Selama ini kita melihat banyak sekali fenomena di masyarakat yang mengalami krisis energi. Yang paling mencengangkan bagi saya, hal tersebut terjadi di daerah tempat saya tinggal. Kabupaten Kendal terutama bagian Kendal Barat meliputi: Weleri, Gemuh, Ringinarum, Rowosari, Kangkung, dll merupakan sentra tembakau di Kabupaten kami. Berubahnya paradigma penggunaan energi dari limbah nabati dalam hal ini sumber energi dari kayu sudah ditinggalkan banyak orang. Padahal kayu yang dihasilkan tembakau sangat melimpah di daerah ini. Ketika saya masih kecil, kayu tembakau merupakan salah satu sumber energi yang luar biasa besar dan digunakan untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari. Sesuai dengan perkembangan zaman, kayu tembakau semakin ditinggalkan bahkan cenderung dihilangkan dari peradaban. Dulu orang-orang di kampung saya berebut kayu tembakau hanya untuk keperluan memasak mereka sehari-hari, tetapi sumber energi yang sangat melimpah tersebut dibakar di sawah dengan sia-sia. Padahal mereka sekarang ini lagi mengalami krisis energi nasional yang luar biasa hebat. Harga minyak dunia yang melambung begitu tingginya sampai menembus harga $ 102/barrel. Mereka tidak menyadari potensi energi yang sangat besar dari kayu tembakau tersebut. Memang benar, hasil pembakaran dari kayu tembakau tersebut cenderung menghasilkan asap yang hitam pekat ("langes" yang hitam kata orang Jawa bilang). Walapun begitu, tetap saja kayu tembakau menyimpan potensi energi yang luar biasa besar. Penulis berharap, para petani tembakau yang berada di daerah Kendal pada khususnya dan di seluruh Indonesia bahkan dunia untuk memperhatikan hal tersebut. Para petani harus mengambil langkah pasti dengan kembali memanfaatkan kayu tembakau sebagai sumber energi alternatif selain minyak tanah dan gas. Semoga tulisan ini bermanfaat.
Anis 2008
Anis 2008
Tidak ada komentar:
Posting Komentar