Anti Tas Kresek |
Terutama untuk kaum ibu, ketika menghitung belanjaan, hitung juga 'belanja' carbon anda (maksudnya; kantong plastik). kalau tidak cermat, aktivitas belanja bisa boros energi dan menyumbang emisi carbon di udara. Selain wajib membawa tas belanja sendiri, saat belanja coba pilih :
Makanan Segar, sebaiknay pilih makanan organik yang bersertifikat. Hindari makanan jadi dalam kemasan yang telah melalui proses produksi atau batasi untuk mengkonsumsinya. Sebab proses produksi terhadap makanan kemasan ini telah memakan energi yang besar.
Belanjalah di pasar tradisional, lebih kaya pilihan, sekaligus anda telah membantu mensejahterakan pedagang kecil.
Produk lokal, karena rantai perjalanannya lebih pendek dibandingkan barang impor yang telah melalui perjalanan panjang, juga anda telah mensejahterakan bangsa sendiri.
Produk fair trade. Membeli produk ini berarti anda mendukung usaha yang memperhatikan aspek konservasi dan keadilan sosial. Dengan harga yang bersaing, anda bisa sekaligus membantu melestarikan alam, mulai dari produk makanan dan minuman hingga fashion.
Produk upcycle, yang dibuat dengan merestorasi limbah dan barang bekas yang kemudian diproduksi baru dengan nilai guna dan estetika lebih tinggi.
Proses produknya hemat energi, minim limbah dan berdampak kecil terhadap lingkungan hidup.
Barang-barang vintage, baik untuk koleksi lemari baju anda atau barang interior. Dengan begitu anda memperpanjang umur penggunaannya.
Bukan Tas Plastik |
Waspadai 'greenwashing'! Sejumlah produsen sengaja memanfaatkan kesungguhan anda untuk bergaya 'hidup hijau' untuk kepentingan pemasaran produknya.
Cek apakah kampanye ramah lingkungan pada kemasan mereka mendapat pengakuan dari lembaga yang berwenang. Atau cek daftar produknya di greenwashingindex.com dan sinsofgreenwashing.org.
PLTN |
Pembangkit Listrik Tenaga Nuklir (PLTN) kini disebut-sebut sebagai alternatif clean energy yang sejalan dengan komitmen mengurangi emisi gas rumah kaca sebesar 26% di tahun 2005.
Tetapi Iwan Kurniawan seorang ahli fisika nuklir berpendapat lain. "PLTN seharusnya menjadi alternatif terakhir, ketika tidak ada lagi sumber energi yang kita punya" tegasnya. Lagi pula, kebanyakan masyarakat pedesaan yang belum terjangkau kabel listrik PLN tidak memerlukan energi listrik sebesar yang dihasilkan PLTN. "Pembangunan pembangkit listrik tenaga mikrohidro lebih ideal. Murah, minim resiko dan ramah lingkungan" ujar Iwan.
Menurut Iwan yang murah dari PLTN hanya bahan bakunya. Harga listriknya sendiri hampir dua kali lipat dari harga listrik yang dihasilkan PLTU (Perusahaan Listrik Tenaga Uap).
Biaya pembangunannya juga cukup besar. Untuk bisa membangun satu PLTN yang setara dengan yang dikembangkan di negara-negara Eropa dengan kapasitas 1.000 MW (Megawatt), perlu dana sebesar Rp. 35 Trilyun. Itu cuma untuk satu unit pembangkit saja dan belum menghitung biaya perawatannya, penyimpanan dan pengolahan limbah," lanjutnya.
Pembangunan PLTN perlu persiapan yang tinggi. Wilayah tempat dibangunnya reaktor, harus bebas banjir, tsunami, gempa dan aman dari serangan teroris. "Untuk membangun sebuah reaktor nuklir, Jepang mengosongkan areal hingga radius 30 km. Untuk yang seperti ini saja kita sudah kesulitan !" ujar Iwan.
Belum lagi ancaman kebocoran radiasi yang tidak kasat mata. Seseorang yang terpapar radiasi spontan dalam jumlah besar, di dalam tubuhnya bisa terjadi alter DNA. Yaitu berupa mutasi gen dan tumbuhnya sel-sel kanker !
energy calculator |
Tahukah Anda, berjalan kaki 20 menit sehari bisa menghemat BBM sebesar 0,1 liter per hari ?
Jika kebiasaan ini dilakukan oleh 5% pengguna mobil, maka akan ada penghematan 780 liter bensin dan mengurangi 2.480 ton emisi gas rumah kaca penyebab pemanasan global.
Mau menghitung jejak karbon yang anda tinggalkan ? Sebuah kalkulator energi akan bisa membantu anda. Coba kunjungi http://energyefficiencyindonesia/info/energycalculator.
So guys, apa susahnya menyelamatkan bumi dengan sedikit tuntutan kesadaran untuk bertindak?
Tidak ada komentar:
Posting Komentar