LUBUKLINGGAU-Karya ilmiah merupakan satu tulisan yang mengulas permasalahan sehingga mampu menawarkan solusi pemecah yang efektif. Biasanya karya ilmiah dibuat berlandaskan referensi-referensi yang akurat. Sebagian besar penulis karya ilmiah kalangan mahasiswa dan dosen.
Hanya saja, meskipun karya ilmiah sangat bermanfaat untuk meningkatkan prestasi dosen maupun mahasiswa, minat untuk menulis karya ilmiah oleh kaum intelektual di Kota Lubuklinggau masih minim.
Oleh sebab itulah, seiring dengan pentingnya seorang dosen maupun mahasiswa untuk membuat karya ilmiah, sebagian besar perguruan tinggi sudah mengagendakan untuk membuat sebuah jurnal khusus. Yang pada akhirnya dapat dimanfaatkan bagi dosen untuk menerbitkan karya ilmiah buatannya.
Salah satu Perguruan Tinggi di Kota Lubuklinggau yang sudah rutin menerbitkan jurnal adalah STIE-STMIK Mura. Sekolah Tinggi Ilmu Ekonomi (STIE) Mura telah membuat jurnal sejak lima tahun lalu. Sedangkan Sekolah Tinggi Ilmu Komputer (STMIK) Mura menerbitkan jurnal karya ilmiah baru dua tahun lalu.
Demikian jelas Pembantu Ketua III STMIK-STIE Mura, Supriyanto didampingi Ketua LPPM, Muhammad Effendi, Kamis (20/1).
Jurnal tersebut diterbitkan tiga kali dalam satu tahun.
“Sebelumnya, saat tahun pertama dan kedua penerbitan jurnal dua kali dalam satu tahun. Namun pada tahun-tahun selanjutnya STIE-STMIK Mura menerbitkan jurnal tiga kali dalam satu tahun,” jelas Muhammad Effendi.
Karya ilmiah yang masuk dalam penerbitan jurnal ini mengangkat tema ekonomi. Meski penulisnya berasal dari berbagai disiplin ilmu, namun konteks pembahasannya akan dijuruskan pada bidang ekonomi.
Sementara itu, dalam setiap jurnal yang diterbitkan ini memuat tujuh tulisan. Tujuh tulisan tersebut murni karya ilmiah para dosen, yang sumbernya berasal dari berbagai macam referensi.
Terpisah, Supriyanto mengatakan salah satu penyebab utama para dosen enggan atau malas menulis karya ilmiah adalah terbatasnya buku yang tersedia. Namun, untuk mengatasi hal tersebut STMIK-STIE Mura melakukan kerjasama dengan beberapa penerbitan.
“Cara ini sangat efektif untuk membantu para dosen dalam mengumpulkan referensi dalam membuat karya ilmiah. Selain itu, dengan bekerja sama dengan penerbitan juga mampu memberikan dampak positif bagi mahasiswa. Ketika mereka membutuhkan data melalui buku, atau mereka membutuhkan buku kuliah. Kami bisa langsung meminta kepada pihak penerbitan untuk menyiapkan,” jelas Supriyanto.
Ia berharap 2011 ini, minat dosen maupun mahasiswa untuk membuat karya ilmiah semakin tinggi. Jika dibanding 2008 lalu, 2010 ini jumlah karya ilmiah yang disetorkan ke LPPM sudah mengalami peningkatan yang signifikan.
Menurut Supriyanto, sebenarnya banyak sekali dampak positif jika seorang dosen mau menulis karya ilmiah dan diterbitkan di jurnal.
Seperti, bisa memberikan nilai tambah dalam pengajuan Surat Izin Mengajar (SIM), memberikan kelengkapan pengurusan berkas sertifikasi, dan bisa membantu kenaikan jenjang akademik. (03)
Hanya saja, meskipun karya ilmiah sangat bermanfaat untuk meningkatkan prestasi dosen maupun mahasiswa, minat untuk menulis karya ilmiah oleh kaum intelektual di Kota Lubuklinggau masih minim.
Oleh sebab itulah, seiring dengan pentingnya seorang dosen maupun mahasiswa untuk membuat karya ilmiah, sebagian besar perguruan tinggi sudah mengagendakan untuk membuat sebuah jurnal khusus. Yang pada akhirnya dapat dimanfaatkan bagi dosen untuk menerbitkan karya ilmiah buatannya.
Salah satu Perguruan Tinggi di Kota Lubuklinggau yang sudah rutin menerbitkan jurnal adalah STIE-STMIK Mura. Sekolah Tinggi Ilmu Ekonomi (STIE) Mura telah membuat jurnal sejak lima tahun lalu. Sedangkan Sekolah Tinggi Ilmu Komputer (STMIK) Mura menerbitkan jurnal karya ilmiah baru dua tahun lalu.
Demikian jelas Pembantu Ketua III STMIK-STIE Mura, Supriyanto didampingi Ketua LPPM, Muhammad Effendi, Kamis (20/1).
Jurnal tersebut diterbitkan tiga kali dalam satu tahun.
“Sebelumnya, saat tahun pertama dan kedua penerbitan jurnal dua kali dalam satu tahun. Namun pada tahun-tahun selanjutnya STIE-STMIK Mura menerbitkan jurnal tiga kali dalam satu tahun,” jelas Muhammad Effendi.
Karya ilmiah yang masuk dalam penerbitan jurnal ini mengangkat tema ekonomi. Meski penulisnya berasal dari berbagai disiplin ilmu, namun konteks pembahasannya akan dijuruskan pada bidang ekonomi.
Sementara itu, dalam setiap jurnal yang diterbitkan ini memuat tujuh tulisan. Tujuh tulisan tersebut murni karya ilmiah para dosen, yang sumbernya berasal dari berbagai macam referensi.
Terpisah, Supriyanto mengatakan salah satu penyebab utama para dosen enggan atau malas menulis karya ilmiah adalah terbatasnya buku yang tersedia. Namun, untuk mengatasi hal tersebut STMIK-STIE Mura melakukan kerjasama dengan beberapa penerbitan.
“Cara ini sangat efektif untuk membantu para dosen dalam mengumpulkan referensi dalam membuat karya ilmiah. Selain itu, dengan bekerja sama dengan penerbitan juga mampu memberikan dampak positif bagi mahasiswa. Ketika mereka membutuhkan data melalui buku, atau mereka membutuhkan buku kuliah. Kami bisa langsung meminta kepada pihak penerbitan untuk menyiapkan,” jelas Supriyanto.
Ia berharap 2011 ini, minat dosen maupun mahasiswa untuk membuat karya ilmiah semakin tinggi. Jika dibanding 2008 lalu, 2010 ini jumlah karya ilmiah yang disetorkan ke LPPM sudah mengalami peningkatan yang signifikan.
Menurut Supriyanto, sebenarnya banyak sekali dampak positif jika seorang dosen mau menulis karya ilmiah dan diterbitkan di jurnal.
Seperti, bisa memberikan nilai tambah dalam pengajuan Surat Izin Mengajar (SIM), memberikan kelengkapan pengurusan berkas sertifikasi, dan bisa membantu kenaikan jenjang akademik. (03)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar