Senin, 01 Desember 2008
For u Mom.......
Aku mendamba
Kamu mendamba
Dan mereka jua kiranya
Awal kali kita ada, hanyalah percik hina yang orang jijik olehnya dan dianggap kotor walau orang yang memilikinya
Aku mendamba
Kamu mendamba
Dan mereka jua..… . . .semestinya.
Entah seperti apa seharusnya bercerita, kata teramat terbatas jangkaunya, tidak mungkin mengukir bahasa keterkaguman kalbu. Keterkaguman atas perjuangan tanpa henti dan sungguh penuh arti dari seorang ibu.
Aku mendamba
Kamu mendamba
Dan mereka tentunya
Dia yang kini memenuhi sisi hati
Dia yang kini lama tidak aku temui
Dia yang sederhana penuh cinta untuk diri
Dia yang kini jauh dari pandang mata
Namun terus mekar mengembang mengisi jiwa dalam iring rasa sadar
Aku belum apa
Aku bukan apa
Aku belum bisa menghormatinya
Bahkan melukainya.
Aku mendamba
Kamu mendamba
Mereka jua adanya
Teramat berat kiranya, Sembilan bulan mendidik dengan menguasai kemauan, menguasai diri atas semua godaan perusak ruh.
Empat bulan terbeban dalam rahim kediaman yang nyaman, dibawa kemanapun berada terus dijaga dari pencemar-pencemar jiwa.
Sunggh berat, mengatur diri dalam pemikiran, perkataan, perbuatan pengeruh jiwa.
Sungguh semua dilakukan tidak lain adalah untuk menghantar kita pada labuh kebenaran terdidik dalam kebaikan
Sungguh aku kamu, semua mendamba kiranya kita mampu membalas baik budi dan juang Ibu kecintaan.
Namun kenyataan, untuk membalas satu tetes air susu yang kita teguktidak cukup terganti dunia dan seluruh isi.
Karena
Air itu rahmat
Air itu kehidupan
Air itu do’a
Air itu untai sayang
Apalah bisa kita laku
Apa jua bisa kita beri
Hanya pada-Nya Yang Maha Segala bertengadah
Mengharap perkenannya member ganti
Tulus kasih sang bunda
Pengorabanan yang tiada tara
Berian Rahmat seluas tulusnya.
Aku mendamba
Kamu mendamba
Untuk sang bunda
Semoga limpah karunia
Semoga tambahan Rahmat dan Kasih-Nya
Tak pernah terputus baginya
Untukmu ibu
Semoga apa yang aku damba kan terkabul diharibaan-Nya
Tanpa putus masa
Amin….Allahumma ….Amin
Dalam Bingkai Kerapuahan
Tuhan
Kutempuh duka derita
Kurengkuh lara nestapa
Agar Engkau memperhatikan
Lalu melindungi mereka anak-anak ku
Sekarang ia berlari kearah-Mu
Maka sambut dan dekaplah
Lalu selamatkan mereka
(Do’a seorang bapak)
Tuhan kiranya pernah Engkau mendengar wahai tempat bertumpu, mendengar jerit hati seorang ayah
Engkau mulai merangkai benang untuk memenuhi pinta ayah bijak itu
Tentulah semua itu menjadikan hasrat besarku untuk mengiba dihadapan-Mu
Walau….
Aku bukanah ayah yang bijak
Aku belumlah seorang hamba yang telah membiasa diri mendekat, mengiba dan menangis diantara celah-celah pintu-Mu.
Mendekat diri dalam tiap ucap dan laku pada-Mu
Untuk mendapat perkenan dari-Mu
Jua mendapat keridhaan-Mu
Tuhan…..
Mungkin tak seharusnya aku kata pada-Mu
Begitupun ucapan-ucapan yang lain
Sebab lumpur nista dan jurang dosa
Disitulah kini adanya diriku
Namun …..
Kemana harus melangkah?
