Siapa bilang organisasi menghambat kita dalam berprestasi di bidang akademik? Banyak dikalangan mahasiswa berpendapat bahwa dengan organisasi akan mengakibatkan berkurangnya prestasi dalam bidang akademik, bahkan ada pula mahasiswa yang menjadikan suatu organisasi tertentu dalam menurunnya tingkat prestasi akademik, dalam hal ini para mahasiswa perlu mengetahui apa sih itu organisasi? Banyak dikalangan mahasiswa salah mengartikan kata “ORGANISASI”.
Organisasi merupakan sebuah system kerja sama antara dua orang atau lebih yang memiliki visi dan misi yang sama serta teroganisir. System tersebut merupakan kesatuan organis yang menyeluruh dan saling berinteraksi satu dengan yang lainnya, serta bersifat dinamis. Tapi, sebagian masyarakat menganggap bahwa pengertian tersebut tidak akan bisa membuat orang dengan mudah memahami arti penting dari keterlibatan orang lain dalam sebuah organisasi. Mereka masih menganggap bahwa orang yang berada dalam suatu organisasi tidak akan bisa mengatur waktu antara berorganisasi dan belajar. Misalnya antara kuliah dan KMK. Persepsi tersebut justru malah membuat mind set masyarakat khususnya mahasiswa sendiri itu percaya. Pengaruh tersebut selalu membayangi pikiran mahasiswa yang baru terjun ke dunia organisasi. Padahal, apa yang ada di mind set mahasiswa itu sendiri malah akan membuat hal tersebut menjadi nyata. Sehingga kita seharusnya mahasiswa tersebut mengatur ulang mind set yang awalnya memisahkan antara berorganisasi dengan kuliah dengan menyatukan kedua hal tersebut. Mengapa demikian, karena dengan memisahkan mereka akan membuat kita mempunyai dua beban yang berat. Tapi, jika kita menyatukan antara satu dengan yang lainnya maka beban yang ada pun akan menjadi satu. Perjalanan antara organisasi dan kuliah pun harus berdampingan.
Bila diamati berdasarkan aktivitasnya, terdapat dua tipe mahasiswa yaitu pertama tipe mahasiswa yang apatis terhadap kegiatan organisasi kemahasiswaan dan kedua adalah tipe mahasiswa aktif di organisasi kemahasiswaan (aktivis). Kedua tipe tersebut sangat jelas terlihat perbedaannya.
Mahasiswa yang apatis itu hanya memikirkan dunia perkuliahannya saja dan segala sesuatunya selalu diukur dengan pencapaian kredit mata kuliah dan indeks prestasi yang tinggi serta berupaya menyelesaikan kuliah dalam waktu yang sesingkat-singkatnya. Namun biasanya tipe mahasiswa seperti ini, akan mengalami kelemahan dalam hal sosialisasi diri dengan lingkungan dan masyarakat sekitarnya. Dampak negatifnya bisa saja dirasakan ketika telah memasuki ‘dunia kerja’. Tipe mahasiswa ini lebih pada sikap pragmatis yang dimilikinya yaitu kuliah secepatnya, lulus jadi sarjana dan ‘siap kerja’. Sesederhana itukah kita?
Nyatanya dunia kerja tidak sekedar menuntut kualitas kesarjanaan, tetapi juga menuntut kualitas sosialisasi. Apalagi dunia kerja yang menuntut kerja sama dan interaksi yang lebih intensif, serta mengutamakan kemampuan logika berbahasa. Sarjana yang hanya sekedar mengandalkan logika dunia keilmuannya tentu akan tersisih.
Sedangkan tipe mahasiswa aktivis adalah mahasiswa yang selain menekuni aktifitas perkuliahan tapi juga menyempatkan untuk mengikuti organisasi kemahasiswaan. Keaktifan di organisasi ini biasanya dilandasi oleh bakat, hobi, tuntutan jiwa organisasi dan kepemimpinan, tuntutan sosial atau berupa pelarian dari aktivitas perkuliahan yang kadang dianggapnya membosankan.
