Senin, 23 November 2009
Honor 16 Peserta MGMP SMPN 6 Mulai Dibayar
“Pencairan honor ini langsung dari Lembaga Peningkatan Mutu Pendidikan (LPMP) Sumatera Selatan (Sumsel) kepada panitia inti dan kami cairkan kepada seluruh peserta. Dan bagi peserta yang ingin mengambil honor tersebut silakan datang ke SMPN 6 Lubuklinggau pada hari kerja langsung kepada ketua panitia,” ungkap ketua panitia inti MGMP Matematika SMP Negeri 6 Lubuklinggau, Nurlela ketika dijumpai wartawan koran ini di SMPN 6 Lubuklinggau, Senin(23/11).
Sebagaimana diberitakan sebelumnya, sebagian peserta MGMP Matematika SMP mempertanyakan tentang honor mereka yang belum dibayarkan oleh pihak panitia. Menyikapi keluhan beberapa peserta, pihak panitia telah menjelaskan bahwa honor yang mereka pertanyakan memang belum bisa dibayar karena sedang diproses oleh panitia LPMP Provinsi Sumsel.
“Keterlambatan itu disebabkan ada beberapa faktor, yakni adanya keterlambatan pengajuan proposal perbaikan yang diajukan ke pihak LPMP oleh panitia inti pelaksana MGMP. Kendati demikian, atas keterlambatan ini kami sebagai panitia mohon maaf semoga saja seluruh peserta dapat memakluminya,” ucap Nurlela.
Dia menambahkan, pada pelaksanaan MGMP Matematika di SMP Negeri 6 diikuti oleh 16 peserta. Masing-masing peserta mendapatkan honor Rp 275 ribu per orang. Adapun tujuan dari pelaksanaan kegiatan ini untuk meningkatkan kualitas pendidikan di Kota Lubuklinggau.
“Kami berharap melalui kegiatan ini, kinerja guru mata pelajaran dapat meningkat. Jangan materi saja yang menjadi tujuan keikutsertaan pada kegiatan ini. Semoga saja hal ini dapat dipahami oleh seluruh peserta,” pungkasnya.(05)
NISN Ribuan Siswa Tertunda
“Kalau untuk siswa sekolah negeri prosesnya sudah selesai dan ribuan siswa telah mendapatkan NISN. Yang menjadi persoalan sekarang, sekolah swasta yang belum menyerahkan laporan kepada kami karena memang mereka kurang berkoordinasi,” terang Niryol.
Ditambahakannya, NISN merupakan layanan sistem pengelolaan nomor induk siswa secara nasional yang dikelola Bagian Sistem Informasi Biro Perencanaan Departemen Pendidikan Nasional (Depdiknas) RI, bagian dari program Dapodik (Data Pokok Pendidikan) Depdiknas. Layanan NISN ini menerapkan sistem komputerisasi terpusat dan online untuk pengelolaan nomor induk siswa skala nasional sesuai standar pengkodean yang telah ditentukan.
“Setiap siswa yang terdaftar pada Layanan NISN akan diberi kode pengenal identitas siswa yang bersifat unik, standar dan berlaku sepanjang masa yang membedakan satu siswa dengan siswa lainnya di seluruh sekolah se-Indonesia. Mekanisme penentuan dan pemberian kode pengenal identitas siswa tersebut prosesnya dilakukan secara otomatis oleh mesin komputer pada Pusat Layanan NISN,” jelasnya.
Penentuan dan pemberian kode pengenal identitas siswa tersebut berdasarkan pengajuan atau masukan (entry) sumber data siswa yang telah divaliditasi/diverifikasi oleh setiap sekolah dan atau Disdik kota/kabupaten secara online melalui web operator. Hasil dari proses pemberian kode identifikasi oleh Pusat Sistem NISN tersebut ditampilkan secara terbuka dalam batasan tertentu melalui situs NISN (http://nisn.jardiknas.org).
Tujuan dan manfaat adanya NISN, yakni mengidentifikasi setiap individu siswa (peserta didik) di seluruh sekolah se-Indonesia secara standar, konsisten dan berkesinambungan. Kemudian sebagai pusat layanan sistem pengelolaan nomor induk siswa secara online bagi Unit-unit Kerja di Depdiknas, Disdik daerah hingga sekolah yang bersifat standar, terpadu, dan akuntabel berbasis Teknologi Informasi dan Komunikasi (TIK) terkini.
“Selain itu sebagai sistem pendukung program Dapodik dalam pengembangan dan penerapan program-program perencanaan pendidikan, statistik pendidikan dan program pendidikan lainnya baik di tingkat pusat, provinsi, kabupaten/kota hingga sekolah, seperti dana BOS (Bantuan Operasional Sekolah), Ujian Nasional (UN), pangkalan data dan informasi pendidikan, sistem informasi manajemen sekolah hingga mendapatkan beasiswa,” pungkas Niryol.(05)
Sabtu, 21 November 2009
Pencairan Dana Sekolah Gratis untuk SD Ditunda
Demikian diungkapkan anggota tim manajemen sekolah gratis Dinas Pendidikan (Disdik) Provinsi Sumsel, Iskandar kepada wartawan koran ini ketika melakukan monitoring terhadap penggunaan dana sekolah gratis di Disdik Kota Lubuklinggau, beberapa waktu lalu.
“Memang kami menunda pencairan dana sekolah gratis untuk SD, karena masih banyak daerah yang belum menyampaikan laporan kepada tim manajemen sekolah gratis provinsi. Kendati demikian, kami tetap memprosesnya hingga dicairkan. Kalau sudah cair kami akan memberitahukan kepada tim manajemen tingkat kabupaten/kota yang kemudian disampaikan kepada seluruh sekolah,” jelas Iskandar.
