
Bombing aku
Hingga hati ini menjadi hati yang engkau mau
Hati yang terpelihara dari niat culas
Hati yang bersih dari hianat
Hati yang suci dalam hamparan ampunan dan keridhaan-Mu
Dan mudahku
Bermunajat pada-Mu
Dan mudah diri
Mendekat-Mu

Tuhan
Sungguh hati mudah berubah
Sangat cepat berbalik arah
Tanpa ada tali penjagaan anugrah-Mu

Tuhan
Hingga kini
Terlampau banyak titipan-Mu
Teramat besar karunia
Yang harus aku pertangggung jawab
kala mati sudah menjelang leher

Tuhan andai aku bertemu utusan-Mu
Pasti aku tersipu, tertunduk
Malu

Aku belum meng-aku
Aku belum menjadi aku (seharusnya aku)
Menjadi aku yang bersandar utuh
Aku yang sebenarnya hanya hamba
Aku yang hina
Aku yang bukan apa

Tuhan
Tolonglah aku
Bimbing aku
Didik aku
Datangkan penasihat-Mu

Tuhan……bersimpuh sujudku
Pada kebesaran-MU


28/5/06

Sabtu, 24 Januari 2009

Sekolah Bertaraf Internasional


"Dream Big-Learn Big-Let's Begin"


Disusun Ulang Oleh:

Arip Nurahman

Pendidikan Fisika, FPMIPA. Universitas Pendidikan Indonesia

&

Follower Open Course Ware at MIT-Harvard University, Cambridge. USA.

Terima Kasih, Semoga Bermanfaat dan Tetap Semangat

Mengajari Anak Membaca: Sebuah Seni

Pengalaman ini bisa jadi tidaklah terlalu istimewa buat Anda, tapi saya pikir tak ada salahnya untuk dibagi, karena bukan tak mungkin ada para bunda atau ayah yang mengalami kesulitan serupa jadi terinspirasi setelah membaca cerita saya ini.

Putera saya Luqman (4,5 tahun) memang berbeda dengan kakaknya - Azkia (6,5 tahun). Pada usia 3,5 tahun Azkia sudah bisa membaca, sedangkan Luqman, di usianya yang mau menjelang 5 tahun masih belum terlihat berminat untuk bisa membaca. Dia memang senang dibacakan buku, tapi saya belum menemukan metode yang tepat, yang membuat dia antusias untuk belajar membaca.

Setiap hari saya selalu berpikir keras bagaimana caranya membuat Luqman mau belajar membaca, dengan metode apapun lah! Entah Glenn Doman, suku kata, atau yang lainnya. Terpenting dia mau secara sukarela tertarik untuk belajar. Beberapa kali saya rancang model belajar untuk anak bungsu saya ini, tapi hasilnya belum memuaskan. Mood dia untuk belajar yang satu ini sepertinya menguap sebelum dimulai.

Nah! Sore ini saya seperti dikejutkan oleh ide kecil yang tiba-tiba melintas. Sambil istirahat sehabis bersih-bersih halaman, saya jadi teringat bahwa anak saya ini sebenarnya gampang mengingat sebuah informasi jika disampaikan secara lisan. Meski ia sangat aktif bergerak, tapi dia mampu menyerap info lisan yang dia dengar. Artinya, dia seorang pembelajar haptik - auditori!

Saya panggil si kecil untuk sekedar bermalas-malasan dan mencoba satu model belajar yang terpikir begitu saja. Saya coba sampaikan pendekatan prinsip suku kata secara lisan tanpa teks terlebih dulu. Saya bilang, "De, kalau B ditambah A dibacanya BA, C ditambah A dibacanya CA, dan D ditambah A jadi DA". Lalu saya tes dia untuk membaca tiga suku kata itu sekaligus BA CA DA. Entah mengapa dia jadi tertawa.

Langkah berikutnya, saya masuk ke gabungan 3 konsonan di atas dengan vokal i, u, e, dan o. Hasilnya, dia mampu menyerapnya dengan baik. Lalu saya tes dia untuk membunyikan gabungan konsonan baru: F, G, dan H dengan 5 vokal... Hasilnya sungguh mengejutkan saya, karena ternyata dia mampu membacakannya dengan benar. Sungguh, bukan hanya saya yang senang, dia pun tertawa begitu gembira dengan kemampuannya itu.

Karena penasaran, saya pun minta dia mengambil balpoin dan kertas. Duh, dengan semangat si kecil berlari memenuhi permintaan saya. Saya cobakan di atas kertas titian suku kata yang sudah kami pelajari tadi, dengan harapan otaknya terkoneksi dari suara ke visual.

Dan.. subhanallah, kabut yang selama ini menyelimuti pemahamannya seolah mulai terkikis. Dia mengerti dan mulai bisa membaca suku kata yang tertera di atas kertas. Kejutan berikutnya, anak saya bilang setelah selesai belajar, "Mama, Ade lebih suka belajarnya nggak usah pake buku membaca (yang dibeli), ditulis aja pake pulpen sama Mama."

Nah, lho! Ternyata anak-anak seringkali tak bisa ditebak. Kita pikir dia suka buku bagus yang berwarna-warni, yang sengaja kita beli supaya dia tertarik, eh ternyata dia lebih suka tulisan orang tuanya, meskipun tulisan ayah atau ibunya mungkin jauh dari bagus. Begitulah saya melihat: Mengajar Anak-anak Membutuhkan Seni tersendiri.

Minggu, 18 Januari 2009

Universitas Harvard




"Terkadang Kita Mempunyai Harapan-harapan Besar, Ide-ide yang luar biasa, Ingin mengubah Masyarakat, Lingkungan bahkan Dunia. Mari Kita Mengubah Diri kita untuk memulainya"

~Arip Nurahman~

Bagian Perkuliahan Dari Web yang Dinamis



Lecture 0: HTTP
Monday, 31 August 2009
Notes: PDF
Slides:
PDF
Syllabus:
PDF


Lecture 0: DNS, HTTP, XHTML, and CSS ▶ play ▾ expand all

Section 0: DNS, HTTP, XHTML, and CSS ▶ play ▾ expand all
Video

Disusun Ulang Oleh:

Arip Nurahman

Pendidikan Fisika, FPMIPA. Universitas Pendidikan Indonesia

&

Follower Open Course Ware at MIT-Harvard University, Cambridge. USA

Sabtu, 17 Januari 2009

Banjar SNMPTN Center

Banjar SNMPTN Center

Road To SNMPTN

"Bermimpi dan Berharaplah, karena ini adalah Fitrah Manusia, Berjuang dan Bekerja keraslah secara Terus-menerus karena ini adalah jalan, berTawakalah karena Kita punya Tuhan."
~H2O~


Visi

"Mampu menembus PTN di Indonesia"

Misi

1. Keberlanjutan Bimbingan dan Latihan Pengerjaan Soal-soal SNMPTN

2. Mengadakan Try Out dan Simulasi SNMPTN yang Berkelanjutan

3. Meluluskan Sekitar 100 Orang Siswa ke PTN lewat SNMPTN 2010

4. Kajian dan Analisis Soal-soal SNMPTN

5. Pemberian Motivasi dan Dorongan yang berkelanjutan

Program


Jangka Pendek

Kegiatan Rutin Pertahun (1-3 Tahunan)


1. Karantina 5 Bulan (Januari-Mei) Sebelum SNMPTN

(Kegiatan Pelatihan Intensif Selama 5 Bulan untuk SNMPTN)

Kegiatan Per-Minggu

5 Hari Belajar

Pertemuan Perhari 4 Jam Pelajaran

2 Hari Bermain dan Refresing

Outbond



2. Pengembangan Kurikulum

(Terfokus pada penyelesaian soal-soal dan ketahanan belajar)

3. Perbaikan Program yang terus menerus



Jangka Menengah (Kegiatan per 4-5 Tahun)

1. Seminar Akbar dan Temu Alumni

2. Pertunjukan Produk pada Pameran Pendidikan Kota Banjar

3. Silaturahmi yang berkelanjutan


Jangka Panjang (Kegiatan per 10-15 Tahun)

1.

2.

3.



Paket Beasiswa SNPMTN Kota Banjar

Merupakan paket pendidikan, pelatihan dan pengajaran kepada siswa-siswa Kota Banjar yang ingin melanjutkan studinya ke jenjang perguruan tinggi negeri di seluruh Indonesia.

Dengan durasi pendidikan intensif selama 5 Bulan sebelum SNMPTN dilaksanakan. Khusus kepada siswa-siswi tingkat akhir Sekolah Menengah Atas dan sederajat.

Pengenalan Perguruan Tinggi dan Apa itu SNMPTN plus bimbingan MOTIVASI kepada SISWA-SISWI Tingkat 1 dan 2 Sekolah Menengah Atas dan Sederajat dilaksanakan 5 Kali Berturut-turut (2 Kali Kepada siswa Tingkat 1 Semester Akhir dan 3 Kali Kepada siswa Tingkat 2 Semester Akhir)

Apa saja yang didapat?

1. Penempatan di kota tujuan SNMPTN (dititipkan kepada kakak-kakak tingkat yang berada di perguruan tinggi bersangkutan dalam Organisasi Perhimpunan Pelajar dan Mahasiswa Kota Banjar

2. Dibimbing untuk mengikuti SNMPTN sampai selesai

3. Tips dan Trik masuk Perguruan Tinggi non-SNMPTN

4. Peluang Beasiswa Lain
Anggaran Dasar dan Anggaran Rumah Tangga
Banjar SNMPTN Center



  1. PERSYARATAN
    1. Seleksi
      1. Lulus Ujian Satuan Pendidikan dan Ujian Nasional SMA/MA/SMK/MAK atau yang setara tahun 2008, 2009 dan 2010.
      2. Sehat
      3. Tidak buta warna bagi program studi tertentu.

    2. Penerimaan
      Lulus Ujian Satuan Pendidikan dan Ujian Nasional, lulus SNMPTN 2010, sehat dan memenuhi persyaratan lain yang ditentukan oleh masing-masing PTN penerima.

  2. CARA PENDAFTARAN
    Cara pendaftaran SNMPTN dilakukan oleh calon peserta secara online melalui internet dari manapun.

  3. LINTAS WILAYAH
    Peserta ujian dapat memilih Program Studi di setiap PTN di luar wilayah tempat peserta mengikuti ujian. Tempat ujian tidak merupakan kriteria penerimaan, sehingga peserta ujian tidak perlu mengikuti ujian di tempat Program Studi atau Perguruan Tinggi Negeri yang menjadi pilihannya. Peserta dapat memilih lokasi ujian yang dikehendaki.

  4. JENIS UJIAN
    1. Ujian Tertulis :
      1. Tes Potensi Akademik (TPA).
      2. Tes Bidang Studi Prediktif (TBSP) :
        1. Tes Bidang Studi Dasar terdiri atas mata ujian Matematika Dasar, Bahasa Indonesia, dan Bahasa Inggris.
        2. Tes Bidang Studi IPA terdiri atas mata ujian Matematika, Biologi, Kimia, dan Fisika.
        3. Tes Bidang Studi IPS terdiri atas mata ujian Sosiologi, Sejarah, Geografi, dan Ekonomi.
    2. Ujian Keterampilan untuk beberapa program studi.

  5. PENYELENGGARAAN TES KETERAMPILAN
    Peserta ujian yang memilih program studi Keolahragaan dan/atau kesenian diwajibkan mengikuti Ujian Keterampilan. Peserta Ujian Keterampilan dapat mengikuti ujian di Perguruan Tinggi Negeri penyelenggara Ujian Keterampilan terdekat yang memiliki Program Studi yang sama dengan Program Studi di Perguruan Tinggi Negeri yang menjadi pilihannya.




Semoga Bermanfaat dan Terima Kasih

Jumat, 16 Januari 2009

Mengejar Kupu-Kupu

Tak disangkal, saat paling asyik buat saya saat masih kanak-kanak dulu adalah bermain. Saya adalah produk kampung. Mainan saya juga jelas mainan ala kampung. Bermain petak umpet, menggali tanah, kucing-kucingan di lapangan rumput, memanjat pohon, dan menjelajah tepian sungai termasuk acara bermain yang paling sering saya lakukan. Lalu bagaimana dengan anak-anak saya?

Sangat besar keinginan saya agar anak-anak mengecap asyiknya bermain bebas seperti saya dulu. Saya kasihan melihat mereka hanya bisa bermain balok-balok atau bersepeda di jalanan komplek yang ramai dilalui kendaraan. Mereka jauh dari alam.

Namun sejak kami pindah rumah ke Tanjungsari, di mana lahan bermain masih cukup luas. Saya menemukan anak-anak saya mulai membaur dan menikmati suasana alami yang masih tersaji gratis di sekitar rumah. Mereka mulai bisa bermain bebas di bawah naungan langit biru yang berhiaskan awan putih berarak . Walaupun awalnya mereka terlihat ragu-ragu mengarungi rumput ilalang yang menghampar ramah, tapi lambat laun keberanian mereka tumbuh. Hal itu mungkin dipicu juga oleh keberanian anak-anak sekitar rumah kami yang setiap sore menghambur ke lapangan ilalang itu untuk mencabuti bunga-bunga rumput sebagai hiasan.

Dan pagi ini (17/1) saya dikejutkan oleh kemahiran anak bungsu saya. Setelah dia mengendap-endap di antara ilalang, tiba-tiba ia datang menghampiri saya. Dengan gembira ia membawa seekor kupu-kupu cantik berwarna kuning tua dengan bercak-bercak hitam di tepian sayapnya. Ia pun berteriak senang, "Mama, Ade berhasil menangkapnya!".

Saya lihat anak saya begitu bahagia dengan kemahiran itu. Saya pun bilang padanya agar melepaskan kembali kupu-kupu itu supaya mereka bebas. Setelah sedikit adu argumentasi, karena ia berisikeras tak mau melepas kupu-kupu itu, akhirnya anak saya rela kupu-kupunya dilepas. Saya ijinkan dia menangkap lagi hanya untuk melihat jenis dan warnanya saja sebentar. Setelah itu dia harus melepasnya lagi.

Sungguh, alam menghadiahi kami sumber belajar yang tiada taranya. Sehabis menangkap kupu-kupu, karena matahari sudah mulai naik, anak-anak masuk rumah dan si kecil Luqman menghambur tergesa-gesa untuk mengambil buku Dunia Serangga, mencari topik tentang kupu-kupu, lalu meminta kakaknya untuk membacakan.

Menyaksikan semua itu, semakin yakinlah saya bahwa belajar tidak ada hubungannya dengan anak-anak sekolah atau tidak, melainkan lebih dipengaruhi oleh cinta atau tidaknya mereka pada kegiatan belajar. Happy homeschooling!

Kamis, 15 Januari 2009

PEMBELAJARAN INOVATIF BERBASIS DEEP DIALOGUE/CRITICAL THINKING

PEMBELAJARAN INOVATIF BERBASIS DEEP DIALOGUE/CRITICAL THINKING
Sri Untari
(http://lubisgrafura.wordpress.com/2007/09/12/pembelajaran-inovatif-berbasis-deep-dialoguecritical-thinking/#comment-7570)

APA ITU PEMBELAJARAN BERBASIS DEEP DIALOGUE/CRITICAL THINKING (DD/CT?

Secara sederhana, dialog adalah percakapan antara orang-orang dan melalui dialog tersebut, dua masyarakat/kelompok atau lebih yang memiliki pandangan berbeda-beda bertukar ide, informasi dan pengalaman. Deep dialogue (dialog mendalam), dapat diartikan bahwa percakapan antara orang-orang tadi (dialog) harus diwujudkan dalam hubungan yang interpersonal, saling keterbukaan, jujur dan mengandalkan kebaikan (GDI, 2001). Sedangkan ciritical thinking (berpikir kritis) adalah kegiatan berpikir yang dilakukan dengan mengoperasikan potensi intelektual untuk menganalisis, membuat pertimbangan dan mengambil keputusan secara tepat dan melaksanakannya secara benar.
Beberapa prinsip yang harus dikembangkan dalam deep dialogue/critical thinking, antara lain adalah: adanya komunikasi dua arah dan prinsip saling memberi yang terbaik, menjalin hubungan kesederajatan dan keberadaban serta empatisitas yang tinggi.
Dengan demikian, deep dialogue/critical thinking mengandung nilai-nilai demokrasi dan etis sehingga keduanya seharusnya dimiliki oleh manusia. Nilai-nilai demokrasi dan etis yang dijadikan orientasi dalam DD/CT, mempunyai kaitan erat dengan tujuan pendidikan kewarganegaraan di Indonesia (PKn), terutama dalam pembentukan warga negara yang baik, demokratis, cerdas dan religious.
Sebagai pendekatan pembelajaran, pada dasarnya Deep Dialogue/Critical Thinking (DD/CT) bukanlah sebuah pendekatan yang baru sama sekali, akan tetapi telah diadaptasikan dari berbagai metode yang telah ada sebelumnya (GDI, 2001). Oleh karena itu, Deep Dialogue/Critical Thinking (DD/CT) bisa menggunakan semua metode pembelajaran yang telah digunakan sebelumnya seperti Multiple Intelligences, Belajar Aktif, Keterampilan Proses ataupun Parthnership Learning Method, sebagaimana yang dikembangkan oleh Eisler. Dengan demikian, filosofi DD/CT melakukan penajaman-penajaman terhadap seluruh metode pembelajaran yang telah ada, baik yang bersifat konvensional maupun yang bersifat inovatif.
Fokus kajian pendekatan DD/CT dalam pembelajaran dikonsentrasikan dalam mendapatkan pengetahuan dan pengalaman, melalui dialog secara mendalam dan berpikir kritis, tidak saja menekankan keaktifan peserta didik pada aspek fisik, akan tetapi juga aspek intelektual, sosial, mental, emosional dan spiritual. Peserta didik yang telah belajar di kelas yang menggunakan pendekatan DD/CT, diharapkan akan memiliki perkembangan koqnisi dan psikososial yang lebih baik. Mereka juga diharapkan dapat mengembangkan ketrampilan hidup tentang DD/CT yang akan meningkatkan pemahaman terhadap dirinya dan terhadap orang lain yang berbeda dari diri mereka, dan oleh karena itu akan memperkuat penerimaan dan toleransi terhadap perbedaan-perbedaan.
Untuk keperluan pendekatan pembelajaraan, Global Dialogue Institute (2001) mengindetifikasi ciri-ciri pembelajaran yang menggunakan DD/CT, yaitu: (1) peserta didik dan dosen nampak aktif; (2) mengoptimalisasikan potensi intelligensi peserta didik; (3) berfokus pada mental, emosional dan spiritual; (4) menggunakan pendekatan dialog mendalam dan berpikir kritis; (5) peserta didik dan dosen dapat menjadi pendengar, pembicara, dan pemikir yang baik; (6) dapat diimplementasikan dalam kehidupan sehari-hari; (7) lebih menekankan pada nilai, sikap dan kepribadian.