Konsekuensi logis dari sosok mahasiswa seperti ini tentunya konsentrasi pemikiran dan waktu akan terbagi menjadi dua, satu sisi pada perkuliahan dan sisi yang lain pada kegiatan organisasi. Kegiatan perkuliahan juga terkadang malah terganggu oleh kegiatan organisasi atau bahkan ada yang meninggalkannya karena terlalu asyik. Sehingga terkadang menjadi alasan pembenar bahwa mahasiswa aktivis adalah mahasiswa abadi dan terancam DO.
Namun, bila dilihat dari kemampuan berorganisasi dan kepemimpinan serta sosialisasi tentu akan sangat berbeda bila dibandingkan dengan mahasiswa yang apatis. Pengalaman dalam mengungkapkan realita dan bermain logika dalam berbahasa semakin mematangkan diri sebagai sosok mahasiswa. Apalagi bila dikaitkan dengan fungsi lain dari kampus sebagai agen perubahan (agent of change), maka peran para mahasiswa ini tak dapat dilihat dengan sebelah mata. Mereka selalu menjadi motor penggerak dalam menyuarakan aspirasi masyarakat dalam menyikapi tuntutan-tuntutan kritis masyarakat dan permasalahan sosial, ekonomi dan politik lainnya.
Kecuali bagi mahasiswa yang membuat aktifitasnya di organisasi kemahasiswaan hanya sebagai pelarian dari aktifitas perkualiahannya. Kegiatan kuliah, penyelesaian tugas, praktikum, aktualisasi ide dan kajian keilmuan, dan sebagainya malah terabaikan. Organisasi kemahasiswaan hanya dijadikan tempat untuk menyenangkan diri. Sosok mahasiswa aktivis ini tentunya bukan sosok mahasiswa yang diharapkan. Karena memang kewajiban utama seorang mahasiswa adalah mengikuti perkuliahan dengan penuh tanggung jawab. Tidak dibenarkan bila kegiatan organisasi yang kadang menyita waktu kuliah selalu dijadikan alasan untuk tidak mengikuti kegiatan perkuliahan. Mahasiswa demikian tidak mempunyai pegangan yang jelas sebagai seorang mahasiswa. Akibatnya bisa ditebak, penyelesaian kredit mata kuliah menjadi terhambat. Dan bisa saja julukan ‘mahasiswa abadi’ pun melekat kepadanya. Bahkan bisa mahasiswa terancam DO.
Jadi mahasiswa harus mempunyai sudah mempunyai gambaran bagaimana harus bersikap dalam berorganisasi dan bersosialisi. Yang terpenting di dalam kegiatan perkuliahan dan organisasi tersebut mahasiswa harus mampu membagi waktu dan prioritas dari kegiatan-kegiatan yang akan dijalaninya. Semua orang pasti mengunginkan untuk menjadi sarjana plus yaitu sarjana yang tidak hanya pintar dalam keilmuannya tapi juga mampu bersosialisasi dan berorganisasi dengan baik dan bertanggung jawab dengan lingkungannya serta peka terhadap perubahan-perubahan yang terjadi dalam masyarakat.
Oleh karena itu, kita harus memperbaiki pemahaman bagaimana cara kita berorganisasi, dari berpikir bahwasanya organisasi merupakan sebuah alasan ketika prestasi kita menrun di bidang akademik menjadi pola pikir yang menjadikan sebuah organisasi menjadi sebuah prestasi yang dapat di banggakan. Terbukti dengan prestasi senior-senior kita yang mengikuti organisasi, hidup dalam perkuliahan jauh lebih baik dari pada yang tidak mengikuti organisasi, mereka yang mengikuti organisasi cenderung lebih aktif dan memiliki pemikiran yang jauh lebih baik daripada yang tidak berorganisasi ketika mereka berada di dalam kelas, dan hal itu dapat menampik alasan para mahasiswa yang terkena sanksi bahwa organisasilah yang membuat mereka tidak lagi berprestasi. Mereka yang berkata demikian sebenarnya mereka tidaklah menghayati arti dari organisasi, atau mereka dalam mengikuti organisasi hanya main-main.
Jika kita teliti lebih lanjut prestasi dalam bidang akademik dapat di kaitkan dengan prestasi di bidang organisasi, seseorang yang hanya dapat berprestasi dalam bidang akademik cenderung susah dalam bersosialisasi ketika mereka lulus nanti ini dikarnakan kurangnya pengalaman yang mereka dapatkan, toh kelak ketika kita lulus nanti kita akan bekerja dan dalam bekerja itu merupakan suatu organisasi yang dipimpin oleh seorang Direktur Perusahaan (jika kita bekerja di sebuah perusahaan), Ketua Yayasan dan Kepala Sekolah (jika kita menjadi seorang guru), jika kita jarang berorganisasi atau malah tak pernah berorganisasi mereka akan cenderung sulit untuk beradaptasi dengan suasana yang ada dalam lingkungan kerja. Sebaliknya seseorang yang senang berorganisasi ia akan dapat bersosialisasi dalam bekerja dengan baik, karena ia sudah terbiasa dengan organisasi sehingga ia dapat bekerja dengan baik.
Kita sebagai mahasiswa hendaknya mulai membiasakan diri dengan organisasi yang telah tersedia disekitar lingkungan kampus kita. Mengapa dikatan sukses dalam berorganisasi dan akademik akan menjamin kesuksesan di massa yang akan datang? Padahalkan ketika kita menyatukan keduanya sangatlah sulit bahkan tak jarang mahasiswa yang terbengkalai kuliahnya karena ke-asyikan dalam berorganisasi, ini merupakan contoh mahasiswa yang terlalu mengutamakan organisasi, padahal kita harus mengutamakan kedua-duanya sama rata atau harus adil dalam menyikapi keduanya. Oleh karna itu, dikatakan bahwa orang yang sukses atau berprestasi dalam bidang akademik dan organisasi akan menjamin kesuksesan di massa yang akan datang, dikarnakan orang yang dapat menyatukan keduanya dengan baik orang itu dapat membagi waktu dengan baik antara berorganisasi dan dengan belajar, sehingga ia akan sukses dalam kehidupan massa yang akan datang.
Bahkan ada yang berkata bahwa ”Mahasiswa, akademik dan organisasi, kalimat ini memang sudah sangat singkron dan sudah begitu melekat untuk disandingkan menjadi elemen kata yang tidak bisa dipisahkan. Hal ini dikarenakan semua aktivitas kampus yang ada saat ini pasti ada kaitannya antara dunia akademik dan organisasi. Kampus merupakan kawah candradimuka bagi para mahasiswa sebagai insan kampus yang masih idealis yang akan menentukan kemajuan masa depan sebuah bangsa. Mahasiswa harus bisa memahami fungsi serta perannya. Mahasiswa sebagai insan akademis harus bisa menunjukkan keintelektualanya dibuktikan dengan prestasinya. Sedangkan mahasiswa sebagai insan pencipta dan pengabdi bisa ditunjukan dengan salah satunya aktif di organisasi. Karena dengan ikut organisasi jiwa – jiwa sosial, pengembangan soft skill akan terbentuk”
Berdasarkan apa yang telah dipaparkan diatas kita harus dapat menjadi seorang mahasiswa yang mampu sukses atau berprestasi dalam bidang akademik dan organisasi, karena banyak mahasiswa yang hanya berprestasi dalam bidang akademik, banyak pula mahasiswa yang hanya berprestasi dalam bidang organisasi saja, tapi tidak banyak mahasiswa yang berprestasi dalam kedua bidang tersebut, karena ini sangat sulit sekali untuk dilaksanakan secara bersamaan karena banyak sekali hal yang bakal di korbankan.
Namun dari dulu hingga sekarang ada stigma bahwa antara organisasi dan akademik tidak bisa berjalan bersama. Sehingga jika seorang unggul di bidang organisasi maka akademiknya akan kalah. Pun demikian sebaliknya jika seorang mahasiswa mempunyai IPK tinggi, jiwa organisasinya tidak jalan. Sebenarnya stigma tersebut terbentuk hanya berdasarkan kepada sedikit kasus aja. Terkesan subjektif dalam menyimpulkannya. Jadi stigma tersebut malah akan menjadi penghambat dari jiwa kreatifitas mahasiswa. Mahasiswa akan mandeg dan takut untuk berorganisasi. Mahasiswa yang sudah terlanjur ikut organisasi akan ogah belajar karena sudah terpatri dalam alam pikirnya bahwa tidak mungkin akan mendapat prestasi yang bagus betapapun hebatnya ihtiar yang dilakukan. Stigma di atas tidak benar adanya dan hanya menjadi alasan pembenar bagi orang – orang yang malas dan orang yang tidak mau berubah. Sudah banyak bukti di sekeliling kita bahwa mahasiswa bisa berprestasi dan unggul dalam organisasi secara bersamaan.
Apa saja sih yang menyebabkan kita sebagai mahasiswa dapat berprestasi dalam bidang akademik dan organisasi? Pada intinya hanyalah niat yang ikhlas dalam menunaikan kedua-duanya, mampu membagi waktu dengan baik, kapan ia harus belajar dan kapan dia harus berorganisasi?, tak jarang para aktivis memiliki sebuah jadwal kegiatannya dalam jangkau mingguan, bulanan bahkan memiliki rancangan apa yang akan ia lakukan di 1 tahun, 5 tahun bahkan 10 tahun yang akan datang. Jadwal seperti ini sangatlah penting bagi seorang mahasiswa karna ia dapat membagi dengan baik waktu yang ada, (kapan ia harus belajar dan kapan ia harus berorganisasi?).
Seorang mahasiswa dapat dikatakan berprestasi dalam bidang akademik apabila IPK yang ia miliki lebih besar dari 3,00, sedangkan prestasi dalam organisasi tidak dapat diukur dalam angka-angka, tetapi dapat dinilai dari perubahan yang baik pada diri mahasiswa menjadi lebih baik dan dapat pula dilihat dari segi kesuksesan mereka dalam mengadakan suatu acara atau agenda. Mengapa demikian?
Hal ini dikarnakan akademik lebih cenderung pada penilaian-penilaian dari hasil ujian-ujian yang diadakan oleh pihak universitas dan memiliki standar minimal, sedangkan prestasi akademik dinilai dari segi kematangan seorang mahasiswa dalam berorganisasi dan tidak memiliki standar, karena dalam sebuah organisasi terdiri dari banyak karakter yang berbeda-beda dan memiliki kelebihan masing-masing (ada yang pandai dalam bernegosiasi dengan birokrat, ada yang bisa memenej organisasi dengan baik, dan ada pula yang memiliki keunggulan dalam bidang-bidang lainnya).
Jadikan suatu organisasi menjadi pendamping yang baik bagi prestasi akademik kita dan jangan jadikan pendamping yang menghancurkan prestasi akademik kita. Karena dengan menjadikan organisasi pendamping yang baik bagi prestasi akademik kita, kita akan menjadi seorang yang memiliki prestasi yang luar biasa karena kita dapat mengawinkan prestasi akademik dan prestasi organisasi, meski sulit namun tidak sedikit dari mahasiswa yang telah mampu mengawinkan kedua prestasi tersebut. Hasilnya mereka kini sukses di dunia mereka masing-masing. Oleh karena itu kita harus bisa melakukannya karena kita juga seorang mahasiswa yang ingin berprestasi di kemudian hari yang akan datang (kalau bahasa gaulnya sih… kalau mereka bisa kenapa kita ga bisa??)
Mengapa sukses dalam mendapatkan kedua prestasi tersebut mampu menjamin massa depan kita? Dalam bidang akademik sudah dapat kita ketahui bersama nilai akademik yang bagus akan mempengaruhi dimana kelak kita akan ditempatkan ketika kita kerja, namun jangan lupakan manfaat kesuksesan dalam berorganisasi, diantaranya kita dapat menjadi lebih percaya diri, mampu menjadi seorang pembicara yang baik, mudah bersosialisasi dan banyak menambah wawasan yang di dunia akademik kita tidak dapat mendapatkannya, hal ini lah yang dibutuhkan dalam bekerja kelak, selain itu dikarenakan kita sudah terbiasa dalam membagi waktu dengan baik kita dapat menerapkan kebiasaan baik kita di dunia kerja kita, insaallah akan menjadikan kita seorang pekerja yang baik dan akan mendapatkan posisi yang terbaik dari kesuksesan kita massa lampau yakni mampu berprestasi dalam bidang organisasi dan akademik.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar