Oleh, MAHURI
MAHASISWA PASCASARJANA (S2) Teknologi pendidikan UNIB
1.Pendahuluan
Pada hekikatnya program pembelajaran bertujuan tidak hanya memahami dan menguasai apa dan bagaimana suatu terjadi, tetapi juga memberi pemahaman dan penguasaan tentang “ mengapa hal itu terjadi “. Berpijak dari permasalahan tersebut, maka pembelajaran pemecahan masalah menjadi sangat penting untuk diajarkan.
Pada dasarnya tujuan akhir pembelajaran adalah menghasilkan siswa yang memiliki pengetahuan dan keterampilan dalam memecahkan masalah yang dihadapi kelak di masyarakat. Untuk menghasilkan siswa yang memiliki kompetensi yang andal dalam pemecahan masalah, maka diperlukan serangkaian strategi pembelajaran pemecahan masalah. Berdasarkan kajian beberapa literatur terdapat banyak strategi pemecahan masalah yang kiranya dapat diterapkan dalam pembelajaran.
Pemecahan masalah dipandang sebagai suatu proses untuk menemukan kombinasi dari sejumlah aturan yang dapat diterapkan dalam upaya mengatasi situasi yang baru. Proses yang dimaksud bukan dilihat sebagai perolehan informasi yang tejadi secara satu arah dari luar ke dalam diri siswa, melainkan sebagai pemberian makna oleh siswa kepada pengalamannya melalui proses asimilasi dan akomodasi yang bermuara pada pemuktakhiran struktur kognitifnya.
Kemampuan pemecahan masalah sangat penting artinya bagi siswa dan masa depannya. Para ahli pembelajaran sependapat bahwa kemampuan pemecahan masalah dalam batas-batas tertentu, dapat dibentuk melalui bidang studi dan disiplin ilmu yang diajarkan. (Suharsono, 1991 dalam Muna, 2009).
Mata pelajaran biologi sebagai bagian dari bidang sains, menuntut kompetensi belajar pada ranah pemahaman tingkat tinggi yang komprehensif. Namun, dalam kenyataan saat ini siswa cendrung menghafal daripada memahami, padahal pemahaman merupakan modal dasar bagi penguasaan selanjutnya. Siswa dikatakan memahami apabila dapat menunjukkna unjuk kerja pemahaman tersebut pada tingkat kemampuan yang lebih tinggi, baik pada konteks yang sama maupun pada konteks yang berbeda. (Gardner, 1999 dalam Muna, 2009).
Pemahaman merupakan perangkat standar program pendidikan yang mereflesikan kompetensi sehingga dapat mengantarkan siswa untuk menjadi kompeten dalam berbagai bidang kehidupan. (Yulaelawaty, 2002). Sedangkan kompetensi seseorang yang telah menyelesaiakan pendidikan dijadikan titik tolak dari kurikulum berbasis kompetensi. Dengan demikian pemahaman merupakan salah satu faktor yang sangat penting dalam belajar biologi. Belajar untuk pemahaman dalam bidang biologi harus dapat dipertimbangkan oleh para pendidik dalam rangka mencapai tujuan-tujuan pendidikan mata pelajaran. Untuk dapat mewujudkan hal tersebut maka pembelajaran dengan pemecahan masalah menjadi hal yang sangat diperlukan dalam pembelajaran biologi. Salah satu model pembelajaran yang dapat digunakan adalah strategi pembelajaran inkuiri biologi.
Oleh sebab itu dalam artikel ini akan dibahas lebih lanjut mengenai pemecahan masalah dengan menggunakan strategi pembelajaran inkuari biologi.
2.Pembelajaran Menurut Pandangan Konstruktivis
Strategi pembelajaran inkuiri biologi merupakan salah satu model pembelajaran yang dikembangkan berdasarkan paradigma konstruktivisma. Sehubungan dengan hal itu, maka pembahasan tentang strategi pembelajaran inkuiri biologi akan diawali dengan uraian singkat tentang pandangan konstruktivisma dalam pendidikan.
