Sabtu, 22 Agustus 2009

Lesson Study untuk Membina Guru dalam Jabatan di Sekolah



Secara kodrati manusia diciptakan Allah dengan berbagai perbedaan, ada yang berkulit hitam ada juga yang putih, ada yang diberikan kemampuan otak pintar dan juga kurang, ada yang laki-laki, ada yang perempuan, dll. Untuk menyikapi perbedaan itu agar tidak menjadi masalah besar, FPMIPA UPI menerapkan sistem Lesson Study.

Kami yakin semua orang tahu bahwa suksesnya seseorang tergantung pada pendidiknya, jika para pendidiknya (Guru) baik dan berpotensi, maka siswanya pun akan tumbuh menjadi manusia baik yang penuh potensi.
Namun sebaliknya, jika para pendidik datang dari orang-orang yang tak berpendidikan bahkan tak tahu cara bagaimana mendidik siswa dengan baik, maka siswanya akan tumbuh menjadi manusia yang kurang dan terbelakang.

Untuk menghindari keterbelakang, perlu kiranya menciptakan para pengajar (Guru) yang tak hanya handal dalam pelajaran (pedagoginya), namun juga mengerti tentang kepribadian siswa sehingga mereka tahu cara mengajar yang baik untuk anak-anak dengan tingkat penalaran yang berbeda.

Pembinaannya bisa dilakukan dengan beragam cara, salah satunya dengan menggunakan sistem lesson study (LS) yang kini menjadi acuan FPMIPA UPI untuk mengembangkan kemampuan guru dalam mendidik siswanya. Kegiatan LS ini semakin lama semakin dikembangkan di berbagai tingkat satuan pendidikan, tetapi dasar dari projek (kegiatan ini) berlangsung untuk membina Guru-guru di tingkat SMP saja. kegiatan LS berlangsung dalam dua cara, 1) Lesson Study berbasis MGMP, dan 2) Lesson Study berbasis Sekolah (LSBS).

Lesson study adalah sebuah model pembinaaan profesi pendidikan melalui pengkajian pembelajaran secara kolaboratif (kerjasama) & berkesinambungan berlandaskan prinsip-prinsip kolegalitas (kelompok) & mutual learning untuk membangun komunitas belajar.

Pengembangan lesson study dilakukan dan didasarkan pada hasil sharing pengetahuan profesional yang mempertimbangkan pada praktek dan hasil pembelajaran yang dilaksanakan guru dengan menekankan pada kualitas belajar anak.

Cara ini pertama kali dikembangkan dan dipraktikan di Jepang lima tahun yang lalu dan mulai ramai dikembangkan di Indonesia terutama bekerjasama dengan kampus FPMIPA UPI, UNY Yogyakarta, dan UM Malang. Salah satunya yang sedang berlangsung di Kabupaten Sumedang dan Karawang yang dilaksanakan oleh FPMIPA UPI.

Hal ini dianggap penting untuk meningkatkan pengetahuan materi pengajaran para guru, meningkatkan pembelajaran, kemampuan observasi aktivitas belajar, kualitas rencana pembelajaran, dan lain-lain.

Sehingga dapat meningkatkan kualitas belajar siswa serat membentuk sumber daya manusia yang handal dan kompeten.

Kegiatan lesson study kami lakukan selama satu minggu sekali terutama di hari Sabtu. Untuk pelaksanaannya dari fase Plan, Do, See, Act atau tindak lanjut. Dalam kesempatan ini, masing-masing guru mendapat giliran melakukan kegiatan dari plan, ke Do dan See serta Act. Mereka juga akan mendapat masukan mengenai cara mengajar yang benar, bahkan kritikan yang membangun.

Pengajar (Guru) dilarang keras untuk sakit hati ataupun malu, karena tujuan kegiatan ini bukan mencari kelemahan melainkan untuk meraih kesempurnaan yang mengarah pada kualitas belajar siswanya. Sehingga apapun masalah yang menyangkut siswa, mulai dari pelajaran, keterlambatan mencerna, malas belajar, dan lain-lain dapat diatasi dengan baik.

Kamis, 20 Agustus 2009

Teknologi Pendidikan


"Hanya yang datang dari palung hatilah yang terbaik dan terindah"
~Arip Nurahman~


The Center for Educational Computing Initiatives (CECI)
from MIT


The Center for Educational Computing Initiatives (CECI) was created in March 1991 to advance the state-of-the-art in the use of computation and communication technologies in education. Towards this end, CECI undertakes research and development in the application of computing and communication technologies that improve the effectiveness of learning and teaching.


CECI undertakes sponsored research that:

  • Explores new technologies that might be useful in education;
  • Creates new educational software applications; and,
  • Studies the effectiveness of educational knowledge in meeting the goals of students and teachers.


Disusun Ulang Oleh:

Arip Nurahman

Pendidikan Fisika, FPMIPA. Universitas Pendidikan Indonesia

&

Follower Open Course Ware at MIT-Harvard University, Cambridge. USA.

Terima Kasih Semoga Bermanfaat dan Tetap Semangat


Universitas Harvard




"Wahai Sang Pengatur kehidupan
Pintaku adalah seandainya kujatuh hati
Jangan pernah Kau palingkan wajah-Mu dariku
Anugerahkanlah aku cinta-Mu...
Cinta yang tak pernah pupus oleh ruang dan waktu"


Lecture 8: JavaScript, Continued
Monday, 9 November 2009
Notes: PDF
Slides:
PDF
Source Code:
index | ZIP
Video:
Flash | Flash + Slideshow | MP3 | QuickTime


Disusun Ulang Oleh:

Arip Nurahman

Pendidikan Fisika, FPMIPA. Universitas Pendidikan Indonesia
&
Follower Open Course Ware at MIT-Harvard University, Cambridge. USA.

Terima Kasih, Semoga Bermanfaat dan Tetap Semangat






Senin, 17 Agustus 2009

Grand Design Pendidikan Kota Banjar 5 Tahun Mendatang

Grand Design Pendidikan Kota Banjar 5 Tahun Mendatang

Oleh : Arip Nurahman

Sebuah Perspectives dari Masyarakat Belajar

1. http://ictdisdikbjr.wordpress.com/
(ICT Dinas Pendidikan Kota Banjar)

YouTube - BanjarIntTelevision's Channel

(Televisi Internet Pendidikan Kota Banjar)

3. http://pendidikan-keilmuan.blogspot.com/
(Sekolah Maya Kota Banjar)

Al-Alaq 1-5

1. Bacalah atas nama Tuhanmu yang menciptakan!
2. Yang telah menciptakan manusia dari segumpal darah.
3. Bacalah! Dan Tuhanmu Sangat Pemurah.
4. Yang mengajarkan penggunaan pena.
5. Mengajarkan manusia apa-apa yang belum diketahuinya.

(TULIS BACA ADALAH DASAR PEMBINAAN AGAMA DAN KUNCI ILMU PENGETAHUAN)

Statistik Kekuatan Penduduk Kota Banjar

Jumlah Penduduk Kota Banjar menurut data dari Dinas Capilduk dan KB pada tahun 2008 tercatat sebanyak 180.767 jiwa dengan rincian 91.633 jiwa penduduk berjenis kelamin laki-laki dan sebanyak 89.134 jiwa berjenis kelamin perempuan.

Dalam perkembangannya penduduk Kota Banjar dari tahun 2005 sampai tahun 2008, maka akan didapat Angka Pertumbuhan Penduduk Kota Banjar sebesar 0.90 persen lebih rendah dibanding pertumbuhan tahun sebelumnya yang mencapai 3,78 persen untuk tahun 2006 dan 0,88 persen untuk tahun 2005 sedangkan untuk tahun 2004 adalah 1,23 persen.

Pertumbuhan penduduk secara umum ini dipacu dari pertumbuhan penduduk di beberapa kecamatan.

Dengan sumber daya manusia yang begitu melimpah ini, kita yakin bahwa Kota Banjar mampu menjadi kota yang maju.

Peluang Kota Banjar untuk maju dalam sektor pendidikan sangat terbuka lebar, dengan jumlah persentasi pelajar terhadap jumlah penduduk total maka, sangat mungkin sekali Kota Banjar menjadi kota yang maju pada tahun 2015 mendatang.

Ada dua tantangan yang akan di hadapi Kota Banjar dalam penyelenggaraan pendidikannya, yaitu:

1. Pendidikan yang bermutu dan merata

2. Pendidikan yang berkualitas Internasional dan berwawasan lokal.


Mari kita bahas satu persatu.

Menanti Pendidikan Bermutu

Berbicara Mengenai Pendidikan di Kota Banjar umumnya di Indonesia, bagaikan melihat gambar dengan berbagai warna dan bentuk. Ada warna-warni cerah dengan bentuk yang sedap dipandang. Namun, terlihat pula warna buram dan bentuk yang tak terlalu jelas.

Tiap tahun sejak 1993, misalnya, Indonesia bisa dibilang hampir selalu berprestasi di kancah Internasional. Prestasi ini, diraih melalui berbagai olimpiade sains dan matematika.

Di sisi lain, pemerintah dan masyarakat masih terus membenahi sekolah yang di bawah setandar. Upaya mencapai mutu pendidikan masih harus terus diupayakan.

Pemerhati pendidikan, Arief Rahman, mengingatkan, dalam undang-undang pendidikan dinyatakan bahwa :

sejatinya pendidikan bermutu harus dinikmati oleh semua yang memperoleh pendidikan.

Ini berarti, pendidikan bermutu bukan sekedar sekolah dengan mutu seadanya.

“Memperoleh pendidikan yang bermutu merupakan hak bagi semua warga negara yang mengenyam pendidikan,”. Kata Arief.

Setidaknya, ada empat masalah yang muncul dalam mengupayakan pemerataan mutu pendidikan di Indonesia.

1. Belum semua sekolah menjadi tanggung jawab pemerintah, masih banyak sekolah swasta, yang walaupun pemerintah memiliki standar, namun untuk pengadaan fasilitas dan guru tetap menjadi tanggung jawab masing-masing. Ini berpengaruh pada mutu yang dihasilkan sekolah tersebut.

2. Secara alami terjadi pemusatan terhadap anak-anak cerdas dan kaya di sekolah baik. Mereka menikmati sekolah yang mutunya sangat baik. Namun, murid yang tidak cerdas dan miskin terkonsentrasi di sekolah dengan mutu di bawah standar.

Arief menegaskan, kondisi seperti itu bertentangan dengan asas pemerataan pendidikan.

3. Terkait standarisasi pengajar. Belum dapat dipastikan mutu guru di seluruh Nusantara telah masuk pada standar yang seperti apa. “Sebab, mereka dihasilkan oleh Universitas yang standarnya berbeda-beda pula. Ada yang sangat professional dan ada yang belum. “ungkap arief. Sertifikasi guru perlu dilakukan, namun tak boleh menjadi satu-satunya jaminan.

Hal penting yang perlu dilakukan adalah pengadaan pelatihan yang tidak pernah berhenti. Pelatihan internal harus secara terus menerus dilakukan.

Sebab, jika hanya melalui seminar, hal itu hanya bersifat sporadic dan tidak terstruktur.

4. Masalah pemerataan mutu pedidikan juga terkait dengan kondisi wilayah di Indonesia. Kondisi di Indonesia bagian barat dan timur masih amat timpang. “Ini tanggung jawab pemerintah pusat, daerah, dan masyarakat,” ujarnya.

Begitupun di Kota Banjar, wilayah jangan sampai menjadi batas penghalang akan kemajuan tiap instansi pendidikan.

Menurut Arief, program Bantuan Operasional Sekolah (BOS) yang diberikan pemerintah, meringankan beban masyarakat dalam penyelenggaraan pendidikan, Namun, ia juga berharap BOS ini melahirkan hasil yang optimal.

Agar lebih optimal, saran Arief, sebaiknya BOS diberikan dengan titik berat pada sekolah-sekolah yang mutu pendidikannya jauh tertinggal.

Hal yang harus dilakukan adalah memetakan mana sekolah yang sangat membutuhkan dan tidak.

Setelah ada pemetaan, bisa dilihat mana yang sangat membutuhkan BOS, mana yang hanya diberikan sementara, dan mana yang tidak memerlukan sama sekali. BOS tak usah diberikan pada sekolah yang telah mapan,” kata Arief.

Inilah yang harus segera dilakukan oleh pemerintah terkait, dalam hal ini dinas pendidikan "memetakan" sekolah-sekolah kita.

Bicara mengenai pemerataan mutu, Arief menolak jika dengan tujuan pemerataan mutu pendidikan ini kemudian berimplikasi pada penggunaan Ujian Nasional (UN) sebagai poin terbesar dalam kelulusan.

Mimpi dan Harapan Kami untuk Kota Banjar 5 tahun mendatang.

Tahun 1. Pertama

Seluruh Instansi Pendidikan di Kota Banjar terintegrasi melalui Local Area Network dan Wide Area Network.

Sehingga setiap instansi mampu diakses dan saling terhubung.

Kunjungi:

ICT Dinas Pendidikan Kota Banjar Online
http://ictdisdikbjr.wordpress.com/
(ICT Dinas Pendidikan Kota Banjar)

Tahun 2. Kedua

Pemerataan dan penguatan mutu Jenjang pendidikan Awal (PAUD), Dasar dan Menengah yang Berkualitas.

Program Peningkatan Kualitas Pendidikan K-12

Visi Tahun 2035

Seluruh Jenjang Pendidikan Awal-Dasar-Menengah Kota Banjar Berkualitas Internasional


PAUD

SD

SMP

SMA/SMK


Adanya Forum Pengajar (Guru) Pusat MGMP dan pengembangan Kurikulum/Pengembangan Pendidikan yang lebih kuat lagi, serta Program Peningkatan Kesejahteraan Tenaga kependidikan

Selengkapnya Kunjungi:

Himpunan Mahasiswa Keguruan Kota Banjar

http://pendidikan-keilmuan.blogspot.com/2008/10/7_05.html
(Himpunan Mahasiswa Keguruan Kota Banjar)

Himpunan Mahasiswa Calon Guru Republik Indonesia


Visi 2030

Project Super Teacher Sekitar 1000 Orang Guru di Kota Banjar
Minimal berkualifikasi S-2

(Profesional, Sejahtera dan Terlindungi)


Tahun 3. Ketiga


Salah satu atau beberapa orang siswa Kota Banjar ada yang Memperoleh Mendali Emas dalam Ivent-Ivent Olimpiade Bertaraf Nasional dan Internasional

Untuk Rencana Strategis dan lebih lengkap silahkan kunjungi:

TIM OLIMPIADE KOTA BANJAR



(Tim Olimpiade Kota Banjar)

"Belajar, Bertanding, Menang, dan Berjuang Sampai Titik Darah Penghabisan : Menjadi Generasi Sejati Dengan Mengukir Prestasi

Tahun 4. Keempat

Fokus terhadap pengembangan Sekolah Menengah Kejuruan (SMK) yang optimal dan serius:

1. Adanya pelatihan-pelatihan Kepemimpinan dan kewirausahaan yang kontinyu terhadap Pelajar SMK.

2. Di dirikannya Pusat Link Mach Point (Pusat kerjasama antara SMK dan Perusahaan)dimana lembaga ini berfungsi menjembatani antara pihak Sekolah dan pihak Swasta dalam kebutuhannya terhadap tenaga kerja.

Lebih jelas kunjungi:

http://pendidikan-keilmuan.blogspot.com/2008/09/mit-masyarakat-ilmu-dan-teknologi-kota.html
MIT (Masyarakat Ilmu dan Teknologi) Kota Banjar
(MIT KoBa(Masyarakat Ilmu dan Teknologi) Kota Banjar)

"Mengatasi Permasalahan-permasalahan di Kota Banjar dengan Ilmu dan Teknologi"

~Mengaplikasaikan Ilmu dan Teknologi untuk Kesejahteraan dan Kemaslahatan Masyarakat~

Diharapkan 18 tahun mendatang tercetak sekitar 110 Orang Pengusaha Muda Kota Banjar yang bertaraf Nasional

4 Orang Pengusaha Muda Kota Banjar mempunyai perusahaan Multi Nasional bersekala Internasional


Tahun 5. Kelima


1. Adanya kelas khusus bagi anak-anak berbakat di Kota Banjar

Memfasilitasi perkembangan kemampuan yang hebat dari para anak-anak yang tergolong berbakat (jenius) untuk menjadi ilmuwan yang luar biasa yang akan mengharumkan nama Kota Banjar.

Siswa

a. Jumlah siswa per kelas 30 orang. Hanya dibuka 1 kelas.

b. Siswa dipilih yang mempunyai bakat dasar yang kuat/jenius (test IQ hanya menguji kemampuan bakat bawaan saja).

Lebih Jelas kunjungi:

Kelas Super Hero Kota Banjar ^_^

http://pendidikan-keilmuan.blogspot.com/2008/09/1.html

(Kelas Super Kota Banjar)


2. Siswa-siswa Kota Banjar ada yang melanjutkan studinya ke Universitas-Universitas Kelas Dunia.

*Tahun 2025 Kota Banjar Mengirimkan Minimal 1000 Orang Siswa berkuliah di Universitas-universitas Top Indonesia

**Tahun 2030 Kota Banjar Mengirimkan Minimal 100 Orang Siswa untuk Belajar Ke Universitas-universitas Top Dunia


Banjar SNMPTN Center

Road To SNMPTN

"Bermimpi dan Berharaplah, karena ini adalah Fitrah Manusia, Berjuang dan Bekerja keraslah secara Terus-menerus karena ini adalah jalan, berTawakalah karena Kita punya Tuhan."
~Arip Nurahman~


Diharapkan 25 Tahun mendatang Kota Banjar memiliki

180 orang Doktor (S3)/ Professor, Guru Besar yang handal.

Kunjungi:

http://pendidikan-keilmuan.blogspot.com/2008/12/bisa-banjar-international-students.html

(BISA: Banjar International Students Association)

dan terciptanya Masyarakat Kota Banjar yang Terus Belajar (Learner Society)

Akhirnya, manusia hanya bisa berencana dan Allah SWT. lah yang menentukan.

~KARENA SEHEBAT APAPUN RENCANA MANUSIA, RENCANA ALLAH SWT. lah yang PALING INDAH~

Sumber:
1. Prof. DR. H. Arief Rachman, M.Pd.
(Kepala sekolah SMA Labschool, Rawamangun, Jakarta.)
http://labschool-unj.sch.id/
2. Prof. Yohanes Surya, M.Sc., Ph.D.
(Pendiri Tim Olimpiade Fisika Indonesia)
http://www.yohanessurya.com/
3. Prof. H. A. Chaedar Alwasilah., M.A., Ph.D.
(Guru Besar Universitas Pendidikan Indonesia)
e-mail: chaedar_alwasilah@upi.edu
http://www.upi.edu/


"Ideas have wings. Write them down before they fly!"
~Chaedar Alwasilah~

Ucapan Terima Kasih:

Kepada orang tua kami tercinta, guru-guru kami, sahabat-sahabat tercinta, semoga kita senantiasa berada dalam Lindungan-Nya. amin!

Kupersembahkan Harapan dan impian ini kepada orang-orang yang Kusayangi dan Kucintai.

MERDEKA INDONESIA
MERDEKA!
MERDEKA!

Nu taat

Umat taat
Imanna kuat
Tumut nasehat
Cekel amanat
Tara khianat
Yakinkeun syhadat
Nanjeurkeun sholat
Puasa tamat
Mere zakat
Ka haji mangkat
Pamadegan tepat
Awak sehat
Bathin wal afiat
Elmuna manfaat
(Awan)

Wallohu'alam.

Semoga bermanfaat!

Wasalam wr.wb.

Jumat, 14 Agustus 2009

Portofolio Alternatif

Apa arti portofolio bagi anak-anak yang menjalankan pendidikan rumah? Tentu saja sangat banyak. Di antaranya adalah sebagai jejak rekam perjalanan belajar mereka, sebagai buku rapor panjang lebar yang akan menjadi bukti bahwa anak-anak memang mempelajari sesuatu meski tak pergi ke sekolah.

Akan tetapi, kesulitan membuat portofolio biasanya terletak pada pengarsipan. Beberapa keluarga mungkin begitu teraturnya menyimpan, mencatat, dan mendokumentasikan seluruh aktivitas anak-anak, sehingga level pelajaran, jam belajar, hingga detail kegiatan tercatat sempurna. Namun sebagian keluarga lain menyimpan "file-file" belajar anak, baik berupa foto aktivitas, tulisan tangan, gambar, atau materi apapun secara acak. Setelah dikumpulkan sampai sekian banyak, baru pada waktu-waktu tertentu "file-file" itu diorganisir kembali.

Portofolio Alternatif

Saya sempat agak bingung juga dengan persoalan portofolio, khususnya untuk pelajaran-pelajaran yang memang terstruktur. Untuk hal-hal yang insidental mungkin cukup mudah: Ambil fotonya, tuliskan review-nya, lalu simpan di file case.

Baru dua minggu terakhir ini saya menemukan model portofolio yang pas buat kami untuk merekam pelajaran terstruktur, yaitu model 'kuno', memakai buku tulis biasa. Satu buku tulis akan memuat 1 mata pelajaran. Dengan begitu, siapapun yang menjadi pembimbing (apakah saya ataupun papanya), akan memakai buku yang sama untuk mata pelajaran tersebut. Tentu saja, sang pembimbing cukup melihat apa yang sudah dipelajari sebelumnya, lalu lanjutkan pada level berikutnya.

Memang sih, buku catatannya sedikit berantakan (maklum tulisan anak saya belum terlalu bagus), tapi jadi 'guru' anak level SD kelas satu sepertinya memang harus tahan dengan kondisi itu ya.

Semua buku tulis yang akan dipakai belajar ditempatkan dalam sebuah tas khusus. Jadi, disiplin sederhana untuk anak saya sehubungan dengan itu hanyalah "Selalu memasukkan kembali buku dan alat tulis ke dalam tas tersebut setiap kali selesai belajar".

Ya, begitulah bentuk portofolio alternatif untuk pelajaran terstruktur yang kami pilih sekarang ini. Mungkin sharing ini berguna.

Kamis, 13 Agustus 2009

Sekolah Rakyat, Mencoba Membangun Peradaban dengan Semangat




PENUHI KEINGINAN MEREKA

RPP ALAT OPTIK



RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN
ALAT OPTIK

Nama Sekolah : SMA .................
Mata Pelajaran : Fisika
Kelas/Semester : X/1
Alokasi Waktu : 2 jam pelajaran

I. STANDAR KOMPETENSI
3. Menerapkan prinsip kerja alat optik

II. KOMPETENSI DASAR
3.1 Menganalisis alat-alat optik secara kualitatif dan kuantitatif

III. INDIKATOR KOMPETENSI
3.1.1 Mendeskripsikan fungsi dan bagian alat optik mata dan lensa
3.1.2 Membedakan kelainan pada mata (cacat mata)
3.1.3 Menentukan kekuatan lensa pada penderita miopi dan hipermetropi

IV. TUJUAN PEMBELAJARAN
1. Mengetahui bagian bagian mata
2. Mengatahui fungsi bagian-bagain mata
3. Mebedakan kelainan pada mata
4. Mengetahui alat untuk menaggulangi cacat mata
5. Dapat menentukan kekuatan lensa untuk penderita miopi dan hipermetropi

V. MATERI PEMBELAJARAN
1. Fungsi dan bagian-bagian mata
2. Kelainan pada mata dan cara pengobatannya
3. Bagian-bagian lensa
4. Jari-jari kelengkungan lensa
5. Pembentukan bayangan pada lensa dan cermin
6. Kekuatan lensa


VI. METODA PEMBELAJARAN
Belajar mandiri, diskusi, tanya jawab.

VII. SUMBER BELAJAR, ALAT DAN BAHAN

1. Komputer
2. Papan tulis
3. LKS



VIII. JENIS DAN BENTUK PENILAIAN
1. Pertanyaan lisan
Dilakukan secara terpadu selama proses pembelajaran, untuk mengetahui pengetahuan dan pemahaman siswa tentang konsep dan prinsip alat optik
2. Penugasan
Dilakukan secara tertulis dalam bentuk pekerjaan rumah.
3. Tes Tertulis
Dilakukan secara tertulis pada saat penilaian formatif dalam bentuk pilihan ganda dan uraian yang disusun berdasarkan indikator.





SKENARIO PEMBELAJARAN
(2 jam pelajaran)
Alat Optik

1. Pendahuluan (5 menit)
a. Guru memulai pembelajaran dengan mengucapkan salam, memberi perhatian, dan memeriksa kehadiran siswa
b. Guru mengkondisikan kelas untuk mengikuti kegiatan belajar mengajar
c. Guru menyampaikan tujuan pembelajaran dan kompetensi yang akan dicapai
d. Guru mengarahkan perhatian siswa pada pembelajaran alat optik
e. Guru menjelaskan tentang metoda yang akan digunakan

2. Kegiatan Inti I (40 menit),, berlangsung di laboratorium komputer
a. Siswa belajar mandiri dengan komputer masing-masing,
b. Guru mengawasi proses belajar siswa
c. Siswa menjawab pertanyaan yang ada di LKS

3. Kegiatan Inti II (40 menit), dilaksanakan dikelas
a. Guru mempersilahkan siswa untuk bertanya tentang materi yang telah dipelajari
b. Guru bersama siswa membahas LKS
c. Guru menjelaskan sebagian materi sebagai penguatan bagi siswa

4. Penutup (5 menit)
a. Siswa bersama guru mengadakan refleksi terhadap seluruh proses pembelajaran dan pengetahuan yang telah diperoleh.
b. Guru menilai pemahaman siswa dengan memberikan kuis dan tugas individual diakhir pembelajaran
c. Guru menginformasikan tentang materi minggu depan

Contoh Soal

Jawablah pertanyaan dibawah ini dengan singkat dan jelas.
1. Sebutkan dan jelaskan cacat pada mata?
2. Bagaimana pembentukan bayangan pada mata miopi dan hipermetrop?
3. Perhatikan gambar di atas. Sebutkan bagian-bagian pada mata dan jelaskan fungsinya?
4. Lensa apa yang digunakan pada penderita miopi? Jelaskan!
5. Lensa apa yang digunakan pada penderita hipermetrop? Jelaskan!
6. bagian mata yang berfungsi mengatur jumlah cahaya yang masuk ke mata, serta mengatur ukuran biji mata adalah
a. Kornea
b. Retina
c. Iris d. Pupil
e. Saraf optik

PEMBELAJARAN SAINS FISIKA SMP DENGAN MENGGUNAKAN MMI OPTIKA GEOMETRI

Achmad Samsudin, M.Pd.
Jurusan Pendidikan Fisika FPMIPA UPI Bandung
(achmadsamsudin@yahoo.com)


BAB I
PENDAHULUAN

Mutu pendidikan, khususnya pendidikan sains di Indonesia masih rendah. Hasil studi The Third International Mathemathics and Science Study tahun 2003 melaporkan bahwa kemampuan sains siswa SMP (eighth-grade student) Indonesia hanya berada pada peringkat ke-37 dari 46 negara (TIMMS, 2004). Rendahnya mutu pendidikan di tingkat nasional, ternyata tidak jauh berbeda dengan yang terjadi di Kabupaten Kudus. Hal ini ditunjukkan dengan rata-rata hasil ujian sekolah di Kabupaten Kudus yang hanya mencapai nilai 5,84 dari skala ideal 10. Rendahnya mutu pendidikan sains di SMP tercermin dengan rendahnya penguasaan konsep siswa. Selain penguasaan konsep siswa yang rendah, sikap belajar siswa pada aspek motivasi maupun aktivitas siswa dalam pembelajaran di kelas juga kurang baik (buruk).
Rendahnya penguasaan konsep dan buruknya sikap belajar siswa disebabkan oleh pembelajaran konvensional yang masih mengedepankan metode ceramah, tanpa memperhatikan aktivitas belajar yang berpusat dari siswanya (student centered). Pembelajaran konvensional yang berlangsung cenderung berjalan satu arah dari guru ke siswa (teacher centered), menyebabkan pembelajaran terkesan hanya menransfer pengetahuan dari guru ke siswa saja. Pembelajaran fisika yang berpusat dari guru ini berjalan kurang efektif dalam mengembangkan ranah kognitif (penguasaan konsep) dan ranah afektif (sikap belajar) siswa, sehingga penguasaan konsep dan sikap belajar siswa di kelas masih rendah.
Pembelajaran konvensional yang menghasilkan penguasaan konsep dan sikap belajar siswa yang rendah, perlu diperbaiki dengan cara menerapkan model, pendekatan, dan strategi pembelajaran yang menggunakan bantuan media. Salah satu alternatif penggunaan media dalam pembelajaran yang dapat diterapkan di kelas adalah media komputer dan internet. Media komputer dan internet cukup bagus untuk digunakan dalam pembelajaran yang banyak mengandung konsep-konsep, prinsip, prosedur, dan sikap siswa (Arsyad, 2002); sehingga penguasaan konsep siswa dapat lebih meningkat dan sikap belajar siswa dapat menjadi lebih baik.
Media komputer dan internet ini dapat dimanfaatkan dalam bentuk suatu model pembelajaran yang berbasis multimedia interaktif. Model pembelajaran ini selanjutnya dapat disebut dengan model pembelajaran Multimedia Interaktif (MMI). Model pembelajaran MMI ini dapat digunakan untuk semua materi atau konsep dalam fisika secara umum. Penggunaan model pembelajaran MMI di kelas dapat meningkatkan penguasaan konsep siswa dan memperbaiki sikap belajar siswa.
Model pembelajaran MMI dapat digunakan untuk meningkatkan penguasaan konsep siswa secara umum, yaitu konsep-konsep yang bersifat konkret. Selain bagus digunakan dalam pembelajaran yang mengandung konsep-konsep yang bersifat konkret, model pembelajaran MMI ini juga sangat baik digunakan dalam konsep-konsep yang bersifat abstrak bagi siswa. Pada prinsipnya model pembelajaran MMI dapat menampilkan berbagai animasi dan simulasi dari beberapa konsep yang bersifat abstrak menjadi lebih konkret, sehingga pembelajaran menjadi lebih bermakna (Lee, Nicoll, dan Brooks, 2005). Optika Geometri merupakan salah satu konsep fisika yang mengandung banyak konsep-konsep yang bersifat abstrak, sehingga sesuai dengan penggunaan model pembelajaran MMI.
Dalam artikel ini dipaparkan hasil studi eksperimen tentang penggunaan model pembelajaran Multimedia Interkatif (MMI) dalam meningkatkan penguasaan konsep fisika dan memperbaiki sikap belajar siswa. Studi eksperimen dilakukan di salah satu SMP di Kabupaten Kudus Provinsi Jawa Tengah dengan mengambil materi bahasan Optika Geometri. Sebagai pembanding hasil digunakan model pembelajaran konvensional.

BAB II
ISI

2.1. Metode Penelitian
Penelitian ini menggunakan metode kuasi eksperimen. Desain penelitian yang digunakan adalah The Randommized Control-Group Pretest-Posttest Control Group Design (Fraenkel, 1993). Dengan menggunakan desain ini, terlebih dahulu dipilih secara acak dua kelas, satu kelas untuk kelompok eksperimen dan satu kelas untuk kelompok kontrol. Selanjutnya kedua kelompok siswa ini diberi tes awal untuk mengetahui kemampuan awal mereka tentang materi yang akan dipelajari. Setelah itu kedua kelompok diberi perlakuan, kelompok eksperimen diberi perlakuan berupa pembelajaran dengan model MMI, sedangkan kelompok kontrol diberi perlakuan berupa pembelajaran dengan model konvensional, yaitu model pembelajaran yang saat ini banyak digunakan dimana dalam proses pembelajaran berpusat pada guru dengan metode pembelajaran utama yang digunakan adalah ceramah dan tanya jawab.
Subyek penelitian ini adalah siswa SMP kelas VIII salah satu SMP di Kabupaten Kudus Provinsi Jawa Tengah, dengan jumlah sampel 77 orang siswa yang terbagi dalam dua kelompok yaitu 39 siswa kelompok eksperimen dan 38 siswa kelompok kontrol. Untuk mengumpulkan data yang diperlukan dalam penelitian ini digunakan instrumen penelitian berupa tes konseptual Optika Geometri dalam bentuk tes objektif dan angket sikap belajar siswa.
Keunggulan penggunaan model dalam meningkatkan penguasaan konsep ditinjau berdasarkan perbandingan nilai gain yang dinormalisasi (N-gain), antara kelompok kontrol dan kelompok eksperimen. Gain yang dinormalisasi (N-gain) dapat dihitung dengan persamaan: (Hake, 1999)
... 1)
Disini dijelaskan bahwa g adalah gain yang dinormalisasi (N-gain) dari kedua pendekatan, Smaks adalah skor maksimum (ideal) dari tes awal dan tes akhir, Spost adalah skor tes akhir, sedangkan Spre adalah skor tes awal. Tinggi rendahnya gain yang dinormalisasi (N-gain) dapat diklasifikasikan sebagai berikut: (1) jika  0,7, maka N-gain yang dihasilkan dalam kategori tinggi, (2) jika 0,3 < < 0,7, maka N-gain yang dihasilkan dalam kategori sedang, dan (3) jika < 0,3, maka N-gain yang dihasilkan dalam kategori rendah.
Sikap belajar siswa diperoleh dengan cara mengumpulkan data dari angket yang dibagikan kepada siswa setelah pembelajaran dengan menggunakan model MMI selesai dilakukan. Angket yang diberikan kepada siswa, kemudian dikumpulkan dan diolah dengan menggunakan kaidah skala Liekert dengan rentang skala 1 sampai dengan 3. Artinya, sikap siswa cenderung lebih baik dari sebelum menggunakan model pembelajaran MMI dinyatakan dengan skala 3. Siswa yang merasa sikapnya masih sama saja atau tidak terdapat perubahan setelah menggunakan model pembelajaran MMI dinyatakan dengan skala 2. Siswa yang merasa sikapnya cenderung menurun atau lebih buruk dari sebelum menggunakan model pembelajaran MMI dinyatakan dengan skala 1. Jika rata-rata skor sikap belajar siswa di atas 2, maka dapat diartikan siswa merasakan adanya perbaikan sikap belajar. Sedangkan, jika rata-rata skor sikap belajar siswa di bawah 2, maka dapat diartikan siswa merasakan adanya penurunan sikap belajar.

2.2. Hasil Penelitian dan Pembahasan
Gambar 2.1 menunjukkan rekapitulasi rata-rata skor hasil tes penguasaan konsep Optika Geometri untuk kelompok kontrol dan kelompok eksprimen. Rata-rata skor tes awal siswa kelompok eksperimen dan kelompok kontrol relatif tidak berbeda. Hal ini menunjukkan bahwa siswa kelompok kontrol dan eksperimen memiliki tingkat penguasaan konsep awal Optika Geometri yang hampir sama. Skor rata-rata N-gain kelompok eksperimen sebesar 42,1 %, termasuk kategori sedang. Sedangkan skor rata-rata N-gain kelompok kontrol sebesar 31,1 %, juga termasuk kategori sedang. Dari pengujian signifikansi perbedaan dua rata-rata, didapat bahwa secara signifikans skor rata-rata N-gain kelompok eksperimen lebih tinggi dari skor rata-rata N-gain kelompok kontrol. Hal ini menunjukkan bahwa penggunaan model pembelajaran MMI dapat lebih meningkatkan penguasaan konsep Optika Geometri siswa dibanding penggunaan model pembelajaran konvensional.

Gambar 2.1. Perbandingan Skor Rerata Tes Awal, Tes Akhir, dan N-gain Penguasaan Konsep untuk Kedua Kelompok

Skor rata-rata penguasaan konsep siswa pada setiap sub konsep Optika Geometri dapat dilihat pada Gambar 2.2. Data-data pada gambar tersebut menunjukkan bahwa rata-rata penguasaan konsep siswa pada kelompok eksperimen dan kelompok kontrol untuk setiap sub konsep mengalami peningkatan. Peningkatan penguasaan konsep untuk kelompok eksperimen lebih tinggi dibandingkan dengan peningkatan penguasaan konsep untuk kelompok kontrol. Hal ini mengindikasikan bahwa model pembelajaran MMI ini lebih cocok digunakan untuk meningkatkan penguasaan konsep Optika Geometri dibanding model pembelajaran konvensional.


Keterangan:
1. Cahaya
2. Pemantulan pada cermin lengkung
3. Pembiasan pada lensa tipis

Gambar 2.2. Perbandingan Tes Awal, Tes Akhir, dan N-gain Setiap Sub Konsep antara Kelompok Eksperimen dan Kelompok Kontrol

Peningkatan penguasaan konsep kelompok eksperimen yang paling tinggi terjadi pada sub konsep cahaya (46,8 %) dan yang terendah terjadi pada sub konsep pemantulan pada cermin lengkung (38,7 %). Peningkatan penguasaan konsep kelompok kontrol yang paling tinggi juga terjadi pada sub konsep cahaya (34,7 %) dan yang terendah terjadi pada sub konsep pembiasan pada lensa tipis (29,3 %).
Sub konsep cahaya mengalami peningkatan penguasaan konsep yang paling tinggi untuk kedua kelompok. Hal ini sesuai dengan hasil temuan bahwa soal-soal yang diterapkan dalam sub konsep cahaya termasuk kategori mudah dan sedang saja, sehingga siswa tidak banyak mengalami kesulitan dalam mengerjakan soal-soal konsep ini dan N-gain yang diperoleh paling besar dibandingkan yang lain. Sub konsep cahaya dalam model pembelajaran MMI juga mengandung gambar-gambar fenomena alamiah secara mendetail dibandingkan sub konsep yang lain, sehingga tanggapan siswa merasa terbantu dengan tampilan gambar fenomena ini. Implikasinya penguasaan konsep siswa untuk sub konsep cahaya mengalami peningkatan yang paling besar dibandingkan dengan yang lainnya. Pemantulan pada cermin lengkung mengalami peningkatan penguasaan konsep yang paling rendah, untuk kelompok eksperimen yaitu 38,7 %. Hal ini terjadi karena soal-soal pada konsep cermin lengkung (cekung dan cembung) banyak terdapat soal-soal yang mengandalkan pemahaman konsep yang mendalam. Soal-soal pada konsep cermin lengkung tidak hanya soal penerapan rumus saja (C3), melainkan pada aspek analisis (C4), dan evaluasi (C5) dalam Taksonomi Bloom yang direvisi.
Gambar 2.3 menunjukkan bahwa sikap siswa rata-rata mengalami perbaikan dalam setiap indikator setelah melakukan pembelajaran dengan model MMI. Perbaikan sikap belajar siswa yang paling tinggi terjadi pada indikator menyelesaikan soal-soal yang ada menunjukkan sikap keaktifan siswa dan berusaha memperhatikan pelajaran di kelas menunjukkan sikap perhatian (2,7), sedangkan yang terendah terjadi pada indikator semangat dalam memahami materi menunjukkan motivasi (2,5). Pada semua indikator cenderung lebih memperbaiki sikap belajar siswa dari sebelumnya.
Perbaikan sikap belajar siswa terjadi untuk semua indikator. Hal ini sesuai dengan hasil temuan bahwa siswa merasa termotivasi dan senang setelah menggunakan model pembelajaran MMI, sehingga sikap mereka menjadi lebih baik dari sebelumnya. Jadi dapat disimpulkan, selain meningkatkan penguasaan konsep, model pembelajaran MMI juga dapat memperbaiki sikap belajar siswa. Temuan ini sesuai dengan yang diungkapkan Sudarman (2007); Sutinah (2006); Jamaludin (2007) bahwa pembelajaran dengan model MMI dalam pemanfaatan software dan internet dapat meningkatkan aspek pengetahuan (knowledge), kecakapan (skill), dan sikap (attitude) siswa.

Keterangan:
1. Menyelesaikan soal-soal yang ada (keaktifan siswa)
2. Berusaha memahami teori yang diajarkan (memahami sendiri)
3. Ketertarikan dengan materi fisika (pengulangan konsep)
4. Semangat dalam memahami materi (motivasi)
5. Berusaha memperhatikan pelajaran di kelas (perhatian)

Garis putus-putus (- - -) menunjukkan bahwa batas dimana sikap belajar siswa setelah menggunakan model pembelajaran MMI masih sama saja dibanding dengan sebelum pembelajaran (model pembelajaran konvensional)

Gambar 2.3. Respons Siswa tentang Sikap Belajar untuk Setiap Indikator

2.3. Simpulan
Dari hasil pengolahan dan analisis data dapat diambil kesimpulan bahwa model pembelajaran Multimedia Interaktif (MMI) secara signifikan dapat lebih meningkatkan penguasaan konsep Optika Geometri dibanding model pembelajaran konvensional. Selain itu, penggunaan model pembelajaran MMI Optika Geometri juga dapat memperbaiki sikap belajar siswa.
BAB III
CONTOH IMPLEMENTASI

Di bawah ini, ditampilkan beberapa contoh implementasi model pembelajaran MMI Optika Geometri.


Gambar 3.1. Home page Gambar 3.2. Pemantulan

Gambar 3.3. Applet Pembiasan Gambar 3.4. Applet Lensa

Gambar 3.5. Latihan Soal Gambar 3.6. Evaluasi (Ulangan)


BAB IV
KEUNGGULAN DAN KELEMAHAN

4.1. Keunggulan
Keunggulan model pembelajaran MMI optika geometri antara lain adalah:
1. Menunjukkan kepada siswa, penggambaran konsep yang abstrak dapat dinyatakan secara lebih konkret, sehingga penguasaan konsepnya lebih baik. Contoh: penggambaran sinar-sinar istimewa baik dalam cermin maupun lensa.
2. Siswa dapat melakukan pembelajaran secara mandiri. Peran guru di kelas benar-benar sebagai fasilitator saja.
3. Simulasi dan animasi yang terdapat dalam MMI optika geometri, dapat meningkatkan penguasaan konsep dan memperbaiki sikap belajar siswa.
4. Siswa dapat belajar secara utuh, konsep-konsep yang dikembangkan dalam model pembelajaran MMI optika geometri.
5. Siswa dapat berlatih dan mengevaluasi secara mandiri dalam latihan soal yang disediakan dalam MMI.

4.2. Kelemahan
Adapun kelemahan model pembelajaran MMI optika geometri adalah:
1. Untuk menggunakan komputer diperlukan pengetahuan dan keterampilan khusus tentang komputer.
2. Keragaman model komputer (perangkat komputer) sering menyebabkan program (software) khususnya java dan flash yang tersedia untuk satu model tidak cocok dengan model yang lainnya.
3. Komputer hanya efektif bila digunakan oleh satu orang atau beberapa orang dalam kelompok kecil.

Referensi:

Arsyad, A. (2002). Media Pembelajaran. Jakarta: Bumi Aksara

Fraenkel, J. R. dan Wallen, N. E. (1993). How to Design and Evaluate Research in Education (second ed.). New York: McGraw-Hill Book Co.

Hake, R. R. (1999). Analyzing Change/Gain Scores. [Online]. Tersedia: http://lists.asu.edu/cgi-bin/wa?A2=ind9903&L=aera-d&P=R6855 [22 April 2008]

Jamaludin, A. (2007). Internet Menuju Sekolah: Jardiknas. [Online]. Tersedia: ade_smkams@yahoo.co.id [12 Desember 2007]

Lee, Nicoll, dan Brooks. (2002). A Comparison of Inquiry and Worked Example Web-Based Instruction Using Physlets. Dalam Computers & Education [Online], Vol 10 (5), 7 halaman. Tersedia: www.elsevier.com/locate/compedu [12 Maret 2007]

Sudarman. (2007). ”Problem Based Learning: Suatu Model Pembelajaran untuk Mengembangkan dan Meningkatkan Kemampuan Memecahkan Masalah”. Jurnal Pendidikan Inovatif. 2, (2), 68-73.

Sutinah, A. (2006). Pembelajaran Interaktif Berbasis Multimedia di Sekolah Dasar. [Online]. Tersedia: www.google.com/pembelajaran/ interaktif/sutinah [12 Desember 2007]

TIMMS. (2004). Highlihts from The Trends in International Mathematics and Science Study (TIMMSS). Washington, D.C: National Center for Statistics (NCES), Institute of Education Sciences, U.S. Departement of Education.

Rabu, 12 Agustus 2009

Sharing Membuat Jadwal Belajar

Bagi orang tua yang menyekolahkan anak-anaknya di sekolah formal mungkin tidak terlalu harus dipusingkan dengan kegiatan membuat jadwal. Biasanya sekolah sudah membuatkan jadwal harian yang tetap. Anak-anak tinggal mengikutinya tanpa harus berpikir bagaimana mengelola jadwal belajar.

Sementara itu, bagi keluarga praktisi pendidikan rumah, membuat jadwal belajar adalah tantangan tersendiri. Meskipun secara umum para pendidik rumahan menganut keyakinan bahwa anak-anak bisa belajar apa saja tanpa dibatasi waktu, namun kami sendiri menganggap jadwal tetap perlu, terutama untuk melatih kedisiplinan anak dan juga orang tuanya khusus untuk pelajaran-pelajaran tertentu yang butuh konsistensi.

Adapun jadwal harian kami yang diusahakan tetap dalam seminggu terakhir ini adalah sebagai berikut:
1. Setelah bangun pagi boleh nonton VCD, entah film animasi fiktif ataupun animasi yang bermuatan pelajaran. Mereka bebas tentukan sendiri sesuai persediaan CD yang kami miliki.

2. Setelah sarapan (sekitar jam 7.30) mereka Belajar IQRO, dan papanya yang mengambil peran sebagai tutor. Maklum, pagi-pagi ibu-ibu masih punya banyak urusan sisa sehabis memasak.

3. Jam 8.00 anak-anak diajak keluar untuk memanaskan badan, entah bermain sepeda di lapangan, atau mengurusi tanaman bersama saya. Yang jelas, targetnya adalah membuat tubuh mereka terkena sinar matahari pagi dan bergerak.

4. Sekitar jam 9 atau 9.30 kami mulai masuk naungan. Istirahat sebentar.

5. Acara berikutnya adalah belajar hal-hal yang sifatnya terstruktur. Pelajaran yang sedang ditempuh secara terstruktur saat ini adalah matematika untuk Azkia dan membaca untuk Luqman adiknya. Kami biasa belajar di teras depan, karena suasananya lebih asyik, bisa sambil melihat tanaman dan menghirup udara segar.

6. Biasanya kami menghabiskan waktu belajar seperti ini hingga adzan dzuhur berkumandang.

7. Sehabis sholat dzuhur dan makan siang, anak-anak boleh melakukan kegiatan bebas. Mau menggambar, mau bikin-bikin hasta karya, mau mengisi worksheet, teka-teki, ataupun hanya membaca buku. Karena panas sudah sangat terik di siang hari, semua kegiatan dilakukan di rumah.

8. Menjelang sore, anak-anak biasa keluar lagi, ngoprek air, ber-eksperimen ini dan itu di luar rumah sampai tiba waktu mandi.

9. Saat hari sudah gelap, sesudah shalat Isya anak-anak bersiap untuk tidur. Selain minta diceritakan kisah-kisah atau dongeng oleh papanya, sebuah buku pasti sudah mereka siapkan. Luqman mengambil buku kesukaannya, dan sekarang sedang tertarik untuk dibacakan berulang-ulang buku berjudul ALAM. Azkia sudah jadi pembaca. Dia akan asyik dengan bacaannya sendiri menjelang tidur.

10. Pengetahuan-pengetahuan populer yang bisa diperoleh dari membaca buku tidak menjadi fokus kami. Saya percaya, anak-anak mendapatkan input yang lebih banyak dari yang kami perkirakan dengan membaca buku sendiri.

Bedanya dengan sekolah formal, kami tidak membuat ulangan-ulangan tertulis untuk mengetes ingatan mereka tentang isi buku. Kami hanya sering mengajak mereka mengobrol sehingga mereka terkoneksi dengan pengetahuan yang sudah mereka dapat sebelumnya.

Ya, begitulah sharing kami tentang pembuatan jadwal belajar. Setiap keluarga pasti punya ritme yang berbeda-beda. Selamat berkreasi!

Sabtu, 08 Agustus 2009

Beasiswa Jepang


"Kerja Keras, dan Penuh Semangat Setiap Saat"
~Arip Nurahman~


Beasiswa Jepang

Program Penataran Guru (Teacher Training Program) adalah salah satu program beasiswa Pemerintah Jepang (Monbukagakusho) yang dirancang khusus bagi para guru untuk meningkatkan.kualitas pengajaran sesuai dengan bidangnya. Mereka akan diberikan pelatihan dalam cara mengajar, pembuatan rencana belajar-mengajar yang lebih efektif dan menarik minat siswa dan hal-hal lain yang dapat mengingkatkan kualitas dan memapuan para guru. Program ini adalah program non-gelar dan lamanya adalah 1 tahun 6 bulan (termasuk 6 bulan belajar bahasa Jepang) dari Oktober 2010.




PERSYARATAN
  1. Lulusan S-1 atau D-4 dan guru yang mengajar secara aktif di SD, SLTP, SLTA (termasuk sekolah swasta dan SMK).

  2. Pelamar telah mengajar lebih dari 5 tahun di lembaga pendidikan formal pada tanggal 1 April 2010. Semua bidang ditawarkan kecuali, bahasa Indonesia, bahasa daerah, bahasa Arab, pendidikan agama dan perhotelan.

  3. Usia di bawah 35 tahun pada tanggal 1 April 2010.

  4. Sehat jasmani dan rohani. (bagi pelamar wanita tidak diperbolehkan dalam kondisi hamil)

  5. Bersedia belajar bahasa Jepang karena bahasa pengantar di universitas adalah bahasa Jepang.



FASILITAS YANG DIDAPAT
  1. Tanpa ikatan dinas.

  2. Tiket kelas ekonomi p.p. Indonesia (Jakarta) - Jepang.

  3. Bebas biaya ujian masuk, biaya kuliah, dan uang pendaftaran.

  4. Tunjangan bulanan sebesar ¥ 170.000 per bulan (ada kemungkinan mengalami perubahan).

  5. Peserta disediakan asrama yang pembayarannya diatur sendiri oleh penerima beasiswa.



CARA PELAMARAN
  1. Pendaftaran dibuka pada 16 November 2009 dan ditutup pada 29 Januari 2010.

  2. Bagi pelamar, baik pegawai negeri maupun swasta dapat langsung menyerahkan/mengirimkan formulir yang telah diisi ke Bagian Pendidikan Kedutaan Besar Jepang dengan dilampiri dokumen yang diperlukan.

  3. Bagi pelamar yang berstatus pegawai negeri tetap harus melapor dan menyerahkan fotokopi formulir kepada Biro Kerjasama Luar Negeri (BKLN) Departemen Pendidikan Nasional.



DOKUMEN YANG DIPERLUKAN
(dokumen yang tidak lengkap tidak akan kami terima)

  1. Formulir.

  2. Pasfoto (harus ditempel pada formulir).

  3. Ijasah dan transkrip nilai.

  4. Surat keterangan dari tempat mengajar yang menjelaskan bahwa pelamar adalah staf pengajar yang masih aktif mengajar dan disetujui mengikuti program beasiswa ini.

  5. Surat rekomendasi dari atasan mengenai pribadi pelamar.


  6. * Semua dokumen ditulis dalam bahasa Inggris atau Jepang.



TAHAP PENYELEKSIAN
  1. Ujian tertulis bahasa Inggris (khusus untuk guru bahasa Jepang: ujian bahasa Jepang) pada tanggal 16 Februari 2010.

  2. Bagi yang lulus ujian tertulis akan dipanggil untuk mengikuti wawancara di Jakarta.

  3. Bagi yang lulus wawancara akan direkomendasikan ke Monbukagakusho.

  4. Mereka yang lolos seleksi di Monbukagakusho akan menjadi penerima beasiswa.



CATATAN
  1. Formulir pendaftaran dapat diperoleh di :

    1. Bagian Pendidikan Kedutaan Besar Jepang
      Jl. M. H. Thamrin 24 Jakarta 10350
      Tel. 021 - 3192 4308 ext. 175 atau 176

    2. Konsulat Jenderal Jepang Surabaya
      Jl. Sumatera No. 93, Surabaya
      Tel. 031 - 503 0008

    3. Konsulat Jenderal Jepang Medan
      Wisma BII Lt. 5, Jl. P. Diponegoro No. 18, Medan
      Tel. 061 - 457 5193

    4. Konsulat Jenderal Jepang Denpasar
      Jl. Raya Puputan 170 Renon
      Telp. 0361 - 227 628, 223 193


  2. Formulir pendaftaran juga dapat diperoleh dengan melakukan download dari situs (website) Kedutaan Besar Jepang (doc version atau pdf version).


  3. Formulir pendaftaran yang telah diisi beserta dokumen pelengkap dikembalikan selambat-lambatnya tanggal 29 Januari 2010 ke alamat:

    Bagian Pendidikan Kedutaan Besar Jepang
    Jl. M. H. Thamrin 24 Jakarta 10350



Sumber:

Kedubes Jepang

Ucapan Terima Kasih

Ayah dan Bunda yang selalu memberiku semangat dan dorongan yang luar biasa; Semoga Tuhan memeluk mimpi-mimpi kami. Amin!

Disusun Ulang Oleh:

Arip Nurahman

Pendidikan Fisika, FPMIPA. Universitas Pendidikan Indonesia

&

Follower Open Course Ware at MIT-Harvard Universty, Cambridge. USA

Semoga Bermanfaat dan Terima Kasih.

Kamis, 06 Agustus 2009

Stiker Berpola Daun

Kegiatan kami hari Kamis kemarin adalah membuat stiker dengan corak daun. Cetakan daun kami peroleh dari daun asli beberapa tumbuhan di halaman rumah. Ada daun tapak dara, kacapiring, mondokaki, daun puring, sledri, ginseng, dan daun tumbuhan alamanda.

Daun-daun itu direkatkan pada karton duplek, digambar polanya, lalu digunting. Pola yang mereka peroleh bisa dicetak di atas kertas stiker, lalu diwarnai sesuka mereka.

Nature Study, dari Siapa Anak-Anak Belajar?

Di sekolah, secara makro anak-anak mungkin mendapatkan pelajaran tentang dampak penggundulan hutan, timbulnya erosi, lalu datanglah banjir merusak desa-desa di bagian bawah gunung atau bukit. Demikian juga tentang dampak sampah yang dibuang sembarangan ke sungai, anak-anak SD pun pasti sudah tahu.

Tapi, cukupkah pengetahuan itu memberikan suntikan kesadaran sehingga anak-anak mau berkontribusi melestarikan dan merawat alam ini? Idealnya, pengetahuan tentang alam mampu mendorong tindakan nyata dari anak-anak, setidaknya dalam sebuah tindakan kecil, seperti menanam satu tumbuhan di halaman rumahnya untuk menyumbangkan sedikit pasokan oksigen bagi kehidupan manusia.

Tanpa menyuntikkan visi mengapa sesuatu itu dipelajari, pelajaran akhirnya menguap hanya menjadi awan pengetahuan yang tak sanggup berubah menjadi hujan tindakan.

Keluarga adalah harapan terakhir ketika pendidikan formal benar-benar hanya menjadi sebuah formalitas yang tak berkesan. Sekian tahun ke depan, apakah anak-anak kita akan menjadi manusia yang peduli dengan kelestarian alam ini? Keluarga-lah yang mampu membuatnya demikian.

Bukankah anak-anak ibarat tanah liat? Mereka masih bisa dibentuk menjadi apapun. Pikiran dan antusiasme mereka bisa diarahkan menuju apapun. Tugas orang tua-lah membawa mereka memasuki pengetahuan dan pemahaman yang mulia.

Jangan tunda lagi... Nature Study adalah salah satu basis pengetahuan yang akan membuat anak-anak kita arif dan ramah berperilaku terhadap alam tempat ia hidup. Dan orang tua bisa mengambil peran sebagai fasilitator anak-anak untuk memperlajari hal itu.

Sebuah perenungan mendalam tentang fungsi orang tua bagi anak-anaknya.

Rabu, 05 Agustus 2009

Geografi dan Peta

Berbekal buku Geografi dan Peta dari Educational Tecnologies Limited untuk memperkenalkan konsep peta dan free resource dari www.eduplace.com, Rabu (5/8) anak-anak belajar tentang peta. Tidak muluk-muluk, untuk anak usia 5 dan 7 tahun kami cukup memperlihatkan gunanya peta dan mencoba membuat peta sederhana dengan objek rumah kami sendiri.

Saya tahu, awalnya mereka rikuh tak berminat, karena dalam bayangan mereka pastilah belajar tentang itu tak akan menarik. Akan tetapi, setelah mencoba membuat denah rumah, dan mereka diajak untuk mencari tahu di mana letak ruang tamu, dapur, kamar tidur, kamar mandi, dan letak benda-benda milik mereka, akhirnya mulailah wajah antusias muncul.

Hari ini dan beberapa hari berikutnya, mereka akan terus diajak memahami peta secara langsung. Papanya mengajak mereka keluar menjelajah pesawahan dan saya kira itu momentum yang tepat untuk menerapkan konsep peta dalam dunia nyata.

Senin, 03 Agustus 2009

Sekolah Rakyat

"Orang Miskin Dilarang Sekolah"

Sekolah Rakyat

Bagaimana rasanya diasingkan gara-gara Anda miskin? Bagaimanakah pilunya hati Anda dilarang bermain, bersantai, menikmati hidup hanya karena Anda tak punya uang? Bagaimana rasanya bila Anda (terpaksa) hany akuasa berdiri di balik pagar tinggi, memegangnya, dengan (hanya) tatapan mata menembus ragam keindahan fasilitas hidup di balik sana, lantara Anda miskin?

Dari balik mata bening tak berdoasanya, bocah itu tak kunjung mengerti mengapa ia dilarang bersekolah, bermain, bersahabat, dan bergembira ria seperti bocah-bocah sebayanya di kejauhan sana. Sepasang matanya hanya mampu berkedip murni, bibirnya berkecap-kecap penuh goda, tangannya mencengkeram pagar tinggi…

***

‘Novel ini menggetarkan hati…gugatan atas sistematisasi kemiskinan di negeri ini, dari sudut pandang sang bocah yang tak pernah mengerti mengapa ia tidak boleh sekolah!’

- Taufiqurrahman al-Azizy, novelis muslim kontemporer.

Judul : Orang Miskin Dilarang Sekolah

No. ISBN : 9799637937
Penulis : Wiwia Prasetyo
Penerbit : Diva Press
Tanggal terbit : Juli – 2009
Jenis Cover : Soft Cover
Kategori : Psikologi
Text : Bahasa Indonesia


Minggu, 02 Agustus 2009

Ada Apa Dengan TOEFL?

Mari Belajar TOEFL



[PDF]

TOEFL iBT Tips - TOEFLо iBT Tips


Record yourself to speak better


When practicing for the Speaking task of the TOEFL test pay close attention to natural speaking patterns. Listen and make note of how words are pronounced and stressed, as well as the speaker's intonation patterns and pauses. Try making a recording of your own speaking effort and play it back to evaluate it. Ask yourself these questions: Did I speak clearly? Did I make grammatical errors? Did I use words correctly?

Preparing for the integrated Speaking tasks


You can practice for the integrated Speaking tasks on the TOEFL test by doing the following: select a topic or an assigned reading and then find listening material that covers the same topic. (You can find these on the Internet or the library.) Create an outline to summarize both materials. This task will help you to synthesize what you read with what you hear.

How to practice speaking English without a listener


If you find yourself without the opportunity to practice speaking with a native speaker of English, try one of these independent tasks in English: Describe a familiar place. Recount a personal experience. State a personal opinion about something that is going on in your community or the world. Do these independent tasks alone, and then try them with a native speaker of English.


Find a friend that speaks English


You have probably heard that the best way to practice speaking the English language is with a native speaker of English. But finding one may be challenging. In some countries, there are English-speaking tutors or assistants who help students with conversation skills and overall communication skills. It is critical to find them and speak with them as often as possible. You can also link up with an English club and join the members in English-language conversations about movies, music and travel.

PLEASE READ MORE AT:

http://www.abroadeducation.com.np



Pembimbing:

Ferra Wulandari D. S.

Lintang Meidita Pribadi

Penasehat:


1. Ibu. Dra. Hj. Mimin Aminah, M.Pd.

2. Bpk. Yusuf Kurniawan, S.Pd.

3. Ibu. Hikmah, S.Pd.


Ucapan Terima Kasih:

1. Bpk. Ahmad Bukhori, S.Pd. M.A.
(English Department of Indonesia University of Education)

2. Balai Bahasa Universitas Pendidikan Indonesia
Balai Bahasa | Universitas Pendidikan Indonesia

3. The British Institute
The British Institute - Study English with the Best

Terima Kasih Semoga Bermanfaat

Sabtu, 01 Agustus 2009

Asyiknya Meneliti

"Penelitian harus dikembangkan dan ditumbuhkan kepada anak-anak sejak sedini mungkin"
~Arip~


Mari Kita Meneliti yeah.,.^_~

RESEARCH 4 KIDS

Benefits of Research
Helping People:


Did you know that you, your friends, and your family have all benefited from animal research? Without animal research, millions of people would die each year from a variety of illnesses. Thanks to research using animals, diseases such as polio have been virtually wiped out. Other illnesses, such as diabetes and arthritis, are controlled through animal research.


Helping Animals:


Animals benefit from research, too! Treatments and cures for conditions that affect people help those animals who are also susceptible to those conditions. Researchers also seek to conquer diseases that only affect animals, both to improve the well-being of their research animals and to help pets and farm animals live longer, healthier lives.


Discoveries:


Over the years, scientists have solved medical problems, cured diseases, and developed vaccines—all by using animals in biomedical research. This section lists medical breakthroughs from the early 1900s to the present, including information about current research.

Sumber:

http://www.kids4research.org/

Semoga Bermanfaat dan Terima Kasih