Sementara itu, ketua tim manajemen sekolah gratis Kota Lubuklinggau, Muhammad Karsan melalui sekretaris tim manajemen, Hendro Damanra mengakui dana sekolah gratis untuk SD di Kota Lubuklinggau belum bisa dicairkan. “Pencairan dana sekolah gratis periode Oktober-Desember 2009 hanya tingkat SMP/MTs, SMA/SMK/MA saja. Sedangkan untuk tingkat SD saat ini masih dalam proses pencairan menunggu rampungnya laporan dari daerah-daerah yang belum menyerahkan laporan,” terang Hendro kepada wartawan koran ini di ruang kerjanya, Jumat (20/11).
Sebagaimana telah diketahui, Pemkot Lubuklinggau melalui Disdik Kota Lubuklinggau telah mengucurkan dana Rp 1,8 miliar untuk penyediaan dana sharing iuran komite sekolah (dana sekolah gratis, red) periode Oktober-Desember 2009. Adapun rincian dana yang telah dipersiapkan Pemkot Lubuklinggau untuk 90 SD dan sembilan MI di Kota Lubuklinggau, yaitu Rp 567.855.000 untuk 25.238 siswa SD, kemudian Rp 17.595.000 untuk 782 siswa MI.
Ditambahkan Hendro, setiap sekolah harus menyerahkan Surat Pertanggungjawaban (SPJ) yang melaporkan bahwa penggunaan dana periode Juli-September 2009 telah sesuai dengan Peraturan Gubernur (Pergub) Sumsel Nomor 31 Tahun 2009 dan Peraturan Daerah (Perda) Provinsi Sumsel Nomor 3 Tahun 2009 tentang Penyelenggaraan Sekolah Gratis.
“Didalam peraturan tersebut tujuan dari program sekolah gratis adalah untuk meringankan beban orang tua/wali murid dari biaya operasional sekolah. Oleh karena itulah, dana ini merupakan pengganti iuran komite sekolah yang dulu dibayarkan oleh orang tua/wali murid. Dan sekarang dana tersebut digantikan oleh pemerintah,” pungkas Hendro.
Terhadap penggunaan dana sekolah gratis, Hendro berharap, supaya pihak sekolah dapat mempergunakannya sesuai dengan Petunjuk Pelaksana (Juklak) dan Petunjuk Teknis (Juknis). Sebab, tim manajemen provinsi selalu melakukan monitoring untuk penggunaan dana sekolah gratis oleh sekolah.(05)
Jumat, 20 November 2009
Teknologi Pendidikan
Teaching and Learning Laboratory
About TLL
The MIT Teaching and Learning Laboratory, which began in 1997, collaborates with faculty, administrators, and students to strengthen ongoing educational efforts at MIT and develop innovations in pedagogy and technology. As part of the Office of the Dean for Undergraduate Education, TLL offers its own programs and works in partnership with MIT schools and departments on their educational initiatives.
TLL has three interrelated functions:
- Collaboration to strengthen instruction at MIT—both inside and outside the classroom.
- Support for the development and assessment of innovative pedagogies, educational technologies, and curricula.
- Research in learning process, particularly in science and engineering.
The three functions support one another and allow TLL to provide a full range of services to the MIT community. The diagram below provides some examples of our work in these three areas.
Instructional Support
- Workshops in teaching and learning
- Individual consultations
- Classroom Videotaping Program
- Support for educational innovation
Research
- Cognitive behavior
- Interdisciplinary education project
- Small group pedagogy
Assessment
- Innovations in pedagogy
- Educational technology
- Learning spaces
Home
Spotlight | Site Map | Contact the Staff
About TLL
Staff | TLL Associates | Ivy Plus Centers for Teaching and Learning
Program and Services
Consulting Services:Request a consultation
Class Videotaping Program
Workshops:Better Teaching @ MIT
Department-Based Workshops
Facilitating Effective Research (FER) Program
Microteaching | What Happens in a Microteaching Workshop? | What to Observe During Microteaching | Giving and Receiving Feedback
Orientations:New Faculty Orientation | Orientation for New TAs
Courses:Courses in Teaching and Learning
Assessment and Evaluation
A&E Process | Types of A&E | A&E Community | Glossary
Teaching Materials
Learning Objectives | Learning Taxonomies | Example: 8.02 | Example: 15.279 |Example: 16.01-16.04
Course Evaluations
Grading Rubrics
Strategic Teaching and Strategic Teaching Analysis
Developing a Teaching Philosophy Statement
Teaching Teamwork
Contracts in the Classroom
Teaching Recitations
"The Torch or The Firehose" booklet
Recommendations for Teaching During a Health Crisis (Flu Outbreak)
Research
MIT-related Assessment and Evaluation Studies
Articles, Conference Papers, and Working Papers
Education Innovation
TLL Library
Books, handbooks, and reports
Journals and Yearbooks
Teach Talk columns from the MIT Faculty Newsletter
Recordings
Rabu, 18 November 2009
KMKB; Keluarga Mahasiswa Kota Banjar di Bandung
Selasa, 17 November 2009
Ada Apa Dengan TOEFL?
Statements
When transforming statements, check whether you have to change: - pronouns
- present tense verbs (3rd person singular)
- place and time expressions
- tenses (backshift)
Type | Example |
---|---|
direct speech | “I speak English.” |
reported speech (no backshift) | He says that he speaks English. |
reported speech (backshift) | He said that he spoke English. |
Pembimbing:
Ferra Wulandari D. S.
Lintang Meidita Pribadi
Penasehat:
1. Ibu. Dra. Hj. Mimin Aminah, M.Pd.
2. Bpk. Yusuf Kurniawan, S.Pd.
3. Ibu. Hikmah, S.Pd.
Ucapan Terima Kasih:
1. Bpk. Ahmad Bukhori, S.Pd. M.A.
(English Department of Indonesia University of Education)
2. Balai Bahasa Universitas Pendidikan Indonesia
Balai Bahasa | Universitas Pendidikan Indonesia
3. The British Institute
The British Institute - Study English with the Best
Semoga Bermanfaat dan Terima Kasih
Minggu, 15 November 2009
"KNOW HOW" TENTANG MUTU PENDIDIKAN
Jika kita kaji lagi sistim pemberitaan yang berlawanan ini, tidak selamanya salah dan belum tentu sepenuhnya benar. Mengapa demikian ? Sebab daya hasut yang kuat dari pandangan skeptis tadi disebabkan oleh kenyataan yang lebih umum dibandingkan dengan prestasi Internasional yang kita capai.
Pertanyaan selanjutnya, mengapa kualitas SDM kita rendah, karena mutu pendidikan kita rendah. Bicara mutu pendidikan, maka pendidikan formal di sekolah lah yang harus lebih banyak mendapat sorotan. Karena pendidikan di sekolah dilaksanakan secara terencana dan sistematis, sehingga seharusnya lebih banyak memberi kontribusi pada kualitas pendidikan. Itu artinya, kualitas pembelajaran yang terjadi di kelas-kelas sekolah kita selama ini rendah. Karena inti dari proses pendidikan di sekolah adalah pada pembelajaran di kelas. Pola pikir seperti inilah yang pernah dilontarkan oleh senator Amerika, John F. Kennedy pada tahun 1967, pada saat Amerika Serikat merasa kalah oleh Rusia yang lebih dulu meluncurkan roketnya ke luar angkasa. Saat itu Kennedy mengajukan pertanyaan ”Apa yang salah dengan pembelajaran kita di kelas?”
Mutu pada pendidikan bukanlah tingkat klasifikasi atas kualitas kelayakan barang tetapi layanan, di mana mutu harus dapat memenuhi kebutuhan, harapan dan keinginan semua pihak/pemakai dengan fokus utamanya terletak pada peserta didik. Mutu pendidikan akan berkembang seirama dengan tuntutan kebutuhan hasil pendidikan yang berkaitan dengan kemajuan ilmu dan teknologi yang melekat pada wujud pengembangan kualitas sumber daya manusia.
Dalam pengelolaan sekolah yang efektif dan berorientasi pada mutu pendidikan memerlukan suatu komitmen yang penuh kesungguhan dalam peningkatan mutu, berjangka panjang dan membutuhkan penggunaan peralatan serta teknik-teknik tertentu. Komitmen tersebut harus didukung oleh dedikasi yang tinggi terhadap mutu melalui penyempurnaan proses yang berkelanjutan oleh semua pihak yang terlibat.
Ketika aspek-aspek dan indikator pengelolaan lembaga pendidikan dapat dijalankan dan diarahkan ke sebuah mutu yang baik, maka keberhasilan dari pencapaian mutu tersebut harus merupakan integrasi dari semua keinginan dan partisipasi stakeholder (semua yang berkepentingan) dalam pencapaian hasil akhirnya. Sekolah harus kreatif dan dinamis dalam mengusahakan peningkatan mutu dengan peningkatan kemandirian sekaligus masih dalam kerangka acuan kebijakan pendidikan Nasional dan Daerah.
Kreatif, inovatif, dinamis dan mandiri itulah yang membangun karakter yang menjanjikan sebuah lembaga yang mengelola pendidikan akan dapat menghasilkan output mutu yang baik. Dan ini identik dengan kecerdasan anak didik yang dihasilkan.
Namun point penting dari sebuah keberhasilan adalah tidak bersifat semu. Dalam arti kreatifitas, inovasi yang dinamis dan kemandirian itu dapat dicerminkan pada kualitas tingkat kecerdasan anak didik yang kompetitif, dapat dibuktikan dan bukan seperti “penampakan” pada reality show tv yang cenderung bersifat euforia oportunistis dengan tujuan “Asal Pemirsa Senang”. Sebab pada kondisi ini tidak ada unsur tumbuh kembangnya malah sebagaimana layaknya “penampakan” sebuah bayangan, akan lebih cepat sirna tersapu begitu saja tanpa jejak. Believe it or not ? itulah hukum alam yang tidak dapat dihindari.
Jadi mari bangun pendidikan yang bermutu mulai dari kesadaran profesionalisme tenaga pendidik, terutama wawasan keilmuan sebagai salah satu tanggung jawab moral terhadap mutu anak didik khususnya dan mutu pendidikan umumnya.-
by, Tommy 112009
Sabtu, 14 November 2009
Ketika Iblis membentangkan Sajadah
Siang menjelang dzuhur.
Salah satu Iblis ada di Masjid.
Kebetulan hari itu hari Jum'at, saat berkumpulnya orang.
Iblis sudah ada dalam Masjid.
Ia tampak begitu khusyuk.
Orang mulai berdatangan.
Iblis menjelma menjadi ratusan bentuk & masuk dari segala penjuru, lewat jendela, pintu, ventilasi, atau masuk lewat lubang pembuangan air. Pada setiap orang, Iblis juga masuk lewat telinga, ke dalam syaraf mata, ke dalam urat nadi, lalu menggerakkan denyut jantung setiap para jamaah yang hadir.
Iblis juga menempel di setiap sajadah.
Terjadilah dialog antara Kiai dan Iblis.
"Hai, Iblis!", panggil Kiai, ketika baru masuk ke Masjid itu.
Iblis merasa terusik : "Kau kerjakan saja tugasmu, Kiai. Tidak perlu kau larang-larang saya. Ini hak saya untuk mengganggu setiap orang dalam Masjid ini!", jawab Iblis ketus.
"Ini rumah Tuhan, Blis! Tempat yang suci, Kalau kau mau ganggu, kau bisa diluar nanti!", Kiai mencoba mengusir.
"Kiai, hari ini, adalah hari uji coba sistem baru". Kiai tercenung.
"Saya sedang menerapkan cara baru, untuk menjerat kaummu"
"Dengan apa?"
"Dengan sajadah!"
"Apa yang bisa kau lakukan dengan sajadah, Wahai laknatullah?”
"Pertama, saya akan masuk ke setiap pemilik saham industri sajadah. Mereka akan saya jebak dengan mimpi untung besar. Sehingga, mereka akan tega memeras buruh untuk bekerja dengan upah di bawah UMR, demi keuntungan besar!"
"Ah, itu kan memang cara lama yang sering kau pakai. Tidak ada yang baru,Blis?"
"Bukan itu saja Kiai..."
"Lalu?"
"Saya juga akan masuk pada setiap desainer sajadah. Saya akan menumbuhkan gagasan, agar para desainer itu membuat sajadah yang lebar-lebar"
"Untuk apa?"
"Supaya, saya lebih berpeluang untuk menanamkan rasa egois di setiap kaum yang Kau pimpin, Kiai! Selain itu, Saya akan lebih leluasa, masuk dalam barisan sholat. Dengan sajadah yang lebar maka barisan shaf akan renggang. Dan saya ada dalam kerenganggan itu. Di situ Saya bisa ikut membentangkan sajadah".
Dialog Iblis dan Kiai sesaat terputus.
Dua orang datang, dan keduanya membentangkan sajadah. Keduanya berdampingan.
Salah satunya, memiliki sajadah yang lebar. Sementara, satu lagi, sajadahnya lebih kecil. Orang yang punya sajadah lebar seenaknya saja membentangkan sajadahnya, tanpa melihat kanan-kirinya. Sementara, orang yang punya sajadah lebih kecil, tidak enak hati jika harus mendesak jamaah lain yang sudah lebih dulu datang.
Tanpa berpikir panjang, pemilik sajadah kecil membentangkan saja sajadahnya, sehingga sebagian sajadah yang lebar tertutupi sepertiganya. Keduanya masih melakukan sholat sunnah.
"Nah, lihat itu Kiai!", Iblis memulai dialog lagi.
"Yang mana?"
"Ada dua orang yang sedang sholat sunnah itu. Mereka punya sajadah yang berbeda ukuran. Lihat sekarang, aku akan masuk diantara mereka".
Iblis lenyap.
Ia sudah masuk ke dalam barisan shaf. Kiai hanya memperhatikan kedua orang yang sedang melakukan sholat sunah. Kiai akan melihat kebenaran rencana yang dikatakan Iblis sebelumnya.
Pemilik sajadah lebar, rukuk. Kemudian sujud. Tetapi, sembari bangun dari sujud, ia membuka sajadahya yang tertumpuk, lalu meletakkan sajadahnya di atas sajadah yang kecil. Hingga sajadah yang kecil kembali berada di bawahnya.
Ia kemudian berdiri. Sementara, pemilik sajadah yang lebih kecil, melakukan hal serupa. Ia juga membuka sajadahnya, karena sajadahnya ditumpuk oleh sajadah yang lebar. Itu berjalan sampai akhir sholat. Bahkan, pada saat sholat wajib juga, kejadian-kejadian itu beberapa kali terihat di beberapa masjid.
Orang lebih memilih menjadi di atas, ketimbang menerima di bawah. Di atas sajadah, orang sudah berebut kekuasaan atas lainnya. Siapa yang memiliki sajadah lebar, maka, ia akan meletakkan sajadahnya diatas sajadah yang kecil.
Sajadah sudah dijadikan Iblis sebagai pembedaan kelas. Pemilik sajadah lebar, diindentikan sebagai para pemilik kekayaan, yang setiap saat harus lebih di atas dari pada yang lain.
Dan pemilik sajadah kecil, adalah kelas bawah yang setiap saat akan selalu menjadi sub-ordinat dari orang yang berkuasa. Di atas sajadah, Iblis telah mengajari orang supaya selalu menguasai orang lain.
"Astaghfirullahal adziiiim ", ujar sang Kiai pelan.
Baca ayat Kursi pada surat Al Bakaroh 255, sebagai penguat tulisan diatas.
Sumber :http://forum.wintersat.com/hikmah-motivation-inspired-story/2451
Pentingnya Data Sebagai Basic Penyusunan Program
BAB I
PENDAHULUAN
1. LATAR BELAKANG
Program pengembangan pendidikan secara konseptual sebenarnya dapat digambarkan pada dua permasalahan pokok yakni pengembangan sumber daya manusia dan pengembangan hal – hal yang bersifat tehnis untuk infrastruktur. Kedua permasalahan tersebut bagaikan dua sisi mata uang yang saling memberikan nilai dan arti dalam satu kesatuan konsep yang dinamai dengan “penyusunan program” pembangunan pendidikan. Namun untuk mencegah terjadinya ketidak sesuaian dan persoalan yang mengakibatkan kerugian Negara, unsur yang terkait di dalamnya mempersiapkan data pendukung untuk studi kelayakan sebuah project planning melalui observasi dan evaluasi yang dalam prosesnya akan menyajikan data sebagai informasi untuk user.
Persoalan yang ditimbulkan dalam penyajian data sebagai informasi user inilah yang terkadang tidak terkontrol sehingga melahirkan program yang tumpang tindih dalam lingkup pendidikan. Tumpang tindih yang terjadi dengan kurangnya koordinasi dalam garis struktur organisasi, observasi yang tidak terarah dan sumberdaya yang menganalisis data lapangan serta manajemen pendataan dalam lingkup organisasi yang menjadi penyebab utama selama ini.
Hal seperti ini tidak akan menjadi permasalahan yang tidak dapat diatasi jika penempatan personil yang menangani ditempatkan sesuai dengan jalur koordinasi yang tepat pula. Dan yang paling penting dalam mendesain sebuah project planning berbasis data, para personil yang terlibat di dalamnya dapat berkomitmen untuk secara jelas memisahkan antara kebutuhan dan kepentingan.
2. PERMASALAHAN
Berpijak pada latar belakang singkat tentang pentingnya pendataan sebagai basic penyususunan program tadi, maka beberapa permasalahan difokuskan pada :
A. Model Pengumpulan Data
B. Sinkronisasi Data
C. Analisa Pengguna
D. Koordinasi Pemanfaatan Informasi
3. TUJUAN
Berlandaskan identifikasi permasalahan diatas, maka penulisan makalah ini di arahkan kepada pentingnya penyajian informasi hasil analisa data sebagai basis penyusunan program pengembangan pendidikan.
BAB II
PEMBAHASAN
Data adalah bentuk jamak dari datum, dari bahasa latin yang berarti “sesuatu yang diberikan”. Dalam penggunaan sehari – hari data berarti sesuatu pernyataan yang diterima apa adanya. Pernyataan ini adalah hasil pengukuran atau pengamatan suatu variable yang bentuknya berupa angka, kata – kata, atau citra.
Menurut Patton, 1980 menjelaskan bahwa analisis data adalah proses pengaturan urutan data, mengorganisasikannya ke dalam suatu pola, kategori dan satuan uraian dasar. Sedangkan menurut Taylor, 1975 mendefinisikan analisa data sebagai proses yang merinci usaha secara formal untuk menemukan tema dan merumuskan hipotesis (ide) seperti yang disarankan dan sebagai usaha untuk memberikan bantuan dan tema pada hipotesis.
Dari uraian di atas bahwa analisis data bermaksud mengorganisasikan data. Pekerjaan analisis data dalam hal ini ialah mengatur, mengurutkan, mengelompokkan, memberikan kode dan mengkategorikannya.
2.1 Model Pengumpulan Data
Selama ini sistim pengumpulan data di setiap satuan kerja dinas pendidikan secara kontinyu melakukan pendataan berbasis sekolah artinya data yang masuk adalah laporan rutinitas sekolah baik yang menyangkut siswa, guru dan sarana sekolah yang sudah ada. Hal ini bertujuan sebagai monitoring atas kinerja sekolah yang disajikan dalam bentuk data laporan. Untuk mendapatkan data yang memberikan informasi yang cukup sudah barang tentu menggunakan model pendataan yang tidak hanya sekedar laporan kinerja saja melainkan model spesifik yakni model populasi dan sampel.
Menurut Sudjana (1984), kesimpulan yang dibuat mengenai suatu persoalan umumnya diharapkan berlaku unuk persoalan itu secara keseluruhan dan bukan hanya untuk sebagian saja.
Jika dipaparkan Angka Partisipasi Kasar Siswa SD/MI Tinggi di Kabupaten Gorontalo disebabkan oleh antusias masyarakat untuk menyekolahkan anaknya, maka pernyataan ini berlaku umum untuk semua kecamatan yang ada di Kabupaten Gorontalo bukan sebagian masyarakat di sebagian kecamatan lagi. Untuk mendapatkan informasi demikian, diperlukan data mentah yang bisa dikumpulkan dengan dua cara yakni :
• Jumlah penduduk usia SD/MI dalam rentang 7 – 12 Tahun pada setiap kecamatan adalah obyek.
• Jumlah siswa SD/MI usia 7 – 12 yang ada di kecamatan tersebut sebagai gambaran jumlah penduduk usia 7 – 12 yang ada di kecamatan dimaksud.
Pada point anggapan pertama, sensus penduduk usia dimaksud telah dilakukan sedangkan pada point kedua pendataan bersifat sampling.
Masih dalam Sudjana (1984) disitir bahwa totalitas semua nilai yang mungkin, hasil menghitung ataupun pengukuran, kuantitatif maupun kualitatif dari pada karakteristik tertentu mengenai sekumpulan obyek yang lengkap dan jelas yang ingin dipelajari sifat – sifatnya adalah populasi. Adapun sebagian yang diambil dari populasi adalah sampel.
Mendapatkan kebenaran data atau validasi data adalah mutlak untuk sebuah analisis penyusunan program sebab mengingat begitu krusialnya dampak yang bisa ditimbulkan baik dari segi beban cost maupun manfaat yang bisa diterima public.
Inti dari validasi informasi adalah tehnik pendataan itu sendiri. Sebagai satuan kerja yang menangani langsung bidang pendidikan di daerah, Dinas Pendidikan sudah seharusnya mendapatkan data, baik yang berbasis sekolah sebagai analisis atas kinerja sekolah yang sudah ada dan data yang langsung bersumber dari desa – desa sampai ke dusun, maupun lingkungan RT yang ada di kelurahan – kelurahan di setiap kecamatan sebagai informasi dalam menyusun rencana program pengembangan pendidikan ke depan.
Hal tersebut penting, sebab kenyataan timbulnya desparitas antara kecamatan “kota” dan kecamatan “desa” adalah penyaluran yang salah dalam kuota proyek baik pengembangan sumber daya manusia maupun proyek infrastruktur pendukung. Namun hal ini masih dapat diperbaiki atau diatasi dengan komitmen dan konsekuensi pengambilan, verifikasi, entry dan analisis data yang valid dari SDM yang menanganinya.
2.2 Sinkronisasi Data
Setelah teori statistika digunakan sebagai acuan teori logis dari sebuah pendataan, lalu bagaimana menerapkan aplikasi pengolahannya ?
Sinkronisasi tidak lepas dari aplikasi sistem komputasi yang digunakan, sehingga diperoleh manajemen data base yang dapat “bercerita” sesuai kebutuhan kita terhadap informasi yang dinginkan. Uraian tentang Data Base Management System didefinisikan singkat sebagai berikut :
Mengapa menggunakan DBMS ?
• Independensi (kemandirian) data dan akses yang efisien
• Mereduksi waktu pengembangan aplikasi
• Integritas dan keamanan data
• Administrasi keseragaman data
• Akses bersamaan dan perbaikan dari terjadinya crashes (tabrakan dari proses serentak).
Mengapa mempelajari Basis Data ?
• Perpindahan dari komputasi ke informasi
• Himpunan elemen data semakin banyak dan beragam
Dalam satuan kerja yang mengolah data belum berbasis jaringan computer (Local Area Network ), terkadang satu data yang ada di setiap unit kerja berbeda isi satu sama lainnya. Untuk itu sinkronisasi dapat dilakukan dengan memastikan kesepakatan bahwa input data hanya satu aplikasi terpusat pada satu unit khusus (ICT misalnya), agar dapat diperoleh informasi dari satu sumber dan tinggal tergantung informasi apa yang dinginkan oleh user walau berbeda jenis informasi yang dibutuhkan oleh setiap unit kerja. Sehingga dalam mendesain ataupun menetapkan program kerja terdapat kesepahaman.
Persoalan seperti diatas tentu tidak akan terjadi pada satuan kerja yang telah menerapkan system jaringan. Hanya saja kendala yang dihhadapi oleh satuan kerja adalah ketersediaan sumber daya yang menangani networking. Namun hal ini dapat diatasi dengan system pelatihan dan rekruitmen staf.
2.3 Analisa Pengguna
Pengguna atau user seharusnya dapat menganalisis data yang didapat, sebab tanpa analisis data tersebut hanya akan menjadi sekumpulan angka – angka yang tidak obyektif. Dengan menganalisis data user dapat melihat logika valliditas data yang disajikan sehingga kemungkinan adanya rekayasa dapat segera diatasi.
Analisis data merupakan upaya mencari dan menata data secara sistematis untuk meningkatkan pemahaman analis data tentang kasus yang diteliti dan menyajikannya sebagai temuan bagi orang lain. Proses analisis data dalam analis data kualitatif dimulai dengan menelaah seluruh data yang terkumpul dari berbagai sumber, yaitu dari wawancara, pengamatan yang sudah dituliskan dalam catatan lapangan, dokumen pribadi, dokumen resmi, gambar, foto dan sebagainya. Catatan dibedakan menjadi dua, yaitu yang deskriptif dan yang reflektif (Noeng Muhadjir.2000: 139). Catatan deskriptif lebih menyajikan kejadian daripada ringkasan. Catatan reflektif lebih mengetengahkan kerangka pikiran, ide dan perhatian dari analis data. Lebih menampilkan komentar analis data terhadap fenomena yang dihadapi.
Setelah dibaca, dipelajari, dan ditelaah maka langkah berikutnya adalah mengadakan reduksi data dengan jalan membuat abstraksi. Abstraksi merupakan usaha membuat rangkuman yang inti, proses dan pernyataan-pernyataan yang perlu dijaga sehingga tetap berada di dalamnya. Langkah selanjutnya adalah menyusun dalam satuan-satuan dan kategorisasi dan langkah terakhir adalah menafsirkan dan atau memberikan makna terhadap data.
Pemrosesan Satuan adalah bagian terkecil yang mengandung makna yang utuh dan dapat berdiri sendiri terlepas dari bagian yang lain. Satuan ditemukan dalam catatan pengamatan, wawancara, dokumen, laporan dan sumber lainnya. Agar satuan-satuan tersebut mudah diidentifikasi perlu dimasukkan ke dalam kartu indeks dengan susunan satuan yang dapat dipahami.
Kategorisasi disusun berdasarkan kriteria tertentu. Mengkategorisasikan kejadian-kejadian mungkin saja mulai dari berdasarkan namanya, fungsinya atau kriteria yang lain. Pada tahap kategorisasi penganalis data sudah mulai melangkah mencari ciri-ciri setiap kategori. Pada tahap ini analis bukan sekedar memperbandingkan atas pertimbangan rasa-rasanya mirip atau sepertinya mirip, melainkan pada ada tidaknya muncul ciri berdasarkan kategori. Dalam hal ini ciri jangan didudukkan sebagai kriteria, melainkan ciri didudukkan tentatif, artinya pada waktu hendak memasukkan kejadian pada kategori berdasarkan cirinya, sekaligus diuji apakah ciri bagi setiap kategori sudahtepat.
Modifikasi rumusan semakin minimal, sekaligus isi data dapat terus semakin diperbanyak. Atribut terori yang tersusun dari hasil penafsiran/pemaknaan dilengkapi terus dengan data baru, dirumuskan kembali dalam arti diperluas cakupannya sekaligus dipersempit kategorinya. Jika hal itu sudah tercapai dan analis data telah merasa yakin akan hasilnya, pada saat itu analis data sudah dapat mempublikasikan hasil analisa datanya.
2.4 Koordinasi Pemanfaatan Informasi
Memanfaatkan informasi dari data hasil analisa dalam menyusun program dalam satuan kerja bukanlah hal yang dapat disepelekan, koordinasi menjadi hal yang mutlak diperlukan, sebab tanpa koordinasi sesuai struktur manajemen akan berakibat pada situasi saling melempar tanggung jawab di saat timbulnya resiko.
Dalam berkoordinasi, user harus mempercayai validitas data dari satu sumber tadi tanpa ada keinginan untuk merekayasa atau me-markup data hanya karena kepentingan dan bukan kebutuhan obyek sebuah rencana kerja. Dalam hal ini peran pengawasan seorang leader dalam satuan kerja seharusnya dapat mengatasi dengan tegas. Sebab secara administrasi organisatoris, proses manipulasi data akan menjadi tanggung jawab pimpinan dalam unit kerja tersebut apabila di kemudian hari terjadi resiko financial akibat perbuatan tersebut.
Misalnya dalam pembangunan infrastruktur pendidikan yakni unit sekolah baru yang dibangun bukan berdasar analisa data jumlah penduduk usia sekolah, point mapping sekolah sekitar maupun topografi wilayah yang tidak memenuhi syarat setelah analisis data dan hanya karena basic “kepentingan”, kemungkinan besar akan bermasalah, baik dari segi keberadaan jumlah peserta didik maupun dalam rekruitmen and staffing tenaga pendidiknya yang kurang (di bawah standar studi kelayakan), sehingga berakibat kerugian financial sampai kepada anggapan resiko tindakan criminal yang menyebabkan kerugian Negara.
BAB III
KESIMPULAN DAN SARAN
Setelah analisa pembahasan sebelumnya pada makalah yang berjudul pentingnya pendataan sebagai basic penyusunan program ini diuraikan, maka dapat ditarik kesimpulan dan saran sebagai berikut :
1. Model pengambilan data dapat berupa model populasi atau model sampel, tergantung pada bentuk informasi yang dinginkan.
2. Validitas data adalah komitmen dan konsekuensi pengambilan, verifikasi, entry dan analisis data serta kemampuan SDM yang menanganinya.
3. Sinkronisasi tidak lepas dari aplikasi sistem komputasi yang digunakan dalam memproses input data.
4. Sebaiknya dalam satuan kerja ada keseragaman data yang dijamin dari satu sumber sehingga dalam penyusunan program tidak tumpang tindih.
5. Dengan menganalisis data user dapat melihat logika valliditas data yang disajikan sehingga kemungkinan adanya rekayasa dapat segera diatasi.
6. Koordinasi dalam satuan kerja mengharuskan user mempercayai validitas data dari satu sumber tadi tanpa ada keinginan untuk merekayasa atau me-markup data hanya karena kepentingan dan bukan kebutuhan obyek sebuah rencana kerja.
7. Mampukah system mengimplementasikannya ? Wait and see. Sebab perlahan tapi pasti hal ini sudah mulai diterapkan di lingkungan Dinas Pendidikan Kabupaten Gorontalo.
DAFTAR PUSTAKA
Dr. Sudjana , M.A, M.Sc Metoda Statistika
1975 Tarsito, Bandung
Dr. Supriyadi, M.Pd Action Research
2008 Wordpress Publisher
Iwan Syarif Sistim Basis Data
2008 Wikipedia Publisher
UNICEF Mainstreming Good Practice in Basic Education
2008 Materi Rakor
World Bank – Ditjen PMPTK Depdiknas BERMUTU ( School and Teacher Mapping )
2007 Materi Rakor
Wikipedia Publisher, 2008 Data
Survival
Bukan lagi rahasia jika saat ini lebih banyak jumlah pencari kerja ketimbang lapangan kerja. Kebayang kan, bagaimana lebih beratnya 'perjuangan' anak-anak kelak. Mereka akan dihadapkan pada perhelatan bertahan hidup yang jauh lebih keras. Apalagi jika anak-anak tak mengenyam bangku sekolah, apa jadinya mereka nanti?
Tapi, kekhawatiran itu kemudian menipis saat saya akhirnya percaya satu hal. Kemandirian tidak datang dengan sendirinya. Kemandirian adalah produk pendidikan. Jika anak-anak tidak bisa mandiri pada saat mereka seharusnya sudah mandiri, maka model pendidikan-lah yang harus dievaluasi. Dan kami punya kesempatan untuk menerapkan model pendidikan yang berbeda dengan menjalankan home-education (pendidikan rumah).
Andai pendidikan di bangku sekolah memberi ruang untuk anak-anak belajar tentang survival dan hal itu menyatu sebagai sebuah muatan pendidikan, pasti ada sesuatu yang berbeda bisa dihasilkan dari produk sekolahan. Bukan hanya bisa baca-tulis-hitung, bukan hanya mendapat selembar kertas ijazah, tapi juga membawa serta mentalitas seorang yang mampu bertahan, yang suka berjuang, yang berkehendak kuat untuk mandiri.
Tanpa sadar, anak-anak sekolah terlalu 'dimanjakan' dengan suasana rutin teratur yang mematikan kreatvitas. Mereka harus berada dalam jadwal yang tak boleh dibantah. Pada waktu-waktu produktif, mereka harus melakukan hanya hal-hal yang diperintahkan dan bukan apa yang mereka minati untuk dipelajari.
Suasana-suasana seperti itu adalah miniatur dunia kerja. Dan jika pendidikan model seperti itu dirasakan anak-anak selama hampir 12 tahun jika sampai SMU dan 16 tahun jika sampai lulus PT, maka bisa dimaklumi jika akhirnya lulusan sekolah akan mencari situasi yang sudah mendarah-daging dalam dirinya yaitu BEKERJA.
Tentu saja tidak ada yang buruk dari bekerja, tapi jika anak-anak memiliki mentalitas mandiri, ia tak akan mengandalkan BEKERJA sebagai satu-satunya jalan untuk bertahan hidup. Apalagi jika lapangan kerja ternyata sudah terlalu sesak untuk dimasuki. Go Survive!
Jumat, 13 November 2009
Oleh-oleh dari Universitas Cambridge & Harvard
Nu Taat
Umat taat
Imanna kuat
Tumut nasehat
Cekel amanat
Tara khianat
Yakinkeun syhadat
Nanjeurkeun sholat
Puasa tamat
Mere zakat
Ka haji mangkat
About Us
The Institute for English Language (IEL) Programs can help you gain the English skills to succeed in a variety of careers and courses of study. Courses are available at five levels of proficiency.
Understand Proficiency Levels
Beginning: level A
Level A courses are for students with limited experience using English who need extensive practice and instruction in all aspects of the language.
Intermediate: level B
Level B courses are for students with a basic knowledge of English who need to practice oral and written structures and expand their vocabulary to develop broad general competence in the language.
Tutulung rikat
Ka sasama hormat
Tara ngumpat
Tara maksiat
High intermediate: level C
Level C courses are for students who wish to increase the accuracy, range, and complexity of their oral and written communication by using the language in many contexts and eliminating areas of weakness.
Alam dirawat
Masyarakat kabengbat
Luhur martabat
Loba sobat
Advanced: level D
Level D courses are for students who already demonstrate knowledge of the language and who wish to expand their proficiency for competent, extended performance in a variety of academic and professional circles.
Mindeng tirakat
Salawasna tobat
Meunang rahmat
Dunya nikmat
Sugema akherat
High advanced: level E
Extension School forms
Registration forms
Disability forms
General forms
- Biographical Information Changes
- Change of Address
- Certificate of Immunization
- Meningococcal Waiver Form
- Law Against Hazing Information
- Letter of Enrollment Request
- Map of the Cambridge Campus
- Request for FERPA Block to Prevent Disclosure of Directory Information (for form, see Harvard University’s FERPA Block Information)
- Transcript Request
Diploma applications
Integrated Skills
Classrooms and instructors will be assigned on the Friday before classes begin. Log in to online services and select "Course Registration and Schedule" then "View Course Schedule" to get this information for your class.
These courses are open to students at all levels of proficiency.
- IEL E-10ab Integrated Skills Level AB (Fall)
Integrated Skills (Levels A-E)
- IEL E-10a Integrated Skills Level A (Fall, Spring)
- IEL E-10b Integrated Skills Level B (Fall, Spring)
- IEL E-10c Integrated Skills Level C (Fall, Spring)
- IEL E-10d Integrated Skills Level D (Fall, Spring)
- IEL E-10e Integrated Skills Level E (Fall, Spring)
Intensive Integrated Skills (Levels A-D)
- IEL E-20a Intensive Integrated Skills Level A (Fall, Spring)
- IEL E-20b Intensive Integrated Skills Level B (Fall, Spring)
- IEL E-20c Intensive Integrated Skills Level C (Fall, Spring)
- IEL E-20d Intensive Integrated Skills Level D (Fall, Spring)
Specialized Skills
Classrooms and instructors will be assigned on the Friday before classes begin. Log in to online services and select "Course Registration and Schedule" then "View Course Schedule" to get this information for your class.
These courses are open to students at levels C and D.
- IEL E-30cd Listening, Speaking Level CD (Fall)
- IEL E-30c Listening and Speaking Level C (Fall, Spring)
- IEL E-30d Listening and Speaking Level D (Fall, Spring)
- IEL E-31cd Academic Discussion Level CD (Fall)
- IEL E-31c Academic Discussion Level C (Fall, Spring)
- IEL E-31d Academic Discussion Level D (Fall, Spring)
- IEL E-32cd Academic Writing Level CD (Fall)
- IEL E-32c Academic Writing Level C (Fall, Spring)
- IEL E-32d Academic Writing Level D (Fall, Spring)
- IEL E-33c Communication in Business Level C (Fall, Spring)
- IEL E-33d Communication in Business Level D (Fall, Spring)
Workshops and Seminars
Classrooms and instructors will be assigned on the Friday before classes begin. Log in to online services and select "Course Registration and Schedule" then "View Course Schedule" to get this information for your class.
These courses are open to students at level E.
- IEL E-51e Professional Communication Workshop Level E (Fall, Spring)
- IEL E-52e Professional Writing Workshop Level E (Fall, Spring)
- IEL E-53e Communication in Business Seminar Level E (Fall, Spring)
Berita dan Kegiatan dari Universitas Cambridge Just Click it! ^_^
The Cambridge Academy of English is an international centre and attracts students of all ages and nationalities who wish to learn English in a friendly, hard-working environment. We are located in a comfortable and safe residential area on the outskirts of Cambridge, England.
Cambridge is famous around the world for its university and its beautiful buildings. It is also an excellent place to study and learn English. We aim to offer every student who comes to the Cambridge Academy of English not just classes in English as a foreign language, but a full experience of English life and culture.
CAE has many years' experience of running homestay and residential courses, mainly in the summer but also at other times of year. Young learners (9-16 years old) from all over the world come on our courses, many of them returning year after year. All our teenage and children's courses are 'fully-inclusive' and include tuition, accommodation, social programme, airport transfers, all meals, admissions and insurance. All students receive a report and certificate on departure.
All teenage/children's courses include the following:
- maximum 12 students per class
- elementary - advanced (no beginners)
- good nationality mix
- practice in all language skills, emphasis on speaking/listening
- free learning materials
- free excursions
- sport/art activities
- on-site welfare and first aid
- Students can enroll for 2 or 4 weeks
- Lessons take place every morning from Monday to Friday
- Learn vocabulary, grammar, speaking and listening using projects
- Learn the English you need by doing the things you like to do
- Students have lessons in the morning and social activities in the afternoon and evening
- 30 minutes homework every day
- There are excursions every weekend- usually shopping trips or visits to London or a theme park.
Pembina:
1. Wawan Nurwana, S.Pd. (Guru Teladan)
2. Yusuf Kurniawan, S.Pd. (Guru Bahasa Inggris)
3. Hikmah, S.Pd. (Guru Bahasa Inggris)
4. Susi Susilawati (Guru TK & Pendidikan Anak Usia Dini Desa Bangunharja)
Saung Bahasa di Lembur Kuring
"Dimanapun kami ada, disana tempat kami belajar"
Balai Bahasa Universitas Pendidikan Indonesia
Pada tahun 1970-an, Dirjen Pendidikan Tinggi (Dikti) mendirikan beberapa Balai Bahasa di Indonesia. Satu di antaranya adalam Balai Bahasa IKIP Bandung. Sejak berdirinya, Balai Bahasa IKIP Bandung telah mengalami pergantian pimpinan, yaitu:
- Prof. Dr. Jusuf Amir Feisal (1971-1979)
- Drs. H. Mundari Muhada, Dipl. TEFL (1979-1981)
- Drs. H. Mustafa Kamal, Dipl. TEFL (1981-1991)
- Drs. H. Ilyas Purakusumah (1991-1993)
- Prof. Dr. H. Chaedar Alwasilah, MA (1993-1996)
- Prof. Dr. Yoyo Mulyana, MPd. (1996-1997)
- Prof. Dr. Hj. Nenden Sri Lengkanawati, MPd. (1997-2005)
- Dr. Didi Sukyadi, MA (2005- Sekarang)
Penulis dan Dr. Didi Sukyadi, MA
Balai Bahasa | Universitas Pendidikan Indonesia
Sejalan dengan perubahan IKIP Bandung menjadi Universitas Pendidikan Indonesia pada tahun 1999 dan UPI BHMN tahun 2004, nama Balai Bahasa IKIP Bandung pun menjadi Balai Bahasa Universitas Pendidikan Indonesia. Status Balai Bahasa UPI adalah Unit Pelaksana Teknis (UPT) di lingkungan UPI yang pengelolaannya dipertanggungjawabkan kepada Rektor melalui Wakil Rektor Bidang Akademik.
The British Institute
1. Banjar English Club
2. Belajar TOEFL: English Language TOEFL Preparation
3. Berbicara
4. Membaca
5. Mendengarkan
6. Menulis
7. Banjar Debating Championship Community Komunitas Debat Bahasa Inggris Kota Banjar
8. BELY (Banjar English Literature Community)
Semoga Bermanfaat dan Terima Kasih!