Menurut paradigma konstruktivistik, ilmu pengetahuan bersifat sementara (tentatif) terkait dengan perkembangan yang dimediasi baik secara sosial maupun kultural, sehingga cendrung bersifat subyektif. Belajar menurut pandangan konstruktivis lebih sebagai proses regulasi diri dalam menyelesaikan konflik kognitif yang sering muncul melalui pengalaman kongkrit, wacana kolaboratif, dan interpretasi. Belajar adalah kegiatan aktif pebelajar untuk membangun pengetahuannya. Pebelajar sendiri yang bertanggung jawab atas pristiwa belajar dan hasil belajarnya. Pebelajar sendiri yang melakukan penalaran melalui seleksi dan organisasi pengalaman serta mengintegrasikan dengan apa yang telah diketahui. Belajar merupakan proses negosiasi makna berdasarkan pengertian yang dibangun secara personal. Belajar bermakna terjadi melalui refleksi, resolusi konflik kognitif, dialog, penelitian, pengujian hipotesis, pengambilan keputusan, yang semuanya ditujukan untuk memperbaharui tingkat pemikiran individu sehingga menjadi semakin sempurna.
Paradigma konstruktivistik, merupakan basis reformasi pendidikan saat ini. Menurut paradigma konstruktivistik, pembelajaran lebih mengutamakan pemecahan masalah, mengembangkn konsep, konstruksi solusi dan algoritma ketimbang menghafal prosedur dan menggunakannya untuk memperoleh jawaban benar. Pembelajaran dicirikan oleh aktivitas eksperimentasi , pertanyaan-pertanyaan, investigasi, hipotesis, dan model-model yang dibangkitkan oleh pebelajar sendiri. Secara umum , terdapat lima prinsip dasar yang melandasi kelas konstruktivistik ( Brooks & Brooks, 1993 dalam Santiyasa, 2004), yaitu (1) meletakkan permasalah yang relevan dengan kebutuhan pebelajar, (2) menyusun pembelajaran disekitar konsep-konsep utama, (3) menghargai pandangan pebelajar, (4) materi pembelajaran menyesuaikan terhadap kebutuhan pebelajar, dan (5) menilai pembelajaran secara kontekstual.
Bertolak dari pandangan konstruktivisma bahwa pengetahuan dibangun di dalam pikiran pebelajar dan bahwa pengetahuan tidak dapat dipindahkan secara utuh dari pikiran guru kepikiran pebelajar, maka para konstruktivis menghendaki adanya pergeseran yang tajam bagi sosok yang berdiri di depan kelas sebagai guru. Pergeseran dari seseorang yang mengajar menjadi seorang fasilitator. Tugas sebagai fasilitator relatif lebih berat dibandingkan hanya sebagai transmiter pembelajaran. Pengajar sebagai fasilitator akan memilki konsekuensi langsung sebagai expert learners, manager, dan mediator.
Sebagai expert learners, pengajar diharapkan memiliki pemahaman mendalam tentang materi pembelajaran, menyediakan waktu yang cukup untuk pebelajar, menyediakan masalah dan alternatif solusi, memonitor proses belajar dan pembelajaran, merubah strategi ketika pebelajar sulit mencapai tujuan, berusaha mencapai tujuan kognitif, metakognitif, afektif, dan psikomotorik pebelajar.
Sebagai manager, pengajar berkewajiban memonitor hasil belajar para pebelajar dan masalah-masalah yang dihadapi mereka, memonitor disiplin kelas dan hubungan interpersonal, dan memonitor ketepatan penggunaan waktu dalam menyelesaikan tugas. Dalam hal ini, pengajar berperan dalam expert teacher yang member keputusan mengenai isi, menseleksi proses-proses kognitif untuk mengaktifkan pengetahuan awal dan pengelompokan pebelajar.
Sebagai mediator, pengajar memandu mengetengahi antar pebelajar, membantu para pebelajar memformulasikan pertanyaan atau menkontruksi representasi visual dari suatu masalah, memandu para pebelajar mengembangkan sikap positif terhadap belajar, pemusatan perhatian, mengaitkan informasi baru dengan pengetahuan awal, dan menjelaskan bagaimana mengaitkan gagasan-gagasan para pebelajar, pemodelan proses berpikir dengan menunjukknan kepada pebelajar ikut berpikir kritis.
3.Strategi Pembelajran Inkuiri Biologi
Proses pembelajaran berjalan secara optimal perlu adanya rencana pembuatan strategi pembelajaran. Strategi pembelajaran menurut Arthur L. Costa,(1985, dalam Trianto, 2007), merupakan pola kegiatan pembelajaran berurutan yang diterapkan dari waktu ke waktu dan diarahkan untuk mencapai tujuan yang diinginkan. Kemp (1995, dalam Sanjaya 2009) menjelaskan bahwa strategi pembelajaran adalah suatu kegiatan pembelajaran yang harus dikerjakan guru dan siswa agar tujuan pembelajaran dapat dicapai secara efektif dan efisien. Senada dengan pendapat diatas , Dick dan Carey (1985, dalam Sanjaya 2009) mendifinisikan strategi pembelajaran adalah suatu set materi dan prosedur pembelajaran yang digunakan secara bersama-sama untuk menimbulkan hasil belajar pada siswa. Jadi strategi pembelajaran merupakan teori preskriptif yang berperan sebagai fasilitas untuk mencapai tujuan belajar.
Strategi pembelajaran inkuiri merupakan teori preskriptif yang menggunakan proses pemecahan masalah dan pengambilan keputusan untuk memahami bagaimana melakukan dan bagaimana menggunakan pemahaman tersebut dalam mendiskripsikan fenomena, memformulasikan hipotesis, dan menguji hipotesis. Strategi pembelajaran inkuiri adalah rangkaian kegiatan pembelajaran yang menekankankan pada proses berpikir kritis dan analitis untuk mencari dan menemukan sendiri jawaban dari suatu permasalahan yang dipertanyakan. (Sanjaya, 2009). Senada dengan pendapat diatas, (Gulo, 2002 dalam Trianto, 2007) menyatakan strategi pembelajaran inkuiri berarti suatu rangkaian kegiatan belajar yang melibatkan secara maksimal seluruh kemampuan siswa untuk mencari dan menyelidiki secara sistematis, kritis, logis, analitis, sehingga mereka dapat merumuskan sendiri penemuannya dengan penuh percaya diri. Jadi inkuiri berkaitan dengan penemuan sendiri dalam pembelajaran.
Digunakannya model pembelajaran inkuiri biologi ( biological science inquiry model ) dalam pembelajaran didasari atas berbagai pertimbangan, yaitu sebagai berikut.
a. Model pembelajaran ini khusus dirancang hanya untuk mata pelajaran biologi dan dalam beberapa hasil penelitian telah terbukti dapat meningkatkan hasil elajar siswa. (Joice dan Weil, 1992, dalam Muna 2009)
b. Model pembelajaran inkuiri biologi, memiliki prosedur dan langkah-langkah yang sistematis sehingga mudah diterapkan oleh guru.
c. Model pembelajaran inkuri biologi dirancang dengan memadukan ketepatan strategi pembelajaran dengan cara otak bekerja selama proses pembelajaran.
Model pembelajaran inkuiri biologi pada mulanya dikembangkan oleh Schwab tahun 1965 yang termuat dalam Biological Science Curriculum Studi (BSCS), dan membahas tentang pengembangan kurikulum dan bentuk pembelajaran biologi pada sekolah menengah. (Joice dan Weil,1992, dalam Muna,2009). Esensi dari model pembelajaran ini adalah mengajarkan pada siswa untuk memperoleh pengetahuan seperti halnya para peneliti biologi melakukan penelitian. Sedangkan prosedurnya melibatkan siswa dalam penyelidikan masalah yang sebenarnya dengan cara melibatkan dalam penelitian, membantu siswa mnegidentifikasi konsep atau metode, dan mendorong siswa menemukan cara untuk memecahkan masalah yang dihadapi.
Model pembelajaran inkuiri biologi memiliki empat langkah pembelajaran ( Joice dan Weil, 1992 dalam Muna, 2009). Langkah-langkah tersebut adalah : Investigasi, Penentuan masalah, Identifikasi masalah, dan Penyimpulan/penyelesaian masalah. Oprasional tiap langkah dalam pembelajaran dapat dilihat pada tabel berikut ini.
No Tahap pembelajaran Kegiatan guru Kegiatan siswa
1 Investigasi Memberikan permasalahan yang berkaitan dengan pembelajaran pada siswa
Mendorong dan membimbing siswa melakukan pengkajian /investigasi terhadap permasalahan
Mendorong siswa aktif berpikir,belajar dan mencipta, serta mengekplorasi
Mendorong siswa melakukan pengkajian lebih lanjut terhadap permasalahan yang ada, mengumpulkan data, mengkaji,mengklasifikasikan data • Membaca permasalahan secara umum
• Menganalisis masalah
• Mengumpulkan data.
• Melakukan pengkajian/investigasi terhadap permasalahan
• Mencipta dan mengekplorasi
• Melakukan pengkajian lebih lanjut terhadap permasalahan yang ada.
