Minggu, 24 Februari 2008
MENINGKATKAN PEMBELAJARAN MEKANIKA MELALUI PENYAJIAN SECARA LOGIS
Fernando Espizona. Physics Education Journal vol 39 no 2 Maret 2004
A. LATAR BELAKANG
Pemahaman siswa tentang konsep gaya yang seharusnya terkandung dalam Hukum Newton (terutama Hukum II Newton) dapat mengalami pergeseran makna, dimana hal tersebut sangat bergantung pada situasi lingkungan. Non Newtonian diartikan sebagai pemahaman gaya yang seolah-olah sebanding dengan kecepatan dan mempunyai arah yang sama dengan kecepatan. Di sini terjadi konflik antara intuisi siswa tentang gerak dengan Hukum II Newton tentang gerak. Hal ini ditambah dengan kebiasaan siswa dalam mengerjakan soal yang terpaku pada: diketahui, ditanyakan, dan dijawab. Siswa cenderung kurang mengetahui lebih jauh tentang peristiwa (alur kejadian suatu konsep) dari soal tersebut.
B. MASALAH DAN PERTANYAAN PENELITIAN
Bagaimanakah solusi menangani kerancuan antara pemahaman tentang gaya dengan momentum? Bagaimanakah kita mengajarkan pemahaman terhadap konsep gaya dan momentum agar tidak menjadi kacau?
C. LANDASAN TEORI
Penyajian konsep secara urut dan logis mungkin tidak menjadi masalah bagi golongan Newtonian maupun non Newtonian. Nampaknya pengaruh non Newtonian terjadi karena ada konsep momentum yang berkaitan dengan gaya. Gaya bisa didefinisikan perubahan momentum tiap satuan waktu sehingga seolah-olah ada hubungan antara gaya dengan kecepatan. Bahkan mungkin juga pada umumnya, gaya menyebabkan percepatan dan arahnya akan sama dengan percepatan dan sangat mungkin nantinya searah dengan kecepatan. Tetapi tidak boleh ditinggalkan konsep bahwa arah kecepatan tidak seharusnya searah dengan arah gaya. Terutama dalam peristiwa gerak dengan kecepatan yang berubah.
Penulis juga banyak menjumpai di buku-buku SMA yang masih mendahulukan konsep gaya dari pada konsep momentum dulu. Dapat disimpulkan, hampir sebagian besar pembelajaran fisika di Indonesia mendahulukan konsep gaya dulu baru kemudian konsep momentum. Dalam Kertiasa, N. (1994) dijabarkan urutan materi mendahulukan konsep gaya baru kemudian konsep momentum. Begitu juga yang terjadi pada Giancolli (2001) juga mempunyai tata urutan materi yang sama, yaitu konsep gaya dulu baru kemudian konsep momentum.
Tidak ada prasyarat satu dengan yang lain pada materi gaya dan momentum. Sehingga dapat disajikan dengan bebas, mana dulu yang akan disampaikan. Pada umumnya, pembelajaran fisika selama ini terlebih dahulu disampaikan materi gaya, baru kemudian momentum. Namun dalam penyajian biasanya dicoba dikaitkan antara satu dengan yang lain. Bila dilihat materi keseluruhan kita dapat mengatakan bahwa materi gaya bisa merupakan bagian dari materi momentum. Untuk itu kiranya perlu dicoba penyajian materi tentang momentum dulu kemudian materi tentang gaya.
D. METODOLOGI (metode penelitian, subyek penelitian, instrument)
Dipilih populasi yang terdiri dari tiga kelompok siswa Sekolah Menengah Atas (SMA), yang terdiri dari 269 yang terdaftar dalam pembelajaran. Dua sub group masing-masing 70 siswa yang mendapat pembelajaran tradisional yaitu tentang gaya dulu baru momentum dan yang lain 66 siswa yang mendapat pembelajaran momentum dulu kemudian tentang gaya.
Kelompok pertama mengerjakan serangkaian aktivitas dalam `kertas tulis` tentang tes pemahaman gaya dan kelompok yang lain untuk memahami tentang momentum. Aktivitas diadministrasikan pada hari pertama dari kelas untuk menguji pemahaman tentang konsep sebelum pembelajaran. Dua kelompok yang lain dirancang sebagai perlakuan instuksional eksperimen dan kontrol. Satu kelompok dengan gaya sebelum momentum dan kelompok kedua dengan momentum sebelum gaya.
Berikutnya kedua kelompok itu diminta menggambarkan lintasan dari gerak proyektil dan dipilih tiga titik tertentu. Masing-masing titik, siswa harus menggambarkan arah dari momentum dan arah dari gaya yang terjadi pada partikel proyektil tersebut.
E. HASIL / TEMUAN
Dari 269 siswa yang diukur kemampuannya dalam pemahaman pada gaya dan momentum didapatkan data bahwa kemampuan memahami konsep momentum lebih tinggi dari pada pemahaman konsep gaya. Momentum diperoleh skor rata–rata 51 sedangkan konsep gaya diperoleh skor 38 dapat dikatakan bahwa kedua rata–rata itu signifikan berbeda.
Miskonsepsi yang berhubungan dengan gaya dapat dikurangi dengan membelajarkan konsep momentum dahulu baru konsep tentang gaya. Pembahasan momentum sebelum gaya meningkatkan performa (penampilan) siswa ketika berhadapan dengan gaya, dibandingkan dengan sebelumnya.
F. KOMENTAR
Keunggulan: Penelitian ini benar-benar mengungkap fakta sederhana namun kadang tidak disadari oleh para pengajar fisika dasar. Sehingga menimbulkan kesadaran untuk lebih berhat-hati dalam memilih urutan materi dan metode yang diajarkan. Penelitian ini juga dapat menimbulkan ide untuk meneliti secara menyeluruh tentang urutan materi pembelajaran yang sejauh ini dirasakan kurang dalam keberhasilannya. Contoh instumen yang digunakan cukup jelas dan menarik serta mengangkat hal–hal yang biasanya dalam pembelajaran sangat ditegaskan yaitu tentang gerak parabola.
Kelemahan: Tidak dirinci (dijabarkan) tentang bagaimana pembelajaran yang dilakukan pada saat treatmen (perlakuan). Bisa saja dengan treatmen yang bagus dapat mencapai hasil yang sama baiknya untuk kedua topik perkuliahan (pembelajaran). Sejauh ini dalam urutan pembelajaran di fisika dasar masih digunakan urutan gaya dulu baru kemudian momentum, untuk mahasiswa yang cukup pandai memang tidak pernah ada masalah dengan itu.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar