Senin, 31 Januari 2011

Tips Menghindarkan Anak Dari Pornografi

Maraknya kasus video porno yang sempat mengguncangkan masyarakat baru-baru ini, membuat tak hanya orang dewasa, anak-anak kecil pun kerap mendengar mengenai masalah itu, antara lain lewat tayangan media, teman-teman, atau orang sekitar. Tak heran jika para orangtua merasa khawatir anaknya terekspos materi pornografi yang sudah sangat bebas. Di bawah ini adalah beberapa tips yang bisa Anda terapkan supaya anak terhindar dari pornografi:

1. Tunjukkan wewenang Anda sebagai orangtua.
Lakukan hal ini secara bijaksana dan lembut. Tunjukkan bahwa Anda tetap orangtuanya walau hubungan Anda dengannya terjalin seperti sahabat.

Sebagai orangtua, Andalah yang berhak mengambil keputusan akhir tentang segala sesuatu yang berkaitan dengan keamanan anak. Anda berhak mengetahui siapa saja temannya, di mana ia berada, dan apa yang sedang ia lakukan.

2. Berikan contoh yang baik.
Orangtua adalah yang pertama kali akan dicontoh anak di rumah. Jika ingin anak berperilaku baik, Anda juga harus melakukan hal yang sama. Jangan malah ikut-ikutan mengunduh video porno.

3. Pasang pengaman di komputer atau televisi.
Saat ini tersedia banyak software yang bisa digunakan untuk mencegah dibukanya situs-situs porno di internet atau saluran-saluran khusus dewasa di televisi. Pasanglah software itu di rumah sebagai pengamanan.

4. Kontrol "password" internet.
Jangan berlakukan sistem otomatis pada sambungan internet di rumah, melainkan terapkan sistem manual. Saat anak masih kecil, yang boleh mengetahui password ini hanya Anda dan suami. Ganti password secara teratur supaya keamanannya terjaga.


5. Letakkan komputer atau televisi di ruang publik.
Maksudnya, ruangan yang dipakai bersama-sama anggota keluarga lain, misalnya ruang keluarga. Dengan demikian, Anda bisa mengawasi apa saja yang sedang ditonton atau diakses anak.

Hindari memberikan komputer atau televisi pribadi sepanjang anak belum membutuhkannya. Namun, jika ia memilikinya, Anda harus mengetahui password komputer atau akun jaringan sosialnya supaya tetap bisa melakukan pengawasan terhadap anak.

6. Buat aturan soal internet.
Selain menentukan waktu pemakaian internet, tentukan juga apa yang boleh dan tidak boleh dilakukan saat menggunakan internet. Poin-poin berikut ini, dari www.protectyourkids.info, bisa Anda terapkan padanya:
* Jangan pernah memberikan informasi pribadi di forum umum.
* Jangan membalas e-mail, obrolan, atau diskusi yang membuatnya merasa tidak nyaman.
* Jangan memberikan informasi atau foto kepada orang tak dikenal.
* Jangan memberikan password kepada orang lain, kecuali orangtua.
* Jangan klik link apa pun dari orang tak dikenal.
* Jangan langsung memercayai orang yang baru saja dikenal. Mereka bisa saja berbohong. Jadi, ia mesti selalu berhati-hati.
* Jangan mau diajak bertemu secara langsung oleh orang yang dikenal lewat internet.
* Jangan membeli barang apa pun atau memberikan informasi tentang kartu kredit tanpa seizin orangtua.
* Selalu beri tahu orangtua jika ada seseorang atau suatu hal di internet yang membuatnya tidak nyaman.
* Selalu ikuti aturan penggunaan internet dari orangtua.

7. Jangan berikan ponsel canggih.
Kalau anak memang membutuhkan ponsel, berikan ponsel yang paling sederhana, tanpa kamera, video, ataupun internet. Ponsel seperti itulah yang ia butuhkan saat ini. Katakan padanya bahwa fungsi utama ponsel adalah untuk berkomunikasi. Jika memerlukan internet, ia bisa gunakan komputer di rumah.

8. Dampingi saat menonton televisi atau menggunakan internet, terutama untuk yang masih kecil.
Sebaiknya Anda yang memegang remote control-nya. Setiap kali muncul adegan yang kurang pantas, segera ganti salurannya dan tunjukkan ketidaksukaan Anda. Tujuannya agar anak menjadi terbiasa dan tahu bahwa yang seperti itu memang tidak pantas. Ia pun tak akan tertarik pada hal-hal semacam itu meskipun sedang tidak berada dalam pengawasan Anda. Lakukan tindakan yang sama pada media lain. Ketika ia sudah lebih besar, Anda bisa berdiskusi soal seks dan memberikan penjelasan lebih mendalam.

9. Sediakan waktu untuk keluarga.
Banyak orang mengakses pornografi karena merasa bosan dan tidak memiliki kegiatan lain. Inilah sebabnya keluarga sebaiknya menghabiskan waktu bersama-sama, setidaknya sekali seminggu. Ajak anak ke taman, makan di luar, atau yang lainnya, supaya ia terhibur. Diskusikanlah dengannya supaya ia terhibur. Diskusikanlah dengannya mengenai kegiatan-kegiatan yang bisa dilakukan untuk mengatasi rasa bosan. Dengan demikian, ia tidak berpaling ke televisi atau internet untuk mencari hiburan.

10. Sertakan mereka dalam kegiatan bermanfaat.
Daftarkan anak dalam kegiatan ekstrakurikuler di sekolahnya. Pilihan lain adalah bekerja sama dengan para orangtua di sekolah atau lingkungan rumah. Anda bisa menyediakan aktivitas kecil-kecilan untuk mereka, misalnya, mendirikan klub membaca atau melukis.

11. Periksa teman anak.
Bukan tidak mungkin anak mendapatkan materi pornografi dari temannya. Jadi, tidak ada salahnya jika Anda cermat memilih dengan siapa ia bisa bergaul. Kalau tahu bahwa teman anak suka dengan hal-hal berbau pornografi, bicaralah dengan orangtua teman anak tersebut.

Sebagai sesama orangtua, katakan bahwa Anda menginginkan yang terbaik untuk masa depan kedua anak. Apabila cara ini tidak berhasil, jauhkan anak dari sang teman.

12. Libatkan diri dalam kegiatan akademis anak.
Cari tahu apa saja yang diajarkan dan yang sedang terjadi di sekolah. Anda bisa berbicara dengan wali kelasnya. Utarakan keprihatinan Anda tentang isu pornografi. Bekerja samalah dengannya beserta orangtua lain untuk mencegah murid-murid terekspos pada hal itu di sekolah. Contohnya, dengan memasang sistem pengaman pada komputer-komputer di sekolah.

13. Beri penjelasan secara baik-baik dan dengan tenang.
Jika anak ketahuan sedang melihat materi pornografi, jangan langsung marah. Tanyakan baik-baik alasannya. Berilah penjelasan mengapa hal itu tidak pantas untuknya.

Siswa Budut Juara 1 Lomba Dramatisasi

Festival Seni SMAN I Curup Timur

LUBUKLINGGAU-Yayasan Budi Utomo (Budut) kembali memberanikan diri mengikuti Festival Seni di SMA Negeri I Curup Timur. Keikutsertaannya ini sebagai wujud komitmen Yayasan Budi Utomo untuk mengasah potensi siswa. 19 orang siswa, action sebagai aktor dramatisasi “Palestina” dalam event tersebut. Demikian diungkapkan Ketua Yayasan Budi Utomo, Elven Asmar, kepada koran ini, Senin (31/1).
Menurut Elven Asmar, 19 siswa kelas X dan XI yang andil dalam lomba dramatisasi ini merupakan siswa-siswi terpilih yang sebelumnya aktif dalam ekstrakurikuler kesenian, tari, rebana dan rohis. Sedangkan penulis naskah dramatisasi “Palestina” adalah Guru Bimbingan Konseling (BK) Yayasan Budi Utomo, Hadari.
selain itu, beberapa guru yang juga andil dalam pementasan dramatisasi ini adalah Guru Kesenian, Elida, Pembina Rohis Yayasan Budi Utomo, Rahmad Riansyah dan Guru Agama Islam, Adi.
Elven Asmar menjelaskan, konsep dramatisasi yang dilombakan ini bernuansa religius. Bahkan dalam naskah drama juga diselipkan beberapa dialog dengan Bahasa Arab. Hal ini berkaitan dengan semakin dekatnya peringatan Maulud Nabi Besar Muhammad saw, Selasa (15/2). Diharapkan, setelah mengikuti perlombaan ini baik siswa maupun guru di Yayasan Budi Utomo, terinspirasi dan lebih siap ketika ingin menggelar perlombaan yang serupa. “Alhamdulillah dalam lomba dramatisasi ini 14 siswa utusan dari Yayasan Budut berhasil meraih juara pertama,” jelas Elven Asmar. (03)  

SNM-PTN Mengacu Permendiknas No 34 Th 2010

MUARA BELITI-2011 ini ada perubahan terkait sistem penerimaan mahasiswa baru Perguruan Tinggi Nasional (PTN). Perubahan yang terjadi sangat signifikan, berbeda dengan tahun sebelumnya, karena disesuaikan Peraturan Menteri Pendidikan Nasional (Permendiknas) Nomor 34 tahun 2010 tentang pola penerimaan mahasiswa baru program sarjana pada perguruan tinggi yang diselenggarakan oleh pemerintah.
Demikian diungkapkan Kepala Dinas Pendidikan (Disdik) Kabupaten Musi Rawas (Mura), Edi Iswanto, melalui Kepala Bidang (Kabid)Pendidikan Menengah dan Tinggi (Dikmenti), Totok Sunarto kepada koran ini, Senin (31/1).
Kalau sebelumnya Seleksi Nasional Masuk Perguruan Tinggi Negeri (SNMPTN) cuma ada tes tertulis saja. Tetapi tahun 2011 Jalur Nasional terbagi dua, yaitu jalur undangan dan jalur mandiri.
Latar, belakang dibukanya jalur undangan ini karena penerimaan mahasiswa baru harus memenuhi prinsip adil dan tidak diskriminatif. Dengan tidak membedakan jenis kelamin, agama, suku, ras, umur, kedudukan sosial, dan tingkat kemampuan ekonomi calon mahasiswa. Dan tetap memperhatikan potensi calon mahasiswa dan kekhususan perguruan tinggi.
Ia menjelaskan, perguruan tinggi sebagai lanjutan pendidikan setelah SLTA hendaknya dapat menerima calon mahasiswa yang berprestasi akademik tinggi dan diprediksi akan berhasil menyelesaikan studi di perguruan tinggi berdasarkan penilaian dan rekomendasi Kepala Sekolah. Siswa yang berprestasi tinggi dan secara konsisten menunjukkan prestasinya tersebut layak mendapatkan kesempatan untuk menjadi calon mahasiswa.
Untuk dapat menjaring calon mahasiswa yang mempunyai prestasi akademik tinggi di SLTA seluruh Indonesia, perlu dilakukan seleksi secara nasional melalui suatu kepanitiaan SNMPTN jalur undangan yang bertujuan untuk mendapatkan mahasiswa baru yang mempunyai prestasi akademik tinggi di SLTA, memberikan kesempatan kepada seluruh anak bangsa yang berprestasi akademik tinggi untuk memperoleh pendidikan tinggi. Dan memberikan kesempatan dan kepercayaan kepada sekolah untuk menjadi bagian pelaksana seleksi awal di tingkat sekolah.
Sementara itu mengenai ketentuan umum jalur undangan ini merupakan mekanisme nasional berdasarkan penjaringan prestasi akademik tanpa ujian tertulis dan keterampilan. Dalam jalur undangan tidak termasuk jalur penelusuran minat dan bakat. Pada mekanisme pendaftarannya, kepala sekolah berkewenangan untuk mendaftarkan siswa terbaiknya untuk diseleksi menjadi calon mahasiswa baru di perguruan tinggi negeri yang diminati.
Menurut Totok Sunarto, sekolah yang terakreditasi A akselerasi, 100 persen siswanya berhak mengikuti SNMPTN jalur undangan 2011. Sedangkan sekolah yang terakreditasi A Rintisan Sekolah Bertaraf Internasional (RSBI/Unggulan) 75 persen siswanya berhak mengikuti SNMPTN jalur undangan 2011. Sementara sekolah yang terakreditasi A reguler, 50 persen siswa siswa yang memperoleh peringkat terbaik akan didaftarkan kepala sekolah untuk mengikuti SNMPTN jalur undangan.
Namun, bagi sekolah yang terakreditasi B hanya 25 persen siswa yang memperoleh peringkat terbaik berkesempatan mengikuti jalur undangan SNMPTN 2011. Sedangkan bagi sekolah yang terakreditasi C reguler hanya 10 persen siswa dengan peringkat terbaik bisa masuk dalam jalur undangan SNMPTN 2011.
Pendaftaran seleksi jalur undangan ini dibuka, Selasa (1/2) sampai dengan Sabtu (12/3). Sementara pengumuman hasil seleksi jalur undangan Rabu (18/5) dan registrasi ke Perguruan tinggi bersangkutan Selasa, (31/5) atau Rabu (1/6). Biaya pendaftaran SNMPTN Jalur Undangan Tahun 2011 sebesar Rp 175 ribu. Sementara itu daftar program studi dan daya tampung SNMPTN Jalur Undangan tahun 2011 dapat dilihat pada laman SNMPTN http://undangan.snmptn.ac.id.(03)

SMAN Tugumulyo Persiapkan Olimpiade Sains

Berusaha Pertahankan Gelar Juara Umum

Tugumulyo - Meskipun pelaksanaan Olimpiade Sains 2011 masih lama, namun siswa SMA Negeri Tugumulyo, sudah melakukan persiapan ekstra. Persiapan ini dilakukan agar dalam pelaksanaannya nanti, siswa-siswi yang diutus tetap bisa mempertahankan prestasi yang selama ini diraih.
Selama empat tahun berturut-turut SMAN Tugumulyo berhasil meraih juara umum dalam olimpiade sains yang diselenggarakan Pemerintah Kabupaten Musi Rawas (Pemkab Mura). Demikian dijelaskan Kepala SMAN Tugumulyo, Sukamto, kepada koran ini, Senin (31/1).
SMAN Tugumulyo akan mengutus 80 orang siswa-siswinya untuk mengikuti delapan cabang olimpiade sains. Diantaranya bidang Matematika, Fisika, Biologi, Kimia, Astronomi, Ekonomi, Komputer, dan Kebumian.
Sebagai satu-satunya SMA terakreditasi A di Kabupaten Mura, SMAN Tugumulyo berusaha mempersiapkan keikutsertaannya dalam olimpiade ini secara optimal. Sukamto berharap, siswanya mampu memberikan yang terbaik bagi sekolah, sekaligus mengukir prestasi gemilang seperti tahun-tahun sebelumnya.
Untuk meraih prestasi gemilang dalam olimpiade tersebut, 80 siswa-siswi terpilih ini mengikuti les tambahan di luar jam sekolah. Les ini dilaksanakan sepulang sekolah dengan memanfaatkan buku bantuan dari Anggaran Pendapatan Belanja Nasional (APBN).
Selain itu, aktivitas lain yang sedang dilaksanakan oleh siswa-siswi kelas XII SMAN Tugumulyo adalah melaksanakan les tambahan. Les ini dilakukan untuk mempersiapkan pelaksanaan Ujian Sekolah (US) dan Ujian Nasional (UN) Tahun Pelajaran 2010/2011.
Aktivitas lain yang juga tengah sibuk dilakukan siswa kelas XII SMA N Tugumulyo adalah mendaftarkan diri sebagai calon peserta Seleksi Nasional Masuk Perguruan Tinggi Negeri (SNMPTN). Sebagai satu-satunya SMA Negeri terakreditasi A di Kabupaten Mura, SMAN Tugumulyo berkesempatan mengikuti pendaftaran SNMPTN 2011 melalui jalur undangan.
Menurut Sukamto, 50 persen siswa–siswi kelas XII SMA N Tugumulyo berkesempatan untuk didaftarkan melalui jalur undangan. Dari 345 siswa yang ada, lebih kurang 173 siswa akan didaftarkan melalui jalur undangan. Kesempatan ini sangat berharga.(03)

SMA Al-Ikhlas Ingin Menjadi Pesantren Percontohan se-SUMSEL

LUBUKLINGGAU-SMA Al-Ikhlas Lubuklinggau terus berbenah dalam mengemban amanat dan mencerdaskan kehidupan bangsa. Hal ini dilakukan siswa-siswi tetap berjalan sesuai dengan Syari’at Islam agar selamat dunia akhirat. Demikian dijelaskan Kepala SMA Pondok Pesantren Modern Al-Ikhlas Lubuklinggau, HM Rudy Hartoyo, Senin (31/1).
Dengan bentuk pembenahan ini terbukti SMA Al-Ikhlas kembali mewujudkan prestasi dengan mencapai visinya itu dengan niat yang tulus dan ikhlas menjadikan sekolah standar nasional yang bertaraf internasional. Menurut HM Rudy Hartoyo, untuk mencapai semua ini harus bekerja keras disertai dengan perjuangan. Namun semua ini dilakukan demi pendidikan peserta didik SMA Al-Ikhlas.
Ia menambahkan, sebagai bukti SMA Al-Ikhlas Lubuklinggau pada pelaksanaan Lomba Kepemimpinan Siswa (LKS) yang diselenggarakan oleh Pengurus Besar Ikatan Alumni Lomba Kepemimpinan Siswa (PB IKA LKS) Lubuklinggau beberapa waktu lalu. Hasrullah, Siswa kelas XI IPA A SMA Al-Ikhlas Lubuklinggau berhasil meraih juara pertama.
”Memang selama ini SMA Al-Ikhlas belum pernah mendapatkan juara. Dan Alhamdulillah, 2011 mampu menyaingi sekolah yang ada di  Kota Lubuklinggau. Maka ke depan diharapkan prestasi ini dapat dipertahankan,” harap Rudy Hartoyo.
Selain itu, hal yang menjadi kebanggaan Yayasan Pendidikan Al-Ikhlas Lubuklinggau beberapa waktu lalu, Eddy Ibrahim dikukuhkan sebagai guru besar Fakultas Teknik di salah satu Universitas Negeri di Provinsi Sumatera Selatan (Sumsel). Maka dengan menjadi guru besar tersebut dapat membawa dampak positif bagi Yayasan Al-Ikhlas.
SMA Al-Ikhlas Lubuklinggau merupakan pesantren percontohan se-Sumsel sebagai juara III, ”Meski prestasi sebagai juara ke III sudah dipegang, namun kami tetap akan terus berbenah. Agar tahun depan mampu menjadi pesantren percontohan tingkat pertama, untuk mencapai semua ini harus berjuang dan kerja keras,” jelas Rudy.
Selain itu, guna mempersiapkan Ujian Nasional (UN) tahun pelajaran 2010/2011 yang akan diselengarakan April mendatang, SMA Al-Ikhlas melaksanakan les dengan memberikan jam tambahan untuk kelas XII. Diharapkan cara ini dapat membantu siswa-siswi dalam mengerjakan US dan UN.(Mg04)

BERPIKIR INDUKTIF:

Mengumpulkan , Mengorganisasikan Dan MemanipulasiData
Oleh : Mahuri NPM A2M009125
Mahasiswa Pascasarjana Teknologi Pendidikan
Universitas Bengkulu

SKENARIO

Jack Wilson adalah guru siswa kelas satu di Lincoln, Nebraska. Ia bertemu setiap hari untuk mengajar membaca dengan sekelompok anak yang berjalan cukup baik. Dia prihatin dengan kondisi murid-murid, mereka memang tidak mengalami kesulitan dalam menghadapi kata-kata baru, namun mereka tidak mampu untuk mengetahui makna dari konteks. Apabila mereka telah mendapatkan arti kata dari bagian kalimat, mereka tampaknya tidak memiliki kesulitan dengan menggunakan prinsip yang telah mereka pelajari untuk kata-kata itu. Dia telah menyimpulkan bahwa mereka telah mempelajari sejumlah konsep tetapi tidak memiliki kontrol nyata atas mereka.

Dia merencanakan kegiatan berikut, yang dirancang untuk membantu mereka mengembangkan konsep bagaimana kata yang terstruktur dan untuk menggunakan pengetahuan itu dalam memahami kata-kata.

Jack menyiapkan setumpuk kartu dengan satu kata pada setiap kartu. Dia memilih kata dengan awalan dan akhiran tertentu, dan ia sengaja menempatkan dalam kata yang memiliki akar kata yang sama tetapi berbeda awalan dan akhiran. Jack merencanakan serangkaian kegiatan belajar selama beberapa minggu berikutnya hanya menggunakan satu pak kartu sebagai basis data.

Ketika kelompok kecil siswa mengadakan pada hari Senin pagi, Jack memberikan beberapa kartu untuk setiap siswa. Dia menyimpan sisanya, menghitung secara bertahap peningkatan jumlah informasi yang didapatkan siswa. Jack memegang tiap siswa yang membaca sebuah kata di salah satu kartu dan menggambarkan sesuatu tentang kata itu. Siswa lain dapat menambah deskripsi tentang kata tersebut. Dengan cara ini struktur kata dibawa untuk mendapatkan perhatian dari siswa.

Setelah siswa membiasakan diri dengan berbagai macam kata-kata, Jack meminta mereka untuk menaruh kata-kata dalam kelompok-kelompok. "Masukkan kata-kata bersama dalam tumpukan," dia menginstruksikan. Para siswa mulai mempelajari kartu mereka, dan mulai memilah-milahnya. Pada awalnya pada kelompok kartu siswa hanya merefleksikaninisial kata atau arti dari kata-kata, seperti hewan dan bukan hewan. Dengan peningkatan dorongan daninstruksi hati-hati dari guru, para siswa secara bertahap memilah kata-kata sesuai dengan awalan dan akhiran. "Oke, kali ini saya ingin dibagi empat kelompok dan menggunakan dua atau lebih huruf pertama sebagai alasan bagi kelompok Anda."

Ketika siswa selesai menyortir kata, Jack meminta mereka untuk berbicara tentang masing-masing kelompok, menceritakan apa kartu memiliki kesamaan. Secara bertahap karena Jack memiliki data yang dipilih, para siswa harus menemukan sendiri semua prefiks utama dan sufiks dan merefleksikanartinya. Pendekatan ini memungkinkan siswa untuk membentuk kelompok mereka sendiri keluar dari tumpukan kartu. Jika ia melakukan pekerjaan baik memilih kartu, pengelompokan harus muncul secara alami.

Mungkin tidak ada ketetapanyang harus diikuti yang lebih sukar dibandingkan pengajaran berpikir. Sejak awal tulisan tentang pendidikan, filsuf, reformis sosial, dan pendidik telah mencoba untuk mengembangkan cara manusia mengolah informasi dan memecahkan masalah. Dengan demikian, ada banyak model untuk mengajarberpikir. Dalam bab ini, kita akan mempertimbangkan bagian dari pekerjaan canggih dari kurikulum teori akhir Hilda Taba, yang mengembangkan serangkaian strategi mengajar yang dirancang untuk mengembangkan proses mental induktif, terutama kemampuan untuk mengkategorikan dan menggunakan kategori. Model Taba menjelajahi beberapa wilayah yang sama seperti Model Mencapai Konsep Bruner, dan gagasan tentang sifat konsep mendasar untuk Model Formasi KonsepTaba.

Orientasi untuk model
Hilda Taba sebagian besar bertanggung jawab untuk mempopulerkan strategi pengajaran, dan pekerjaannya di Contra Costa School District memberikan contoh pertama tingkat strategi mengajar yang dirancang untuk meningkatkan kemampuan siswa untuk menangani informasi. Bahkan, strategi dia menjadi tulang punggung dari seluruh kurikulum studi sosial.

Proses Berpikir
Analisis berpikir Taba dari sudut pandang psikologis dan logis melihat dan menyimpulkan :
Sementara proses pemikiran yang psikologis dan karenanya tunduk pada analisis psikologis, produk dan isi dari pemikiran harus dinilai menurut kriteria logis dan dievaluasi oleh aturan logika.

Dia mengidentifikasi tiga postulat tentang berpikir:
1. Berpikir dapat diajarkan. Ada bukti bagi dan melawan postulat ini, tapi tidak akan
didebat di sini.
2. Berpikir adalah suatu transaksi aktif antara individu dan data. Ini berarti bahwa
dalam pengaturan kelas, materi pengajaran menjadi tersedia untuk individu ketika
dia melakukan operasi kognitif tertentu pada mereka mengorganisir fakta-fakta ke
dalam sistem konseptual; terkait poin dalam data satu sama lain dan generalisasi
dari hubungan ini, membuat kesimpulan dan generalisasi dari hubungan ini,
membuat kesimpulan dan generalisasi dari fakta-fakta yang diketahui, menuju
hipotesa, memprediksi, dan menjelaskan fenomena asing. Operasi mental tidak
dapat langsung diajarkan dalam arti yang "diberikan oleh guru" atau didiperoleh
dengan menyerap pemikiran orang lain. Yang dapat dilakukan guru adalah
membantu proses internalisasi dan konseptualisasi dengan merangsang siswa
untuk melakukan proses mental yang kompleks dan melatih siswa mandiri secara
perlahan.
3. Proses pemikiran berkembang dengan rentetan yang "sah menurut hukum". Dia
mendalilkan bahwa, dalam rangka menguasai keterampilan berpikir tertentu,
konsep yang sebelumnya harus dikuasai terlebih dahulu, dan urutan ini tidak
dapat dikembalikan. Oleh karena itu, "Konsep ini memerlukan strategi mengajar
yang akan mengamati urutan ini."

Dengan kata lain, Taba menyimpulkan bahwa kemampuan berpikir harus diajarkan menggunakan strategi pengajaran khusus dirancang bagi membangun kemampuan berpikir. Selanjutnya strategi ini perlu dilakukan secara berurutan karena pembangunan keahlian berfikir seseorang dibangun atas fikiran orang yang lain. Orang bisa berdebat dengan asumsi ini juga, tetapi kami akan terus mengeksplorasi model tersebut.

Tiga Strategi Pengajaran
Taba mengindentifikasi tiga tugas berpikir induktif dan kemudian mengembangkan tiga strategi mengajar untuk menyelesaikan tugas tersebut. Setiap tugas merupakan tahap dalam proses berpikir induktif.Pertama adalah pembentukan konsep (strategi pengajaran dasar), kedua adalah interpretasi data, dan yang ketiga adalah penerapan prinsip-prinsip.

Pembentukan Konsep, Tahap ini mencakup (1) mengidentifikasi dan menyebutkan satu persatu data yang relevan dengan masalah, (2) mengelompokkan itemberdasarkan kesamaan, dan (3) mengembangkan kategori dan label untuk kelompok. Untuk melibatkan para siswa dalam kegiatan ini, Taba menciptakan pengajaran bergerak dalam bentuk pertanyaan. Pertanyaan-pertanyaan ini memunculkan dicocokkan dengan jenis kegiatan tertentu. Misalnya pertanyaan, "apa yang kamu lihat?" Mungkin mendorong siswa untuk mendata satu persatu dan dimasukkan kedalam daftar. Pertanyaan "apa yang menjadi milik bersama?" kemungkinan menyebabkan orang untuk mengelompokkan hal-hal yang telahmerekalist. Pertanyaan, "kelompok ini akan kita sebut apa ?" Akan cenderung untuk mendorong orang untuk mengembangkan label atau kategori.

Sebuah ilustrasi dari strategi pembentukan konsep adalah unit dari kelas dua dari kurikulum Contra Costa studi sosial Taba. Unit ini mencoba mengembangkan gagasan utama bahwa supermarket membutuhkan tempat, peralatan, barang, dan jasa. Unit ini dibuka dengan situasi hipotetis berikut: "Pak Smith ingin membuka supermarket. Apa yang dia perlukan? "Pertanyaan yang dimunculkan kemungkinan adalah," apa yang Anda lihat ketika Anda pergi ke supermarket? "Anak-anak dapat diharapkan untuk mengidentifikasi makanan, item, penyedia barang, kasir, peralatan, sebuah bangunan (atau tempat)?danpengiriman makanan. Tanggapan mereka dapat direkam dan pencatatan terus sampai beberapa kategori terwakili. Setelah penyebutan satu persatu telah selesai, anak-anak ditanya, mungkin pada hari lain, untuk mengelompokkan item berdasarkan kesamaan. "Apa yang termasuk milik bersama?"Barangkali, jika penyebutan satu persatu cukup mendetail, maka anak-anak akan mengidentifikasi 'barang-barang yang dijual di pasar "dan" hal-hal yang dilakukan untuk pemilik supermarket." Konsep ini kemudian dapat diberi label sebagai barang dan jasa.

Tujuan dari strategi ini adalah untuk mendorong siswa untuk memperluas sistem konseptual dengan cara memproses informasi. Pada tahap pertama, mereka mengelompokkan data, suatu kegiatan mengharuskan mereka untuk mengubah atau memperluas kapasitas mereka untuk menangani informasi. Dengan kata lain, mereka harus membentuk konsep mereka yang dapat digunakan sebagai pendekatan terhadap informasi baru yang mereka hadapi.

Setiap kegiatan jelasmengandung strategi pembelajaran yang mencerminkan operasi mental yang tersembunyi dari pandangan, yang Taba ilustrasikan sebagai "rahasia." Tabel 3-1 mengilustrasikan hubungan antara kegiatan terbuka dalam model pembentukan konsep, operasi mental yang mungkin siswa lakukan selama aktivitas, dan memunculkan pertanyaan-pertanyaan yang guru gunakan untuk memimpin siswa melalui kegiatan masing-masing.

Tabel 3-1 Pembentukan Konsep
Aktivitas Terbuka Operasi Mental Rahasia Pertanyaan Yang Ditimbulkan
1. Menyebutkan satu persatu & memasukkan ke daftar
2. Mengelompokkan

3. Memberi label
Mengkategorikan Pembedaan
(Identifikasi item yang terpisah)
Identifikasi kandungan yang umum
Menentukan urutan item dari atas ke bawah Apa yang kamu lihat? Mendengar? Catat?

Apa yang menjadi kesamaan? Berdasarkan kriteria apa?
Bagaimana kita memanggil kelompok ini? Termasuk apa?

Interpretasi data. Strategi pengajaran Taba yang kedua (penafsiran data) dibangun di sekitar operasi mental yang ia sebut sebagai menafsirkan, menyimpulkan, dan menggeneralisasi. Tabel 3-2 menunjukkan kegiatan terbuka dan kegiatan rahasia yang terlibat dalam interpretasi data dan pertanyaan-pertanyaan guru bisa digunakan untuk memperoleh kegiatan.
Mengidentifikasi poin mengharuskan siswa untuk membedakan antara karakteristik data tertentu. Penjelasan item yang telah diidentifikasi mengharuskan siswa untuk menghubungan poin satu dengan yang lain dan menentukan hubungan sebab dan akibat antara data. Membuat kesimpulan adalah implikasi yang berada di luar hubungan sebab dan akibat. Seperti dalam kasus strategi pembentukan konsep, strategi interpretasi data didorong oleh pertanyaan yang dimunculkan guru.

Pada tahap pertama, pertanyaan guru mengarahkan siswa untuk mengidentifikasi aspek-aspek tertentu dari data yang dipilih. Sebagai contoh, setelah siswa selesai membaca tentang sistem ekonomi persatuan afrika selatan, Inggris, dan Jerman, guru mungkin bertanya, "apa aspek penting dari sistem ekonomi dari tiga negara?"

Kedua, siswa menjelaskan item informasi yang diidentifikasi, yang berkaitan titik satu sama lain. Disini guru mengajukan pertanyaan-pertanyaan tentang sebabakibat. Misalnya, guru mungkin bertanya “Menurutmu sistem ekonomi dari ketiga negara sama atau berbeda? Mengapa " atau "Gambarkan produk dan tunjukkan cara-cara di mana mereka dapat menangani produk tersebut, sama dan berbeda ". Guru bahkan mungkin berkata, "apakah sistem ekonomi dari tiga negara berdasarkan nilai dari logam yang sama? Jika demikian, bagaimana hal ini membuat mereka serupa dengan dan berbeda satu sama lain? "

Pada tahap ketiga, membuat kesimpulan, guru mungkin mengatakan, "apa akibatnya apabila sistem ekonomi suatu negara memiliki posisi yang relatif?" Atau jika mata uang dari ketiga negara didasarkan pada nilai emas, apa artiny untuk posisi relative negara? "tak seorang pun dapat memberi jawaban yang pasti benar untuk pertanyaan ini, tetapi bisa menimbulkan dugaan dan kesimpulan yang akan mengharuskan para siswa untuk melampaui data yang diberikan dan untuk tiba di beberapa kesimpulan berdasarkan kesimpulan mereka.





Tabel 3-2 Interpretasi data

Aktivitas Terbuka Operasi Mental Rahasia Pertanyaan Yang Ditimbulkan
1. Identifikasi poin

2. Penjelasan item dari identifikasi informasi



3. Membuat kesimpulan Pembedaan

Menghubungkan satu poin dengan lainnya.
Menentukan hubungan sebab akibat.
Melampaui apa yang diberikan.
Menemukan implikasi, meramalkan kemungkinan Apa yang kamu perhatikan?Lihat? Temukan ?
Apa yang terjadi ?




Apa artinya? Apa gambaran yang tercipta dalam benakmu? Bagaimana kamu dapat menyimpulkan

Penerapan prinsip-prinsip. Strategi pengajaran ketiga Taba adalah bahwa penerapan prinsip untuk menjelaskan fenomena baru (memprediksi konsekuensi dari kondisi yang telah ditetapkan). Strategi ini mengikuti strategi sebelumnya dimana guru memimpin siswa dari kegiatan pembentukan konsep-kegiatan yang memerlukan interpretasi data, dan kemudian untuk kegiatan yang memerlukan penerapan prinsip-prinsip. Pada setiap tahap, siswa akan diperlukan untuk memperluas kapasitas mereka untuk menangani informasi, pertama mengembangkan konsep baru, kemudian mengembangkan cara-cara baru untuk menerapkan prinsip-prinsip yang ditetapkan dalam situasi yang baru. Tabel 3-3 menjelaskan kegiatan terbuka, operasi mental rahasia, dan memunculkan pertanyaan-pertanyaan dalam strategi mengajar.

Tahap pertama dari strategi ini menuntut siswa untuk memprediksi konsekuensi, menjelaskan data asing, atau hipotesa. Berdasarkan contoh sebelumnya guru dapat bertanya, "bagaimana jika nilai mata uang didasarkan pada bijih besi?". Atau guru bisa mengubah penekanan dengan meminta siswa untuk berbagai hipotesis tentang hal-hal yang mungkin menstabilkan situasi moneter Internasional sebagaimana dicontohkan oleh mata uang dari tiga negara.
Pada fase kedua, siswa berusaha menjelaskan atau mendukung prediksi atau hipotesis. Sebagai contoh, jika seseorang merasa bahwa mata uang untuk semua negara harus ditetapkan dan ditahan untuk waktu yang lama, ia akan berusaha untuk menjelaskan mengapa dia berpikir sistem ini akan bekerja, dan bagaimana ia pikir akan tarif dengan faktor-faktor seperti keadaan yg menguntungkan relatif atau produksi ransum dalam negara. Pada tahap ketiga, siswa memverifikasi prediksi ini atau mengidentifikasi kondisi yang akan memverifikasi prediksi.

Tabel 3-3 Aplikasi Prinsip
Aktivitas Terbuka Operasi Mental Rahasia Pertanyaan Yang Ditimbulkan
1. Prediksi konsekuensi
Menjelaskan fenomena yang tidak biasa. Membuat hipotesa
2. Menjelasan dan/atau mendukung prediksi dan hipotesa

3. Membuktikan prediksi Menganalisa kondisi dari suatu masalah atau situasi. Mendapatkan situasi yang relevan.
Menentukan hubungan sebab akibat untuk memprediksi atau menarik hipotesa.
Menggunakan prinsip logis atau pengetahuan faktual untuk menentukan kebutuhan dan kondisi yang cukup. Apa yang terjadi jika...?



Bagaimana menurutmu ini akan terjadi?


Apakah ini benar atau hanya kemungkinan benar?

Contoh penerapan strategi model Taba
Contoh pertama adalah salah satu penghitungan dan pengelompokan yang terjadi di kelas kelas dua.

KUTIPAN DISKUSI:
ENUMERASI DAN PENGELOMPOKAN (GRADE DUA)
1. Guru: mari kita mulai mendaftarkan di papan tulis apa yang Anda akan beli jika Anda pergi ke toko
2. David: Apel.
3. Paul: aku akan membeli steak
4. Randy: Udang.
5. Denny: aku akan membeli anak anjing
6. Guru: Seekor anak anjing berbeda, bukan?
7. Mike: Semangka
8. Carla: permen
9. Ann: sepeda motor
10. Guru: sepeda motor, itu sesuatu yang berbeda lagi, bukan?
11. Guru: kita sudah hampir memenuhi papan tulis dengan hal-hal yang kita akan beli. Apa yang bisa kita lakukan dengan hal-hal ini? Apakah beberapa dari mereka milik bersama? Mana yang bisa Anda temukan di tempat yang sama?
12. Denny: Anda dapat membeli boneka dan skuter di tempat yang sama
13. Guru: Anda akan membeli salah satu dari mereka di toko mainan, bukan? Mari kita memilih yang yang mungkin Anda beli di toko mainan. Anda mungkin membeli skuter dan boneka. Apa lagi yang akan Anda beli di toko mainan?
14. Ricky: pistol air
15. Guru: baiklah, kita akan membeli sebuah pistol air di toko mainan. Apa lagi yang akan kita beli di toko mainan?

Taba membuat beberapa poin tentang membantu siswa menghitung. Ketika bekerja dalam kelompok, siswa cenderung untuk bertahan pada tema yang ditetapkan oleh pembicara pertama (misalnya, dalam daftar makanan, siswa pertama mungkin dimulai dengan sayuran kaleng). Jika konsep-konsep yang dikembangkan adalah barang dan jasa, daftar satu-dimensionsional tidak akan sebagai produktif bagi pengelompokan sebagai salah satu yang lebih inklusif. Dalam kutipan di atas, jika para guru tujuan akhir adalah menginduksi konsep barang dan jasa, membuka pertanyaan yang lebih luas akan lebih mungkin untuk memperoleh daftar multidimensi. Dengan meminta siswa membuat daftar "hal-hal yang akan dibeli jika Anda pergi ke toko," guru menyediakan satu kategori untuk anak-anak yang mereka hanya menambahkan item yang sesuai.




Taba memberikan saran berikut untuk mengarahkan diskusi ketika masalah timbul pengelompokan dan kategorisasi:
1. Umumnya, ketika kategori diberikan, lanjutkan untuk mengidentifikasi setiap item lain yang milik itu. Dalam kasus "fasilitas dan kondisi" itu mungkin untuk melakukan beberapa kategorisasi ganda, pengelompokan "trotoar" di bawah "fasilitas dan kondisi" dan juga di bawah "transportasi".
2. Ketika kategori salah adalah urutan yang berbeda dari yang lain, kadang-kadang bisa dihilangkan setelah kategori lainnya ditetapkan. Produk dari kategori tereliminasi dapat dimasukkan di bawah yang tersisa.
3. Ketika arti kategori tidak jelas, klarifikasi harus dicari dari inisiator. Dia harus menjelaskan apa yang berarti atau item nama yang menurutnya termasuk dalam kategori tersebut.
4. Dalam banyak kasus, tidak diperlukan untuk menekan untuk keputusan akhir, karena penekanannya adalah pada proses daripada konten. Prosedur terbuka akan mendorong siswa untuk menawarkan item yang terlalu sulit untuk menangani untuk sementara waktu. Dalam kasus lain, kategori atau item dalam pertanyaan bahkan mungkin tidak relevan dengan isi unit.

Dalam kutipan berikut para guru memfokuskan pertanyaan terutama bertanggung jawab untuk mendukung diskusi di tingkat umum.
Kutipan diskusi
Interpretasi data (tingkat enam)
1. Guru : sekarang mari kita kembali kepada pembahasan tentang perkawinan campur. Kamu mengatakan bahwa perkawinan campur itu penting. Apakah demikian ?
2. Seth : mereka menikah dengan bebas, kepada siapapun mereka inginkan. Mereka memilih, apakah ingin menikah dengan negro, indian, atau kulit putih. Itu tidak terlihat menyusahkan bagi mereka.
4. Guru : bagaimana menurutmu tentang hal tersebut ?
5. Cathy : di Argentina mereka menikah dalam usia sangat muda, dan mereka terbatas untuk bisa pergi kencan secara bebas.
6. Guru : mari kita kembali kepada perkawinan campur, bagaimana dengan penduduk Brazil ?
7. Tom : masyarakat tidak berprasangka ataupun mengucilkan
8. Guru : mengapa kamu mendukung mereka tidak berprasangka ?
9. Bob : saya fikir karena mereka melakukan hal itu sebelumnya
10. Amy : dan dan lebih banyak persentase indian dan negro dibandingkan negara lain.
11. Guru : baiklah, kamu ingin melanjutkan topik ini? Saya fikir ini ide yang bagus
12. Karl : ketika bangsa portugis datang untuk menjajah, mereka menikah. Mereka menemukan bahwa bangsa indian telah ada ratusan tahun yang lalu dan mereka menikahinya secara bebas, dan selanjutnya terjadi percampuran darah
13. Guru : bukankah itu perubahan yang radikal ? orang-orang yang berbeda yang selanjutnya hidup bersama, bukankah itu hal yang indah ?
14. Amy : di Argentina tidak banyak bangsa Indian akibat perang tahun 1888
15. Guru : apa yang terjadi dengan bangsa indian selanjutnya ?
16. Amy : mereka hampir tersapu bersih karena perang.
17. Karl : perkawinan campur terjadi di daerah yang belum mapan
18. Guru : Mengapa demikian ?
19. Seth : karena tidak banyak yang memilihnya
20. Tom : Sisi lain tentang kawin campur adalah mereka menikah secara bebas, tetapi mereka tidak melupakan bahasa mereka
21. Guru : itu adalah hal yang baik, tentang bahasa. Bagaimana hal ini terjadi ?
22. Gwen : Baiklah kawin campur menunjukkan bahwa setiap orang tercipta sama.

Dalam strategi mengajar yang ketiga, aplikasi prinsip, pelajar harus mengaplikasikan prinsip dan fakta yang diketahui untuk menjelaskan kejadian yang tidak biasa atau memprediksi konsekuensi. Gerakan bolak-balik antara prediksi dan penjelasan dipraktekkan dalam kutipan berikut :




Kutipan diskusi
Aplikasi prinsip (tingkat lima)

Fokus konten dan operasi : seandainya amerika tiba-tiba menemukan pulau yang besar dan indah di samudra pasifik dekat dengan california. Juga seandainya bahwa pulau ini didiami oleh masyarakat petani yang buta huruf. Apa yang akan terjadi ?

Operasi konten pembicara
Prediksi alat Carla mereka harus mengimpor alat-alat
Alasan ned mereka tidak bisa membuat alat
Informasi guru baiklah, bagaimana cara kita membuat
pendukungperalatan
Ned dengan mesin
prediksi mesin guru menurutmu apakah mereka
mempunyai mesin
seperti kita
Ned tidak
Guru mengapa mereka tidak dapat
melakukannya
Dukungan Ned karena mereka tidak sekolah
Melalui alasan logis john listrik akan menjalankan mesin
Prediksi Listrik kemungkinan mereka tidak mempunyai
listrik
Guru mengapa kalian berfikir mereka tidak
mempunyai listrik
Dukungan John mereka tidak tahu tentang listrik
Melalui alasan logis
Rita tetapi mereka tetapdapat memiliki mesin
jika mereka mengetahui bagaimana
menggunakankekuatan air
prediksi tenaga air Guru mungkinkah mereka mengetahui untuk
menggunakan tenaga air
dukungan
dengan alasan logis Rita mungkin saja
Tiga langkah strategi yang dilakukan membuktikan prediksi atau hipotesa dengan mengecek kemungkinan atau kesemestaan. Di dalam kelas murid-murid bertanya apa yang akan terjadi jika gurun pasir memiliki air. Jika muridmurid mencapai kesimpulan yang menunjukkan kehadiran air membuat tanah produktif dan air akan mengubah kehidupan gurun, guru dapat memindahkan topik diskusi untuk mempertanyakan apakah kehadiran air hanya untuk membuat tanah menjadi produktif dan mengubah kehidupan. (sebagai contoh, bagaimana tentang kebutuhan untuk sistem transportasi? Bagaimana hasil produk didistribusikan?)

Model mengajar
Syntax
Ada tiga strategi mengajar yang menyerupai satu sama lain, formasi konsep, interpretasi data, aplikasi prinsip atau ide. Dalam beberapa kasus, strategi melbatkan aktivitas yang jelas dimana murid harus melewati operasi tersembunyi untuk menampilkan aktivitas. Selanjutnya bagian dari aktivitas membentuk kalimat dari strategi mengajar dan disertai dengan alasan pokok yang mendasari proses mental. Dalam kasus yang lain, guru memindahkan strategi untuk menuntun murid dari satu fase ke fase selanjutnya dalam waktu yang telah ditetapkan. Dalam kasus strategi pembentukan konsep, sebagai contoh pengelompokan data menjadi prematur jika data tidak didentifikasi dan dijumlahkan. Tetapi apabila menunda terlalu lama sebelum melanjutkan ke fase selanjutnya akan menyebabkan kehilangan kesempatan dan minat siswa.

System sosial
Pada ketiga strategi, atmosfir kelas saling bekerjasama dengan mata yang terbuka lebar. Sejak guru memulai inisiasi fase, dan bagian dari aktivitas, guru memulai kontrol, berfikir kooperatif, posisi. Bagaimanapun, seperti murid yang mempelajari strategi, mereka merupakan kontrol terbesar.

Prinsip Reaksi
Taba menyediakan panduan yang jelas bagi guru untuk merespon tiap fase. Terhadap pertanyaan yang ditimbulkan atau perpindahan kepada tugas kognitig khusus dengan beberapa strategi, guru harus meyakinkan bahwa tugas tersebut terjadi dalam urutan yang benar dan dilakukan pada waktu yang tepat. Seperti yang telah dijelaskan sebelumnya bahwa guru tidak langsung mengelompokkan pertanyaan bila belum disusun dalam bentuk lis sebelumnya, atau jika guru berkerja dalam kelompok besar dia harus takin proses penyusunan dan list telah terjadi dan dipahami oleh semuanya sebelum melanjutkan proses mengelompokkan pertanyaan. Tugas mental utama guru adalah untuk memonitor bagaimana murid memproses informasi dan kemudian menggunakan pertanyaan yang tepat. Tugas utama guru adalah membuat murid siap dengan pengalaman baru dan pengetahuan baru.

Sistem Pendukung
Srategi ini dapat digunakan dalam kurikulum yang memiliki banyak data yang perlu disusun. Sebagai contoh dalam mempelajari aspek ekonomi dari sebuah negara dan statistik dunia. Kemudan tugas guru adalah membantu mereka memproses data yang kompleks dan dalam waktu yang sama meningkatkan kapasitas sistemnya dalam memproses data.


APLIKASI
Sejak strategi mengajar Taba membangun pengetahuan, tugas, atau aplikasi utama dari model tersebut untuk mengembangkan kapasitas berfikir. Bagaimanapun pembelajaran mengembangkan kapasitas berfikir, mensyaratkan murid untuk mencerna dan memproses informasi dalam jumlah besar. Selanjutnya meskipun strategi yang dikembangkan khusus untuk kurikulum pelajaran sosial, strategi ini juga dapat diterapkan untuk kurikulum yang lain seperti kurikulum bahasa inggris dan lainnya. Sebagai penambahan dari tiga strategi dengan mempengaruhi murid untuk melampaui data, meningkatkan produktivitas atau berfikir kreatif, dan menggunakan cara konvergen untuk memecahkan masalah.
Strategi pembentukan konsep ala Taba khususnya diaplikasikan untuk pendidikan usia dini. Strategi ini juga berguna untuk murid dijenjang yang lebih tinggi yang harus mempelajari dan memproses sejumlah informasi. Pembentukan konsep berarti menarik item yang berlainan menjadi skema konseptual dalam bentuk besar.

MENYUSUN DESAIN PEMBELAJARAN BERBASIS MULTIMEDIA

Oleh : Mahuri NPM A2M009125
Mahasiswa Pascasarjana Teknologi Pendidikan
Universitas Bengkulu

KATA PENGANTAR

Puji sukur kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat dan hidayahNya baik itu berupa kekuatan lahiria, batinia, maupun ketekunan selama ini sehingga penulis dapat menyelesaikan makalah ini walaupun masih jauh dari kesempurnaan.

Makalah ini disusun sebagai tugas individu pada mata kuliah Pembelajaran Berbasis Multimedia Semester 2 program pasca Sarjana (S2) Teknologi Pendidikan FKIP Universitas Bengkulu tahun Akademik 2010

Pada kesempatan ini juga penulis banyak mengucapkan terima kasih kepada Bapak Prof. Dr. Johanes Sapri, M.Pd dan Dr. Suhirman, M.Pd. sebagai dosen pengampu mata kuliah Pembelajaran Berbasis multimedia. Dan rekan seperjuangan mahasiswa Pasca Sarjana Teknologi Pendidikan di kelas B yang telah memberikan sumbang saran sehingga terselesainya makalah ini.

Semoga makalah ini dapat memberikan penambahan ilmu pengetahuan dan dapat digunakan sebagai reverensi bacaan bagi semua mahasiswa pasca sarjana Teknologi Pendidikan Universitas Bengkulu dan para pembaca pada umumnya.


Bengkulu, 10 Oktober 2010
Penulis




PENDAHULUAN
A. Latar Belakang

Tujuan Pendidikan diantaranya mengoptimalkan kemampuan pembelajaran dan membantu mengembangkan kemampuan yang sempurna secara fisik, intlektual, dan emosi. Pada dasarnya manusia memiliki kemampuan untuk berkembang hampir tidak terbatas. Namun potensi tersebut hanya dimanfaatkan sebagian kecil saja. Ini disebabkan tidak memahaminya metoda dan media yang tepat untuk mengembangkan kemampuan tersebut.

Kehadiran teknologi multimedia diharapkan mampu mengembangkan potensi pembelajaran secara optimal dan menjadikan pembelajaran menjadi lebih menarik. Namun perlu disadari tidak ada satu media yang sempurna dan dapat memenuhi semua keperluan yang diinginkan, sehingga tetap berusaha semaksimal mungkin untuk menjadikan lingkungan menjadi media yang mengoptimalkan kemampuan. Penggunaan teknologi multimedia merupakan alternatif yang tepat saat ini karena multimedia dapat menyentuh seluruh media yang diperlukan pendidikan.

Teknologi multimedia berkaitan dengan berbagai media seperti teks, suara, gambar, animasi dan video dalam satu software (Jacobs, 1992). Lebih jauh Hofstetter dalam Mulyana dan Leong, 2009 memberikan definisi terhadap multimedia adalah pemanfaatan compoter untuk menggabungkan teks, grafik, audio, gambar bergerak (video dan animasi) menjadi satu kesatuan deng link dan tool yang tepat sehingga memungkinkan pemakai multimedia dapat melakukan navigasi, berinteraksi, berkreasi dan berkomunikasi.

Kemajuan teknologi modern adalah salah satu faktor yang turut mempengaruhi pembaharuan yang pesat berlaku dalam dunia pendidikan. Teknologi dapat membantu tercapainya tujuan pendidikan, sehingga proses pembelajaran akan lebih menarik dan bermakna. Yelland, N. Et.all. (1997) mengatakan bahwa teknologi dapat memberikan kesempatan kepada pembelajar untuk meningkatkan proses belajar.

Jika selama ini guru hanya menggunakan metode ceramah dalam menyampaikan materi pelajaran sehingga banyak suara yang dikeluarkan, namun siswa tak banyak yang menangkap dengan sama tentang apa yang dimaksudkan oleh guru sehingga yang terjadi adalah verbalisme, kata sama namun diartikan berbeda pada masing-masing siswa. Kegemaran berangan-angan bahkan pikiran siswa tidak pokus pada apa yang disampaikan guru padahal jasadnya ada didalam kelas, duduk manis, mengantuk atau berdiskusi sendiri dengan temannya. Untuk menghindari verbalisme, kegemaran berangan-angan dan pembelajaran yang kaku dan monoton tersebut maka sudah sepatutnya guru harus dapat mengubah pola pembelajaran tersebut agar lebih menarik dan bermakna bagi siswa. Berbagai cara dapat dilakukan guru untuk membuat pembelajaran tersebut menarik, bermakna bagi siswa yang ditunjukkan dengan partisipasi aktif siswa serta hasil belajar yang meningkat dimana guru bukan satu-satunya sumber ilmu tetapi penekanannya adalah guru sebagai fasilitator, katalisator dan motivator dalam pembelajaran.

Berdasarkan uraian diatas tentu sangat menarik dan menyenangkan bila guru dapat membuat CD pembelajaran atau memanfaatkan komputer dan menggunakan multimedia dalam pembelajaran di kelas. Seperti apa dan bagaimana analisis instruksional dan prosedur pengembangan program multimedia tersebut. Akan dibahas dalam makalah ini khususnya pada mata pelajaran dasar-dasar Kejuruan kelas X program keahlian teknik kenderaan ringan di SMK negeri 4 Kota Bengkulu

B. Kelebihan Multimedia

Multimedia mempunyai beberapa kelebihan yang tidak dimiliki oleh media lain. Diantaranya adalah:
1. Multimedia menyediakan proses interaktif dan memberikan kemudahan umpan balik
2. Multimedia memberikan kebebasan kepada pembelajar dalam menentukan topik proses belajar
3. Multimedia memberikan kemudahan kontrol yang sistematis dalam proses belajar

C. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang diatas masalahnya dapat dirumuskan sebagai berikut:
1. Bagaimana analisis instruksional dari mata pelajaran dan pokok bahasan yang akan dikembangkan dengan program makromedia?
2. Bagaimana prosedur pengembangan makromedia terhadap pokok bahasan yang akan diajarkan dengan multimedia?

D. Tujuan
1. dapat menganalisis instruksional dari mata pelajaran dan pokok bahasan yang akan dikembangkan dengan program makromedia
2. mengetahui prosedur pengembangan makromedia terhadap pokok bahasan yang akan diajarkan dengan multimedia

E. manfaat
1. sebagai bahan acuan bagi para perancang dalam membuat dan mengembangkan materi pembelajaran dengan menggunakan makromedia
2. sebagai bahan masukan bagi para guru maupun pembaca dalam membuat dan merancang CD pembelajaran interaktif

ANALISIS INSTRUKSIONAL

A. Definisi Analisis Instruksional

Analisis instruksional adalah suatu prosedur yang apabila diterapkan pada suatu tujuan instruksional akan menghasilkan identifikasi kemampuan-kemampuan bawahan yang diperlukan bagi siswa untuk mencapai tujuan intruksional (Dick & Carey dalam Zuhairi, 2008)

Sedangkan menurut Esseff, P.J dalam Zuhairi, 2008 Memberi pengertian analisis instruksional merupakan satu alat yang dipakai oleh para penyusun desain instruksional atau guru untuk membantu mereka dalam mengidentifikasi setiap tugas pokok yang harus dikuasai / dilaksanakan oleh siswa dalam melaksanakan dan menyelesaikan tugas mereka

Dari kedua pengertian diatas dapat di garisbawahi bahwa analisis instruksional merupakan proses penjabaran prilaku umum ke prilaku khusus yang tersusun secara logis dan sistematis. Kegiatan tersebut untuk mengidentifikasi prilaku khusus yang dapat menggambarkan prilaku umum secara lebih terperinci. Kedudukan prilaku khusus dilakukan lebih dahulu daripada prilaku lainnya karena sebagai prilaku prasyarat, yaitu prilaku yang menurut urutan garakan fisik berlangsung lebih dahulu, prilaku yang menurut proses psikologi muncul terlebih dahulu atau secara kronologis terjadi lebih awal.

Analisis instruksional dapat menggambarkan susunan prilaku khusus dari yang paling awal sampai yang paling akhir. Jumlah dan susunan prilaku tersebut akan memberikan keyakinan kepada pengajar bahwa prilaku umum yang tercantum dalam TIU dapat dipakai secara efektif dan efisien. Melalui tahapan prilaku khusus tertentu siswa dapat mencapai prilaku umum. Prilaku khusus yang telah disusun secara sistematis menuju prilaku umum bagaikan jalan yang singkat yang harus dilalui oleh para siswa untuk mencapai tujuan dengan baik.

B. Metode Analisis Instruksional

Metode dan langkah-langkah yang digunakan dalam melakukan analisis instruksional adalah sebagai berikut:
1. Menuliskan prilaku umum yang terdapat dalam TIU untuk mata pelajaran yang dikembangkan
2. Menulis prilaku khusus yang menjadi bagian dari prilaku umum. Jumlah prilaku khusus setiap prilaku umum berkisar 5-10 buah, bisa bertambah bila diperlukan
3. Menyusun prilaku khusus dari yang paling dekat sampai yang jauh hubungannya dengan prilaku umum dalam daftar
4. Menambah atau mengurangi prilaku tersebut jika diperlukan
5. Menulis prilaku khusus dalam kartu dengan ukuran 3 x 5 cm
6. Menyusun kartu dalam struktur hierarki, prosedural, atau pengelompokan menurut kedudukan masing-masing terhadap kartu lain
7. Tambah atau kurangi prilaku khusus jika dianggap perlu, sampai tidak ada lagi prilaku khusus yang ketinggalan atau kelebihan serta susunannya menurut struktur hierarki, prosedural, pengelompokan atau kombinasi
8. Menggambar letak prilaku tersebut dalam kotak-kotak
9. Meneliti kemungkinan menghubungkan prilaku umum yang satu dan yang lain, atau prilaku khusus yang berada di bawah prilaku umum yang berbeda
10. Memberi nomor urut pada setiap prilaku dari yang terjauh sampai yang terdekat dengan prilaku umum
11. Mengkonsultasikan atau mendiskusikan bagan yang telah dibuat dengan teman sejawat untuk masukan, dengan memperhatikan:
a. Lengkap tidaknya prilaku khusus sebagai penjabaran dari setiap prilaku umum
b. Logis tidaknya urutan dari prilaku khusus menuju prilaku umum
c. Struktur hubungan prilaku khusus tersebut (hierarki, prosedural, pengelompokan atau kombinasi)




















DESAIN PEMBELAJARAN BERBASIS MULTIMEDIA

Sedangkan menurut Esseff, P.J dalam Zuhairi, 2008 Memberi pengertian analisis instruksional merupakan satu alat yang dipakai oleh para penyusun desain instruksional atau guru untuk membantu mereka dalam mengidentifikasi setiap tugas pokok yang harus dikuasai / dilaksanakan oleh siswa dalam melaksanakan dan menyelesaikan tugas mereka

Dalam melakukan analisis instruksional terhadap suatu pokok bahasan yang akan didesain pembelajaranya menggunakan multimedia, maka langkah-langkah pengembangannya adalah sebagai berikut:

1. menyusun struktur prilaku yang mencakup Minimal 1 standar kompetensi
2. membuat stuktur prilaku dari materi yang akan diajarkan menggunakan program multimedia
3. menyusun silabus
4. membuat Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP)

ANALISIS KEBUTUHAN MENGGUNAKAN JANGKA GESER (VERNIER CALIVER)

oLEH : MAHURI NPM A2M009125
Mahasiswa Pascasarjana Teknologi Pendidikan
Universitas Bengkulu

A. LATAR BELAKANG

Kualitas produk merupakan masalah yang tidak bisa diabaikan, oleh karenanya pengetahuan tentang pengukuran yang dilakukan terhadap benda kerja merupakan produk yang sangat vital dalam menjamin kualitas dari produk yang dihasilkan. Pengetahuan tentang pengukuran yang dimaksud adalah pengetahuan teknik untuk melakukan pengukuran atas bagian-bagian dari suatu benda hasil produksi, baik mengukur dimensi ataupun sifat geometris, berat, temperatur, kekerasan dari suatu produk atau part mesin dengan alat dengan cara yang tepat, sehingga hasil pengukurannya dianggap sebagai hasil yang paling dekat dengan ukuran sesungguhnya.

Untuk mendapatkan pengukuran dengan tepat dituntut adanya pengetahuan dan kemampuan mengoperasikannya yang memadai dan kemampuan untuk membedakan berbagai sistem pengukuran sesuai dengan spesifikasi geometris benda yang akan diukur. Dengan kata lain setiap orang yang bekerja dalam bidang teknik harus mengetahui teknik pengukuran yang mempunyai ruang lingkup tentang bagaimana cara menggunakan alat ukur dengan benar dan pengetahuan lain yang berkaitan erat dengan masalah pengukuran. Hanya saja penggunaan alat ukur tersebut juga akan dipengaruhi oleh berbagai hal diantaranya; besar benda yang diukur, kondisi fisik benda yang diukur, posisi benda yang diukur, tingkat ketelitian yang direncanakan,efesien,dsb. Dalam praktiknya pengukuran dapat diklasifikasikan antara lain; panjang, berat, temperatur, sudut dan kerataan.

Banyak cara yang dilakukan oleh juru teknik dalam melakukan proses pengukuran semuanya itu bertujuan untuk mendapatkan hasil pengukuran seakurat mungkin. Hal tersebut sangat tergantung pada jenis, bentuk, posisi bahkan temperatur dari benda ukur ataupun alat yang digunakan.

Jangka Geser adalah suatu alat ukur yang digunakan untuk mengukur diameter luar, diameter dalam, kedalaman lubang dan jarak antara dua buah titik, yang membutuhkan ketelitian hingga 0,02 mm untu satuan metrik, dan 0.001 inchi untuk satuan inchi.
Cara menggunakan jangka geser adalah
1. Bersihkan benda kerja yang akan diukur dan alat ukur yang digunakan
2. Priksa bahwa skala pernier bergerak dengan bebas dan angka nol pada skala bertemu dengan tepat
3. Pada waktu melakukan pengukuran usahakan benda yang diukur sedekat mungkin dengan skala utama, pengukuran diujung rahang mistar geser menghasilkan hasil pembacaan yang akurat
4. Tempatkan mistar geser tegak lurus dengan benda yang diukur

Hasil Pengukuran benda ukur dengan menggunakan jangka geser sangat dipengaruhi oleh beberapa faktor antara lain:
a. Faktor sipengukur
b. Benda yang diukur
c. Pengaruh lingkungan
d. Cara menggunakan alat ukur
Adapun cara pemeliharaan alat ukur antara lain:
1. Lap peralatan dari debu, minyak atau gemuk yang menempel
2. Lumasi bagian-bagian yang memerlukan
3. Simpanlah peralatan pada kotak atau tempat yang disediakan dengan rapi
4. Gantilah alat ukur jika terjadi keausan, perubahan bentuk ukuran atau rusak

B. IDENTIFIKASI MASALAH
Berdasarkan latar belakang masalah yang telah diuraikan di atas,maka permasalahan dapat diidentifikasikan sebagai berikut
1. Bagaimana cara menghasilkan pengukuran yang standar dalam hasil sebuah produk
2. Mengapa kwalitas produk sangat dipengaruhi dari hasil pengukuran
3. Faktor apasaja yang pempengaruhi hasil pengukuran
4. Bagai mana cara menggunakan alat ukur jangka geser sehingga hasil pengukuran mendekati akurat

C. PERMASALAHAN

1. Bagaimana cara menggunakan Jangka Geser dan bagian-bagiannya
2. Bagaimana Cara Mengukur Benda kerja yang standart
4. Bagaimana cara Merawat Jangka Geser

D. PENANGANAN MASALAH

Dengan mempersiapkan alat dan sarana pembelajaran seperti jangka geser (benda asli) dan benda-benda yang akan diukur, serta menggunakan metode pembelajaran praktik siswa dapat mempraktikkan langsung mengukur benda kerja yang sudah disiapkan, serta dapat menggunakan jangka geser dan fungsi dari bagian-bagiannya sesuai dengan materi yang diajarkan. Untuk bagaimana cara merawat jangka geser sesuai dengan materi yang ditampilkan melalui power poin, guru dapat memberikan contoh terlebih dahulu baru kemudian dilakukan oleh siswa.

Dengan menerapkan multimedia dalam pembelajaran diharapkan siswa dapat mengenal dan beriterkasi langsung dengan alat yang digunakan. Dalam proses belajar mengajar siswa tidak hanya mendengarkan ceramah tetapi juga aktif secara langsung dalam proses pembelajaran dan memberikan motivasi serta minat belajar dalam mata pelajaran Dasar Kompetensi Kejuruan sehingga diharapkan dapat mengatasi kesulitan belajar terutama dalam menggunakan alat ukur jangka geser.
PROSEDUR PRODUKSI PROGRAM MAKROMEDIA

A. PRA PRODUKSI
1. Identifikasi Program
Mata Pelajaran : Dasar Kompetensi Kejuruan
Standar Kompetensi : Menggunakan Alat Ukur (Measuring Tool)
Kompetensi Dasar : Menggunakan Jangka Geser (Vernier Caliper)
Tujuan Pembelajaran : Siswa dapat:
1. Menjelaskan kegunaan jangka geser
2. Menjelaskan bagian-bagian dari jangka geser dan kegunaannya
3. Mendemontrasikan cara mengukur benda kerja menggunakan jangka geser
4. Menjelaskan cara merawat jangka geser yang benar
Sumber : Bahan Ajar “Teknik Mesin Industri Jilid 1”
Media/Alat/Bahan : Komputer/Leptop, proyektor, benda asli jangka geser
Durasi : 25 Menit

2. Sinopsis
Visualisasi video ini memperlihatkan keadaan faktor-faktor yang mendukung proses pembuatan video program makromedia. Dimulai dengan memperlihatkan gambar gerbang pintu masuk Universitas Bengkulu menuju ruang gedung FKIP Universitas bengkulu dan ruang belajar mahasiswa Pascasarjana (S2) Teknologi Pendidikan. Kemudian memperlihatkan situasi SMK Negeri 4 Kota bengkulu dimana penulis bertugas dimulai dari situasi gedung, siswa belajar,praktek sampai ketempat penyimpanan alat ukur jangka geser sebagai objek dari materi pelajaran yang akan disampaikan.
Bahasan pertama dimulai dengan menayangkan jangka geser dan menjelaskan kegunaannya, dan menjelaskan bagian-bagian dari jangka geser serta kegunaannya, dilanjutkan dengan cara menggunakan/mengukur benda kerja dengan menggunakan jangka geser, serta bagaimana cara merawat alat ukur jangka geser yang benar. (Film Pembelajaran berjudul “Menggunakan Jangka Geser”)
3. Treatment
Cerita diawali dengan memperlihatkan pristiwa yang terjadi dalam kehidupan sehari-hari terutama di bengkel-bengkel yang tentu saja memerlukan berbagai alat ukur misalnya jangka geser. Benda-benda ataupun bagian-bagian dari kenderaan yang memerlukan ketelitian dalam pengukuran yang dapat diukur menggunakan jangka geser seperti mengukur ketebalan, mengukur diameter lubang bagian dalam, dan mengukur kedalaman lubang dari sebuah benda.
Dan terakhir faktor perawatan alat ukur dimulai dari bagaimana cara membersihkan setelah dipakai, kebersihan lingkungan tempat kerja, penyimpanan alat ukur dan suhu yang standar dalam ruangan penyimpanan alat ukur.

POLA ORGANISASI PSB

Oleh : Mahuri NPM A2M009125
Mahasiswa Pascasarjana Teknologi Pendidikan
Universitas Bengkulu

Pola organisasi pusat sumber belajar pada umumnya dapat digolongkan menjadi tiga macam yaitu:
1. Pola terpisah (independen and decentralized)
2. Pola terpusat (centralized organization)
3. Kombinasi dari kedua pola tersebut (pola hyrid)
Pola organisasi pusat sumber belajar tersebut masing-masing mempunyai kelebihan dan kekurangan. Hal ini dapat diamati dalam proses pelaksanaan tugas dan pelayanan serta tanggung jawab. Setiap pola organisasi pusat sumber belajar menjalankan fungsinya masing-masing sesuai dengan tugas dan wewenang yang dibebankan akan tetapi tidak lepas dari kontrol yang di atasnya. Karna ketiga pola tersebut merupakan pola organisasi yang saling berkaitan dalam hal pertanggung jawaban.
Pola organisasi tersebut disesuaikan dengan tingkat permintaan klien. Namun, maing-masing mempunyai kelebihan dan kekurangan.
2.1 Pola Organisasi Terpisah
Pola organisasi terpisah merupakan pola organisasi yang bersifat otonom dalam hal mengelola pusat sumber belajar. Biasanya pola ini membidangi salah satu bidang atau bagian sumber belajar artinya bertanggung jawab dalam bidang tersebut. Pelayanan yang diberikan hanya menyangkut bidang sumber belajar yang dibebankan. Dan gedung perkantorannya pun terpisah dengan kantor pusat. Hal ini diberikan wewenamg untuk mengelola sumber belajar tersebut secara mandiri akan tetapi dipertanggung jawabkan kepada atasannya atau kantor pusat. Dalam prosesnya, pola organisasi pusat sumber belajar terpisah mempunyai beberapa kelebihan dan kekurangan.
Kelebihan Pola Organisasi Terpisah
a. Tiap bagian berdiri sendiri (otonom), dengan demikian tiap bagian bebas mengurus bagiannya sendiri tanpa terikat oleh peraturan dari bagian lainnya. Misalnya bagian audio merupakan bagian yang terpisah dari bagian televisi sekalipun berhubungan sangat erat.
b. Dapat melayani lebih leluasa dan lebih akrab karena klien yang datang khusus bagian tersebut tidak sebanyak bila semua bagian berada pada satu tempat yang sama.
c. Kemungkinan juga ruangan khusus bagian tersebut dapat diatur sebaik mungkin sehingga ruangan lebih nyaman.
d. Dengan terpisah-pisahnya bagian-bagian secara fisik maupun administratif maka bagian tersebut dapat ditempatkan mendekati klien yang paling sering membutuhkan. Misalnya, pelayanan audio visual ditempatkan di Jurusan Tekhnologi Pendidikan dan sebagainya.
Kekurangan Pola Organisasi Terpisah
a) Karena tiap bagian tempatnya terpencar-pencar maka secara keseluruhan tambahan tenaga dan pengamanan yang cukup
b) Jumlah anggaran yang disediakan secara keseluruhan menjadi lebih banyak.
c) Terjadi tumpang tindih dalam tugas
d) Karena semua bagian ingin bebas mengatur dirinya sendiri biasanya selalu berebut dana (competition in budget), karena tiap bagian berdiri sendiri secara terpisah, baik administratif maupun fisik, maka agak sulit dikontrol dan memerlukan tenaga pengamanan yang lebih banyak, bahkan banyak yang tidak terjamin keamanannya.
2.2 Pola Organisasi Terpusat
Pola organisasi pusat sumber belajar terpusat merupakan pola organisasi yang menampung seluruh bagian unsur yang mempengaruhi proses pengelolaan dan pelaksanaan sumber belajar. Mulai dari unsur pimpinan, sekretariat, bidang, sampai pada unsur sarana dan peralatan ditampung dalam satu gedung artinya lokasi tidak dipisahkan. Sehingga pengelolaanya berpusat pada satu lokasi atau satu gedung. Namun dalam prosesnya mempunyai kelebihan dan kelemahan.
Kelebihan Pola Organisasi Terpusat
a. Secara fisik lokasi tidak terpisah. Seluruh bagian, seksi, sekretariat, pimpinan, dan nara sumber berada dalam satu gedung.
b. Karena semua unsur pimpinan, pengelola, sarana dan peralatan berada dalam satu gedung, maka sangat memudahkan pengawasan prosedur kerja, penggunaan ruangan dan peralatan serta pengawasan penggunaan keuangan.
c. Secara administratif hanya ada satu top manager. Dengan demikian dapat dihindari hambatan birokrasi antar bagian atau antar seksi. Demikian juga hanya ada satu laporan dari top manager ke atas (pembantu rektor bidang akademis). Pada pola terpisah tiap bagian semuanya melapor sendiri-sendiri kepada pembantu rektor bidang akademis.
d. Hubungan kerja makin erat dan saling mendukung. Misalnya suatu produksi program televisi tidak bisa berproduksi sendiri tanpa bantuan di bagian grafis, fotografi, film, dan audio.
e. Dengan demikian penggunaan dana, sarana, peralatan, dan pelaksanaan administratif lebih efisien.
Kekurangan Pola Organisasi Terpusat
Mungkin gedung pusat PSB yang merupakan kumpulan dari media cetak, peralatan, bahan, studio, laboratorium, ruang perkantoran bagian perbaikan (teknisi) adalah suatu bangunan yang relatif besar dan berdiri sendiri. Oleh karena itu, memerlukan lokasi tersendiri yang kadang-kadang terpisah dengan ruang perkuliahan. Adanya jarak ini menimbulkan kesulitan, terutama dalam melayani klien yang volume permintaanya sangat padat dan membutuhkan pelayanan yang cepat.
2.3 Pola Hybrid
Pola ini adalah kombinasi dari pola terpisah dan pola terpusat. Karena kedua pola terdahulu mengandung kelebihan dan kekurangan, maka pola hybrid ini dapat diterapkan sebagai alternatif lain.
Kekurangan dari pola terpusat ialah mungkin gedung pusat sumber belajar yang merupakan kumpulan dari media cetak, peralatan, bahan, dan studio, laboratorium, ruang perkantoran, bagian perbaikan (teknisi) adalah suatu bangunan yang relatif besar dan berdiri sendiri. Oleh karenanya tidak jarang memerlukan lokasi tersendiri yang kadang-kadang terpisah dengan ruang perkuliahan. Adanya jarak ini menimbulkan kesulitan, terutama dalam melayani klien yang volume permintaannya sangat padat dan membutuhkan pelayanan yang cepat.

PEMBELAJARAN BERBASIS ICT

Oleh : Mahuri NPM A2M009125
Mahasiswa Pascasarjana Teknologi Pendidikan
UNIB

Revolusi teknologi masa kini, khususnya komputer dan internet telah mengubah cara pandang dan berpikir secara praktis dan efisien pada masyarakat kita khususnya dan dunia pada umumnya. Kita semua dihadapkan pada ambang gerbang transisi yang berbasis teknologi, dimana kecepatan penyampaian dan menangkap suatu informasi menjadi sangat penting dalam rangka memajukan pendidikan.Pada era masyarakat yang dinamis atau menjelang era masyarakat dinamis yang kita harapkan dapat terwujud di tahun–tahun mendatang, perlu kiranya kita melakukan langkah persiapan secara optimal. Mengapa persiapan tersebut tidak dimulai dari sekarang juga? Ilmu pengetahuan saja tidak lagi cukup, sebab kita sudah berada di sekitar teknologi mobile, serba nir–kabel, semua menuntut multimedialitas. Siap atau tidak pembelajaran berbasis Teknologi Informasi dan Komunikasi/Technology Information & Comunication (TIK/ICT) harus dimulai sejak sekarang.
Mendayagunakan teknologi komunikasi dan informasi di sekolah adalah salah satu upaya untuk meningkatkan mutu pendidikan di Indonesia. Berbagai penelitian baik di dalam maupun di luar negeri menunjukkan bahwa pemanfaatan bahan ajar yang dikemas dalam bentuk media berbasi ICT dapat meningkatkan kualitas pendidikan. Bersamaan dengan itu, pada generasi e–learning ini, kesadaran masyarakat akan proses belajar mengajar dengan menggunakan media ICT akan semakin besar.
Berangkat dari keadaan tersebut, saat ini juga merupakan waktu yang tepat untuk merangsang masyarakat agar mulai menggunakan teknologi dalam upaya pengembangan sumber daya manusia. Namun demikian, media pembelajaran berbasis ICT dan pemanfaatanya berupa e–learning masih belum banyak dikembangkan dan dimanfaatkan di Indonesia. Oleh karena itu, perlu ditumbuhkan kesadaran masyarakat untuk lebih memberi perhatian pada peningkatan kuantitas dan kualitas media pembelajaran berbasis ICT dan pemanfaatannya di Indonesia.
Ada tiga komponen penting yang harus disiapkan untuk menuju masyarakat berbasis pengetahuan menggunakan ICT, yaitu :
• Infrastruktur
• SDM
• Konten dan aplikasi
A. INFRASTRUKTUR
Pengembangan infrastruktur ICT pada lingkungan pendidikan di Indonesia sudah dimulai sejak tahun 1995, juga tumbuhnya ICT Center disetiap kabupaten/kota sejak tahun 2000, namun terlihat semakin pesat sejak tahun 2006 dengan dikembangkannya Jejaring Pendidikan Nasional (Jardiknas).
Jejaring pendidikan nasional adalah Wide Area Network (WAN) yang menghubungkan seluruh kantor dinas pendidikan propinsi, kabupaten/kota, sekolah-sekolah dan perguruan tinggi.Jejaring ini dibuat untuk memperlancar dan mengoptimalkan arus komunikasi, data dan informasi antar pelaksana pendidikan, sehingga data dan informasi menjadi lebih optimal, lancar, transparan, efektif dan efisien.
Secara umum, Jardiknas dapat menjadi 3 zona, yaitu:
1. Zona Kantor Dinas Pendidikan / Institusi
2. Zona Perguruan Tinggi
3. Zona Sekolah
Zona Kantor Dinas Pendidikan / Institusi Zona ini menghubungkan kantor-kantor dinas pendidikan propinsi, kabupaten/kota, PPPG, LPMP, Balai Bahasa, SKB dan institusi pendidikan lainnya. Jaringan pada zona ini diprioritaskan untuk implementasi transaksi on line Sistem Informasi Manajemen (SIM) Pendidikan.
Zona Perguruan Tinggi (Inherent) Zona ini menghubungkan perguruan tinggi yang ada pada 33 propinsi, dan disebut juga dengan Inherent (Indonesia Higher Education Network) Jaringan ini diprioritaskan untuk pelaksanaan riset dan pengembangan perguruan tinggi, sehingga menggunakan bandwidth yang cukup besar.
Zona Sekolah Zona ini akan dikembangkan pada tahun 2007 dan menghubungkan 6500 sekolah dengan menggunakan teknologi ADSL. Zona ini dikembangkan dalam area yang terbatas oleh kemampuan layanan ADSL yang dapat dicapai oleh PT Telkom
Gambar 1. Jardiknas Kantor Dinas/InstitusiB. SUMBER DAYA MANUSIA
Pengembangan SDM juga dilakukan Depdiknas sejak dilakukan sosialisasi tentang Internet pada tahun 1999. Sejak saat itu banyak pelatihan ICT, antara lain:
Pelatihan Internet, SMK TI, Networking, Pelatihan Multimedia, Ketrampilan kompter dan Pengelolaan Informasi, hingga Java Education National Network, serta pelatihan Jardiknas.
Selain pelatihan, juga banyak disiapkan pendidikan formal untuk peningkatan kompetensi guru, diantaranya : S2 Magister TI Terapan, D4 TI, S2 Game Teknologi , D3 TKJ dll.
Jardiknas adalah jejaring besar di Indonesia yang diakui oleh Dewan ICT Nasional sebagai salah satu dari 7 Flagship ICT Nasional. Untuk mendukung peran Jardiknas sebagai super highway bagi e-Learning dan e-Administration Pendidikan Nasional, maka kebutuhan SDM yang cakap dan kreatif dalam mengembangkan bahan-bahan ajar berbasis ICT dan memutakhirkan Data Pokok Pendidikan dari titik-titik sekolah (SchoolNet) ke titik Pusat di Depdiknas Jakarta. Untuk itulah Biro PKLN memandang penting diselenggarakannya program Pelatihan Program berbasis ICT ini untuk mengenalkan Jardiknas kepada Kepala, Guru, Tata Usaha, dan Pustakawan Sekolah/Madrasah yang diharapkan dapat memenuhi kapasitas content e-Learning dan e-Administration serta kesinambungan Jejaring Pendidikan Nasional (Jardiknas).
C. KONTEN DAN APLIKASI ELEARNING
3.1 Internet sebagai Media Pengajaran
Di Amerika, negara asal kemunculan internet, internet digunakan sebagai penghubung antar universitas. Kehadiran internet di Amerika identik dengan pengajaran dan penyebarluasan ilmu pengetahuan. Bagaimana dengan Indonesia ?
lain halnya dengan Indonesia, kehadiran internet identik dengan Bisnis (e-commerce,ISP) dan entertainment. Komersialisasi komponen internet membuat biaya akses internet di indonesia membumbung enam kali lipat lebih mahal daripada di negara asal kemunculan internet. Yang menjadi pertanyaan, benarkah internet sangat penting dan mendukung dalam sektor pengajaran? Terkait dengan pola pengajaran konfensional yang berbasis pertemuan langsung/tatap muka, apakah mereka akan tergantikan dengan kehadiran internet?
Seiring pertambahan penduduk maka kebutuhan akan pengajaran juga semakin besar. Sayangnya, peningkatan kebutuhan ini sering kali tidak diimbangi dengan peningkatan prasarana pengajaran,baik kuantitas maupun kualitas. Pertambahan jumlah pengajar tidak sebanding pertambahan kebutuhan yang ada. Ketika suatu instansi pengajaran membuka program/kelas baru. hal ini tidak diimbangi dengan penambahan jumlah pengajar. Akibatnya, waktu dan tenaga yang dialokasikan semakin terbatas. Secara otomatis peningkatan kualitas yang diharapkan tidak akan tercapai.Keterbatasan ruang dan waktu menjadi kendala utama bagi peningkatan kualitas pengajaran. Pertambahan jumlah peserta didik pada suatu lembaga pengajaran berpotensi mengurangi kualitas interaksi antara pengajar dan peserta didik sehingga hasil yang maksimal, dalam rupa pengajaran berkualitas, semakin jauh dari harapan.
Pemanfaatan internet dalam dunia pengajaran akan membantu dunia pengajaran meningkatkan kuantitas peserta didik. Akan semakin banyak peserta didik yang dapat direngkuh melalui internet. Selain peningkatan kuantitas, hal yang sama pun berlaku pada pada sisi kualitas. Seperti disinggung diatas, peningkatan kuantitas peserta didik dapat mendegradasi kualitas pengajaran yang diperolehnya. Pengadaan teknologi internet, dapat menjadi salah satu antisipator terhadap kemungkinan tersebut.Titik sentral pengajaran adalah hubungan antara pengajar dan peserta didik. Pada metode pengajaran konvensional, hubungan antara pengajar dengan peserta didik sangat erat, yang erat ini melibatkan fitrah manusia sebagai manusia yang butuh sentuhan perasaan (empati) dari pengajar dalam transfer pengetahuan. Oleh karena itu kualitas pengajaran konfensional dikenal sangat baik dan mampu menghasilkan manusia yang bukan hanya pandai, melainkan juga terdidik. Kita mengenal hubungan ‘santri –kiai’, lalu sistem ‘usrah’ (seperti pada Universitas Islam Antar Bangsa) dimana profesor duduk melingkar bersama pera peserta didik dan asisten, dan juga sistem, ‘talk and chalk’ pada universitas –universitas terkemuka di dunia. Sistem pengajaran semacam itu memang sangat baik. Akan tetapi, seiring peningkatan jumlah peserta didik, haruskah kita tetap bertahan pada pola lama tanpa melibatkan teknologi di dalamnya?
Teknologi internet mengemuka sebagai media yang multirupa. Komunikasi melalui internet bisa dilakukan secara interpersonal (misalnya e-mail dan chatting) atau secara massa, dikenal one to many communition (misalnya mailing list). Internet juga mampu hadir secara real time audio visual seterti pada metode konvensional dengan adanya aplikasi teleconference. Berdasarkan hal tersebut maka internet sebagai media pengajaran mampu mengadakan karakteristik yang khas, yaitu {1} sebagai media interpersonal dan massa; {2} bersifat interaktif; {3} memungkinkan komunikasi secara sinkron maupun ansinkron {tunda}. Karakteristik ini memungkinkan peserta didik melakukan komunikasi dengan sumber ilmu secara lebih luas jika dibandingkan dengan hanya menggunakan media konfensional. TI menunjang peserta didik yang mengalami keterbatasan ruang dan waktu untuk tetap bisa meninkmati pengajaran. Metode talk and chalk, nyantri, usrah dapat dimodifikasi dalam bentuk komunikasi melalui e-mail, (mailing list). Metode ini mampu menghilangkan gap antara pakar dan peserta didiknya. Suasana yang hangat dan nonformal pada mailing list ternyata menjadi cara pembelajaran yang efektif seperti peda metode usrah.
Berdasarkan uraian diatas, bisa dikatakan bahwa internet bukanlah pengganti sistim pengajaran. Kehadiran internet lebih bersifat suprementer dan pelengkap. Metode konvensional tetap diperlukan, hanya saja bisa dimodifikasi kebentuk lain. Metode talk and chalk mengalami modifikasi menjadi online conference. Metode nyantri dan usrah mengalami modifikasi menjadi diskusi melalui mailling list.
3.2. Web Portal Belajar dan Distance Learning
Tahap awal pemanfaatan internet dalam pengajaran berbentuk model Web Portal Belajar. Model ini menggunakan internet sebagai penunjang peningkatan kegiatan belajar mengajar dikelas.Jadi, peningkatan kualitas pengajaran masih sangat mengutamakan tatap muka dikelas.Model Web Portal Belajar menjadikan internet sebagai penyedia sumber belajar yang bisa diakses secara online. Internet juga menjadi sarana bagi peserta didik untuk meningkatkan komunikasi, baik sesama peserta didik,peserta didik dengan pengajar, atau peserta didik dengan pengajar, atau peserta didik dengan kelompok lain diluar institusi sekolah. Model ini meningkatkatkan kualitas pengajaran yang diberikan diruang kelas karena terdapat pengayaan materi, baik yang berasal dari kegiatan tatap muka dikelas maupun yang ada di internet. Apabila pihak institusi pengajaran telah mampu menerapkan model Web Portal Belajar maka institusi bisa mengembangkan ke tahap selanjutnya yang disebut pembelajaran jarak jauh / distance learning, pengajar dan peserta didik terpisah oleh waktu dan ruang.Walau demikian, diskusi masih bisa dilaksanakan, baik secara sinkron maupun asinkron. Seluruh kegiatan pengajaran dilakukan melalui internet sehingga kegiatan tatap muka secara fisik tidak diperlukan. Dalam distance learning, internet bukan hanya berperan sebagai pendukung kegiatan pengajaran,melainkan juga faktor utama yang menentukan jalannya pengajaran.
Bagaimana tidak ? Tanpa koneksi internet maka pengajaran tidak akan dapat berjalan.Pembelajaran jarak jauh (distance learning) melalui internet harus tetap melibatkan empati para pengajar sehingga terjadi hubungan erat antara pengajar dan peserta didik. Tanpa empati, pengajaran dalam arti sesungguhnya tidak terjadi dan yang berlangsung hanyalah proses transfer informasi. Untuk itu, institusi yang mengadakan distance learning harus memperhatikan unsur-unsur sebagai berikut:
1) Pusat kegiatan peserta didik . Sebagai community web distance learning maka ia harus bisa menjadi sarana bagi pusat kegiatan peserta didik,diantaranya menambah kemampuan, membaca materi kuliah,mencari informasi, dan sebagainya. Untuk itu , institusi perlu merancang sebaik mungkin web yang disajikan sehingga bisa menampung semua kebutuhan peserta didik. Institusi juga harus membuka diri kepada para peserta didik sehingga penjaringan ide bagi pengembangan aplikasi yang ada bisa berjalan lebih cepat.
2) Interaksi dalam grup. Para peserta didik harus bisa saling berinteraksi satu sama lain walaupun tidak berada pada satu tempat /ruangan yang sama. Mereka bisa saling berdiskusi tentang materi yang diberikan oleh para pengajar. Dosen bisa hadir dalam diskusi ini dengan memberikan ulasan awal sebelum diskusi dimulai. Oleh karena itu, instusi yang benar-benar terjun dalam pola distance learning harus pula mempersiapkan aplikasi yang bisa menjalin interaksi antara semua komponen yang terlibat dalam pengajaran.
3) Sistem administrasi peserta didik . Unsur ini tidak boleh diabaikan .Karena dalam distance learning peserta didik tidak hadir secara fisik pada institusi yang ada maka format administrasi yang perlu dibangun akan lebih komplek bila dibandingkan pola pengajaran konvensial. Perlu dikembangkan juga aplikasiyang memungkinkan peserta didikuntuk mengetahui statusnya (prestasi), jumlah SKS (Sistem Kredit Semester) yang telah ditemouh, mata kuliah yang akan diambil pada semester selanjutnya, cara pembayaran biaya pengajatran, dan sebagainya. Hal yang tidak boleh dilupakan oleh institusi pengajaran adalah jaminan keamanan terhadap data pribadi para peserta didik. Kerahasiaan data ini mutlak dan institusai tidak berhak menjualnya kepada pihak lain. Institusi pengajaran perlu melengkapi diri dengan aplikasi pengamanan jaringan internet (seperti firewall, enkripsi data dan sebagainya). Aplikasi keamanan jaringan akan mengurangi peluang kebocoran data peserta didik yang beresiko tinggi apabila berhadapan dengan pihak-pihak tak bertanggung jawab.
4) Evaluasi materi. Evaluasi sangat perlu dilakukan agar peserta didik maupun institusi pengajaran bisa mengetahui sejauh mana efektifitas pengajaran yang dilakukan. Evaluasi ini juga membantu peserta didik dalam mengetahui tingkat pemahaman materi yang disajikan.
5) Perpustakaan digital. Dalam distance learning, perpustakaan digital merupakan hal yang wajib. Tanpa adanya perpustakaan digital maka peserta didik akan mengalami kesulitan dalam mencari literarut yang dibutuhkan dalam proses pengajaran. Ketidakhadiran perpustakaan digital akan sangat menurunkan kualitas pengajaran yang ada karena peserta didik tidak mampu hadir secara fisik untuk memperoleh sumber informasi pengajaran yang dimiliki perpustakaan digital hendaknya tidak hanya berupa buku, tetapi juga literasi berbentuk video, dan image.
6) Materi online pendukung lainnya. Selain perpustakaan digital yang menyajikan sumber ilmu yang dimiliki oleh institusi pengajaran, peserta didik juga harus diberi link ke sumber informasi lannya. Situs-situs pendukung yang sekiranya mampu meningkatkan pemahaman peserta didik terhadap materi yang adaperlu disajikan dalam aplikasi distance learning, peserta didik juga harus diberikan kesempatan untuk bisa mengisikan link pada aplikasi distance learning sehingga peserta didik lain bisa memperoleh manfaat yang lebih progresif. Dengan keterlibatan peserta didik, diharapkan tumbuh loyalitas untuk saling berbagi informasi sehingga bisa membantu peserta didik lain dalam memperoleh manfaat dari distance learning ini.
3.3. Aplikasi Internet untuk eLearning
Internet menyediakan banyak kemudahan bagi dunia pengajaran. Sebenernya, suatu institusi yang akan mengadakan pengajaran online tidak perlu susah-susah membangun perangkat lunak untuk e-learning yang dibutuhkannya. Telah tersedia berbagai pilihan aplikasi yang bisa dimanfaatkan demi memperlancar jalannya proses pengajaran. Pilihan aplikasi yang tersedia sangat beragam, mulai yang gratis (di bawah open source project) hingga komersial (dibawah vendor tertentu). Ketika memutuskan utuk menerapkan distance learning, yang harus dilakukan pertama kali adalah memahami model CAL+CAT (Computer Assisted Learning+Computer Assisted Teaching) yang akan diterapkan. Beberapa model CAL+CAT, diantaranya adalah :
1. Learning Management System (LMS). LMS merupakan kendaraan utama dalam proses pengajaran dan pembelajaran. Kumpulan perangkat lunak yang ada didesain untuk pengaturan pada tingkat individu, ruang kuliah, dan institusi. Karakter utama LMS adalah pengguna yang merupakan pengajar dan peserta didik, dan keduanya harus terkoneksi dengan internet untuk menggunakan aplikasi ini.
2. Computer Based Training (CBT) / Course Authoting Package (CAP). CBT adalah perangkat lunak online untuk proses pembelajaran secara local pada masing-masing computer peserta didik. Perangkat lunak ini juga bias diterapkan secara online. Kebanyakan pengguna menggunakannya secara offline karena faktor bandwith yang dibutuhkan CBT untuk memproses large video. CAP adalah perangkat lunak untuk mengembangkan lunak CBT.
3. Virtual Laboratory. ViLAB adalah lingkungan dimana peserta didik dapat memperoleh pengalaman praktis secara maya/virtual . ViLAB umumnya dipasang secara offline pada masing-masing komputer peserta didik, namun sat ini sudah banyak aplikasi online.
3.4. Aplikasi Pendukung
a. Digital Library
Digital Library menawarkan kemudahan bagi para pengguna untuk mengakses resource-resource elektronik dengan alat yang menyenangkan pada waktu dan kesempatan yang terbatas. Pengguna tidak lagi tertarik terhadap operasional secara fisik jam perpustakaan dan tidak dapat berkunjung keperpustakaan secara fisik untuk mengakses resource-resourcenya. Disinilah Digital Library sebagai alat untuk memfasilitasi dan memecahkan atas keterbatasan-keterbatasan tersebut. Digital Library belum didefinisikan secara jelas untuk dapat dijadikan standar atau acuan dalam dunia pendidikan. Beberapa kata seperti “Electronic Library” atau “Virtual Library” yang merupakan sinonimnya mungkin lebih dikenal dan sering digunakan. Assotiation of Research Library menyandarkan pada Karen Drabenstott’s Analytical Review of the Library of the Future [Drabenstott] atas inspirasinya dalam mendefinisikan Digital Library, Drabenstott menawarkan 14 definisi yang dipublikasikan antara tahin 1987 dan 1993. Secara umum perbedaan-perbedaan definisi tersebut dapat disederhanakan sebagai berikut :
• Digital Library memerlukan teknologi untuk menghubungkan banyak resource, perpustakaan dan pelayanan informasi.
• Hubungan beberapa Digital Library dan pelayanan informasi adalah transparan kepada pengguna akhir.
• Tujuannya adalah akses secara universal dan pelayanan informasi.
• Koleksi Digital Library adalah tidak terbatas terhadap dokumen, tetapi berkembang pada digital artifacts yang tidak dapat di sajikan atau distribusikan dalam format tercetak.
b. Video on Demand
Video on Demand menawarkan kemudahan bagi para pengguna untuk mengakses resource-resource digital berupa video dengan alat yang menyenangkan pada waktu dan kesempatan yang terbatas. Video ini biasanya berupa video pembelajaran, yang dapat diakses sesuai kebutuhan, dan didistribusikan secara streaming melalui jaringan komputer.
c. Wikipedia
Wikipedia menawarkan kemudahan bagi para pengguna untuk berkolaborasi menyusun ensiklopedia. Dengan wikipedia pengguna dapat membangun naskah secara kolaboratif, hingga dapat menjadi ensiklopedia di Internet.
d. Blog
Blog menawarkan kemudahan bagi para pengguna untuk membuat tulisan, baik formal maupun informal, seperti buku harian. Blog adalah catatan seseorang yang dibuat untuk konsumsi publik. Dengan blog ini kita bisa sharing ilmu pengetahuan.
e. Mobile Learning
Mobile Learning merupakan perwujudan elearning dalam perangkat bergerak, seperti handpone/telepon genggam. Dengan mobile learning kita bisa belajar melalui handpone kita. Materi dituangkan dalam modul untuk handpone.
D. Kesimpulan
1. Infrastruktur serta penyiapan SDM dalam bidang TIK untuk dunia pendidikan Indonesia sudah cukup berkembang, maka selanjutnya upaya untuk memperkaya konten adalah sangat penting.
2. Beberapa model untuk pembelajaran berbasis ICT adalah dengan Learning Management Siystem (LMS), Computer Base Training (CBT), Virtual Laboratory (Vilab).
3. Ada beberapa tools, serta aplikasi untuk penerapa pembelajar berbasis ICT, antara lain : eMail, Mailing List/Forum, Web Portal Pembelajaran, Digital Library, Video on demand, Wikipedia, Blog, Mobile learning.
E. Referensi
1. eLearning For Education, Multimedia University.
2. Pedoman Pelatihan Jardiknas, Biro Perencanan dan Kerjasama Luar Negeri, Depdiknas,Jakarta, 2007.
3. Digital Library, http://digilib.itb.ac.id, 2007
4. Gatot HP dkk, Jejaring Pendidikan Nasional, Biro Perencanan dan Kerjasama Luar Negeri, Depdiknas, Jakarta, 2007.
5. Kukuh Setyo Prakorso, Membangun eLearning dengan Moodle, Penerbit Andi Yogyakarta, 2005
6. http://ryea.wordpress.com/2007/06/20/pembelajaran-media-e-learning -di-pendidikan-tinggi
7. http://www.itb.ac.id /agenda/377
8. Onno W. Purbo, Membuat Content Untuk Perpustakaan Digital menggunakan Knowledge Tree, Artikel, 2003.
9. Siti Muasaroh, Peran Perpustakaan Digital di Era Global, Makalah Pelatihan Jardiknas, 2007 http://media.diknas.go.id/media/document/4794.pdf
10. Wahyu Purnomo, Konsep dan Implementasi TIK dalam Pendidikan, Seminar Nasional ICT di Bulukumba, Sulawesi Selatan, 2007.
11. Walter Behnke, Open Source Opens Opportunities for Online Learning, http://vcclearns.vcc.ca , Vancouver Community College, 2004.