• Mengumpulkan data, mengkaji, mengklasifikasikan data, dan sejenisnya
2 Penentuan Masalah Membingbing dan mengarahkan siswa untuk menentukan, memetakan masalah seseuai dengan jenisnya
Membantu siswa untuk melihat keterkaiatan antara kelompok/jenis masalah serta membuat pohon permasalahan dan sejenisnya • Memverifikasi dan memetakan data
• Menentukan masalah sesuai dengan data
• Melihat keterkaitan antara kelompok /jenis masalah dan membuat pohon permasalahan dan sejenisnya
3 Identifikasi Membantu siswa melakukan identifikasi dan verifikasi permasalahan mengembangkan hipotesis
Mendorong siswa mengembangkan hipotesis
Mendorong siswa mencari berbagai alternatif pemecahan masalah
Mendorong siswa mengembangkan kesimpulan sementara Melakukan identifikasi permasalahan, mengembangkan hipotesis mencari berbagai alternatif pemecahan dan pengembangan kesimpulan sementara
Mengembangkan hipotesis
Mencari berbagai alternatif pemecahan masalah
Mengembangkan kesimpulan sementara
4 Penyimpulan/penyelesaian masalah Mendorong siswa untuk mencari pemecahan masalah yang paling tepat
Membimbing siswa menganalisis (kelemahan dan kekuatan) berbagai kesimpulan yang telah dibuat
Membimbing dan membantu siswa menetapkan suatu kesimpulan yang paling tepat Menyimpulkan pemecahan masalah yang paling baik dan tepat untuk menyelesaiakan masalah
Menganilisis (kelemahan dan kekuatan) berbagai kesimpulan yang telah dibuat
Menetapkan kesimpulan yang palaing epat
4.Assesmen dan Penilaian Strategi Pembelajaran Inkuiri Biologi
Teknik-teknik penilaian untuk mengukur aktivitas-aktivitas strategi pembelajaran inkuiri biologi hendaknya bersifat lentur dan lebih bervariasi. Dalam hal ini, penilaian lebih ditujukan pada mengakses proses pembelajaran. Sebab itu, lebih banyak digunakan data subyektif untuk menilai pertumbuhan peserta didik. Bentuk-bentuk assesmen yang dapat digunakan dalam penilaian dapat berupa pengamatan unjuk kerja, laporan hasil pemecahan masalah, laporan proyek, tes dan lain-lain.
5.Penutup
Strategi pembelajaran inkuiri biologi adalah alternatif model pembelajaran inovatif yang dikembangkan berlandaskan paradigma konstrutivistik. Esensi dari model pembelajaran tersebut adalah mengajarkan pada siswa untuk memperoleh pengetehuan seperti halnya para peneliti biologi melakukan penelitian atau adanya orientasi pembelajaran dari yang semula berpusat pada pengajar menjadi berpusat pada pebelajar. Model pembelajaran inkuiri memberikan peluang pada siswa untuk memecahkan permasalahan dan mengambil keputusan melalui proses berpikir dalam pemerosesan informasi.
Model pembelajaran inkuiri bilogi dapat dilaksanakan dengan lima tahapan pembelajaran, yaitu : (1) Investigasi, (2) Penentuan masalah, (3) Identifikasi Masalah, dan (4) Penyimpulan/ penyelesaian masalah.
Aktivitas-aktivitas model pembelajaran inkuiri biologi dapat dievaluasi berdasarkan pengamatan unjuk kerja, laporan hasil pemecahan masalah, laporan proyek, dan tes.
Daftar Pustaka
Sanjaya, Wina, 2009. Strategi Pembelajaran Berdasarkan Standar Proses Pendidikan. Jakarta:KencanaMedia Group.
Sadia, Wayan. 2006. Model pembelajaran Berbasis Masalah. Makalah . Disajikan pada DIKLAT Peningkatan Kompetensi Guru Yang diselenggarakan Oleh LPMP Propinsi Bali.
Santiyasa,I Wayan. 2004. Model pembelajaran Problem Solving dan Reasoning. Jurnal Pendidikan dan Pengajaran Vol (2) No. 2. Hal 26 – 43.
Trianto.2007. Model-Model Pembelajaran Inovatif Berorientasi Konstruktivistik. Jakarta : Prestasi Pustaka.
Muna, Made. 2009. Strategi Pembelajaran Inovatif Kontemporer. Jakarta : Bumi Aksara.
Yulaelawati, E. 2002. Karakteristik Pembelajaran MIPA Berdasarkan Kurikulum Berbasis Kompetensi. Makalah disajikan pada seminar pembelajaran MIPA di FPMIPA IKIP Negeri Singaraja.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar