MUSI RAWAS-Upaya guru SD di Kabupaten Musi Rawas (Mura) kuliah S2, ternyata bukan untuk mengejar profesionalitas sebagai guru dan berkompeten. Akan tetapi gelar Mater Pendidikan hanya untuk mengejar kedudukan sebagai Kepala Sekolah (Kasek).
Dugaan itu dilontarkan sumber koran ini berinisial BK, Kamis (30/9). “Guru SD yang mengambil gelar M.Pd jangan hanya untuk kepentingan pribadi. Jika spesialisasi M.Pd menjadi guru SMP dan SMA bahkan Kasek maka habislah guru SD,” kata BK.
Saat ini, lanjut BK, motivasi guru SD menyandang gelar M.Pd untuk menjadi Kepala SMP dan SMA. Padahal sudah jelas gelar Sarjana Pendidikan Guru Sekolah Dasar (SPGSD) diperuntukkan bagi guru SD. “Untuk itu, kami butuh kejelasan prosedur yang jelas sehingga ada pencerahan bagi mereka yang hanya mengejar prestise dan gengsi,” paparnya.
Jangan-jangan, sambung dia, mereka yang mengambil S2 tidak mencantumkan ijazah SPGSD tetapi hanya mencantumkan ijazah S.Pd. Dan kebanyakan mereka agak berat untuk memegang gelar SPGSD tersebut. “Kita bukan menghalangi mereka untuk maju, namun kita butuh kejelasan yang sebenarnya. Kita tahu jika ada semacam penerimaan guru PNS itu sesuai dengan kriteria jurusan masing-masing guru. Sehingga itu tidak serta merta dengan mudahnya guru SD pindah ke SMP dan SMA,” paparnya.
Apalagi manajemen guru SD tidak bakal sama dengan manajemen guru SMP dan SMA. “Kita tunggu kapan S2 untuk guru SD, sehingga sesuai dengan manajemen mereka masing-masing. Orientasi mereka selaku guru SD dan guru SMP sesuai serta terwujud kualitas pendidikan di Kabupaten Mura yang lebih baik dari tahun-tahun sebelumnya,” imbuhnya.
Menanggapi hal itu, Kepala Dinas Pendidikan (Kadisdik) Kabupaten Mura, Edi Iswanto melalui Sekretaris, Mawardi didampingi Kasi Pendidikan Tinggi (Dikti), Supteman mengatakan tidak semua guru SD mengambil S2. Sebab untuk mengambil S2 banyak yang harus dipertimbangkan, salah satunya yakni kemampuan guru itu sendiri dan keuangan. “S2 itu tidak gampang dan lain halnya dengan penyusunan skripsi SI. Dalam penyususnan tesis S2 tidak sama dengan penyusunan skripsi yang hanya dengan dua atau tiga variabel sudah dapat diselesaikan. Setahu saya di Kabupaten Mura hanya ada satu guru SD yang mengambil S2, dan dirinya memang memiliki kemampuan untuk menyelesaikan S2-nya,” jelas Supteman, kemarin.
Sekedar diketahui, Universitas Terbuka (UT) Kabupaten Mura berusaha untuk membuka program S2 untuk sarjana SPGSD, yang memang sesuai dengan jurusan guru SD.(10)
Kamis, 30 September 2010
Pengajaran Digital atau Manual?
"Jika kita tidak memanfaatkan sepenuhnya komunikasi elektronik dalam pendidikan, kita akan seperti nenek moyang kita yang gagal menggunakan alfabet, menolak mencetak buku, atau masih menggosok-gosokkan batang kayu untuk menciptakan api" (Revolusi Cara Belajar, Gordon Dryden & Jeanette Vos:93)
Pernyataan di atas mungkin terlihat sangat kontroversial. Dimuat dalam sebuah buku yang terbit dalam bahasa Inggris tahun 1999, tentunya menjadi catatan tersendiri. Karena kenyataannya dunia komunikasi elektronik pada 11 tahun setelah buku itu terbit, yaitu saat ini, memang sudah sebegitu meluas jangkauannya. Tak terelakkan, kita semua tersentuh kemajuan teknologi tersebut. Akan tetapi, akankah kalimat sarkastis itu benar-benar sebegitu meyakinkan bisa terjadi?
Beberapa hari terakhir ini saya memang sering memikirkan tentang mana yang lebih penting didahulukan bagi anak-anak, mengenal dunia digital dan memperdalamnya sejak dini ataukah lebih dulu mengajak mereka mengeksplorasi dunia nyata? Kesimpulan saya, dua-duanya bisa berjalan beriringan. Meski saya tetap melihat interaksi dengan dunia nyata perlu diperbanyak porsinya, namun saya anggap kedua-duanya adalah penting.
Dunia digital memang akan selalu menunggu sambil dia maju, tapi jika terlalu ekstrim untuk tidak mengenalkan anak-anak pada teknologi digital, maka beberapa manfaat edukatif bermediakan alat ini tentu menjadi luput. Jika tujuannya untuk edukasi, mengapa tidak? Bukankah tanpa disadari, anak-anak sebenarnya tetap akan bersentuhan dengan dunia elektronik dan digital dalam kehidupan sehari-hari, minimalnya dengan alat paling sederhana yaitu handphone (meski hanya 'mengoprek' HP milik orang tuanya) atau televisi. Apa yang mereka akses atau lakukan dengan alat-alat tersebut? Tanpa panduan pastinya bisa segala hal (baik negatif maupun positif) mereka terima.
Yang terpenting menurut saya adalah: (1) Porsi yang seimbang antara belajar di dunia nyata dengan belajar secara digital dan bahkan virtual. Hal ini tak hanya warning untuk anak-anak tapi juga orang dewasa. (2) Pendampingan orang tua.
Tentang pernyataan Dryden dan Vos di atas, tentunya hanya perjalanan waktu yang bisa membuktikannya. Setuju atau tidak setuju dengan pernyataan tersebut, pada akhirnya kita tidak akan bisa memaksa orang lain memilih jalan yang kita tempuh. Setiap orang akan mengambil pilihan yang paling sesuai dengan keyakinannya masing-masing.
Rabu, 29 September 2010
Pemerataan Guru Dinilai Tidak Selektif
SMPN Tugumulyo Kekurangan Guru
TUGUMULYO-Pemerataan guru di lingkungan Dinas Pendidikan Kabupaten Musi Rawas (Mura) dianggap tidak selektif. Akibat dari penugasan dan penempatan guru tahun 2010/2011 membuat SMP Negeri Tugumulyo kekurangan guru. Hal itu diungkapkan Wakil Persatuan Guru Republik Indonesia (PGRI) Kecamatan Tugumulyo, Daniman kepada koran ini, Rabu (29/9).
“Apalagi dalam penugasan guru harus disesuaikan dengan kebutuhan sekolah dengan alasan tidak ada penumpukan guru ditiap kecamatan di Kabupatan Mura. Tetapi kenyataan di lapangan semua itu hanya wacana belaka mengakibatkan SMPN Tugumulyo kekurangan guru. Artinya, masih ada guru baru yang akan masuk ke SMP itu,” papar Daniman.
Ia mencontohkan sedikitnya ada 12 guru yang telah lulus sertifikasi di SMPN Tugumulyo dan semua itu dipindahkan ke SMP belum tentu dapat memenuhi beban mengajar mereka selama satu minggu yakni 24 jam per minggu. Akankah mereka harus mengorbankan sertifikasi mereka untuk mengajar di SMP yang belum jelas statusnya itu? Ia mengatakan, selama ini SMPN Tugumulyo tidak mengalami kekurangan guru dan bahkan lebih. Seharusnya dalam pemutasian penugasan guru harus dipertimbangkan lebih selektif lagi, dan sesuai dengan kebutuhan sekolah.
“Padahal tujuan pemerataan guru telah jelas guna mengurangi penumpukan guru di salah satu lembaga sekolah di wilayah Kabupaten Mura. Akan tetapi, hal itu tidak sesuai dengan apa yang direncanakan selama ini. Kami siap ditugaskan dimana saja. Namun kami harap jangan mengambil kesejahtraan dari guru,” pintanya.
Kepala Disdik Kabupaten Mura, Edi Iswanto melalui Sekretaris Mawardi, mengungkapkan mutasi guru ini untuk pemenuhan jam mengajar guru di Kabupaten Mura. Pemenuhan ini sedang berlangsung guna mencegah penumpukan guru di satu lembaga pendidikan ditiap kecamatan. “Saat ini dalam proses pemerataan, wajar jika hal itu belum sesuai. Nanti kita analisis kembali dalam pemerataan ini,” kata Mawardi.
Untuk diketahui, penugasan guru secara merata bertujuan dapat memenuhi beban kerja guru di lingkungan pendidikan Kabupaten Mura. Dengan mengacu pada Undang-Undang Nomor 14 Tahun 2005 tentang guru dan dosen pasal 35 ayat (2), dan Peraturan Pemerintah (Permen) Nomor 74 Tahun 2008 tentang Guru pasal 52 ayat (2) yang menyatakan bahwa beban kerja guru paling sedikit 24 jam tatap muka, dan paling banyak 40 jam tatap muka dalam satu minggu dalam satu atau lebih satuan pendidikan yang memiliki izin pendirian dari Pemerintah atau Pemerintah Daerah.(10)
TUGUMULYO-Pemerataan guru di lingkungan Dinas Pendidikan Kabupaten Musi Rawas (Mura) dianggap tidak selektif. Akibat dari penugasan dan penempatan guru tahun 2010/2011 membuat SMP Negeri Tugumulyo kekurangan guru. Hal itu diungkapkan Wakil Persatuan Guru Republik Indonesia (PGRI) Kecamatan Tugumulyo, Daniman kepada koran ini, Rabu (29/9).
“Apalagi dalam penugasan guru harus disesuaikan dengan kebutuhan sekolah dengan alasan tidak ada penumpukan guru ditiap kecamatan di Kabupatan Mura. Tetapi kenyataan di lapangan semua itu hanya wacana belaka mengakibatkan SMPN Tugumulyo kekurangan guru. Artinya, masih ada guru baru yang akan masuk ke SMP itu,” papar Daniman.
Ia mencontohkan sedikitnya ada 12 guru yang telah lulus sertifikasi di SMPN Tugumulyo dan semua itu dipindahkan ke SMP belum tentu dapat memenuhi beban mengajar mereka selama satu minggu yakni 24 jam per minggu. Akankah mereka harus mengorbankan sertifikasi mereka untuk mengajar di SMP yang belum jelas statusnya itu? Ia mengatakan, selama ini SMPN Tugumulyo tidak mengalami kekurangan guru dan bahkan lebih. Seharusnya dalam pemutasian penugasan guru harus dipertimbangkan lebih selektif lagi, dan sesuai dengan kebutuhan sekolah.
“Padahal tujuan pemerataan guru telah jelas guna mengurangi penumpukan guru di salah satu lembaga sekolah di wilayah Kabupaten Mura. Akan tetapi, hal itu tidak sesuai dengan apa yang direncanakan selama ini. Kami siap ditugaskan dimana saja. Namun kami harap jangan mengambil kesejahtraan dari guru,” pintanya.
Kepala Disdik Kabupaten Mura, Edi Iswanto melalui Sekretaris Mawardi, mengungkapkan mutasi guru ini untuk pemenuhan jam mengajar guru di Kabupaten Mura. Pemenuhan ini sedang berlangsung guna mencegah penumpukan guru di satu lembaga pendidikan ditiap kecamatan. “Saat ini dalam proses pemerataan, wajar jika hal itu belum sesuai. Nanti kita analisis kembali dalam pemerataan ini,” kata Mawardi.
Untuk diketahui, penugasan guru secara merata bertujuan dapat memenuhi beban kerja guru di lingkungan pendidikan Kabupaten Mura. Dengan mengacu pada Undang-Undang Nomor 14 Tahun 2005 tentang guru dan dosen pasal 35 ayat (2), dan Peraturan Pemerintah (Permen) Nomor 74 Tahun 2008 tentang Guru pasal 52 ayat (2) yang menyatakan bahwa beban kerja guru paling sedikit 24 jam tatap muka, dan paling banyak 40 jam tatap muka dalam satu minggu dalam satu atau lebih satuan pendidikan yang memiliki izin pendirian dari Pemerintah atau Pemerintah Daerah.(10)
49 Guru Ikuti Workshop Standar Nasional Pendidikan
TUGUMULYO - SMA Negeri Tugumulyo gelar workshop implementasi Standar Nasional Pendidikan (SNP). Kegiatan ini bertujuan menjamin mutu pendidikan sesuai dengan SNP dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa serta membentuk watak dan peradaban bangsa yang bermartabat.
Workshop ini dilaksanakan di Laboraturium Biologi SMA Negeri Tugumulyo, Rabu (29/9).
Kepala SMA Negeri Tugumulyo, Sukamto mengatakan SNP merupakan kriteria minimal tentang sistem pendidikan diseluruh wilayah hukum Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI), yang mengacu kepada UU Nomor 20 tahun 2003 tentang sistem pendidikan nasional, Permen nomor 19 tahun 2005 serta Mendiknas RI.
Untuk itu, workshop implementasi standar nasional pendidikan ini mengacu kepada delapan standar nasional pendidikan yang meliputi standar isi, proses, kompetensi kelulusan, pendidik dan ketenaga kependidikan, sarana dan prasarana, pengelolaan, pembiayaan, dan penilaian pendidikan.
“Workshop ini dikuti guru SMAN Tugumulyo dengan jumlah 60 orang terdiri dari 49 orang guru SMAN Tugumulyo dan 11 mahasiswa PPL Sekolah Tinggi Keguruan dan Ilmu Pendidikan Persatuan Guru Republik Indonesia (STKIP PGRI) Lubuklinggau,” kata Sukamto kepada koran ini, Rabu (29/9).
Dikatakannya, kegiatan ini dilatar belakangi dua faktor, yakni materi dan teknologi. Materi merupakan tahapan adaptasi guna mengavaluasi dan menganalisis kinerja guru. Sedangkan teknologi diharapkan nanti SMAN Tugumulyo mengacu kepada Teknologi Informasi dan Komputer (TIK). “Kita berharap tahun 2010/2011 SMAN Tugumulyo telah berbasis kepada TIK. Sehingga guru harus menggunakan LCD dan laptop dalam mengajar. Di setiap ruangan akan diletakkan LCD, dan itu Insya Allah direalisasikan akhir semester dua nanti,” ungkapnya. Untuk pemateri workshop Implementasi standar nasional pendidikan yakni dua orang dari Dinas Pendidikan Kabupaten Mura dan tiga dari SMA Negeri Tugumulyo. Adapun anggaran dana yang digunakan pada workshop implementasi SNP yakni anggaran dana Sekolah Standar Nasional (SSN).
Ia menambahkan, dalam mewujudkan implementasi SNP ada lima strategi yaitu, mempelajari dan memahami seluruh dokumen SNP, setelah diterbitkan UU No. 20 tahun 2003 dan PP nomor 19 tahun 2003. Kemudian menganalisis kelemahan dan kekuatan, tantangan dan peluang dilakukan tim kerja. Selanjutnya menyusun dan menganalisis daftar kebutuhan pemenuhan. Dan menyusun, menentukan skala prioritas skala pemenuhan kebutuhan NSP untuk jangka panjang menengah dan tahunan, serta melaksanakan program sesuai dengan program yang berkesinambungan.(10)
Workshop ini dilaksanakan di Laboraturium Biologi SMA Negeri Tugumulyo, Rabu (29/9).
Kepala SMA Negeri Tugumulyo, Sukamto mengatakan SNP merupakan kriteria minimal tentang sistem pendidikan diseluruh wilayah hukum Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI), yang mengacu kepada UU Nomor 20 tahun 2003 tentang sistem pendidikan nasional, Permen nomor 19 tahun 2005 serta Mendiknas RI.
Untuk itu, workshop implementasi standar nasional pendidikan ini mengacu kepada delapan standar nasional pendidikan yang meliputi standar isi, proses, kompetensi kelulusan, pendidik dan ketenaga kependidikan, sarana dan prasarana, pengelolaan, pembiayaan, dan penilaian pendidikan.
“Workshop ini dikuti guru SMAN Tugumulyo dengan jumlah 60 orang terdiri dari 49 orang guru SMAN Tugumulyo dan 11 mahasiswa PPL Sekolah Tinggi Keguruan dan Ilmu Pendidikan Persatuan Guru Republik Indonesia (STKIP PGRI) Lubuklinggau,” kata Sukamto kepada koran ini, Rabu (29/9).
Dikatakannya, kegiatan ini dilatar belakangi dua faktor, yakni materi dan teknologi. Materi merupakan tahapan adaptasi guna mengavaluasi dan menganalisis kinerja guru. Sedangkan teknologi diharapkan nanti SMAN Tugumulyo mengacu kepada Teknologi Informasi dan Komputer (TIK). “Kita berharap tahun 2010/2011 SMAN Tugumulyo telah berbasis kepada TIK. Sehingga guru harus menggunakan LCD dan laptop dalam mengajar. Di setiap ruangan akan diletakkan LCD, dan itu Insya Allah direalisasikan akhir semester dua nanti,” ungkapnya. Untuk pemateri workshop Implementasi standar nasional pendidikan yakni dua orang dari Dinas Pendidikan Kabupaten Mura dan tiga dari SMA Negeri Tugumulyo. Adapun anggaran dana yang digunakan pada workshop implementasi SNP yakni anggaran dana Sekolah Standar Nasional (SSN).
Ia menambahkan, dalam mewujudkan implementasi SNP ada lima strategi yaitu, mempelajari dan memahami seluruh dokumen SNP, setelah diterbitkan UU No. 20 tahun 2003 dan PP nomor 19 tahun 2003. Kemudian menganalisis kelemahan dan kekuatan, tantangan dan peluang dilakukan tim kerja. Selanjutnya menyusun dan menganalisis daftar kebutuhan pemenuhan. Dan menyusun, menentukan skala prioritas skala pemenuhan kebutuhan NSP untuk jangka panjang menengah dan tahunan, serta melaksanakan program sesuai dengan program yang berkesinambungan.(10)
Gelar SPGSD Ditempuh Selama 10 Semester
MUSI RAWAS-Sedikitnya 300 guru SD yang mengikuti kualifikasi Strata Satu (SI) di Universitas Terbuka (UT), mulai aktif belajar seperti mahasiswa lain sejak 25 September 2010. Kegiatan belajar mengajar dilaksanakan di Kelompok Belajar (Pokjar) masing-masing.
“Ada 11 Pokjar UT di Kabupaten Mura berada di Kecamatan Rupit, Muara Beliti, Tugumulyo, BTS Ulu, Karang Jaya, Selangit, Muara Kelingi, Rawas ilir, Rawas Ulu, Megang Sakti, dan Tuah Negeri. Semula Pokjar di Kabupaten Mura berjumlah 12 Pokjar tetapi untuk Pokjar di Kecamatan Jayaloka digabung dengan Pokjar di Kecamatan Tuah Negeri,” kata Kepala Dinas Pendidikan (Kadisdik) Kabupaten Mura, Edi Iswanto melalui Sekretaris Dinas (Sekdin), Mawardi didampingi Kasi Pendidikan Tinggi (Dikti), Supteman di ruang kerjanya, Rabu (29/9).
Sehingga guru yang mengikuti kualifikasi SI di UT merupakan guru SD yang menyandang gelar DII PGSD. “Dari 300 guru yang mengikuti kualifikasi SI di UT sebagian besar telah menyelesaikan studinya dengan mendapat gelar Sarjana Pendidikan Guru Sekolah Dasar (SPGSD). Dan sebagian masih dalam proses menyelesaikan belajar di Pokjar UT Kabupaten Mura,” kata Supteman.
Ia menjelaskan setiap mahasiswa harus menempuh 10 semester untuk dapat menyelesaikan studi, baik yang berasal dari awal (Tamatan SMA) maupun yang telah memiliki gelar DII PGSD. Dari kesekian banyak mahasiswa UT ada sebagian mahasiswa yang belum dapat menyelesaikan studinya meski mereka telah menempuh 10 semester (Lima tahun belajar) karena sebagian dari nilai mereka harus diperbaiki.
“Bagi mahasiswa yang memiliki nilai kecil mereka boleh mengulang mata pelajaran. Sementara mahasiswa yang dimaksud tidak diwajibkan untuk mengikuti tutorial. Ada banyak faktor menyebabkan mahasiswa tidak lulus, yakni adanya mata pelajaran yang harus dipelajari sendiri dan salah dalam penulisan kode Ujian Akhir Semester (UAS) dan registrasi kode mata kuliah. Sedangkan mahasiswa yang ada di UT kebanyakan usia diatas 50,” paparnya.
Ia berharap kepada guru kualifikasi SI jangan pernah berpikir kualifikasi SI sebagai syarat mendapatkan sertifikasi. Tetapi berpikir kualifikasi SI untuk meningkatkan profesionalitas sebagai guru. Karena kualifikasi SI merupakan upaya perlu dilaksanakan untuk mewujudkan guru yang profesional dan memiliki kompetensi. “Hal ini merupakan syarat mutlak untuk menciptakan sistem dan praktek pendidikan yang berkualitas. Sebab ini merupakan salah satu syarat utama untuk mewujudkan kemakmuran dan kemajuan suatu bangsa, umumnya dan kabupaten/kota khususnya,” jelasnya.
Untuk diketahui, kualifikasi SI merupakan salah satu tujuan pemerintah dalam meningkatkan mutu pendidikan di Kabupaten Mura.
Ia kembali menjelaskan kualifikasi SI ada dua kategori yakni kategori swadaya dan program pemerintah. “Untuk guru SD yang mengikuti kualifiksi SI PGSD di 11 Pokjar merupakan program pemerintah dalam menggalakkan kemajuan pendidikan dan kesejahtraan guru. Sementara yang sifatnya swadaya, mereka kuliah dengan biaya sendiri dan tersebar di berbagai macam Perguruan Tinggi (PT) di Kota Lubuklinggau dan sekitarnya,” pungkasnya. (10)
“Ada 11 Pokjar UT di Kabupaten Mura berada di Kecamatan Rupit, Muara Beliti, Tugumulyo, BTS Ulu, Karang Jaya, Selangit, Muara Kelingi, Rawas ilir, Rawas Ulu, Megang Sakti, dan Tuah Negeri. Semula Pokjar di Kabupaten Mura berjumlah 12 Pokjar tetapi untuk Pokjar di Kecamatan Jayaloka digabung dengan Pokjar di Kecamatan Tuah Negeri,” kata Kepala Dinas Pendidikan (Kadisdik) Kabupaten Mura, Edi Iswanto melalui Sekretaris Dinas (Sekdin), Mawardi didampingi Kasi Pendidikan Tinggi (Dikti), Supteman di ruang kerjanya, Rabu (29/9).
Sehingga guru yang mengikuti kualifikasi SI di UT merupakan guru SD yang menyandang gelar DII PGSD. “Dari 300 guru yang mengikuti kualifikasi SI di UT sebagian besar telah menyelesaikan studinya dengan mendapat gelar Sarjana Pendidikan Guru Sekolah Dasar (SPGSD). Dan sebagian masih dalam proses menyelesaikan belajar di Pokjar UT Kabupaten Mura,” kata Supteman.
Ia menjelaskan setiap mahasiswa harus menempuh 10 semester untuk dapat menyelesaikan studi, baik yang berasal dari awal (Tamatan SMA) maupun yang telah memiliki gelar DII PGSD. Dari kesekian banyak mahasiswa UT ada sebagian mahasiswa yang belum dapat menyelesaikan studinya meski mereka telah menempuh 10 semester (Lima tahun belajar) karena sebagian dari nilai mereka harus diperbaiki.
“Bagi mahasiswa yang memiliki nilai kecil mereka boleh mengulang mata pelajaran. Sementara mahasiswa yang dimaksud tidak diwajibkan untuk mengikuti tutorial. Ada banyak faktor menyebabkan mahasiswa tidak lulus, yakni adanya mata pelajaran yang harus dipelajari sendiri dan salah dalam penulisan kode Ujian Akhir Semester (UAS) dan registrasi kode mata kuliah. Sedangkan mahasiswa yang ada di UT kebanyakan usia diatas 50,” paparnya.
Ia berharap kepada guru kualifikasi SI jangan pernah berpikir kualifikasi SI sebagai syarat mendapatkan sertifikasi. Tetapi berpikir kualifikasi SI untuk meningkatkan profesionalitas sebagai guru. Karena kualifikasi SI merupakan upaya perlu dilaksanakan untuk mewujudkan guru yang profesional dan memiliki kompetensi. “Hal ini merupakan syarat mutlak untuk menciptakan sistem dan praktek pendidikan yang berkualitas. Sebab ini merupakan salah satu syarat utama untuk mewujudkan kemakmuran dan kemajuan suatu bangsa, umumnya dan kabupaten/kota khususnya,” jelasnya.
Untuk diketahui, kualifikasi SI merupakan salah satu tujuan pemerintah dalam meningkatkan mutu pendidikan di Kabupaten Mura.
Ia kembali menjelaskan kualifikasi SI ada dua kategori yakni kategori swadaya dan program pemerintah. “Untuk guru SD yang mengikuti kualifiksi SI PGSD di 11 Pokjar merupakan program pemerintah dalam menggalakkan kemajuan pendidikan dan kesejahtraan guru. Sementara yang sifatnya swadaya, mereka kuliah dengan biaya sendiri dan tersebar di berbagai macam Perguruan Tinggi (PT) di Kota Lubuklinggau dan sekitarnya,” pungkasnya. (10)
Selasa, 28 September 2010
Disdik Selidiki Indikasi Pelimpahan Jam Mengajar
LUBUKLINGGAU-Dinas Pen didikan (Disdik) Kota Lubuklingg au membentuk tim evaluasi guru setifikasi. Tim ini dibentuk karena adanya indikasi guru sertifikasi yang melimpahkan beban megajar kepada guru honorer.
Kepala Disdik Kota Lubuklinggau, Septiana Zuraida melalui Sekretaris Dinas (Sekdin) Agus Sugianto mengatakan, saat ini proses pembentukan tim evaluasi dalam tahap penyelesaian. “Jika tim sudah direkomendasikan kepada Kadisdik Kota Lubuklinggau, kita segera melakukan evaluasi kepada guru sertifikasi,” kata Agus Sugianto kepada wartawan koran di ruang kerjanya, Selasa (28/9).
Ia menegaskan, jika saat dievaluasi terdapat guru yang tidak memenuhi beban mengajar 24 jam dalam satu Minggu, maka pihaknya akan mengambil kebijakan sesuai dengan peraturan Kementerian Pendidikan Nasional (Kemendiknas). Ia berharap kepada guru yang lulus sertifikasi agar tidak melimpahkan jam mengajar kepada guru honorer.
Menurut Agus Sugianto, seharusnya penindakan awal terhadap guru sertifikasi yang terindikasi melimpahkan jam mengajar dilakukan Kepala Sekolah (Kasek) dan pengawas setempat. Namun pada kenyataannya kata dia, Kasek dan pengawas belum melakukan penindakan. Untuk itu Disdik Kota Lubuklinggau membentuk tim evaluasi mencari kebenaran indikasi pelimpahan jam mengajar tersebut.
Agus Sugianto menghimbau kepada seluruh guru yang telah lulus sertifikasi, untuk benar-benar melaksanakan tugas sebagaimana mestinya. Jika dalam evaluasi ditemukan indikasi pelimpahan jam mengajar, maka tunjangan profesi pendidik (sertifikasi) tidak akan diberikan.
Dijelaskannya sertifikasi merupakan proses pemberian sertifikat pendidik kepada guru telah memenuhi standar profesional guru yang menjadi syarat mutlak guna menciptakan sistim dan praktek pendidikan yang berkualitas. Tujuannya untuk menentukan kelayakan guru dalam melaksanakan tugas pembelajaran dan mewujudkan tujuan pendidikan nasional. “Lalu meningkatkan proses dan mutu hasil pendidikan serta meningkatkan martabat guru dan profesionalitas guru,” ujar Agus Sugianto. Dengan adanya sertifikasi guru diakui Agus Sugianto dapat melindungi profesi guru dari praktek-praktek tidak kompeten, yang dapat merusak citra profesi guru. Sehingga dapat melindungi masyarakat dari praktek-praktek pendidikan yang tidak berkualitas, dan tidak professional. “Selain itu tujuan dari sertifikasi ini adalah untuk meningkatkan kesejahteraan guru,”terangnya.(10)
Kepala Disdik Kota Lubuklinggau, Septiana Zuraida melalui Sekretaris Dinas (Sekdin) Agus Sugianto mengatakan, saat ini proses pembentukan tim evaluasi dalam tahap penyelesaian. “Jika tim sudah direkomendasikan kepada Kadisdik Kota Lubuklinggau, kita segera melakukan evaluasi kepada guru sertifikasi,” kata Agus Sugianto kepada wartawan koran di ruang kerjanya, Selasa (28/9).
Ia menegaskan, jika saat dievaluasi terdapat guru yang tidak memenuhi beban mengajar 24 jam dalam satu Minggu, maka pihaknya akan mengambil kebijakan sesuai dengan peraturan Kementerian Pendidikan Nasional (Kemendiknas). Ia berharap kepada guru yang lulus sertifikasi agar tidak melimpahkan jam mengajar kepada guru honorer.
Menurut Agus Sugianto, seharusnya penindakan awal terhadap guru sertifikasi yang terindikasi melimpahkan jam mengajar dilakukan Kepala Sekolah (Kasek) dan pengawas setempat. Namun pada kenyataannya kata dia, Kasek dan pengawas belum melakukan penindakan. Untuk itu Disdik Kota Lubuklinggau membentuk tim evaluasi mencari kebenaran indikasi pelimpahan jam mengajar tersebut.
Agus Sugianto menghimbau kepada seluruh guru yang telah lulus sertifikasi, untuk benar-benar melaksanakan tugas sebagaimana mestinya. Jika dalam evaluasi ditemukan indikasi pelimpahan jam mengajar, maka tunjangan profesi pendidik (sertifikasi) tidak akan diberikan.
Dijelaskannya sertifikasi merupakan proses pemberian sertifikat pendidik kepada guru telah memenuhi standar profesional guru yang menjadi syarat mutlak guna menciptakan sistim dan praktek pendidikan yang berkualitas. Tujuannya untuk menentukan kelayakan guru dalam melaksanakan tugas pembelajaran dan mewujudkan tujuan pendidikan nasional. “Lalu meningkatkan proses dan mutu hasil pendidikan serta meningkatkan martabat guru dan profesionalitas guru,” ujar Agus Sugianto. Dengan adanya sertifikasi guru diakui Agus Sugianto dapat melindungi profesi guru dari praktek-praktek tidak kompeten, yang dapat merusak citra profesi guru. Sehingga dapat melindungi masyarakat dari praktek-praktek pendidikan yang tidak berkualitas, dan tidak professional. “Selain itu tujuan dari sertifikasi ini adalah untuk meningkatkan kesejahteraan guru,”terangnya.(10)
49 Pejabat Struktural Unmura Dilantik
MUSI RAWAS- Sedikitnya 49 dosen di lingkungan Universitas Musi Rawas (Unmura) resmi dilantik menjadi pejabat struktural. Pelantikan dilakukan Rektor Unmura, Firdaus Taufik Wahid Selasa (28/9). “Dalam pergantian dan penempatan dosen sebagai dekan merupakan hasil dari analisis selama satu tahun terakhir ini. Untuk itu, dalam memposisikan mereka dilakukan sesuai dengan kemampuan dan jurusan mereka masing-masing,” ungkap Firdaus Taufik Wahid kepada wartawan koran ini.
Ia menambahkan, proses analisis dalam satu tahun terakhir, menggunakan analisis matrik. Dengan harapan dapat meningkatkan standar mutu Unmura melebihi universitas negeri. Untuk itu, ia berupaya dalam satu tahun dosen Unmura mampu menganalisis lima judul penelitian khusus bagi dosen tetap maupun tidak tetap. “Tujuannya tak lain untuk meningkatkan ilmu literatur dilingkungan Unmura. Dalam Perguruan Tinggi (PT) tugas pokok dosen yakni mengajar. Bagi dosen yang mempunyai jabatan struktural untuk dapat menjaga kepercayaan pimpinan, karena jabatan tersebut merupakan kepercayaan pimpinan seacara kolektif. Dan timbulnya kepercayaan itu dari kinerja kita sendiri,” jelasnya.
Ia meminta kepada dosen yang mempunyai jabatan struktural jangan menjadi kebanggaan, akan tetapi jabatan jenjang akademiklah yang seharusnya dibanggakan. Menurutnya, dosen yang ditunjuk sebagai dekan, diberi waktu selama tiga bulan, sebagai salah satu upaya dalam menyusun program apa yang harus dikembangkan.
“Setiap jabatan yang mereka duduki memilik greate (tingkatan), mulai dari tingkat satu hingga tingkat tujuh. Untuk setiap greate tersebut ada nominal disesuaikan dengan kemapuan Unmura,” terangnya.
Untuk diketahui, dosen di Fakultas Pertanian Unmura 85 persen telah menempuh jenjang pendidikan Strata 2 (S2). Dan ada satu orang dosen sedang mengikuti S3 yang dibiayai oleh Kementerian Pendidikan Nasional (Kemendiknas) dan Unmura.(10)
Ia menambahkan, proses analisis dalam satu tahun terakhir, menggunakan analisis matrik. Dengan harapan dapat meningkatkan standar mutu Unmura melebihi universitas negeri. Untuk itu, ia berupaya dalam satu tahun dosen Unmura mampu menganalisis lima judul penelitian khusus bagi dosen tetap maupun tidak tetap. “Tujuannya tak lain untuk meningkatkan ilmu literatur dilingkungan Unmura. Dalam Perguruan Tinggi (PT) tugas pokok dosen yakni mengajar. Bagi dosen yang mempunyai jabatan struktural untuk dapat menjaga kepercayaan pimpinan, karena jabatan tersebut merupakan kepercayaan pimpinan seacara kolektif. Dan timbulnya kepercayaan itu dari kinerja kita sendiri,” jelasnya.
Ia meminta kepada dosen yang mempunyai jabatan struktural jangan menjadi kebanggaan, akan tetapi jabatan jenjang akademiklah yang seharusnya dibanggakan. Menurutnya, dosen yang ditunjuk sebagai dekan, diberi waktu selama tiga bulan, sebagai salah satu upaya dalam menyusun program apa yang harus dikembangkan.
“Setiap jabatan yang mereka duduki memilik greate (tingkatan), mulai dari tingkat satu hingga tingkat tujuh. Untuk setiap greate tersebut ada nominal disesuaikan dengan kemapuan Unmura,” terangnya.
Untuk diketahui, dosen di Fakultas Pertanian Unmura 85 persen telah menempuh jenjang pendidikan Strata 2 (S2). Dan ada satu orang dosen sedang mengikuti S3 yang dibiayai oleh Kementerian Pendidikan Nasional (Kemendiknas) dan Unmura.(10)
Pribadi Dibalik Coretan
Proyektif Menggambar adalah cara untuk membantu orang untuk mengekspresikan hal-hal yang mereka temukan namun sulit untuk diungkapkan ke dalam kata-kata.
Scott O. Lilienfeld, James M. Wood, dan Howard N. Garb pernah menulis sebuah makalah pada tahun 2000 berjudul The Scientific Status of Projective Techniques yakni mengenai tes proyektif terhadap psikologi seseorang.
Sebagaimana tulisan tangan, coretan-coretan atau bentuk yang kita gambar, dapat mencerminkan sebagaian karakter dominan yang ada pada pribadi kita masing-masing.
So..berikut ini penjelasannya :
Scott O. Lilienfeld, James M. Wood, dan Howard N. Garb pernah menulis sebuah makalah pada tahun 2000 berjudul The Scientific Status of Projective Techniques yakni mengenai tes proyektif terhadap psikologi seseorang.
Sebagaimana tulisan tangan, coretan-coretan atau bentuk yang kita gambar, dapat mencerminkan sebagaian karakter dominan yang ada pada pribadi kita masing-masing.
So..berikut ini penjelasannya :
- Binatang = Mencerminkan bagaimana memandang diri sendiri. Jika menggambar hewan peliharaan berarti memiliki pribadi yang ramah. Hewan kecil mengindikasikan perasaan takut yang tersembunyi. Sedangkan hewan liar mencerminkan agresivitas.
- Tanda panah = Tanda panah ke kiri berarti sedang mengenang masa lalu. Tanda panah ke kanan berarti siap untuk menyongsong masa depan. Tanda panah ke suatu objek berarti marah atau penasaran dengan objek tersebut.
- Burung = Memiliki daya imajinasi yang tinggi, penuh petimbangan, cinta kasih, dan menyukai kebebasan.
- Kotak-kotak dan bentuk geometris = Pribadi yang terorganisir dan problem solver yang baik.
- Lingkaran = Flesksibel, mudah beradaptasi dan menyesuaikan diri. Memiliki iman yang kuat sehingga memiliki jiwa optimis dan pantang menyerah.
- Bunga = Riang, ceria, bahagia menjadi diri sendiri, menikmati hidup, dan sedang mencari cinta.
- Simbol mata uang = Sedang banyak uang atau sama sekali tidak punya uang dan berharap bisa punya uang banyak.
- Mata = Mencerminkan cara memandang dunia. Mata kecil mencerminkan perenungan dan mata yang besar menunjukkan kecurigaan dan perasaan yang sangat sensitif
- Anting = Suka membesar-besarkan segala sesuatu.
- Wajah dengan warna redup = Sikap waspada.
- Wajah dengan warna gelap = Karakter dominan namun labil.
- Jerapah = Ingin mengetahui seberapa besar daya tarik terhadap lawan jenis, semakin panjang leher jerapah yang digambar, semakin dalam pesona dalam diri yang ingin digali.
- Happy face = Perilaku yang ditampilkan tidak sejalan dengan hati nurani. Namun pribadi ini senang menebar keceriaan disekitarnya dan senang bertemu dengan banyak orang juga bersahabat dengan siapapun.
- Jantung hati = Penuh cinta, welas asih, dan pengertian.
- Inisial = Ingintahu lebih banyak tentang pemilik inisial dimaksud.
- Bentuk yang saling bertautan = Mencerminkan pemikiran yang logis dan senang berbagi segala hal dengan orang-orang di sekeliling
- Garis bergerigi = Sedang merasa terhimpit dan marah. Apabila garis tersebut melingkari suatu objek mencerminkan rasa balas dendam. Namun jika garis tersebut melingkar tapat diatas suatu objek berarti sedang marah terhadap sesuatu
- Ciuman = Mendambakan cinta
- Pisau = Sisi agresif yang tersembunyi
- Benang kusut = Lingkaran kusut yang besar melambangkan keinginan akan gaya hidup bebas yang menggelnding begitu saja. Lingkaran kusut yang kecil melambangkan perasaan marah yang terpendam
- Bibir = Bibir tipis menunjukkan kekhawatiran dan bibir terbuka mencerminkan perhatian dan rasa cinta kasih
- Kumis = Apabila suka menambahkan kumis, kacamata, atau tanduk pada foto/gambar orang, berarti sedang menginginkan untuk dapat hidup mandiri
- Uang Keinginan untuk meraih sukses, kekuatan, dan jabatan lebih dari yang dimiliki saat ini
- Nama = Menulis nama seseorang berulang kali menandakan rasa penasaran dan perhatian terhadap si pemilik nama. Sedangkan coretan nama sendiri disertai desain khusus disekitarnya melambangkan pencarian jati diri
- Gurita = Simbol dari kelahiran kembali. Sama maknanya seperti laba dan naga. Bisa juga sedang merasa jenuh dan tidak menarik
- Batu dan kerikil = Pribadi yang rendah hati dan memiliki pikiran bahwa hidup penuh dengan tantangan dan cobaaan yang harus dihadapi.
- Pasangan = Kekhawatiran akan perpisahan. Dapat juga mencerminkan cara pandang yang seimbang antara segi positif dan negatif
- Tanda tanya = Keraguan yang selalu menyelimuti pikiran
- Hujan = Depresi yang cukup dalam
- Pelangi = Usaha untuk mencerminkan rasa stres dan kesedihan yang selama ini terpendam
- Bintang = Sosok yang optimis, tangguh, dan tidak mudah larut dalam kekecewaan karena memiliki sifat ambisius dan yakin terhadap cita-cita
- Sosok tegak = Haus perhatian
- Matahari = Sedang senang dan bahagia
- Garis-garis = Pesimis dengan ide-ide baru dan memerlukan motivasi dari orang-orang terdekat
- Segitiga = Pandai mengatur segala sesuatu dengan baik
- Wajah cemberut = Menunjukkan mood yang sedang tidak bagus dan rasa tidak suka terhadap orang lain
- Unicorn = Mengekspresikan harapan dan perasaan yang murni
- Vampir = Suka mengambil keuntungan dari orang lain
- Gunung = Amarah yang meledak-ledak
- Aliran air = Aliran air yang tenang melambangkan suasana hati yang damai. Laut yang penuh ombak bergulung menandakan kekhawatiran akan bencana
- Rumah kecil dikelilingi pagar = Keinginan akan kasih sayang, kehangatan, dan kenyamanan dari sebuah rumah
- Huruf X dan O = Pribadi yang kompetitif dan serius dalam menghadapi hidup
- Huruf Y = Tidak yakin dalam mengambil keputusan
- Angka 0 = Lambang dari segala sesuatu yang bersifat kontradiktif. Bisa juga mencerminkan perasaan terpuruk
- Huruf Z = Tipe pekerja keras.
Menangkap Kupu-Kupu Lagi
Dulu saya pernah memposting tulisan berjudul, Mengejar Kupu-Kupu. Tulisan itu saya buat ketika kami baru 26 hari tinggal di rumah baru di Tanjungsari. Tak terasa sekarang sudah hampir mendekati masa 2 tahun kami menempati kawasan ini, dan anak saya Luqman ternyata masih menyimpan rasa penasaran terhadap kupu-kupu yang tidak terlalu jinak. Ia ingin mencoba menangkapnya, walau kemudian dilepaskannya kembali.
Berbekal jaring penangkap ikan (lamit kalau kata orang Sunda ^_^), sejak kemarin ia terus tertarik untuk mengubahnya menjadi penangkap kupu-kupu. Ia terinspirasi dari buku yang memperlihatkan alat itu dipakai anak-anak untuk berburu kupu-kupu. Awalnya saya membeli 'lamit' memang hanya untuk menangkap ikan yang ada di kolam kecil kami. Kemudian berubah jadi penjaring kupu-kupu, sepertinya bukanlah ide yang perlu ditolak.
Satu hal yang menarik, kupu yang biasanya sangat liar dan terbang cekatan itu bahkan bisa terdiam di tangan anak saya selama kurang lebih 3 menit. Caranya hanya dielus-elus dan "memakai kekuatan pikiran" (begitu kata Luqman ^^).
Waah, sebenarnya mungkin juga ada pengaruh film MATILDA (anak yang memiliki kekuatan imajinasi sehingga bisa membebaskan teman-temannya dari seorang kepala sekolah yang jahat). Luqman menontonnya hingga beberapa kali dan begitu takjub dengan kehebatan MATILDA. Dengan pendampingan, film itu bisa sekalian mengajarkan pada anak-anak tentang hebatnya pikiran yang pantang menyerah. Tokoh Matilda yang sangat mandiri dan percaya diri membuat anak-anak belajar tentang kebalikan dari imperior.
Nah, setelah kemahiran menangkap kupu-kupu ini makin baik, dan pasti besoknya dan besoknya lagi diulang, rencananya saya akan membuatkan penangkaran kupu-kupu mini buat anak-anak. Setidaknya untuk mempertahankan benih kecintaan belajar sains sejak dini?
Berbekal jaring penangkap ikan (lamit kalau kata orang Sunda ^_^), sejak kemarin ia terus tertarik untuk mengubahnya menjadi penangkap kupu-kupu. Ia terinspirasi dari buku yang memperlihatkan alat itu dipakai anak-anak untuk berburu kupu-kupu. Awalnya saya membeli 'lamit' memang hanya untuk menangkap ikan yang ada di kolam kecil kami. Kemudian berubah jadi penjaring kupu-kupu, sepertinya bukanlah ide yang perlu ditolak.
Satu hal yang menarik, kupu yang biasanya sangat liar dan terbang cekatan itu bahkan bisa terdiam di tangan anak saya selama kurang lebih 3 menit. Caranya hanya dielus-elus dan "memakai kekuatan pikiran" (begitu kata Luqman ^^).
Waah, sebenarnya mungkin juga ada pengaruh film MATILDA (anak yang memiliki kekuatan imajinasi sehingga bisa membebaskan teman-temannya dari seorang kepala sekolah yang jahat). Luqman menontonnya hingga beberapa kali dan begitu takjub dengan kehebatan MATILDA. Dengan pendampingan, film itu bisa sekalian mengajarkan pada anak-anak tentang hebatnya pikiran yang pantang menyerah. Tokoh Matilda yang sangat mandiri dan percaya diri membuat anak-anak belajar tentang kebalikan dari imperior.
Nah, setelah kemahiran menangkap kupu-kupu ini makin baik, dan pasti besoknya dan besoknya lagi diulang, rencananya saya akan membuatkan penangkaran kupu-kupu mini buat anak-anak. Setidaknya untuk mempertahankan benih kecintaan belajar sains sejak dini?
Senin, 27 September 2010
Disdik Jajaki Sistem SKS
LUBUKLINGGAU-Kepala Dinas Pendidikan (Kadisdik) Kota Lubuklinggau Septiana Zuraida, akan terapkan kedisiplinan kepada sejumlah guru. Hal itu merupakan salah satu langkah dalam memberlakukan Satuan Kredit Semester (SKS) untuk pelajar SMP dan SMA sederajat.
“Salah satu upaya dalam memberlakukan sistem SKS, dengan kedisiplinan kerja dan waktu bagi guru. Inilah indikator utama memberlakukan UU Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional dan Permen Nomor 19 Tahun 2005 tentang Standar Nasional Pendidikan,” kata Septiana Zuraida, kepada wartawan koran ini, Senin (27/9).
Apalagi saat ini di kawasan Kota Lubuklinggau banyak ditemui Sekolah Standar Nasional (SSN) dan Rintisan Sekolah Bertaraf Internasional (RSBI), mulai dari tingkat SD hingga SMA sederajat. Untuk itu, sebelum memberlakukan sistem SKS, pihakanya mengupayakan untuk dapat menganalisis lebih lanjut apakah memungkinkan untuk menerapkan sistem SKS atau tidak. Saat Disdik mengupayakan untuk mencari sekolah percontohan dalam menerapkan UU Nomor 20 dan Permen nomor 19 tahun 2005. “Jika UU No 20 tahun 2003 dan Permen No. 19 tahun 2005 telah diberlakukan, maka akan dilaksanakan,” ucapnya.
Ia mengaku dalam memberlakukan sistem tersebut, jelas ada pro dan kontra. Karena untuk memberlakukan UU dan Permen tadi, sudah jelas harus menegakkan kedisiplinan di kalangan guru. “Untuk itulah Disdik Kota Lubuklinggau butuh dukungan dari kalangan guru maupun kalangan masyarakat,” harapnya.(10)
“Salah satu upaya dalam memberlakukan sistem SKS, dengan kedisiplinan kerja dan waktu bagi guru. Inilah indikator utama memberlakukan UU Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional dan Permen Nomor 19 Tahun 2005 tentang Standar Nasional Pendidikan,” kata Septiana Zuraida, kepada wartawan koran ini, Senin (27/9).
Apalagi saat ini di kawasan Kota Lubuklinggau banyak ditemui Sekolah Standar Nasional (SSN) dan Rintisan Sekolah Bertaraf Internasional (RSBI), mulai dari tingkat SD hingga SMA sederajat. Untuk itu, sebelum memberlakukan sistem SKS, pihakanya mengupayakan untuk dapat menganalisis lebih lanjut apakah memungkinkan untuk menerapkan sistem SKS atau tidak. Saat Disdik mengupayakan untuk mencari sekolah percontohan dalam menerapkan UU Nomor 20 dan Permen nomor 19 tahun 2005. “Jika UU No 20 tahun 2003 dan Permen No. 19 tahun 2005 telah diberlakukan, maka akan dilaksanakan,” ucapnya.
Ia mengaku dalam memberlakukan sistem tersebut, jelas ada pro dan kontra. Karena untuk memberlakukan UU dan Permen tadi, sudah jelas harus menegakkan kedisiplinan di kalangan guru. “Untuk itulah Disdik Kota Lubuklinggau butuh dukungan dari kalangan guru maupun kalangan masyarakat,” harapnya.(10)
Minggu, 26 September 2010
Universitas Stanford
Blossoming trees around campus came into full bloom as the temperatures warmed during spring break.
Photo: L.A. Cicero / Stanford News Service
Photo: L.A. Cicero / Stanford News Service
Penelitian Pendidikan di Universitas Stanford
Identity |
|Prudence L. Carter | Teresa LaFromboise | Daniel McFarland | Debra Meyerson | Nailah Suad Nasir | Amado Padilla | Sam Wineburg | |
Immigrant Issues |
|Claude Goldenberg | Kenji Hakuta | Amado Padilla | Guadalupe Valdes | |
Inner-city Youth |
|Arnetha F Ball | Prudence L. Carter | Claude Goldenberg | Teresa LaFromboise | Nailah Suad Nasir | |
Intergroup Relations |
|Prudence L. Carter | Debra Meyerson | |
International Comparative Education |
|Jennifer Adams | Arnetha F Ball | Martin Carnoy | Prudence L. Carter | Aki Murata | Francisco Ramirez | Christine Min Wotipka | |
L
Language |
|Arnetha F Ball | Connie Juel | Amado Padilla | |
Language Acquisition |
|Kenji Hakuta | Amado Padilla | Guadalupe Valdes | |
Language Policy |
|Amado Padilla | Guadalupe Valdes | |
Latino Concerns in Education |
|Martin Carnoy | Claude Goldenberg | Amado Padilla | |
Learning Design |
|Shelley Goldman | Roy Pea | Daniel Schwartz | Sam Wineburg | |
Legal Issues |
|Kenji Hakuta | |
Linguistic Heritage of the US |
|Amado Padilla | |
Linguistics/Linguistic Human Rights |
|Arnetha F Ball | Kenji Hakuta | |
Literacy |
|Maren Aukerman | Arnetha F Ball | Pam Grossman | Kenji Hakuta | Connie Juel | Ray McDermott | John Willinsky | Sam Wineburg | |
Literacy and Culture |
|Maren Aukerman | Arnetha F Ball | Connie Juel | Ray McDermott | John Willinsky | |
Literature |
|Maren Aukerman | Pam Grossman | |
M
Mathematical Problem-solving |
|Hilda Borko | Aki Murata | Roy Pea | Daniel Schwartz | |
Mathematics Education |
|Hilda Borko | Shelley Goldman | Aki Murata | Nailah Suad Nasir | Roy Pea | Daniel Schwartz | |
Measurements |
|Edward Haertel | |
Mental Health |
|Teresa LaFromboise | |
Minorities |
|Anthony Antonio | Prudence L. Carter | Teresa LaFromboise | Debra Meyerson | Guadalupe Valdes | |
Models in the Social and Behavioral Sciences |
|Daniel McFarland | Amado Padilla | Woody Powell | |
Moral Education |
|Eamonn Callan | William Damon | Nailah Suad Nasir | |
Motivation to Learn |
|Deborah Stipek | |
Multicultural Education |
|Arnetha F Ball | Eamonn Callan | Teresa LaFromboise | |
Multiculturalism |
|Eamonn Callan | Teresa LaFromboise | Debra Meyerson | Amado Padilla | |
O
Organizational Change |
|Anthony Bryk | Daniel McFarland | Debra Meyerson | Woody Powell | |
Organizations |
|Anthony Bryk | Daniel McFarland | Debra Meyerson | |
Others |
|Nicole Ardoin | |
P
Parental Involvement |
|Shelley Goldman | |
Peer Groups |
|Anthony Antonio | Prudence L. Carter | Daniel McFarland | |
Philosphy of Social Science |
|Ray McDermott | |
Policy |
|Eamonn Callan | Edward Haertel | Kenji Hakuta | David Labaree | Susanna Loeb | Deborah Stipek | |
Policy Analysis and Implementation |
|Jennifer Adams | Linda Darling-Hammond | Susanna Loeb | Sean Reardon | |
Policy to Improve Research |
|Martin Carnoy | Kenji Hakuta | Susanna Loeb | Deborah Stipek | |
Politics of Education |
|Martin Carnoy | Kenji Hakuta | |
Poverty and Child Welfare |
|Jennifer Adams | Prudence L. Carter | Susanna Loeb | |
Principal Training |
|Debra Meyerson | |
Private Schools |
|Martin Carnoy | |
Problem-based Learning |
|Shelley Goldman | Roy Pea | |
Professional / Staff Development |
|Maren Aukerman | Hilda Borko | Linda Darling-Hammond | Pam Grossman | Aki Murata | Roy Pea | |
Psychometrics |
|Edward Haertel | |
Sumber:
Sekolah Pendidikan Universitas StanfordSabtu, 25 September 2010
Kolombo Kekurangan Siswa Karena KB
Kolombo, - Jumlah anak yang bersekolah di Sri Lanka telah merosot tajam akibat keberhasilan program keluarga berencana di negeri itu, demikian laporan harian berbahasa Inggris lokal, Kamis.
Sebagaimana dikutip harian The Island, Menteri Pendidikan Bandula Gunawardena mengatakan jumlah anak usia sekolah --5 sampai 19 tahun-- telah merosot dari 5,4 juta pada 1981 menjadi 4,1 juta pada 2008, "berkat keberhasilan program keluarga berencana".
Gunawardena mengatakan itu telah membuat ditutupnya sejumlah sekolah karena tak ada anak yang bersekolah di sana, demikian diwartakan Xinhua-OANA.
"Tak ada alasan untuk tetap membuka sekolah sedangkan di sana tak ada anak yang bersekolah," kata Gunawardena sebagaimana dikutip.
Menteri tersebut mengatakan Sri Lanka memiliki penduduk yang dengan cepat menjadi tua dan kategori tertentu piramida penduduk telah berubah sehingga bentuknya tidak menyerupai piramida lagi.
Dengan perkiraan 20 juta warga, Sri Lanka memiliki sistem pendidikan gratis yang dimulai pada 1945.
Sebagaimana dikutip harian The Island, Menteri Pendidikan Bandula Gunawardena mengatakan jumlah anak usia sekolah --5 sampai 19 tahun-- telah merosot dari 5,4 juta pada 1981 menjadi 4,1 juta pada 2008, "berkat keberhasilan program keluarga berencana".
Gunawardena mengatakan itu telah membuat ditutupnya sejumlah sekolah karena tak ada anak yang bersekolah di sana, demikian diwartakan Xinhua-OANA.
"Tak ada alasan untuk tetap membuka sekolah sedangkan di sana tak ada anak yang bersekolah," kata Gunawardena sebagaimana dikutip.
Menteri tersebut mengatakan Sri Lanka memiliki penduduk yang dengan cepat menjadi tua dan kategori tertentu piramida penduduk telah berubah sehingga bentuknya tidak menyerupai piramida lagi.
Dengan perkiraan 20 juta warga, Sri Lanka memiliki sistem pendidikan gratis yang dimulai pada 1945.
sumber :http://beritangumpul.blogspot.com
NASA Temukan Bintang Kanibal
www.astro.ucla.edu |
Amerika Serikat,- Observatorium Chandra X-ray milik Badan Antariksa Amerika Serikat (NASA) menemukan bintang 'kanibal' yang doyan melahap tetangganya. Bintang raksasa merah berusia miliaran tahun ini dinamai BP Piscium (BP Psc). Ia diperkirakan menelan bintang yang lebih muda, yang masih bisa dilihat dari sisa-sisanya.
BP Piscium ini merupakan versi evolutif dari Matahari yang terletak sekitar 1.000 tahun cahaya dari Bumi. Bintang itu terletak di konstelasi Pisces. Para ilmuwan mulai mempelajari BP Piscium 15 tahun yang lalu dan dibingungkan oleh penampakannya yang tak biasa.
Orbit bintang ini berupa piringan atau disk materi berdebu yang biasanya menjadi bukti dari mulai terbentuknya planet di sekitar bintang-bintang baru.
Sementara bintang muda biasanya lahir di dalam klaster bintang, posisi BP Piscium terisolasi. Ini yang membuat para astronom yakin, bintang raksasa merah itu berada di tahap akhir evolusi. Para ilmuwan menyimpulkan, disk materi debu itu terbentuk dari sisa-sisa bintang muda yang baru saja dilahap dan dicernanya.
Profesor Joel Kastner dari Rochester Institute of Technology, New York mengatakan para peneliti telah menemukan kasus 'kanibalisme bintang' yang langka. Ilmuwan yakin, BP Piscium memangsa tetangganya hanya beberapa saat setelah berkembang menjadi 'raksasa merah'--fase akhir dari evolusi sebuah bintang.
"Kerja kami penuh spekulasi, mengamati bintang, tepat pada titik di mana ia telah menelan bintang yang lain; dan karenanya ia membentuk disk atau piringan debu," kata Kastner seperti dimuat Telegraph, Kamis, 16 September 2010. "Beberapa materi bintang 'korban' meluncur masuk ke dalam BP Piscium. Yang lain, dilontarkan keluar dengan kecepatan tinggi. Itu yang kami saksikan."
Para ilmuwan bahkan meyakini Bumi suatu saat nanti bisa bernasib sama dengan bintang-bintang malang yang dilahap BP Piscium. Mengapa?
Ingat, Bumi berada di satu sistem tata surya, di mana Matahari menjadi pusatnya. "BP Piscium menunjukkan kepada kita bahwa bintang seperti halnya Matahari bisa hidup tenang selama miliaran tahun. Namun, ketika ia berevolusi ke tahap akhir, Matahari bisa saja menelan bintang atau satu dua planet di sekelilingnya," kata David Rodriguez dari University of California, Los Angeles.
BP Piscium ini merupakan versi evolutif dari Matahari yang terletak sekitar 1.000 tahun cahaya dari Bumi. Bintang itu terletak di konstelasi Pisces. Para ilmuwan mulai mempelajari BP Piscium 15 tahun yang lalu dan dibingungkan oleh penampakannya yang tak biasa.
Orbit bintang ini berupa piringan atau disk materi berdebu yang biasanya menjadi bukti dari mulai terbentuknya planet di sekitar bintang-bintang baru.
Sementara bintang muda biasanya lahir di dalam klaster bintang, posisi BP Piscium terisolasi. Ini yang membuat para astronom yakin, bintang raksasa merah itu berada di tahap akhir evolusi. Para ilmuwan menyimpulkan, disk materi debu itu terbentuk dari sisa-sisa bintang muda yang baru saja dilahap dan dicernanya.
Profesor Joel Kastner dari Rochester Institute of Technology, New York mengatakan para peneliti telah menemukan kasus 'kanibalisme bintang' yang langka. Ilmuwan yakin, BP Piscium memangsa tetangganya hanya beberapa saat setelah berkembang menjadi 'raksasa merah'--fase akhir dari evolusi sebuah bintang.
"Kerja kami penuh spekulasi, mengamati bintang, tepat pada titik di mana ia telah menelan bintang yang lain; dan karenanya ia membentuk disk atau piringan debu," kata Kastner seperti dimuat Telegraph, Kamis, 16 September 2010. "Beberapa materi bintang 'korban' meluncur masuk ke dalam BP Piscium. Yang lain, dilontarkan keluar dengan kecepatan tinggi. Itu yang kami saksikan."
Para ilmuwan bahkan meyakini Bumi suatu saat nanti bisa bernasib sama dengan bintang-bintang malang yang dilahap BP Piscium. Mengapa?
Ingat, Bumi berada di satu sistem tata surya, di mana Matahari menjadi pusatnya. "BP Piscium menunjukkan kepada kita bahwa bintang seperti halnya Matahari bisa hidup tenang selama miliaran tahun. Namun, ketika ia berevolusi ke tahap akhir, Matahari bisa saja menelan bintang atau satu dua planet di sekelilingnya," kata David Rodriguez dari University of California, Los Angeles.
Jumat, 24 September 2010
Akreditasi Perguruan Tinggi
Akreditasi Perguruan Tinggi or Accreditation status of a university / college is a reflection of performance in question and describe the quality, efficiency, and relevance of an organized program of study.
Currently there are two types of accreditation given by the government to study programs in universities, namely:
1. Registered status, Recognized, or equated given to Private Colleges
2. Accredited status or Nir-accreditation given to all universities (State Universities, Private Colleges, and Universities official).
Because of the two accreditation status which are equally valid, there are currently bearing the PTS both for his study program. This occurs because the process of granting accreditation status is done through two different paths after the establishment of the National Accreditation Board of Higher Education (BAN-PT). Previously, determination of status is based on Directorate General of Higher Education No. SE. 470/D/T/1996.
Then the government sets, for the implementation of the accreditation of a PTS / PTS unit, to the extent not yet been evaluated (accredited) by or through the BAN-PT, will still be conducted under the rules above, but when a PTS / PTS unit has been evaluated (accredited) by or via the BAN-PT, then the subsequent execution of the relevant accreditation of private universities be carried out based on criteria or Accreditation of BAN-PT.
To better understand the meaning of these two types of accreditation status, the need to see the provision of status before the BAN-PT and the difference with accreditation status granted after the BAN-PT.
Before the establishment of the National Accreditation Board
In the Article 52 of Chapter XI of the Law on National Education System in 1989 stated that the government shall supervise the implementation of education undertaken by the government or by society in order to develop the development of the educational unit concerned.
But until the establishment of Higher Education Accreditation Board (BAN-PT) accreditation was only made to Private Colleges, so that accreditation is defined as a government's recognition of the existence of higher education held by the public.
Determination / Accreditation Status PTS improvement is based on the Director General of Higher Education No. SE. 470/D/T/1996 to the granting of the status of Registered, Recognized, and equated to the study program at a college. Accreditation status is not granted to the institution, but to each course of study in private universities concerned. Thus, there may be some private universities have some courses with accreditation status different.
In conducting an assessment of the accreditation program of study conducted on a regular basis, namely an assessment of infrastructure and facilities, faculty, and program management education.
Private University who became the object of accreditation is not static, but constantly being in the dynamics. It may be better because of progress-progress, or vice versa can also be a retreat because of failures. Therefore, the government deems it necessary to set a validity period of accreditation status granted to a particular course.
Expiration of Accreditation Status of Private Higher Education Study Program
Status
After the establishment of the National Accreditation Board
In December 1994 appointed by BAN-PT to assist the government in an effort to perform the duties and obligations to supervise the quality and efficiency of higher education. Formation of BAN-PT is shown that the accreditation of universities in Indonesia is basically the responsibility of government and applies to all universities, both public and private. This also shows the government's intention and concern in the implementation of college coaching, serving the interests of society, and the progress of science and technology to improve people's lives and enrich the national culture.
Because no longer distinguish between public and private, the sense in the world of higher education accreditation is recognition of an educational institution which guarantees minimum standards so that graduates meet the qualifications to continue their education at higher education or enter the specialization, or to be able to run the practice of his profession (to Recognize an educational institution as maintaining standards That qualify the graduates for admission to higher or more specialized institutions or for professional practice).
Accreditation of higher education adopted in the national education system is intended to assess the implementation of higher education. The assessment was directed at the dual objectives, namely:
1. inform the community college performance
2. suggests steps that need to be coaching mainly by universities and government, and citizen participation.
Recognition ratings given by the government on higher education is based on the results of college accreditation conducted by BAN-PT, by accreditation, including accreditation bodies and accreditation courses.
Assessment criteria for accreditation of institutions consists of:
1. Licenses for the operation of higher education
2. The requirements and feasibility of higher education
3. The relevance of the implementation of educational programs with the development
4. Performance of college
5. College management efficiency.
Assessment criteria for accreditation of study program consists of:
1. Identity
2. Permit the administration of
3. Conformity with the administration of laws and crustaceans
4. The relevance of the administration of
5. Facilities and infrastructure
6. Efficiency of the administration of
7. Productivity studies program
8. Quality of graduates.
Classification rating for all the criteria are determined by three aspects, namely the quality (weight 50%), efficiency (25%), and relevance (25%).
BAN-PT
The National Accreditation Agency for Higher Education (Badan Akreditasi Nasional Perguruan Tinggi), well-known as BAN-PT is an independent agency for evaluation, which has main tasks to decide adequacy of program and or education unit at higher education level, referring to national standards of education. Higher education accreditation is the evaluation of adequacy of program and or institution of higher education, based on criteria, which have been decided to provide quality assurance to the community. To undertake higher education accreditation, the Government establishes National Accreditation Agency for Higher Education (Badan Akreditasi Nasional Perguruan Tinggi – BAN-PT). BAN-PT is a non-structural, non-profit, and independent agency under the National Education Minister.
Study Program Accreditation Process
Prior to accreditation, the study program should fulfil BAN-PT requirement of eligibility by showing operational licence. Before applying for accreditation, the study program shall conduct self-evaluation process referring to the Guideline for Self-evaluation, published by BAN-PT. BAN-PT provides eligible applying study program with a set of accreditation instrument to be worked out and returned them together with the summary of self-evaluation report in three copies (for Diploma and Undergraduate study programs) or four copies (for Master and Doctor study programs), and two copies of recorded CD.
BAN-PT verifies the accreditation documents and prepares them for desk evaluation. Two assessors (for Diploma and Undergraduate study programs) or three assessors (for Master and Doctor study programs) shall review and assess the accreditation documents at a desk evaluation session. Referring to the desk evaluation findings, the same assessors shall immediately conduct site visit to the related study program, and within one week after vanishing the site visit they shall report to BAN-PT. BAN-PT verifies and validates the assessors’ report to be ready for BAN-PT plenary final judgment. BAN-PT announces the accreditation result to the accredited study programs and other related stakeholders. BAN-PT provides the accredited study programs with accreditation certificate and recommendation for further program development and improvement. The accreditation cycle shall be repeatedly conducted every five years. The whole cycle of study program accreditation process is summarized in the following diagram.
Model Accreditation Program of study used to assess this university can be illustrated as shown below :
Study Program Accreditation Process
Accreditation bodies which had been visited for comparative studies among other things:
1. Accreditation Board of Engineering and Technological (Abet), in the United States.
2. Australian Universities Quality Agency (AUQA), in Australia.
3. Council for Higher Education Accreditation (Chea), in the United States.
4. National Accreditation Agency (State Accreditation Institute - LAN), in Malaysia.
5. National Council for Accreditation of Teacher Education (NCATE), in the United States.
6. Quality Assurance Agency (QAA), in England.
7. Accrediting Philippine Association of Schools, Colleges, and Universities (PAASCU)
Basic Concept of Accreditation
Accreditation is known as a process of deciding quality standards, and assessing and evaluating institutional performance based on the decided standards. In higher education system, institution includes higher education institution (university, institute, college, academy, polytechnic), and their study programs. It is a kind of external evaluation of related institution. These types of higher education institution have their own specific characteristics concerning their functions, management system, program contents, and student profile.
Accreditation is understood as a decision of quality standard and evaluation of an educational institution (higher education institution) by an external agency. The criteria for higher education accreditation are varied due to the variation of interpretation of the higher education nature.
Barnet (as quoted by BAN-PT in General Guideline for Accreditation of Higher Education, 2005, pages 20-21) points out there are at least four meaning or concepts of the nature of higher education institution.
a) Higher education institution as a producer of qualified manpower. In this case, higher education is interpreted as a process, and the students are considered as raw input, and the graduates are considered as output with certain value in the related job market, and the success is measured in terms of the graduates absorption in the related community as labor force (employment rate) and sometimes it is also measured in terms of graduates’ income level in their career.
b) Higher education institution as a training institution for researcher career. Higher education institution quality is determined by performance and achievements on the institution’s staff in research. The quality is measured in terms of the number of staff awarded in their research activities (in national and or international levels, e.g. obtaining Nobel Prize), or research funds obtained by the institution and or its individual staff, or the number of scientific publications in accredited scientific journals or magazines.
c) Higher education institution as an efficient organization for educational management. Its quality is measured in terms of the increase of available resources and fund, the number of students and graduates.
d) Higher education institution as a vehicle for the efforts to enrich human life. Institutional success is measured in terms of speed of growing number of students and variety of offered programs. The student-staff ratio and student fees are also used as institution success indicators.
The Indonesia’s higher education institutions have certain characteristics containing components of the four types of higher education institution concepts.
Models of Accreditation
BAN-PT adopts two accreditation models, i.e. study program accreditation, and higher education institution accreditation. The two models are conducted based on the same dimensions and standards, and focused to the same aspects.
A. Dimensions
a. Input
b. Process
c. Output, Outcomes
B. Accreditation Standards
Initially, accreditation of Diploma/Undergraduate study program, Postgraduate study programs, and Institutional applied different set of standards.
Fifteen standards were applied for Higher Education Institution accreditation, i.e.
1. Leadership
2. Student affaires
3. Human resource
4. Curriculum
5. Infrastructure and facilities
6. Financing
7. Governance
8. Management system
9. Instructional system
10. Academic atmosphere
11. Information system
12. Quality assurance system
13. Graduates
14. Research and community service
15. Study programs
Eleven standards for Doctor Study Program accreditation:
1. Vision, mission, aims and objective of study program
2. Program management and governance
3. Students and guidance service
4. Curriculum
5. Lecturer and supporting staff
6. Facilities and infrastructure
7. Funding
8. Learning process and evaluation of student achievement
9. Research and dissertation
10. Academic atmosphere
11. Graduates and other products.
Fourteen standards for Diploma, Undergraduate, and Master’s Study Program accreditation:
1. Integrity, identity, vision, mission, aims and objectives
2. Students affairs
3. Faculty members and supporting staff
4. Curriculum
5. Facilities and infrastructure
6. Supporting funding
7. Governance
8. Program management
9. Learning system
10. Academic atmosphere
11. Information system
12. Quality assurance system
13. Graduates
14. Research, community service, publication, thesis, and other products.
Since 2009, undergraduate study program and institutional accreditations, and by 2010, all levels of study program and higher education institution will apply the same accreditation standards as follows.
1. Vision, mission, objectives, aims, and attaining strategies.
2. Governance, leadership, management system, and quality assurance.
3. Student and graduate.
4. Human resource.
5. Curriculum, instruction, and academic atmosphere.
6. Finance, facilities, infrastructure, and information system.
7. Research, community service, and partnership.
C. Aspects to Be Assessed
There are five aspects that should be assessed in both study program and institutional accreditation, i.e. relevance, academic atmosphere, institutional management, sustainability, and efficiency.
Relevance is degree of relationship between study program objectives, output/outcome with societal needs at the surrounding environment and global society.
Academic atmosphere shows conducive climate for academic activities, interaction between students and lecturers, between students and students, and between lecturers and lecturers to optimize student learning process.
Institutional Management, including leadership, feasibility, and adequacy. Leadership reflects degree of management capacity and capability to organize resources for optimum program goal attainment. Feasibility reflects degree of accuracy of input, process, and output, as well as program objectives as seen from normative ideal measures. Adequacy, reflects degree of attainment of threshold requirement needed for undertaking a program.
Sustainability, including continuity, selectivity, and equity. Continuity reflects program persistency guaranteed by adequate input, instructional activities, and optimum goal attainment. Selectivity shows degree of program management capability to select input, instructional process, research, and decision of priority of expected output and outcome, baser on consideration of available capacity. Equity reflects degree intention to provide fair and equal opportunities for every one to participate in the program.
Efficiency, is degree of capability to employ available resources for obtaining optimum results. It includes punctuality, effectiveness, and productivity. Punctuality shows degree of exactness in spending time to accomplish program activities. Effectiveness is degree of capability to attain expected program objectives, measured by the acquisition of expected output and outcome. Productivity reflects degree of success of instructional process in utilizing input, measured by the existence of concrete products.
The following diagram shows elaborated aspects, which should be considered in accreditation assessment.
Currently there are two types of accreditation given by the government to study programs in universities, namely:
1. Registered status, Recognized, or equated given to Private Colleges
2. Accredited status or Nir-accreditation given to all universities (State Universities, Private Colleges, and Universities official).
Because of the two accreditation status which are equally valid, there are currently bearing the PTS both for his study program. This occurs because the process of granting accreditation status is done through two different paths after the establishment of the National Accreditation Board of Higher Education (BAN-PT). Previously, determination of status is based on Directorate General of Higher Education No. SE. 470/D/T/1996.
Then the government sets, for the implementation of the accreditation of a PTS / PTS unit, to the extent not yet been evaluated (accredited) by or through the BAN-PT, will still be conducted under the rules above, but when a PTS / PTS unit has been evaluated (accredited) by or via the BAN-PT, then the subsequent execution of the relevant accreditation of private universities be carried out based on criteria or Accreditation of BAN-PT.
To better understand the meaning of these two types of accreditation status, the need to see the provision of status before the BAN-PT and the difference with accreditation status granted after the BAN-PT.
Before the establishment of the National Accreditation Board
In the Article 52 of Chapter XI of the Law on National Education System in 1989 stated that the government shall supervise the implementation of education undertaken by the government or by society in order to develop the development of the educational unit concerned.
But until the establishment of Higher Education Accreditation Board (BAN-PT) accreditation was only made to Private Colleges, so that accreditation is defined as a government's recognition of the existence of higher education held by the public.
Determination / Accreditation Status PTS improvement is based on the Director General of Higher Education No. SE. 470/D/T/1996 to the granting of the status of Registered, Recognized, and equated to the study program at a college. Accreditation status is not granted to the institution, but to each course of study in private universities concerned. Thus, there may be some private universities have some courses with accreditation status different.
In conducting an assessment of the accreditation program of study conducted on a regular basis, namely an assessment of infrastructure and facilities, faculty, and program management education.
Private University who became the object of accreditation is not static, but constantly being in the dynamics. It may be better because of progress-progress, or vice versa can also be a retreat because of failures. Therefore, the government deems it necessary to set a validity period of accreditation status granted to a particular course.
Expiration of Accreditation Status of Private Higher Education Study Program
Status
Status | Registered |
Terdaftar | 5 years |
Recognized | 4 years |
equated | 3 years |
After the establishment of the National Accreditation Board
In December 1994 appointed by BAN-PT to assist the government in an effort to perform the duties and obligations to supervise the quality and efficiency of higher education. Formation of BAN-PT is shown that the accreditation of universities in Indonesia is basically the responsibility of government and applies to all universities, both public and private. This also shows the government's intention and concern in the implementation of college coaching, serving the interests of society, and the progress of science and technology to improve people's lives and enrich the national culture.
Because no longer distinguish between public and private, the sense in the world of higher education accreditation is recognition of an educational institution which guarantees minimum standards so that graduates meet the qualifications to continue their education at higher education or enter the specialization, or to be able to run the practice of his profession (to Recognize an educational institution as maintaining standards That qualify the graduates for admission to higher or more specialized institutions or for professional practice).
Accreditation of higher education adopted in the national education system is intended to assess the implementation of higher education. The assessment was directed at the dual objectives, namely:
1. inform the community college performance
2. suggests steps that need to be coaching mainly by universities and government, and citizen participation.
Recognition ratings given by the government on higher education is based on the results of college accreditation conducted by BAN-PT, by accreditation, including accreditation bodies and accreditation courses.
Assessment criteria for accreditation of institutions consists of:
1. Licenses for the operation of higher education
2. The requirements and feasibility of higher education
3. The relevance of the implementation of educational programs with the development
4. Performance of college
5. College management efficiency.
Assessment criteria for accreditation of study program consists of:
1. Identity
2. Permit the administration of
3. Conformity with the administration of laws and crustaceans
4. The relevance of the administration of
5. Facilities and infrastructure
6. Efficiency of the administration of
7. Productivity studies program
8. Quality of graduates.
Classification rating for all the criteria are determined by three aspects, namely the quality (weight 50%), efficiency (25%), and relevance (25%).
BAN-PT
The National Accreditation Agency for Higher Education (Badan Akreditasi Nasional Perguruan Tinggi), well-known as BAN-PT is an independent agency for evaluation, which has main tasks to decide adequacy of program and or education unit at higher education level, referring to national standards of education. Higher education accreditation is the evaluation of adequacy of program and or institution of higher education, based on criteria, which have been decided to provide quality assurance to the community. To undertake higher education accreditation, the Government establishes National Accreditation Agency for Higher Education (Badan Akreditasi Nasional Perguruan Tinggi – BAN-PT). BAN-PT is a non-structural, non-profit, and independent agency under the National Education Minister.
Study Program Accreditation Process
Prior to accreditation, the study program should fulfil BAN-PT requirement of eligibility by showing operational licence. Before applying for accreditation, the study program shall conduct self-evaluation process referring to the Guideline for Self-evaluation, published by BAN-PT. BAN-PT provides eligible applying study program with a set of accreditation instrument to be worked out and returned them together with the summary of self-evaluation report in three copies (for Diploma and Undergraduate study programs) or four copies (for Master and Doctor study programs), and two copies of recorded CD.
BAN-PT verifies the accreditation documents and prepares them for desk evaluation. Two assessors (for Diploma and Undergraduate study programs) or three assessors (for Master and Doctor study programs) shall review and assess the accreditation documents at a desk evaluation session. Referring to the desk evaluation findings, the same assessors shall immediately conduct site visit to the related study program, and within one week after vanishing the site visit they shall report to BAN-PT. BAN-PT verifies and validates the assessors’ report to be ready for BAN-PT plenary final judgment. BAN-PT announces the accreditation result to the accredited study programs and other related stakeholders. BAN-PT provides the accredited study programs with accreditation certificate and recommendation for further program development and improvement. The accreditation cycle shall be repeatedly conducted every five years. The whole cycle of study program accreditation process is summarized in the following diagram.
Model Accreditation Program of study used to assess this university can be illustrated as shown below :
Study Program Accreditation Process
Accreditation bodies which had been visited for comparative studies among other things:
1. Accreditation Board of Engineering and Technological (Abet), in the United States.
2. Australian Universities Quality Agency (AUQA), in Australia.
3. Council for Higher Education Accreditation (Chea), in the United States.
4. National Accreditation Agency (State Accreditation Institute - LAN), in Malaysia.
5. National Council for Accreditation of Teacher Education (NCATE), in the United States.
6. Quality Assurance Agency (QAA), in England.
7. Accrediting Philippine Association of Schools, Colleges, and Universities (PAASCU)
Basic Concept of Accreditation
Accreditation is known as a process of deciding quality standards, and assessing and evaluating institutional performance based on the decided standards. In higher education system, institution includes higher education institution (university, institute, college, academy, polytechnic), and their study programs. It is a kind of external evaluation of related institution. These types of higher education institution have their own specific characteristics concerning their functions, management system, program contents, and student profile.
Accreditation is understood as a decision of quality standard and evaluation of an educational institution (higher education institution) by an external agency. The criteria for higher education accreditation are varied due to the variation of interpretation of the higher education nature.
Barnet (as quoted by BAN-PT in General Guideline for Accreditation of Higher Education, 2005, pages 20-21) points out there are at least four meaning or concepts of the nature of higher education institution.
a) Higher education institution as a producer of qualified manpower. In this case, higher education is interpreted as a process, and the students are considered as raw input, and the graduates are considered as output with certain value in the related job market, and the success is measured in terms of the graduates absorption in the related community as labor force (employment rate) and sometimes it is also measured in terms of graduates’ income level in their career.
b) Higher education institution as a training institution for researcher career. Higher education institution quality is determined by performance and achievements on the institution’s staff in research. The quality is measured in terms of the number of staff awarded in their research activities (in national and or international levels, e.g. obtaining Nobel Prize), or research funds obtained by the institution and or its individual staff, or the number of scientific publications in accredited scientific journals or magazines.
c) Higher education institution as an efficient organization for educational management. Its quality is measured in terms of the increase of available resources and fund, the number of students and graduates.
d) Higher education institution as a vehicle for the efforts to enrich human life. Institutional success is measured in terms of speed of growing number of students and variety of offered programs. The student-staff ratio and student fees are also used as institution success indicators.
The Indonesia’s higher education institutions have certain characteristics containing components of the four types of higher education institution concepts.
Models of Accreditation
BAN-PT adopts two accreditation models, i.e. study program accreditation, and higher education institution accreditation. The two models are conducted based on the same dimensions and standards, and focused to the same aspects.
A. Dimensions
a. Input
b. Process
c. Output, Outcomes
B. Accreditation Standards
Initially, accreditation of Diploma/Undergraduate study program, Postgraduate study programs, and Institutional applied different set of standards.
Fifteen standards were applied for Higher Education Institution accreditation, i.e.
1. Leadership
2. Student affaires
3. Human resource
4. Curriculum
5. Infrastructure and facilities
6. Financing
7. Governance
8. Management system
9. Instructional system
10. Academic atmosphere
11. Information system
12. Quality assurance system
13. Graduates
14. Research and community service
15. Study programs
Eleven standards for Doctor Study Program accreditation:
1. Vision, mission, aims and objective of study program
2. Program management and governance
3. Students and guidance service
4. Curriculum
5. Lecturer and supporting staff
6. Facilities and infrastructure
7. Funding
8. Learning process and evaluation of student achievement
9. Research and dissertation
10. Academic atmosphere
11. Graduates and other products.
Fourteen standards for Diploma, Undergraduate, and Master’s Study Program accreditation:
1. Integrity, identity, vision, mission, aims and objectives
2. Students affairs
3. Faculty members and supporting staff
4. Curriculum
5. Facilities and infrastructure
6. Supporting funding
7. Governance
8. Program management
9. Learning system
10. Academic atmosphere
11. Information system
12. Quality assurance system
13. Graduates
14. Research, community service, publication, thesis, and other products.
Since 2009, undergraduate study program and institutional accreditations, and by 2010, all levels of study program and higher education institution will apply the same accreditation standards as follows.
1. Vision, mission, objectives, aims, and attaining strategies.
2. Governance, leadership, management system, and quality assurance.
3. Student and graduate.
4. Human resource.
5. Curriculum, instruction, and academic atmosphere.
6. Finance, facilities, infrastructure, and information system.
7. Research, community service, and partnership.
C. Aspects to Be Assessed
There are five aspects that should be assessed in both study program and institutional accreditation, i.e. relevance, academic atmosphere, institutional management, sustainability, and efficiency.
Relevance is degree of relationship between study program objectives, output/outcome with societal needs at the surrounding environment and global society.
Academic atmosphere shows conducive climate for academic activities, interaction between students and lecturers, between students and students, and between lecturers and lecturers to optimize student learning process.
Institutional Management, including leadership, feasibility, and adequacy. Leadership reflects degree of management capacity and capability to organize resources for optimum program goal attainment. Feasibility reflects degree of accuracy of input, process, and output, as well as program objectives as seen from normative ideal measures. Adequacy, reflects degree of attainment of threshold requirement needed for undertaking a program.
Sustainability, including continuity, selectivity, and equity. Continuity reflects program persistency guaranteed by adequate input, instructional activities, and optimum goal attainment. Selectivity shows degree of program management capability to select input, instructional process, research, and decision of priority of expected output and outcome, baser on consideration of available capacity. Equity reflects degree intention to provide fair and equal opportunities for every one to participate in the program.
Efficiency, is degree of capability to employ available resources for obtaining optimum results. It includes punctuality, effectiveness, and productivity. Punctuality shows degree of exactness in spending time to accomplish program activities. Effectiveness is degree of capability to attain expected program objectives, measured by the acquisition of expected output and outcome. Productivity reflects degree of success of instructional process in utilizing input, measured by the existence of concrete products.
The following diagram shows elaborated aspects, which should be considered in accreditation assessment.
Akreditasi Kedokteran
This display is the most complete accreditation Medicine located in about 81 universities in the Republic of Indonesia. Not only but also include the General Medical dentistry, veterinary, lIlmu Basic Medical Sciences, Clinical Medicine, Reproductive Medicine, Tropical Medicine, Family Medicine even complete in this blog pages.
Accreditation
Model Accreditation Program of study used to assess this university can be illustrated as shown below :
Study Program Accreditation Process
For educational profile doctor, please you can read it here
No. | Region | Level | College | Programme | Decrees No. | Years Decree | Rank | Expired | 1 | 10 | S1 | Univ. Baiturahmah | Kedokteran Gigi | 001 | 1998 | B | 2003-08-11 |
---|---|---|---|---|---|---|---|---|
2 | 10 | S1 | Univ. Baiturahmah | Kedokteran | 001 | 1998 | B | 2003-08-11 |
3 | 05 | S2 | Universitas Gadjah Mada (UGM), Yogyakarta | Kedokteran Gigi | 025 | 2000 | B | 2003-09-13 |
4 | 03 | S1 | Univ. Indonesia (UI), Jakarta | Kedokteran Gigi | 053 | 2001 | A | 2006-07-26 |
5 | 05 | S2 | Universitas Gadjah Mada (UGM), Yogyakarta | Ilmu Kedokteran Dasar | 047 | 2001 | U | 2006-03-15 |
6 | 05 | S1 | Univ. Muhammadiyah Yogyakarta | Kedokteran | 010 | 2002 | B | 2007-06-12 |
7 | 03 | S1 | Univ. Kristen Indonesia (UKI), Jakarta | Kedokteran | 044 | 2003 | B | 2008-12-15 |
8 | 05 | S1 | Universitas Gadjah Mada (UGM), Yogyakarta | Kedokteran Hewan | 034 | 2003 | B | 2008-10-03 |
9 | 03 | S1 | Univ. Kristen Krida Wacana, Jakarta | Kedokteran | 029 | 2003 | B | 2008-09-12 |
10 | 04 | S3 | Univ. Padjadjaran (UNPAD), Bandung | Ilmu Kedokteran | 002 | 2003 | B | 2008-04-17 |
11 | 05 | S2 | Universitas Gadjah Mada (UGM), Yogyakarta | Ilmu Kedokteran Klinik | 071 | 2003 | B | 2008-11-14 |
12 | 05 | S2 | Universitas Gadjah Mada (UGM), Yogyakarta | Ilmu Kedokteran Tropis | 071 | 2003 | B | 2008-11-14 |
13 | 03 | S1 | Univ. Trisakti, Jakarta | Kedokteran Gigi | 023 | 2004 | A | 2009-06-18 |
14 | 05 | S1 | Universitas Gadjah Mada (UGM), Yogyakarta | Kedokteran | 037 | 2004 | A | 2009-09-06 |
15 | 10 | S1 | Univ. Andalas (UNAND), Padang | Kedokteran | 024 | 2004 | A | 2009-06-18 |
16 | 04 | S1 | Univ. Padjadjaran (UNPAD), Bandung | Kedokteran | 037 | 2004 | A | 2009-09-06 |
17 | 05 | S1 | Universitas Gadjah Mada (UGM), Yogyakarta | Kedokteran Gigi | 023 | 2004 | A | 2009-06-18 |
18 | 06 | S1 | Univ. Diponegoro (UNDIP), Semarang | Kedokteran | 015 | 2004 | A | 2009-05-07 |
19 | 03 | S1 | Univ. Pelita Harapan (UPH), Jakarta | Kedokteran | 051 | 2004 | B | 2009-11-26 |
20 | 10 | S1 | Univ. Riau (UNRI), Pekanbaru | Kedokteran | 017 | 2006 | C | 2009-10-19 |
21 | 04 | S1 | Inst. Pertanian Bogor (IPB) | Kedokteran Hewan | 008 | 2005 | A | 2010-06-23 |
22 | 07 | S1 | Universitas Airlangga, Surabaya | Kedokteran Hewan | 008 | 2005 | A | 2010-06-23 |
23 | 08 | S1 | Univ. Udayana (UNUD), Denpasar | Kedokteran | 020 | 2005 | A | 2010-10-27 |
24 | 06 | S1 | Univ. Sebelas Maret (UNS), Surakarta | Kedokteran | 008 | 2005 | A | 2010-06-23 |
25 | 07 | S1 | Universitas Airlangga, Surabaya | Kedokteran Gigi | 017 | 2005 | A | 2010-10-13 |
26 | 04 | S1 | Univ. Kristen Maranatha, Bandung | Kedokteran | 007 | 2005 | A | 2010-06-08 |
27 | 03 | S1 | Univ. Pemb. Nasional Veteran (UPN) Jakarta | Kedokteran | 007 | 2005 | B | 2010-06-08 |
28 | 04 | S1 | Univ. Jenderal Achmad Yani (UNJANI), Cimahi | Kedokteran | 017 | 2005 | B | 2010-10-13 |
29 | 01 | S1 | Univ. Syiah Kuala, Banda Aceh | Kedokteran | 016 | 2005 | B | 2010-09-30 |
30 | 01 | S1 | Univ. Syiah Kuala, Banda Aceh | Kedokteran Hewan | 020 | 2005 | B | 2010-10-27 |
31 | 03 | S1 | Univ. Indonesia (UI), Jakarta | Kedokteran | 008 | 2006 | A | 2011-07-13 |
32 | 04 | S1 | Univ. Padjadjaran (UNPAD), Bandung | Pendidikan Dokter Gigi | 017 | 2006 | A | 2011-10-19 |
33 | 09 | S1 | Univ. Hasanuddin (UNHAS), Makassar | Pendidikan Dokter Gigi | 004 | 2006 | A | 2011-06-01 |
34 | 06 | S1 | Univ. Islam Sultan Agung, Semarang | Kedokteran | 014 | 2006 | A | 2011-09-07 |
35 | 01 | S1 | Univ. Sumatera Utara (USU), Medan | Kedokteran | 014 | 2006 | A | 2011-09-07 |
36 | 01 | S1 | Univ. Sumatera Utara (USU), Medan | Kedokteran Gigi | 006 | 2006 | A | 2011-06-15 |
37 | 07 | S1 | Univ. Jember | Pendidikan Dokter Gigi | 009 | 2006 | B | 2011-07-27 |
38 | 09 | S1 | Univ. Sam Ratulangi, Manado | Kedokteran | 015 | 2006 | B | 2011-09-14 |
39 | 11 | S1 | Univ. Lambung Mangkurat (UNLAM), Banjarmasin | Kedokteran | 008 | 2006 | B | 2011-07-13 |
40 | 06 | S1 | Univ. Jenderal Soedirman (UNSOED), Purwokerto | Pendidikan Dokter | 017 | 2006 | B | 2011-10-19 |
41 | 08 | S2 | Univ. Udayana (UNUD), Denpasar | Kedokteran Reproduksi | 020 | 2006 | C | 2011-12-30 |
42 | 07 | S1 | Universitas Airlangga, Surabaya | Pendidikan Dokter | 019 | 2007 | A | 2012-08-25 |
43 | 09 | S1 | Univ. Hasanuddin (UNHAS), Makassar | Kedokteran | 023 | 2007 | A | 2012-09-29 |
44 | 05 | S1 | Univ. Islam Indonesia (UII), Yogyakarta | Kedokteran | 014 | 2007 | B | 2012-06-30 |
45 | 07 | S1 | Univ. Muhammadiyah Malang | Pendidikan Dokter | 020 | 2007 | B | 2012-09-07 |
46 | 09 | S1 | Univ. Muslim Indonesia, Makassar | Pendidikan Dokter | 022 | 2007 | B | 2012-09-14 |
47 | 02 | S1 | Univ. Lampung (UNILA), Bandar Lampung | Pendidikan Dokter | 020 | 2007 | B | 2012-09-07 |
48 | 03 | S2 | Univ. Indonesia (UI), Jakarta | Kedokteran Kerja | 011 | 2007 | B | 2012-06-30 |
49 | 04 | S2 | Univ. Padjadjaran (UNPAD), Bandung | Ilmu Kedokteran Dasar | 011 | 2007 | B | 2012-06-30 |
50 | 01 | S1 | Univ. Islam Sumatera Utara (UISU), Medan | Kedokteran | 019 | 2007 | C | 2012-08-25 |
51 | 01 | S3 | Univ. Sumatera Utara (USU), Medan | Ilmu Kedokteran | 006 | 2007 | C | 2012-10-08 |
52 | 07 | S1 | Univ. Brawijaya, Malang | Pendidikan Dokter | 003 | 2008 | A | 2013-05-02 |
53 | 02 | S1 | Univ. Sriwijaya (UNSRI), Palembang | Pendidikan Dokter | 011 | 2008 | A | 2013-06-20 |
54 | 03 | S1 | Univ. Prof. Dr. Moestopo ( Beragama ), Jakarta | Pendidikan Dokter Gigi | 025 | 2008 | B | 2013-10-17 |
55 | 08 | S1 | Univ. Mahasaraswati, Denpasar | Kedokteran Gigi | 003 | 2008 | B | 2013-05-02 |
56 | 05 | S1 | Univ. Muhammadiyah Yogyakarta | Pendidikan Dokter Gigi | 032 | 2008 | B | 2013-12-05 |
57 | 07 | S1 | Univ. Hang Tuah, Surabaya | Kedokteran Gigi | 014 | 2008 | B | 2013-07-05 |
58 | 03 | S3 | Univ. Indonesia (UI), Jakarta | Ilmu Kedokteran | 012 | 2008 | B | 2013-02-22 |
59 | 06 | S1 | Univ. Muhammadiyah Surakarta | Pendidikan Dokter | 010 | 2008 | C | 2013-06-13 |
60 | 03 | S1 | Univ. Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah, Jakarta | Pendidikan Dokter | 012 | 2008 | C | 2013-06-28 |
61 | 04 | S1 | Univ. Islam Bandung (UNISBA) | Pendidikan Dokter | 020 | 2008 | C | 2013-08-29 |
62 | 01 | S1 | Univ. Methodist Indonesia, Medan | Pendidikan Dokter | 032 | 2008 | C | 2013-12-05 |
63 | 08 | S1 | Univ. Islam Al-Azhar (UNIZAR), Mataram | Pendidikan Dokter | 029 | 2008 | C | 2013-11-13 |
64 | 02 | S1 | Univ. Sriwijaya (UNSRI), Palembang | Kedokteran Gigi | 011 | 2008 | C | 2013-06-20 |
65 | 08 | S3 | Univ. Udayana (UNUD), Denpasar | Ilmu Kedokteran | 012 | 2008 | C | 2013-02-22 |
66 | 03 | S1 | Univ. Katolik Indonesia Atma Jaya, Jakarta | Pendidikan Dokter | 028 | 2009 | A | 2014-09-16 |
67 | 03 | S1 | Univ. Yarsi, Jakarta | Pendidikan Dokter | 031 | 2009 | A | 2014-10-23 |
68 | 07 | S3 | Universitas Airlangga, Surabaya | Ilmu Kedokteran | 007 | 2009 | A | 2014-09-16 |
69 | 03 | S1 | Univ. Trisakti, Jakarta | Pendidikan Dokter | 003 | 2009 | B | 2014-04-11 |
70 | 03 | S1 | Univ. Tarumanegara (UNTAR), Jakarta | Pendidikan Dokter | 027 | 2009 | B | 2014-09-11 |
71 | 08 | S1 | Univ. Udayana (UNUD), Denpasar | Kedokteran Hewan | 013 | 2009 | B | 2014-06-05 |
72 | 07 | S1 | Univ. Wijaya Kusuma Surabaya | Pendidikan Dokter | 004 | 2009 | B | 2013-12-05 |
73 | 07 | S1 | Univ. Hang Tuah, Surabaya | Pendidikan Dokter | 024 | 2009 | B | 2014-08-21 |
74 | 02 | S1 | Univ. Malahayati, Bandar Lampung | Pendidikan Dokter | 031 | 2009 | C | 2014-10-23 |
75 | 03 | S1 | Univ. Muhammadiyah Jakarta | Pendidikan Dokter | 011 | 2009 | C | 2014-05-29 |
76 | 01 | S1 | Univ. Abulyatama, Banda Aceh | Pendidikan Dokter | 031 | 2009 | C | 2014-10-23 |
77 | 08 | S1 | Univ. Mataram (UNRAM), Mataram | Pendidikan Dokter | 011 | 2009 | C | 2014-05-29 |
78 | 07 | S2 | Universitas Airlangga, Surabaya | Ilmu Kedokteran Dasar | 014 | 2009 | C | 2014-11-20 |
79 | 07 | S2 | Universitas Airlangga, Surabaya | Ilmu Kedokteran Tropis | 016 | 2009 | C | 2014-12-04 |
80 | 06 | S2 | Univ. Sebelas Maret (UNS), Surakarta | Kedokteran Keluarga | 010 | 2009 | C | 2014-09-05 |
81 | 05 | S1 | Universitas Gadjah Mada (UGM), Yogyakarta | Pendidikan Dokter Gigi | 047 | 2010 | B | 2015-02-20 |
Accreditation bodies which had been visited for comparative studies among other things:
1. Accreditation Board of Engineering and Technological (Abet), in the United States.
2. Australian Universities Quality Agency (AUQA), in Australia.
3. Council for Higher Education Accreditation (Chea), in the United States.
4. National Accreditation Agency (State Accreditation Institute - LAN), in Malaysia.
5. National Council for Accreditation of Teacher Education (NCATE), in the United States.
6. Quality Assurance Agency (QAA), in England.
7. Accrediting Philippine Association of Schools, Colleges, and Universities (PAASCU)
Notes : for 2013 Accreditation you may click here
Akreditasi Kedokteran by Rank
No. | Region | Level | College | Programme | Decrees No. | Years Decree | Rank | Expired | 4 | 03 | S1 | Univ. Indonesia (UI), Jakarta | Kedokteran Gigi | 053 | 2001 | A | 2006-07-26 |
---|---|---|---|---|---|---|---|---|
13 | 03 | S1 | Univ. Trisakti, Jakarta | Kedokteran Gigi | 023 | 2004 | A | 2009-06-18 |
14 | 05 | S1 | Universitas Gadjah Mada (UGM), Yogyakarta | Kedokteran | 037 | 2004 | A | 2009-09-06 |
15 | 10 | S1 | Univ. Andalas (UNAND), Padang | Kedokteran | 024 | 2004 | A | 2009-06-18 |
16 | 04 | S1 | Univ. Padjadjaran (UNPAD), Bandung | Kedokteran | 037 | 2004 | A | 2009-09-06 |
17 | 05 | S1 | Universitas Gadjah Mada (UGM), Yogyakarta | Kedokteran Gigi | 023 | 2004 | A | 2009-06-18 |
18 | 06 | S1 | Univ. Diponegoro (UNDIP), Semarang | Kedokteran | 015 | 2004 | A | 2009-05-07 |
21 | 04 | S1 | Inst. Pertanian Bogor (IPB) | Kedokteran Hewan | 008 | 2005 | A | 2010-06-23 |
22 | 07 | S1 | Universitas Airlangga, Surabaya | Kedokteran Hewan | 008 | 2005 | A | 2010-06-23 |
23 | 08 | S1 | Univ. Udayana (UNUD), Denpasar | Kedokteran | 020 | 2005 | A | 2010-10-27 |
24 | 06 | S1 | Univ. Sebelas Maret (UNS), Surakarta | Kedokteran | 008 | 2005 | A | 2010-06-23 |
25 | 07 | S1 | Universitas Airlangga, Surabaya | Kedokteran Gigi | 017 | 2005 | A | 2010-10-13 |
26 | 04 | S1 | Univ. Kristen Maranatha, Bandung | Kedokteran | 007 | 2005 | A | 2010-06-08 |
31 | 03 | S1 | Univ. Indonesia (UI), Jakarta | Kedokteran | 008 | 2006 | A | 2011-07-13 |
32 | 04 | S1 | Univ. Padjadjaran (UNPAD), Bandung | Pendidikan Dokter Gigi | 017 | 2006 | A | 2011-10-19 |
33 | 09 | S1 | Univ. Hasanuddin (UNHAS), Makassar | Pendidikan Dokter Gigi | 004 | 2006 | A | 2011-06-01 |
34 | 06 | S1 | Univ. Islam Sultan Agung, Semarang | Kedokteran | 014 | 2006 | A | 2011-09-07 |
35 | 01 | S1 | Univ. Sumatera Utara (USU), Medan | Kedokteran | 014 | 2006 | A | 2011-09-07 |
36 | 01 | S1 | Univ. Sumatera Utara (USU), Medan | Kedokteran Gigi | 006 | 2006 | A | 2011-06-15 |
42 | 07 | S1 | Universitas Airlangga, Surabaya | Pendidikan Dokter | 019 | 2007 | A | 2012-08-25 |
43 | 09 | S1 | Univ. Hasanuddin (UNHAS), Makassar | Kedokteran | 023 | 2007 | A | 2012-09-29 |
52 | 07 | S1 | Univ. Brawijaya, Malang | Pendidikan Dokter | 003 | 2008 | A | 2013-05-02 |
53 | 02 | S1 | Univ. Sriwijaya (UNSRI), Palembang | Pendidikan Dokter | 011 | 2008 | A | 2013-06-20 |
66 | 03 | S1 | Univ. Katolik Indonesia Atma Jaya, Jakarta | Pendidikan Dokter | 028 | 2009 | A | 2014-09-16 |
67 | 03 | S1 | Univ. Yarsi, Jakarta | Pendidikan Dokter | 031 | 2009 | A | 2014-10-23 |
68 | 07 | S3 | Universitas Airlangga, Surabaya | Ilmu Kedokteran | 007 | 2009 | A | 2014-09-16 |
1 | 10 | S1 | Univ. Baiturahmah | Kedokteran Gigi | 001 | 1998 | B | 2003-08-11 |
2 | 10 | S1 | Univ. Baiturahmah | Kedokteran | 001 | 1998 | B | 2003-08-11 |
3 | 05 | S2 | Universitas Gadjah Mada (UGM), Yogyakarta | Kedokteran Gigi | 025 | 2000 | B | 2003-09-13 |
6 | 05 | S1 | Univ. Muhammadiyah Yogyakarta | Kedokteran | 010 | 2002 | B | 2007-06-12 |
7 | 03 | S1 | Univ. Kristen Indonesia (UKI), Jakarta | Kedokteran | 044 | 2003 | B | 2008-12-15 |
8 | 05 | S1 | Universitas Gadjah Mada (UGM), Yogyakarta | Kedokteran Hewan | 034 | 2003 | B | 2008-10-03 |
9 | 03 | S1 | Univ. Kristen Krida Wacana, Jakarta | Kedokteran | 029 | 2003 | B | 2008-09-12 |
10 | 04 | S3 | Univ. Padjadjaran (UNPAD), Bandung | Ilmu Kedokteran | 002 | 2003 | B | 2008-04-17 |
11 | 05 | S2 | Universitas Gadjah Mada (UGM), Yogyakarta | Ilmu Kedokteran Klinik | 071 | 2003 | B | 2008-11-14 |
12 | 05 | S2 | Universitas Gadjah Mada (UGM), Yogyakarta | Ilmu Kedokteran Tropis | 071 | 2003 | B | 2008-11-14 |
19 | 03 | S1 | Univ. Pelita Harapan (UPH), Jakarta | Kedokteran | 051 | 2004 | B | 2009-11-26 |
27 | 03 | S1 | Univ. Pemb. Nasional Veteran (UPN) Jakarta | Kedokteran | 007 | 2005 | B | 2010-06-08 |
28 | 04 | S1 | Univ. Jenderal Achmad Yani (UNJANI), Cimahi | Kedokteran | 017 | 2005 | B | 2010-10-13 |
29 | 01 | S1 | Univ. Syiah Kuala, Banda Aceh | Kedokteran | 016 | 2005 | B | 2010-09-30 |
30 | 01 | S1 | Univ. Syiah Kuala, Banda Aceh | Kedokteran Hewan | 020 | 2005 | B | 2010-10-27 |
37 | 07 | S1 | Univ. Jember | Pendidikan Dokter Gigi | 009 | 2006 | B | 2011-07-27 |
38 | 09 | S1 | Univ. Sam Ratulangi, Manado | Kedokteran | 015 | 2006 | B | 2011-09-14 |
39 | 11 | S1 | Univ. Lambung Mangkurat (UNLAM), Banjarmasin | Kedokteran | 008 | 2006 | B | 2011-07-13 |
40 | 06 | S1 | Univ. Jenderal Soedirman (UNSOED), Purwokerto | Pendidikan Dokter | 017 | 2006 | B | 2011-10-19 |
44 | 05 | S1 | Univ. Islam Indonesia (UII), Yogyakarta | Kedokteran | 014 | 2007 | B | 2012-06-30 |
45 | 07 | S1 | Univ. Muhammadiyah Malang | Pendidikan Dokter | 020 | 2007 | B | 2012-09-07 |
46 | 09 | S1 | Univ. Muslim Indonesia, Makassar | Pendidikan Dokter | 022 | 2007 | B | 2012-09-14 |
47 | 02 | S1 | Univ. Lampung (UNILA), Bandar Lampung | Pendidikan Dokter | 020 | 2007 | B | 2012-09-07 |
48 | 03 | S2 | Univ. Indonesia (UI), Jakarta | Kedokteran Kerja | 011 | 2007 | B | 2012-06-30 |
49 | 04 | S2 | Univ. Padjadjaran (UNPAD), Bandung | Ilmu Kedokteran Dasar | 011 | 2007 | B | 2012-06-30 |
54 | 03 | S1 | Univ. Prof. Dr. Moestopo ( Beragama ), Jakarta | Pendidikan Dokter Gigi | 025 | 2008 | B | 2013-10-17 |
55 | 08 | S1 | Univ. Mahasaraswati, Denpasar | Kedokteran Gigi | 003 | 2008 | B | 2013-05-02 |
56 | 05 | S1 | Univ. Muhammadiyah Yogyakarta | Pendidikan Dokter Gigi | 032 | 2008 | B | 2013-12-05 |
57 | 07 | S1 | Univ. Hang Tuah, Surabaya | Kedokteran Gigi | 014 | 2008 | B | 2013-07-05 |
58 | 03 | S3 | Univ. Indonesia (UI), Jakarta | Ilmu Kedokteran | 012 | 2008 | B | 2013-02-22 |
69 | 03 | S1 | Univ. Trisakti, Jakarta | Pendidikan Dokter | 003 | 2009 | B | 2014-04-11 |
70 | 03 | S1 | Univ. Tarumanegara (UNTAR), Jakarta | Pendidikan Dokter | 027 | 2009 | B | 2014-09-11 |
71 | 08 | S1 | Univ. Udayana (UNUD), Denpasar | Kedokteran Hewan | 013 | 2009 | B | 2014-06-05 |
72 | 07 | S1 | Univ. Wijaya Kusuma Surabaya | Pendidikan Dokter | 004 | 2009 | B | 2013-12-05 |
73 | 07 | S1 | Univ. Hang Tuah, Surabaya | Pendidikan Dokter | 024 | 2009 | B | 2014-08-21 |
81 | 05 | S1 | Universitas Gadjah Mada (UGM), Yogyakarta | Pendidikan Dokter Gigi | 047 | 2010 | B | 2015-02-20 |
20 | 10 | S1 | Univ. Riau (UNRI), Pekanbaru | Kedokteran | 017 | 2006 | C | 2009-10-19 |
41 | 08 | S2 | Univ. Udayana (UNUD), Denpasar | Kedokteran Reproduksi | 020 | 2006 | C | 2011-12-30 |
50 | 01 | S1 | Univ. Islam Sumatera Utara (UISU), Medan | Kedokteran | 019 | 2007 | C | 2012-08-25 |
51 | 01 | S3 | Univ. Sumatera Utara (USU), Medan | Ilmu Kedokteran | 006 | 2007 | C | 2012-10-08 |
59 | 06 | S1 | Univ. Muhammadiyah Surakarta | Pendidikan Dokter | 010 | 2008 | C | 2013-06-13 |
60 | 03 | S1 | Univ. Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah, Jakarta | Pendidikan Dokter | 012 | 2008 | C | 2013-06-28 |
61 | 04 | S1 | Univ. Islam Bandung (UNISBA) | Pendidikan Dokter | 020 | 2008 | C | 2013-08-29 |
62 | 01 | S1 | Univ. Methodist Indonesia, Medan | Pendidikan Dokter | 032 | 2008 | C | 2013-12-05 |
63 | 08 | S1 | Univ. Islam Al-Azhar (UNIZAR), Mataram | Pendidikan Dokter | 029 | 2008 | C | 2013-11-13 |
64 | 02 | S1 | Univ. Sriwijaya (UNSRI), Palembang | Kedokteran Gigi | 011 | 2008 | C | 2013-06-20 |
65 | 08 | S3 | Univ. Udayana (UNUD), Denpasar | Ilmu Kedokteran | 012 | 2008 | C | 2013-02-22 |
74 | 02 | S1 | Univ. Malahayati, Bandar Lampung | Pendidikan Dokter | 031 | 2009 | C | 2014-10-23 |
75 | 03 | S1 | Univ. Muhammadiyah Jakarta | Pendidikan Dokter | 011 | 2009 | C | 2014-05-29 |
76 | 01 | S1 | Univ. Abulyatama, Banda Aceh | Pendidikan Dokter | 031 | 2009 | C | 2014-10-23 |
77 | 08 | S1 | Univ. Mataram (UNRAM), Mataram | Pendidikan Dokter | 011 | 2009 | C | 2014-05-29 |
78 | 07 | S2 | Universitas Airlangga, Surabaya | Ilmu Kedokteran Dasar | 014 | 2009 | C | 2014-11-20 |
79 | 07 | S2 | Universitas Airlangga, Surabaya | Ilmu Kedokteran Tropis | 016 | 2009 | C | 2014-12-04 |
80 | 06 | S2 | Univ. Sebelas Maret (UNS), Surakarta | Kedokteran Keluarga | 010 | 2009 | C | 2014-09-05 |
5 | 05 | S2 | Universitas Gadjah Mada (UGM), Yogyakarta | Ilmu Kedokteran Dasar | 047 | 2001 | U | 2006-03-15 |
Langganan:
Postingan (Atom)