Kemana akan memilih
Sedang hanya Engkau satu terbaik
Tiada ada
Melaikan hanya pada-M bijak hati memuja
Tuhan sebelumnya ingatkanlah aku
Sadarkanlah aku
Serta iringkan bombing didik-Mu
Akan semua langkah, langgarku
Ajariku mensyukur nikmat karunia-Mu
Mengambil ajar dari setiap helainya
Duhai sembahan…
Aku belum benar dalammenyembah-Mu
Hiasan kelalaian masih mennggantung dalam sholat-sholatku
Dunia masih tampak mulia, sesungguhnya fana
Dunia tak jenuh mengganjal mata
Dunia disetiap sisi wujudnya
Dan aku gundah, aku lara, aku derita
Untuk satu tubuh
untuk satu ruh.
yang telah engkau amanat kepadaku
dank ala itu aku sambut dengan janji untuk meyakinkan-Mu
Tuhan… ternyata berta, sungguh berat untuk ku usung
Tuhan…tak seharusnya
Aku mengeluh karena derita
Mengadu karena lara
Tapi itulah jujur hati
dan engkau tahu apa adanya, disetiap kurang dan nistaku yang kemudian engau tutup, Engkau ganti kebaikan seraya engkau sebarkan, sehingga semua orang tidak enggan denganku
Tuhan atas semua pertolongan hamba-Mu kepadaku tak sedikitpun aku mampu mengimbang
Dan atas semua limpah karunia-Mu padaku
Aku tak tahu bagaimana adaku
Aku dalam batas-batas
Aku sebagaimana engkau tahu
Tuhan kabulkan untukku do’aku
hingga orang-orang tercegah dari kerugian karenaku
Tuhan …aku inginmenembus batas tabir-tabir yang mengurung diri, namun mampukah aku?
Kegamangan, kelalaian, kebodohan dan kemalasan melilit erat dua kaki kesungguhan
Memangkas mata-mata kekhusyu’an.
Tuhan ingin hati bersama-Mu, mendapat percik sinar milik-Mu
Akankah engkau larang?
Ingin hati terjaga dalam syar’i-Mu, mengambil hikmah dari semua pemahaman
Mungkinkah Engkau persulit?
Penuh sudah pikiran oleh pengertian bahwa Engkau adalah Engkau
Engkaulah pemurah
Engkaulah Maha segala
Engkaulah Engkau dengan segala keagungan-Mu
Tuhan usai sudah aku mendapat ilmu
Bahwa syar’i-Mu adalah syar’i-Mu
Tidak ada unsur kedekatan, kekerabatan
Untuk semua aturan-Mu
Hingga syar’i-Mu dikesampingkan
Tuhan …
Neraka adalah neraka
Manivestasi ketidak ridhaan-Mu
Begitu berat beban dunia
Aku takut menuai dera siksa karenanya
Aku ingin selamat
Aku hanya manusia biasa
Aku butuh Engkau
Hingga panas siksa tidak jadi Engkau suguh Untuk aku tegak, hingga terbakar jasad dan ruh
Ya Allah….
Terangkan langkah hamba dengan cahaya-Mu
Beri kesungguhan untuk melewati semua
Bantulah hamba
Dalam memilih
Dalam memilah
Dalam menempatkan tiap langkah laku
Ya Allah maha Suci Engkau
Salam atas para nabi-Mu
Para Rasul-Mu
Keluarga Rasul-Mu
Subhanallah
Segala Pujiku Bagi-Mu
Dimanakah.....
Tak lagi kerlingya
Tak gerai senyum
Terundung sepi demi mengurai arti
Tampak jua kelam rasa menunggui
Terengah menilik makna
Terdengarkah akhirnya
Tersampaikah ...............
Terusung jua dalam hakikat diri
Terbawa dikemestian tuk memuncak batin sejati
Tertipukah di balik kemilau itu
Tak adakah jalan penengah.
Tiadakah penerang kembali
Terhuyung semua bayang
Terdiam senyata
Telah tertunduk kini
Termangu memaham retak bumi akhirnya.
Terurai rekaman masa lalu akhirnya.
Tergerai air bening penyesalan
Tampaklah ribu sedihnya.
Ternyuh sejadi-jadi
Tertelungkup wajah diri
Dan sungguh Seorang ibu adalah
Matahari Pencerah Bagi Anak
Tidak ada komentar:
Posting Komentar