MENGAPA MENGGUNAKAN PEMBELAJARAN BERBASIS DEEP DIALOGUE/CRITICAL THINKING?

Proses belajar-mengajar adalah proses dialog. Sebagai proses dialog, praktik pembelajaran memerlukan prasyarat kesiapan fisik dan mental pelaku penyampai pesan dan penerima pesan pembelajaran
Pembelajaran berbasis Deep Dialogue/Critical Thinking (DD/CT) mengakses paham konstruktivis dengan menekankan adanya dialog mendalam dan berpikir kritis. Elemen-elemen dalam menerapkan konstruktivisme meliputi: (1) menghidupkan pengetahuan artinya pengetahuan sebelumnya harus dijadikan pertimbangan dalam membelajarkan materi baru; (2) memperoleh pengetahuan dalam arti perolehan tambahan pengetahuan harus dilakukan secara menyeluruh , bukan berupa paket-peket kecil. Hal ini dapat dianalogkan belajar berenang, peserta didik harus mempraktekkannya, setelah paham akan proses berenang, dosen dapat membelajarakan secara individual tentang berbagai gerakan dan gaya berenang; (3) memahami pengetahuan ini berarti peserta didik harus menggali, menemukan dan menguji semua pengetahuan baru yang diperoleh. Mereka perlu mendiskusikan dengan dosennya dengan teman, saling membelajarkan, saling mengkritik, serta membantu lainnya memperbaiki susunan perolehan pengetahuan yang dibelajarkan; (4) menggunakan pengetahuan artinya peserta didik memperoleh kesempatan memperluasan wawasan, menyaring pengetahuan dengan menggunakan berbagai cara dalam bentuk pemecahan masalah; (5) Refleksi pengetahaun yang diperoleh
Dengan deep dialogue/critical thinking, seseorang diharapkan mampu di samping mengenali diri sendiri juga mengenal diri orang lain. Selain itu, dengan dialog mendalam/berpikir kritis, orang akan belajar mengenal dunia lain di luar dunia dirinya dan selanjutnya mampu menghargai perbedaan-perbedaan yang ada di dalam masyarakat. Hal ini membuka kemungkinan-kemungkinan untuk memahami makna yang fundamental dari kehidupan secara individual dan kelompok dengan berbagai dimensinya. Dengan demikian, pada skala yang lebih luas, dialog lebih mengandalkam ‘cara berpikir baru’ untuk memahami dunia.
Melalui deep dialogue/critical thinking, orang juga akan mampu mengikuti dunia lain dan secara perlahan-lahan mengintegrasikannya dalam kehidupan dirinya. Kapasitas dialog dan berpikir dalam DD/CT, pada dasarnya mendudukkan jabatan seseorang pada posisi yang sejajar, penuh kebijaksanaan dan terbuka satu sama lain. Dengan kegiatan beripikir kritis, orang dapat melakukan pemikiran yang jernih dan kritis, membagi rasa, saling mengasihi sehingga perbedaan pendapat dan pandangan yang ada dapat dipecahkan dan dicerahkan dengan dialog terbuka.
Dalam pandangan teori belajar humanistik, belajar menekankan pada isi dan proses yang berorientasi pada peserta didik sebagai subyek belajar (Rianto 2000). Teori ini bertujuan untuk memanusiakan manusia agar mampu mengaktualisasikan diri dalam kehidupan. Teoris humanistik Kolb (dalam Irawan, 1996), membagi belajar ke dalam empat tahap, yaitu: (1) tahap pengalaman konkret; yaitu perserta didik dalam belajarnya hanya sekedar ikut mengalami suatu peristiwa; (2) tahap pengamatan kreatif dan reflektif, yaitu secara lambat laun peserta didik mampu mengdakan pengamatan secara aktif terhadap suatu peristiwa dan mulai memikirkan untuk memahaminya; (3) tahap konseptualisasi, yaitu peserta didik mampu membuat abstraksi dan generalisasi berdasarkan contoh-contoh peristiwa yang diamati; dan (4) tahap eksperimentasi aktif, peserta didik mampu menerapkan suatu aturan umum pada situasi baru.
Beberapa prinsip yang harus dikembangkan dalam deep dialogue/critical thinking, antara lain adalah: adanya prinsip komunikasi multi arah, prinsip pengenalan diri untuk mengenal dunia orang lain, prinsip saling memberi yang terbaik, menjalin hubungan kesederajatan, prinsip saling memberadabkan (civilizing) dan memberdayakan (empowering), prinsip keterbukaan dan kejujuran serta prinsip empatisitas yang tinggi (Al-Hakim, 2002).
Dengan deep dialogue/critical thinking, seseorang di samping mampu mengenali diri sendiri juga mengenal diri orang lain. Selain itu, dengan dialog mendalam/berpikir kritis, orang akan belajar mengenal dunia lain di luar dunia dirinya dan selanjutnya mampu menghargai perbedaan-perbedaan yang ada di dalam masyarakat. Hal ini membuka kemungkinan-kemungkinan untuk memahami makna yang fundamental dari kehidupan secara individual dan kelompok dengan berbagai dimensinya. Dengan demikian, pada skala yang lebih luas, dialog mendalam dan berpikir kritis lebih mengandalkam ‘cara berpikir baru’ (new way of thinking) untuk memahami dunia (Swidler, 2000)..
Sebagai suatu inovasi pembelajaran DD/CT, diharapkan mampu memberdayakan dosen dan peserta didik dalam proses pembelajaran, sehingga kualitas pembelajaran dan hasi belajar dapat terus ditingkatkan. Menurut M. Rogers (1995), memerinci adanya lima aspek inovasi yang dapat diterima oleh adopter, adalah sebagai berikut 1) Relative advantage atau keuntungan relatif, adalah tindakan dimana suatu ide baru dianggap lebih baik dari pada ide-ide yang ada sebelumnya;
(2) Compatibility, adalah sejauh mana suatu inovasi pendidikan dianggap konsisten dengan nilai-nilai yang ada, pengalaman masa lalu dan kebutuhan penerima inovasi; (3) Complexity, adalah tingkat dimana suatu inovasi pendidikan dianggap relatif sulit untuk dimengerti dan diterapkan oleh pelaksana pendidikan. Inovasi-inovasi tertentu begitu mudah dipahami oleh beberapa guru, sedangkan guru lainnya tidak. Kerumitan inovasi pendidikan berhubungan negatif dengan kecepatan adopsinya;(4) Trialibility, adalah suatu tingkat dimana sebuah inovasi dapat dicobakan dalam skala kecil. Ide baru yang dapat dicoba biasanya diadopsi lebih cepat daripada inovasi yang tak dapat dicoba lebih dulu;(5) Observability, adalah tingkat dimana hasil-hasil suatu inovasi dapat dilihat oleh orang lain. Hasil-hasil inovasi tertentu mudah diamati dan dikomunikasikan kepada orang lain, sedangkan beberapa lainnya tidak. Observabilitas suatu inovasi pendidikan berhubungan positif dengan kecepatan adopsinya
Deep dialogue/critical thinking memuat kelima aspek tersebut diatas, selanjutnya dengan DD/CT orang juga akan mampu mengikuti dunia lain dan secara perlahan-lahan mengintegrasikannya dalam kehidupan dirinya. Kapasitas dialog dan berpikir dalam DD/CT, pada dasarnya mendudukkan seseorang pada posisi yang sejajar, penuh kebijaksanaan dan terbuka satu sama lain. Dengan kegiatan beripikir kritis, orang dapat melakukan pemikiran yang jernih dan kritis, membagi rasa, saling mengasihi sehingga perbedaan pendapat dan pandangan yang ada dapat dipecahkan dan dicerahkan dengan dialog terbuka.
Pembelajaran berbasis Deep dialogue/critical thinking memiliki berbagai kelebihan sebagai berikut :
1. Deep dialogue/critical thinking dapat digunakan melatih peserta didik untuk mampu berpikir kritis dan imajinatif, menggunakan logika, menganalisis fakta-fakta dan melahirkan imajinatif atas ide-ide lokal dan tradisional. Sehingga peserta didik dapat membedakan mana yang disebut berpikir baik dan tidak baik, mana yang benar dan tidak benar. Dialog mendalam dan berfikir kritis bertujuan untuk mendapatkan pemahaman paling lengkap. Melalui dialog mendalam dan berpikir kritis peserta didik memahami bagaimana mereka berhubungan dengan orang lain dan lingkungannya. Berpikir kritis membantu peserta didik menemukenali sekaligus menguji sikap mereka sendiri, serta menghargai nilai-nilai yang dipelajari;
2. Deep dialogue/critical thinking merupakan pendekatan yang dapat dikolaborasikan dengan berbagai metode yang telah ada dan dipergunakan oleh dosen selama ini;
3. Deep dialogue/critical thinking merupakan dua sisi mata uang, dan merupakan hal yang inhernt dalam kehidupan peserta didik, oleh karena itu dalam kegiatan pembelajaran berbasis DD/CT selalu berkaitan dengan kehidupan nyata sehingga memudahkan peserta didik mengerti dan memahami manfaat dari isi pembelajaran;
4. Deep dialogue/critical thinking menekankan pada nilai, sikap, kepribadian, mental, emosional dan spiritual sehingga peserta didik belajar dengan menyenangkan dan bergairah;
5. Melalui pembelajaran berbasis deep dialogue/critical thinking, baik dosen maupun peserta didik akan dapat memperoleh pengetahuan dan pengalaman, karena dengan dialog mendalam dan berpikir kritis mampu memasuki ranah intelektual, fisikal, sosial, mental dan emosional seseorang;
6. Hubungan antara dosen dan peserta didik akan terbina secara dialogis kritis, sebab pembelajaran berbasis DD/CT membiasakan dosen dan peserta didik untuk saling membelajarkan, dan belajar hidup dalam keberagaman.
Dalam tataran praksis, kajian deep dialogue/critical thinking sebagai paradigma pengembangan pendidikan berlaku prinsip Unity in policy and deversity in implementation. Justru kenyataan ini sebagai kelebihan lain dari penerapan deep dialogue/critical thinking, sekaligus sejalan dengan pembelajaran yang sedang dikembangakan di perdosenan tinggi yakni Student Centered Learning (SCL) yakni pembelajaran yang berpusat pada aktivitas belajar peserta didik, bukan semata aktivitas dosen mengajar. Ciri SCL (Dirjen Dikti, 2005) sebagai berikut: (a) peserta didik belajar baik secara individual maupun berkelompok untuk membangun pengetahuan dengan cara mencari dan menggali sendiri informasi dan teknologi yang dibutuhkannya secara aktif dari pada sekedat menjadi penerima pengetahuan yang pasif; (2) Dosen lebih berperan sebagai FEE (facilitating, empowering, enabling) dan guides on the sides daripada sebagai mentor in the center yaitu membantu peserta didik untuk menemukan solusi terhadap permasalahan nyata sehari-hari, dari pada sekedar sebagai gatekeeper of information; (c) Peserta didik tidak sekedar kompeten di bidang ilmunya, namun juga kompeten dalam belajar artinya peserta didik tidak hanya menguasai isi mata kuliahnya tetapi mereka juga belajar tentang bagaimana belajar (learn how to learn). Melalui discovery, inquiry, problem solving, klarifikasi nilai dan terjadi pengembangan; (d) belajar menjadi kegiatan komunitas yang difasilitasi oleh dosen yang mampu mengelola pembelajarannya menjadi berorientasi pada peserta didik; (e) belajar lebih dimaknai sebagai belajar sepanjang hayat (learning throughout of life) suatu ketrampilan yang dibutuhkan dalam dunia kerja; (f) belajar termasuk memanfaatkan teknologi yang tersedia, baik berfungsi sebagai informasi pembelajaran maupun sebagai alat untuk memberdayakan peserta didik dalam mencapai keterampilan utuh (intelektual, emosional dan psikomotor) yang dibutuhkan.
Agar deep dialogue/critical thinking dapat diimplementasikan dalam pembelajaran dan kehidupan sehari-hari, perlu diperhatikan kaidah-kaidah DD/CT sebagai berikut:
Pertama, keterbukaan, langkah awal untuk melakukan dialog mendalam dan berpikir kritis individu harus membuka diri terhadap mitra dialog, karena sifat terbuka dalam diri akan membuka peluang untuk belajar, mengubah dan mengembangkan persepsi. Pemahaman realitas dan bertindak secara tepat merupakan hasil berpikir kritis. Dengan demikian ketika masuk dalam dialog, kita dapat belajar, berubah dan berkembang dalam rangka meningkatkan berpikir kritis. Dialog sebagai suatu kegiatan memiliki dua sisi yakni dalam masyarakat (intern) dan antara masyarakat satu dengan masyarakat lainnya (antar). Hal ini dilakukan mengingat bahwa dialog pada hakekatnya bertujuan untuk saling berbicara, belajar dan mengubah diri masing-masing pihak yang berdialog, sehingga perubahan yang terjadi pada masing-masing pihak merupakan hasil berpikir kritisnya sendiri (self-critical thinking).
Kedua, kejujuran, bersikap jujur dan penuh kepercayaan diperlukan dalam deep dialogue/critical thinking, sebab dialog hanya akan bermanfaat manakala pihak-pihak yang melakukan bersikap jujur dan tulus.Artinya masing-masing mengemukakan tujuan, harapan, kesulitan dan cara mengatasinya melalui berpikir kritis secara apa adanya, serta saling percaya diantara mereka. Dengan demikian kejujuran merupakan prasyarat terjadinya dialog atau dengan kata lain tidak ada kepercayaan berarti tidak ada dialog.
Ketiga, kerjasama. Untuk menanamkan kepercayaan pribadi, langkah awal adalah mencari kesamaan dengan cara bekerjasama dengan orang lain, selanjutnya memilih pokok-pokok permasalahan yang memungkinkan memberi satu dasar berpijak yang sama. Selanjutnya melangkah pada permasalahan umum yang dapat dihadapi bersama atau mencari solusinya. Hal ini penting karena kemampuan untuk menyelesaikan permasalahan secara bersama atau dengan bekerjasama akan menghasilkan pemecahan yang menguntungkan pihak-pihak yang bermasalah (win-win solution).
Keempat, menunjung nilai-nilai moral, deep dialogue/critical thinking terjadi manakala masing-masing pihak yang berdialog menjunjung tinggi nilai-nilai moral, etis atau santun, saling menghargai, demokratis yakni dengan memperlakukan mitra dialog sedemikian rupa sehingga berketetapan hati untuk berdialog. Artinya kita paling mengetahui apa yang kita ketahui, dan mitra dialog kita paling mengerti apa yang mereka ketahui. Di samping itu masing-masing saling mempelajari, untuk memperluas wawasan bersama, untuk memperdalam, mengubah dan memodifikasi pemahaman mereka.
Kelima, saling mengakui keunggulan, deep dialogue/critical thinking akan terjadi manakala masing-masing pihak menghadirkan hati. Dalam berdialog harus menghadirkan hati dan tidak hanya fisik. Dengan menghadirkan hati, masing-masing pihak yang berdialog dapat memberi respon kepada mitra dialog secara baik, dan menghindarkan menjadi penceramah, pengkotbah atau yang mendominasi proses dialog, seolah kita yang memiliki kelebihan daripada mitra dialog kita. Oleh karenanya saling mengakui keunggulan masing-masing akan diperoleh pemahaman bersama secara baik
Keenam, membangun empati. Jangan menilai sebelum meneliti, merupakan ungkapan yang tepat dalam membangun deep dialogue/critical thinking. Kita jauhkan prasangka, bandingkan secara adil dalam berdialog sedapat mungkin kita tidak menduga-duga tentang hal yang disetujui dan hal yang akan ditentang. Membangun empati dalam dialog mendalam pihak-pihak yang berdialog dapat menyetujui dengan tetap menjaga integritas diri mitra dialog, masyarakat dan tradisinya.
DD/CT dapat meningkatkan interaksi multi arah , yakni interaksi antar peserta didik dan antara peserta didik-dosen. Kondisi ini sesuai dengan prinsip dasar pendekatan DD/CT yang memiliki garapan dalam pembelajaran bahwa peserta didik mendapatkan pengetahuan dan pengalaman melalui dialog mendalam dan bepikir kritis. Oleh karenanya salah satu ciri pembelajaran DD/CT adalah dosen dan peserta didik dapat menjadi pendengar, pembicara dan peneliti, pemikir yang baik .Interaksi antara dosen-peserta didik antara lain dapat menciptakan pembelajaran yang produktif, ketika menggali informasi untuk menemukan konsep, juga ketiga mengecek pemahaman peserta didik, mengetahui sejauhmana keingintahuan peserta didik (misalnya dengan merahasiakan gambar, membuat permainan untuk membangun komunitas). Dalam diskusi kelompok dan presentasi unjuk kerja, kegiatan bertanya dan menjawab telah mendorong interaksi antara peserta didik dengan peserta didik, antara peserta didik dengan dosen, antara dosen dengan peserta didik. Bahkan kalau mungkin antara peserta didik dengan narasumber yang bukan berasal dari kampus, misalnya pakar hukum, tokoh partai dan pelaku sejarah dan museum dan sebagainya. Interaksi yang terjadi telah secara intensif terjadi ketika mereka berdiskusi, bekerja dalam kelompok, ketika mengalami kesulitandan sebagainya. Pentingnya interaksi dalam pembelajaran dengan pendekatan DD/CT bahwa interaksi dalam proses pembelajaran sebagai sesuatu yang lebih luas dari sekedar percakapan , bertanya (Questioning), atau menjawab (answering) antara dua orang atau lebih atau antar kelompok. Interaksi berarti memposisikan masing-masing individu pada posisi yang sama, sehingga secara bersamaan dapat mentransformasikan diri, membuka diri untuk menemukenali pikiran-pikiran yang berbeda. Oleh karena pembelajaran yang mampu meningkatkan interaksi, akan membawa peningkatan berpikir kritis dan kreatif (critical and creative thinking).

BAGAIMANA MENGEMBANGKAN PEMBELAJARAN BERBASIS DEEP DIALOGUE/CRITICAL THINKING?

Pengembangan pembelajaran berbasis DD/CT yang diimplementasikan dalam proses belajar mengajar dijalankan secara tahap demi tahap sebagaimana proses belajar mengajar pada umumnya. Sebagaimana dikemukakan oleh Sudjana (1997) yakni :

1. Tahap pra instruksional
Tahap pra instruksional merupakan tahap awal yang ditempuh pada saat memulai proses pembelajaran, antara lain melalui kegiatan:
• Memberi kesempatan peserta didik untuk bertanya mengenai bahan pelajaran yang belum dikuasai dari pelajaran yang sudah dibelajarkan
• Mengajukan pertanyaan pada peserta didik mengenai bahan yang telah dibelajarkan
• Mengulang secara singkat semua aspek yang telah dibelajarkan
2. Tahap instruksional
Tahap instruksional merupakan tahap pemberian atau pelaksanaan kegiatan pembelajaran yakni:
• Materi, tugas dan contoh-contoh
• Penggunaan alat Bantu untuk memperjelas perolehan belajar
• Serta menyimpulkan hasil pembelajaran
3. Tahap evelauasi
Tahap evaluasi dan tindak lanjut adalah tahap yang diperlukan untuk mengatahui keberhasilan tahap instruksional.

Model Pembelajaran dengan Pendekatan Deep Dialogue/Critical Thinking (DD/CT) merupakan model pembelajaran yang membantu dosen untuk menjadikan pembelajaran bermakna bagi mahapeserta didik. Dalam pendekatan ini pembelajaran sedapat mungkin mengurangi pengajaran yang terpusat pada dosen (teacher centered) dan sebanyak mungkin pengajaran yang terpusat pada mahapeserta didik (Student centered), namun demikian dosen harus tetap memantau dan mengarahkan untuk mencapai tujuan pembelajaran. Dengan landasan filosofi konstruktivisme, DD/CT “dicita-citakan” menjadi sebuah pendekatan pembelajaran alternatif, dimana melalui DD/CT diharapkan mahapeserta didik belajar melalui “mengalami, merasakan, medialogkan” bukan hanya “menghafalkan”.Hal ini sesuai dengan pandangan Gross ( 2000) bahwa dengan mengalami sendiri, merasakan, mendialogkan dengan orang lain, maka pengetahuan dan pemahaman peserta didik akan sesuatu yang baru akan mengendap dalam pikiran peserta didik dalam jangka panjang yang pada akhirnya dapat dipergunakan untuk bekal peserta didik dalam memecahkan persoalan yang dihadapinya, dan mengembangkan kecakapan hidupnya (life skills).

Perencanaan Pembelajaran Berbasis DD/CT
Penyusunan rancangan pembelajaran berbasis DD/CT dilakukan melalui empat tahapan utama yaitu:

1. mengembangankan komunitas (community building)
2. analisis isi (content analysis)
3. analisis latar cultural (cultural setting analysis)
4. pengorganisasian materi (content organizing)
Pertama, membangun komunitas belajar. Tahap ini merupakan bagian refleksi diri dosen terhadap dunia peserta didiknya. Pandangan dunia dosen tentang kemampuan yang dimiliki oleh peserta didiknya menjadi bagian yang berguna dalam menyusun rancangan pembelajarannya yang bernuansa dialog mendalam dan berpikir kritis. Kegiatan refleksi ini meliputi identifikasi pengalaman dosen dan pengalaman peserta didiknya, kelas belajar, dan sebagainya
Kedua, analisis isi. Proses untuk melakukan identifikasi, seleksi dan penetapan materi pembelajaran. Proses ini dapat ditempuh dengan berpedoman atau mengunakan rambu-rambu materi yang terdapat dalam kurikulum/diskripsi matakuliah, yang antara lain standar minimal, urutan (sequence) dalam keluasan (scope) materi, kompetensi dasar yang dimiliki, serta keterampilan yang dikembangkan. Di samping itu, dalam menganalisis materi dosen hendaknya juga menggunakan pendekatan nilai moral, yang subtansinya meliputi pengenalan moral, pembiasaan moral dan pelakonan moral (Dekdiknas, 2000).
Ketiga, analisis latar yang dikembangkan dari latar kultural dan siklus kehidupan (life cycle). Dalam analisis ini mengandung dua konsep, yaitu konsep wilayah atau lingkungan (lokal, regional, nasional dan global) dan konsep manusia berserta aktifitasnya yang mencakup seluruh aspek kehidupan (ipoleksosbudhankam). Selain itu, analisis latar juga mempertimbangkan nilai-nilai kultural yang tumbuh dan berkembang serta dijunjung tinggi oleh suatu masyarakat serta kemungkinan kebermanfaatannya bagi kehidupan peserta didik. Dalam kaitan itu, analissi latar berhubungan erat dengan prinsip yang harus dikembangkan dalam mengajarkan nilai dan moral, yaitu prinsip dari mudah ke yang sukar, dari yang sederhana menjadi kompleks, dari konkrit ke abstrak, dari lingkungan sempit/dekat ke lingkungan yang meluas (Dekdiknas, 2000).
Keempat, pengorganisasian materi. Dengan pendekatan DD/CT dilakukan dengan memperhatikan prinsip “4 W dan 1 H”, yaitu What(apa), Why(mengapa), When(kapan), Where(dimana) dan How(bagaimana). Dalam rancangan pembelajaran , keempat prinsip ini, harus diwarnai oleh ciri-ciri pembelajaran dengan Deep Dialogue dalam menuju pelakonan (experience) nilai-nilai moral dan Critical Thinking dalam upaya pencapaian/pemahaman konsep (concept attaintment) dan pengembanagn konsep (concept development). Kesemuanya dilakukan dengan memberdayakan metode pembalajaran yang memungkinkan peserta didik untuk ber-DD/CT
Lima komponen atau tahap yang terdapat dalam model pembelajaran dengan pendekatan DD/CT yakni hening, membangun komunitas, kegiatan inti dengan strategi penemuan konsep (Concept Attainment) dan Cooperative Learning , refleksi dan evaluasi
Demikian juga kegiatan penemuan konsep dan cooperative learning, telah dapat menciptakan kebersamaan, dan dialog mendalam tentang segala hal baru yang diterima mahapeserta didik, kegiatan ini juga merangsang daya kritis mahapeserta didik dalam menangkap permasalahan, mencari solusi permasalahan dengan caranya sendiri dan bantuan orang lain, dan mengambil keputusan yang tepat dan bermanfaat bagi diri dan lingkungannya. Kegiatan refleksi juga merupakan sesuatu yang dapat dipandang keunggulan pendekatan DD/CT, karena dapat sebagai sarana saling introspeksi baik dosen mapun mahapeserta didik, juga ungkapan bebas dari pandangan, usul terbaiknya demi kebaikan bersama. Refleksi memiliki fungsi mendidik pada mahapeserta didik untuk menyukai belajar dari pengalaman yang telah dilaluinya. Ini sejalan dengan pendapat Gross (2000) bahwa dengan refleksi terjadi proses penajaman pengalaman yang peroleh dan mereproduksi ketika menyampaikan secara lesan.
Idealnya penilaian hasil belajar harus dapat dilakukan dengan banyak cara, meskipun di lapangan masih ditemukan banyak kesulitan untuk melaksanakannya terutama untuk penilaian dimensi nilai-nilai kewarganegaraan (civics Volues). Ini menjadi tatantangan bagi pengembang pembelajaran dengan DD/CT untuk mengembangkan model penilaian yang dapat membantu dosen lebih obyektif memberi penilaian hasil belajar peserta didiknya.
Rambu rambu penerapan pembelajaran DD/CT adalah sebagai berikut:
1. Kegiatan awal
Dalam setiap mengawali pembelajaran dimulai dengan salam, tujuan pembelajaran, kompetensi yang akan dicapai, kemudian menggunakan elemen dinamika kelompok untuk membangun komunitas, yang bertujuan mempersiapkan peserta didik berkonsentrasi sebelum mengikuti pembelajaran. Aktivitas pembelajaran pada tahap ini dilalui sebagai berikut:
• Membuka pelajaran, dalam membuka pelajaran dosen selalu mengajak atau memerintahkan peserta didik untuk berdoa atau hening menurut agama dan kepercayaan masing-masing. Tujuan dari berdoa atau hening adalah memusatkan fisik dan mental, mempersiapkan segenap hati, perasaan dan pikiran peserta didik agar dapat mengikuti pembelajaran dengan mudah. Model pembelajaran dengan DD/CT memiliki beberapa keunggulan seperti pembelajaran diawali dan diakhiri dengan “hening”. Hal ini selain dapat menciptakan situasi tenang sebelum pembelajaran, selain itu juga dapat menghadirkan hati dan pikiran peserta didik-dosen pada pembelajaran saat itu. Sebagaimana dikemukakan oleh Swidler (2000) yang menekankan pentingnya hening dalam segala aktifitas, karena menurutnya dengan hening seseorang telah menjalin interaksi intern yakni dengan dirinya maupun ekstern yakni dengan Tuhan. Lebih lanjut dikemukakan bahwa hening membawa manusia pada pengendapan hati dan pikiran, sehingga memudahkan proses dialog mendalam. Berdasarkan teori kontinum, bahwa dialog juga terjadi secara kontinum, Proses pertama dinamakan Dialog distruktif manakala elemen-elemennya adalah polarisasi yang dipertentangkan satu sama lain. Proses kedua, dinamakan dialog disintegrasi manakala elemen-elemennya adalah tolerasi antara satu dengan lainnya, Proses ketiga dinamakan dialog dialogis manakala elemen-elemennya ada saling belajar antara satu dengan lain. Proses terakhir dialog mendalam manakal elemen-elemennya adalah saling tranformasi. Dengan demikian hening atau doa dapat menciptakan situasi menunju Deep dialogue. Kebiasaan selalu berdoa sebelum dan sesudah melakukan kegiatan termasuk kegiatan belajar mengajar, secara langsung telah membimbing dan mengajarkan mahapeserta didik menjadi insan religius, sehingga akan mendukung upaya pendidikan anak seutuhnya (PAS) yang pada gilirannya akan sangat mendukung upaya mewujudkan manusia Indonesia Seutuhnya (MIS)
• Dinamika kelompok dalam rangka membangun komunitas dapat dilakukan dengan membaca puisi, menyanyi, peragaan, bermain peran, simulasi atau senam otak/brain gym yang relevan dengan materi pokok yang dibelajarkan. Kegiatan membangun komunitas juga merupakan sesuatu yang sangat penting bagi masyarakat majemuk oleh karena itu apabila dalam pembelajaran telah dibangun keterikatan terhadap komunitas kecil (kelas), maka pada skala makro sikap dan perilaku toleransi, menghargai perbedaan, terbuka terhadap kritik, berani tampil beda, dan sikap terpuji lainnya akan dapat mengantarkan mahapeserta didik menjadi warga negara demokratis.Disini peserta didik dituntut untuk berpikir kritis melalui analisis terhadap lagu, gambar, peristiwa dan sebagainya. Kegiatan seperti ini mampu mengaktifkan intelegensi ganda (multiple intellegences) yang dimiliki peserta didik. Aktivitas yang melibatkan unsure dan prinsip dinamika kelompok secara tak langsung bertujuan membangkitkan perasaan gembira, senang penuh gairah sehingga peserta didik termotivasi. Menurut Widarti (2002) tujuan utama dari aktifitas tersebut adalah mewujudkan impian dosen dalam melaksanakan prinsip” bawalah dunia mereka ke dunia kita dan antarkan dunia kita ke dunia mereka”.

2. Kegiatan Inti
Kegiatan ini sebagai pengembangan dan pengorganisasian materi pembelajaran. Adapun tahap yang dilalui sebagai berikut:
• Tahap pertama dosen melaksanakan kegiatan dengan menggali informasi dengan memperbanyak brain storming dan diskusi dengan melemparkan pertanyaan komplek untuk menciptakan kondisi dialog mendalam dan berpikir kritis. Pada tahap ini peserta didik dilatih sekaligus diberikan pengalaman melalui proses usaha menemukan informasi, konsep atau pengertian yang diperlukan dengan mengoptimalkan dialog mendalam dan berpikir kritis antar sesama. Setiap perbedaan pendapat, pandangan dan pemikiran merupakan hal yang patut dikomunikasikan dengan tetap menghormati eksistensi masing-masing yang sedang berdialog, sehingga dalam diri peserta didik tertanam rasa menerima dan menghomati perbedaan, tolerensi, empati, terbuka. Dalam kegiatan ini konsep dan definisi tidak diberikan oleh dosen, tetapi digali oleh peserta didik melalui teknik concept attainment atau CA yakni proses kegiatan membangun ketercapain sebuah konsep sampai pada pengertian atau definisi. Tujuan dari kegiatan ini adalah (1) memotivasi dan menumbuhkan kesadaran bahwa antara dosen-peserta didik sama-sama belajar. Dosen hanyalah salah satu sumber, peserta didik dan sumber –sumber lain ada disamping dosen; (2) memberi bukti pada peserta didik bahwa kemampuan menyusun definisi atau pengertian dari konsep yang bermutu dapat dilakukan oleh peserta didik, tidak kalah bermutunya dengan yang diberikan dosen, bahkan yang ada dalam buku referensi; (3) memberi pengalaman belajar menuju ketuntatasan belajar bermakna, bukan ketuntasan materi saja.
Selanjutnya dilaksanakan cooperative learning untuk memecahkan permasalahan yang diberikan dosen. Penetapan cooperative learning dapat dengan teknik pelaporan ataupun Jigsaw dan STAD (Student Teams Achievement Division).
• Tahap kedua, merupakan tahap umpan balik yang selalu dilaksanakan dosen, setelah peserta didik diberi waktu untuk berdialog mendalam , semua temuan dan hasil belajar yang diperoleh selama diskusi dalam situasi cooperative learning. Tahap ini apapun perolehan belajar peserta didik merupakan upaya maksimal mereka, oleh sebab itu dosen harus mengakui dan memberi penghargaan. Selanjutnya dilakukan klarifikasi atau penajaman atas temuan peserta didik terarah pada kompetensi dan materi pokok yang dosen belajarkan. Umpan balik dosen dimaksudkan sebagai penegasan fungsi dialog mendalam yang bermuara pada peleksanaan evaluasi pemahaman peserta didik. Tahap ini sekaligus sebagai bukti bahwa dosen/dosen bukan sumber yang “tahu segalanya”, namun antar peserta didik dan pendidiknya terjadi saling belajar dan saling membelajarkan, sehingga terkesan “simbiosis mutualism”
3. Kegiatan akhir
Tahap ini merupakan tahap pengambilan simpulan dari semua yang saling dibelajarkan, sekaligus penghargaan atas segala aktivitas peserta didik . Tahap ini dilakukan penilaian hasil belajar dan pemajangan dan penyimpanan dalam file (bahan portofolio) peserta didik.
Tahap berikutnya adalah refleksi Kegiatan ini merupakan kegiatan pembelajaran yang penting dalam pendekatan DD/CT. Kegiatan ini bukan menyimpulkan materi pembelajaran, tetapi pendapat peserta didik tentang apasaja yang dirasakan dan dialami yang dikaitkan dengan apa saja yang dirasakan, dialami dan dilakukan di masa lalu. Peserta didik menyampaikan secara bebas perasaan dan keinginan yang terkait dengan pembelajaran. Pembelajaran diakhiri dengan hening atau doa.
Tabel Sintaks Pembelajaran berbasis DD/CT
Tahap 1
Hening Dosen mengajak berdoa, menyampaikan tujuan pembelajaran,kompetensi yang akan dicapai
Tahap 2
Membangun komunitas Dosen mengajak meminta peserta didik membaca puisi, menyanyi, peragaan, bermain peran, simulasi atau senam otak/brain gym yang relevan dengan materi pokok yang dibelajarkan.
Tahap 3
kegiatan inti dengan strategi penemuan konsep (Concept Attainment) dan Cooperative Learning Dosen mengajukan pertanyaan komplek dan provokatif untuk mendorong peserta didik menemukan konsep yang akan dibelajarkan, membuat definisi (melalui strategi peneluan konsep/concept attainment), selanjutkan mendorong peserta didik untuk menetapkan, mengidentifikasi, menganalisis, memecahkan masalah, mempresentasikan hasil kerja kelompoknya melalui strategi cooperative learning
Tahap 4
Refleksi Dosen memberi kesempatan pada peserta didik untuk menyampaikan sikapnya, perasaannya, pengalaman selama mengikuti pembelajaran dan harapannya untuk meningkatkan pembelajaran di masa yang akan datang
Tahap 5
Evaluasi
Dosen melakukan evaluasi baik proses maupun hasil belajar peserta didiknya.
(Diadopsi dari GDI:2000)

Melalui tahap-tahap tersebut , diharapkan peserta didik dapat menemukan konsep, memecahkan permasalahan melalui dialog mendalam dan berpikir kritis dengan dosen, dengan sesame peserta didik dan narasumber lainnya.
Penerapan DD/CT di kelas cukup mudah, apabila dosen telah memahami kaidah-kaidahnya sebagai berikut:
1. Perubahan pandangan dosen bahwa pemberdayaan peserta didik dalam pembelajaran dengan memberi kesempatan pada peserta didik, untuk mengamati, menganalisis, mendialogkan dan akhirnya mengkonstruksikan pengetahuan dan pengalaman serta ketrampilan baru
2. Untuk mengajarkan topik sebaiknya dilaksanakan dengan kegiatan menggali dan menemukan sendiri
3. Berdayakan peserta didik untuk berani mengemukakan pendapat dan bertanya secara terbuka
4. Ciptakan suasana dialog mendalam ‘ antar peserta didik” dan “antara mahapeserta didik-dosen” oleh karenanya upayakan untuk selalu belajar dalam kelompok
5. Pergunakan berbagai media dan sumber belajar untuk memperluas wawasan
6. Berilah peserta didik kesempatan untuk melakukan refleksi sebelum pelajaran berakhir
7. Penilaian hendaknya tidak hanya berdasarkan tes
Dari uraian diatas dapat dikemukakan bahwa pendekatan DD/CT akan mampu meningkatkan minat dan motivasi belajar peserta didik. Keadaan ini tidak terlepas dari gaya mengajar dosen yang harus berubah dari gaya mengajar konvensional yakni yang hanya dengan ceramah bervariasi berubah gaya mengajar konstruktivism yang dilakukan dengan menggunakan berbagai metode (multi methods),.multi media (multi media)..Sesuai dengan pandangan Ausubel (dalam Irawan, 1996) bahwa alasan bahan yang dirancang dengan baik dan menarik perhatian peserta didik harus bertujuan untuk melaksanakan belajar secara bermakna, sehingga peserta didik memiliki kesiapan dan minat untuk belajar.
Surahkmad (1979) berpendapat motivasi yang sehat perlu ditumbuhkan dalam dunia belajar dan dieksentuasikan dari kebutuhan peserta didik. Ini berarti semakin banyak dosen memperhatikan kebutuhan peserta didik dalam belajar semakin besar motivasi peserta didik untuk belajar. gairah peserta didik untuk aktif menanggapi semua proses pembelajaran, dosen perlu bersikap adil dan penuh perhatian secara merata pada semua peserta didik. Memang peserta didik yang selama ini telah aktif semakin aktif, sementara yang pasif mulai muncul kepercayaan dirinya (self confidence) dan keberaniannya.

Daftar Pustaka

Al Hakim, Suparlan, 2004, Strategi Pembelajaran Berdasarkan Deep Dialogue/Critical Thinking (DD/CT), P3G, Dirjen Dikdasmen, 2002. (Buku).
Ellison. Laura, 2000, Tujuh Langkah Deep dialogue/Dialog Mendalam Yang Diterapkan Pada Para Guru “ Pendidikan Anak Seutuhnya”, Unicef, GDI
Farris,P.J.&Cooper,S.M. 1994. Elementary Social Studies: a Whole language Approach. Iowa: Brown&Benchmark Publishers.
Global Dialogue Institute. 2001. Deep Dialogue/Critical Thinking as Instructional Approach. Disajikan pada TOT Pendidikan Anak Seutuhnya di Malang 1-11 Juli 2001.
Joyce, B.&Weil,M. 1986. Models of Teaching. New York:Englewood Cliffs.
Lickona, T. 1992. Educating for Character: How Our Schools Can Teach Respect and Responsibility. New York. Bantam Books.
Pang, V.O., Gay, G.& Stanley, W.B. 1995. “Expanding Conceptions of Community and Civic Competence for a Multicultural Society”. Theory and Reseach in Social Education. XXIII:4(302-331).
Savage, T.V.,& Armstrong, D.G. 1996. Effective Teaching in Elementary Social Studies. Ohio: Prentice Hall.
Swidler. L 2000, Religion Dialogue in Dialogue Era, Philadelpia, University Press
Skeel, D.J. 1995. Elementary Social Studies: Challenge for Tomarrow”s World. New York: Harcourt Brace College Publishers.
Sudjana .1997. Proses Belajar Mengajar, Jakarta, Rosdakarya
Sumarjo, H. 2003. Menyongsong UU Sisdiknas yang Baru. Kompas. 13 Maret 2003. Hlm.6.
Untari, Sri, 2002, Pendekatan Deep Dialogue/Critical Thinking,Jakarta, Dirjendisdasmen, PPPG IPS Dan PMP Malang
Walsh,D. 1988. “Critical Thinking to Reduce Prejudice. Social Education”. (280-282).
Widarti, 2002. Rencana Pembelajaran Geografi Bernuasa Deep Dialogue/Critical Thinking, (makalah dalam Pelatihan Instruktur Mata pelajaran Geografi SMP). Malang PPPG IPS-PMP

Selasa, 13 Januari 2009

Belajar Bahasa Arab: Arabic Language

Divisi Khusus Bahasa Arab dari International Language Research & Development Center

Daisuh Oleh;

Deden Anugrah Herdiana



"Ingin Belajar Bahasa Arab, Belajarlah Membaca Al-Quran dengan Ikhlas"

Kunjungi Juga:




Minggu, 11 Januari 2009

Terjemah Tafsir Ayat Nikah




“Hunna libasu lakum wa antum libasu lahun”

Dalam tulisan dibawah ini kita akan dibawa oleh ustad Qiroati seorang ahli ilmu tafsir qu’ran untuk mengarungi sebuah lembah keilmuan hanya dengan memahami beberapa ayat yang ada dalam qur’an. Dengan membaca ini akan terasa sekali betapa pemilihan dan kedalaman bahasa yang dipakai dalam sangatlah mendalam dan begitu menakjubkan. Disini coba diungkap mengapa Allah swt mengatakan pasangan merupakan pakaian bagi yang lain.

Baju adalah kebutuhan ketiga manusia. Kebutuhan manusia pertama oksigen kedua makanan dan yang ketiga adalah pakaian. Dalam Istri diibaratkan sebagai baju bagi suaminya begitupun sebaliknya. Pakaian harus disesuaikan dengan keadaan yang ada baik tebal tipisnya, warnanya, besar kecilnya dan lain sebagainya. Posisi sebagai seorang istri maupun sebagai seorang suami pun tidak jauh berbeda. Antara keduanya harus ada penyesuaian sebiasanya dimana hal ini termasuk dalam cakupan pemikiran maupun hal-hal yang lain, sehingga pada akhirnya keduanya akan menjadi hiasan bagi masing-masing yang lain. Kegunaan pakaian yang lain adalah untuk menutupi keburukan atau kekurangan atau sesuatu hal yang tidak pantas dilihat oleh orang lain. Sebagai pasangan juga harus memahami peranan ini. Jadi masing masing menjadi pakaian atas hal-hal yang tidak pantas diketahui orang lain. Pakaian juga berfungsi untuk melindungi tubuh dari kedinginan dan kepanasan. Pasangan semestinya menjadi peran penutup kekurangan yang lain, jadi keduanya saling mengisi kekuarangan masing-masing. Karena sebagaiamana kita tahu tidak ada manusia yang sempurna, dengan bekerja bersama dan saling mengisi maka permasalahan dan pekerjaan akan lebih ringan dan lebih mudah terselsaikan disamping juga memperhatikan job description masing-masing. Manusia tanpa pakaian akan terkena berbagai penyakit atau suatu cela dan bahaya. Manusia tanpa seorang pasangan (ketika sudah waktunya) juga sama, tanpa kehati-hatian dia akan terjerumus pada lobang yang berbahaya.

Pada saat hawa dingin maka diperlukan pakaian tebal seperti jaket dan semacamnya, ketika hawa panas maka diperlukan pakaian yang tipis. Sebagai pasangan pun seperti itu ketika pasangan sedang marah maka yang lain semestinya menjadi penyejuk, ketika sedang dingin kebingungan, kehilangan jalan pemecahan memberikan songkongan untuk memperbesar hatinya begitu juga sebaliknya atas masing.

Pakaian adalah sebagai pelindung, sebagai pasangan pun sama. Masing –masing semestinya menjadi pelindung yang lain sehingga pasangannya terhindar dari perbuatan dosa. Masing-masing saling mengingatkan pada jalan yang benar dan diridhai oleh-Nya. Jadi keduanya saling menjaga agar tidak terjerumus pada tindak dosa, dan berusaha sebisa mungkin untuk tidak menjadi penyebab pasangan untuk berbuat dosa. Sebagaimana kita lihat dalam kehidupan hanya karena tuntutan istri banyak suami yang melakukan tindakan kriminal, dengan memahami makna ayat ini maka keluarga akan terhindar dari pasangan yang menuntut pasangannya tanpa melihat kondisi pasangannya.

Beberapa orang dengan mengenakan pakaian tertentu dia menjadi sakit ada juga yang karena memakai pakaian khusus menjadi selamat dari luka-luka saat kecelakaan. Begitu juga ketika mengambil pasangan yang tidak pas yaitu pasangan yang sakit ruhaninya, bisa jadi yang menikahi itu menjadi rusak ruhaninya atau sebaliknya akan menjadi lebih mulia ruhiyahnya. Pakaian karena alasan tertentu bisa menjadi rusak, ketika pakaian rusak hal itu akan berpengaruh buruk pada pemakainya, pasangan yang terkena polusi oleh lingkungan atau kawannya pun tidak jauh berbeda. Ketika pasangan terkena polusi maka pasangan yang satunya kalau tidak hati-hati juga akan terkena dampak buruknya oleh karena itu upaya saling menjaga itu sangatlah dibutuhkan antara satu pasangan atas pasangan yang lain. Pemilihan seseorang atas jenis warna dan pakaian menjadi tanda dari cirri khas pemilihnya. Begitu juga dalam pemilihan pasangan, orang yang dipilih itu menunjukkan kepribadian dari pemilihnya.

Adanya sebuah cela pada pakaian bisa jadi orang tidak akan pernah mau memilihnya, manusia pun sama ketika ada sebuah cela yang memang parah bisa jadi nilai dia akan hilang sama sekali, dia tidak akan dipilih oleh orang lain sebagai pasangan ketika tidak mau meninggalkan apa yang menjadi cela baginya misalnya karena memiliki sifat buruk yang sangat kentara hal itu bisa menjadi penyebab orang menjaga jarak darinya. Pakaian memiliki harga berfariasi, ada yang mahal ada yang murah. Pakaian dengan harga mahal tidak menjadi dalil bahwa pakaian itu benar-benar berkualitas begitu juga pakaian yang murah, hal itu tidak menjadi gambaran bahwa nilainya pasti rendah sebagaiman pakaian ikhram, pakaian ikhram murah tapi memiliki nilai yang tinggi, pasangan dengan mahar yang mahal tidak menjadi gambaran bahwa pasangan itu memang memiliki kualitas yang tinggi, hal ini mengisaratkan untuk memilih pasangan tidak hanya dari gelamornya tapi benar-benar dinilai secara selektif. Jadi mahal dan murahnya sesuatu bukalah timbangan untuk menilai kepribadian.

Pakaian terbaik tidak mesti sesuai dengan tubuh kita, bisa jadi pakaian yang bukan paling baik yang lebih sesuai dengan kita. Pasangan terbaik yaitu memiliki kriteria paling sempurna tidak mesti sesuai dengan kita. Bisa jadi pasangan yang biasa sederhana dengan kita lebih sesuai dan dengannya kehidupan rumah tangga menjadi lebih berarti. Dengan pakaian kita menjadi terbatasi,dengan pakaian shalat kita tidak bisa berenang begitu juga ketika memakai pakaian renang sangat tidak mungkin kita melakukan shalat. Ketika memiliki pasangan seorang suami semestinya sudah berada dirumah pada saat matahari terbenam jadi suami tidak bisa seenaknya pergi kemana-mana seolah tidak ada tanggungan. Mungkin hal ini terlihat sepele tapi akan sangat berarti sekali dalam membentuk keharmonisan rumah tangga.

Sebuah pakaian tidak bisa dipakai oleh beberapa orang, seorang istri hanya bisa dipinang oleh seorang suami. Dalam memilih pakaian tidak hanya dinilai bahwa ini pakaian untuk musim dingin atau musim panas tapi dilihat apakah masyarakat juga menerima jenis pakaian yang akan kita kenakan atau tidak. Pasangan pun sama, perlu dinilai tidak hanya dari satu dua sisi tapi kemampuan dia untuk membaur dengan masyarakat baik itu berupa keluarga kita atau masyarakat sekitar yang ada juga perlu menjadi timbangan dalam memilih. Disisi lain ketika seorang laki-laki mutadayin semestinya memilih orang yang mampu mengimbanginya, seorang muutadayin harus menjadi contoh masyarakat, dalam memilih pasangan harus memperhatikan jangan sampai memilih seorang pasangan yang tidak peduli dengan agama, atau sekedar memakai hijab saja merasa enggan. Hal ini tercermin juga pada saat Allah swt menegur istri-istri nabi. Ya ayyuhan nisaa an nabi, wahai para istri nabi kamu istri dari seorang nabi kamu semua berbeda dengan istri-istri yang lain. Jadi kedua pasangan menjadi cermin satu dengan yang lain.

Pakaian bisa menjadi penolong atau sebaliknya. Seperti pakaiannya nabi yusuf dimana digambarkan dalam quran ketika yang robek itu bagian belakang berarti nabi yusuf tidak berdosa sedang ketika yang robek bagian depan maka dia tidak suci. Disini pakaian bisa menjadi penolong bisa juga sebaliknya. Pasangan bisa menjadi saksi yang baik bagi suami bisa juga menjadi saksi yang mencelakakan suaminya. Sampai disini kurang lebih sudah Sembilan belas hal yang saya ungkapkan terkait ayat tadi, akan saya buka lebar-lebar sehingga kalian yang belum menikah setelah menikah menjadi bersemangat untuk membangun rumah tangga dengan dasar qu’rani. Pada saat belum beli kita memiliki ikhtiar penuh untuk memilih, pada saat pakain itu sudah kita beli maka ada ketentuan tertentu yang harus kita penuhi. Ketika sudah meminang seorang istri makan ada beberapa hal yang harus dipenuhi oleh suami. Dia harus membuat istrinya tentram dari ketakutan, berbuat baik, berlaku adil padanya, Dan buat dia ridha

Sabtu, 10 Januari 2009

Tulisan-Tulisan Terbaru











Profil Admin Baru
Ridwan Firdaus

Tugas Admin Lama Telah Selesai, Mohon Maaf Atas Segala Kesalahan, Kekurangan dan Terimakasih Kepada Seluruh Pegunjung.
-Arip Nurahman-






Tulisan-Tulisan Terbaru:

"Menjadi Pelopor dan Unggul dalam Pendidikan Cyber di Seluruh Kabupaten Kota di Indonesia tahun 2010"


Staf Pendidik Banjar Cyber School

Daftar Para Pendidik di Banjar Cyber School
------------------------------------------------------------------------------------------------------------

Menu Sajian dari Departemen Pendidikan Nasional R.I.

Menu Download Dari Pusat Pengembangan Kurikulum DEPDIKNAS Kliklah

------------------------------------------------------------------------------------------------------------

E-Learning Indosat M2 in Banjar Cyber School (Baru Clik Lah)


PERANGI KEBODOHAN DAN KEMISKINAN DENGAN PENDIDIKAN YANG BERKUALITAS

Mahasiswa Berbakti Untuk Pendidikan


------------------------------------------------------------------------------------------------------------
Edu-Tainment (Hiburan Berpendidikan)

Laskar Pelangi The Movie

Short Novel from Kang Agus Haeruman (Saladin Sang Pembebas)

Journal of a 55-Days Novel Perahu Kertas Dewi Lestari

Diorama Sepasang Albanna (Resensi Novel)

Short Story Dari Web Blog Kang Agus Haeruman (Ketika Mas Gagah Pergi)
------------------------------------------------------------------------------------------------------------
International Education

International Education Curriculum & KTSP

MIT Course Catalog 2008-2009

A NEW BOOK FROM HARVARD UNIVERSITY INCLUDING THE WORKS OF HARUN YAHYA
------------------------------------------------------------------------------------------------------------
Merenung Sejenak

Keajaiban Al Qur'an

HADIS-HADIS NABI

Antara Barrack Obama & Cut Nyak Dien


Kerjasama dan Hubungan Persahabatan

Dalam Negeri

1. {http://fpmipa.upi.edu/v2/ }Web FPMIPA UPI - Home
{http://fpmipa.upi.edu/kuliah/}
E-learning FPMIPA UPI (Universitas Pendidikan Indonesia)
Fakultas Pendidikan Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam UPI
2. http://balaibahasaupi.com/
Balai Bahasa | Universitas Pendidikan Indonesia
Balai Bahasa UPI
3. http://perpustakaan.upi.edu/
Perpustakaan Universitas Pendidikan Indonesia
Perpustakaan UPI

SMAN 3 Banjar

http://sman3banjar-12ipa1.blogspot.com/
SMAN 3 Banjar


Luar Negeri

1. http://www.iss-indonesia.com/home.php
ISS : International Student Service
2. http://altalang.blogspot.com/
Alta Language Services - Atlanta, Georgia
(ALTA provides professional language services, translation services, localization, language testing and language training. Request a free estimate today!)



Sekolah Online

Sekolah Online adalah Web site yang dibangun untuk mewadahi aktifitas sekolah-sekolah mulai dari kegiatan intrakulikuler maupun ekstra kurikuler yang melibatkan seluruh komunitas sekolah mulai dari siswa, orang tua, guru dan personil yang terlibat dalam aktivitas sekolah lainnya.

Web site ini merupakan salah satu implementasi dari program IG2S (Internet Goes To School) yaitu program peran serta Pemerintah dalam membantu meningkatkan kompetensi SDM didunia pendidikan, melalui pembelajaran internet yang merupakan tool untuk membantu kehidupan sehari-hari baik dalam kegiatan belajar mengajar maupun diluar kepentingan pendidikan.

Semoga website ini dapat menjadi sarana yang handal bagi kemajuan dunia pendidikan secara global. Komentar, sarana dan kritikan sangat ndiharapkan untuk kemajuan web site ini.

Sekolah Maya 1

Situs Sekolah Maya merupakan situs percontohan penggunaan teknologi komunikasi dan informasi untuk alternatif sistim belajar. Situs ini dikembangkan untuk solusi alternatif pelaksanaan Paket A, B, dan Paket C.

Pendidikan Sebagai Hak Azasi

Pasal 28B ayat (2) UUD 1945, "Setiap anak berhak atas kelangsungan hidup, tumbuh dan berkembang serta berhak atas perlindungan dari kekerasan dan diskriminasi

Sekolah Maya 2

Selamat datang di Sekolah Maya. Sekolahmaya.Net adalah situs percontohan untuk sistim pembelajaran elektronik yang memanfaatkan teknologi komunikasi dan informasi. Situs ini dikelola oleh Direktorat Pendidikan Kesetaraan, Departemen Pendidikan Nasional Republik Indonesia.

Program-Program yang tersedia antara lain adalah sbb:

  1. Program Belajar Paket A (setara SD/MI)
  2. Program Belajar Paket B (setara SMP/MTs)
  3. Program Belajar Paket C (setara SMA/MA)


Sekolah-Sekolah Impian Kita

Profile Sekolah di Kota Banjar Just Click it!

BICS (Banjar International Cyber School) Just Click it!

School of Traditional Food Beverage Tourism and Leisure (Just Click it!)

(BIRDS) Banjar Innovation Research & Development School Just Click it!

(BISA: Banjar International Students Association) Just Click it!

MIT (Masyarakat Ilmu dan Teknologi) Kota Banjar!

Banjar Innovation Research & Development for Agricultural Just Click it!

Banjar English Club Just Click it!

Banjar Art and Culture School Just Click it!

Sports Sciences & Technology School Just Click It!

Mudah-mudahan Yang Maha Pengasih & Penyayang mendekap Harapan dan Impian Kita, Amin

Wasalamualaikum Wr.Wb.