Minggu, 30 Januari 2011

Pelaksanaan US/UN SD Sesuai Permendiknas

Waktu UASBN 9 hingga 11 Mei
 

MUARA BELITI-Sesuai dengan kelender Pendidikan Nasional(Pendiknas), Ujian Akhir Sekolah Berstandar Nasional((UASBN) tahun pelajaran 2010/2011, akan dilaksanakan 9 hingga 11 Mei 2011). Hal itu di sesuaikan dengan kehendak pelaksanaan Pasal 65 ayat (6) dan Pasal 67 ayat (3) Peraturan Pemerintah Nomor 19 Tahun 2005 tentang Standar Nasional Pendidikan.
Kemudian diperjelas secara teknis dalam Permendiknas Nomor 2 Tahun 2011, yang ditandatangani oleh Peraturan Menteri Pendidikan Nasional (Mendiknas) 17 Januari 2011, tentang Ujian Sekolah/Madrasah dan Ujian Nasional pada Sekolah Dasar (SD)/Madrasah Ibtidaiyah (MI) dan Sekolah Dasar Luar Biasa (SDLB).
Dalam Permendiknas terdiri dari 8 Bab 27 pasal dan 36 ayat itu dijelaskan, tentang aturan teknis pelaksanaan Ujian Sekolah (US), yakni pasal 3, 4, 5 dan pasal 6. Kemudian untuk pelaksanaan Ujian Nasional (UN) diatur pasal 7, hingga pasal 19. Selanjutnya untuk kriteria kelulusan peserta didik diatur pasal 20, 21 dan pasal 22.
Demikian dijelaskan Kepala Dinas Pendidikan (Disdik) Kabupaten Musi Rawas (Mura), Edi Iswanto, melalui Kepala Bidang Pendidikan Dasar (Kabid Dikdas), Imam Hanafi, kepada koran ini, Jumat (28/1).
Imam Hanafi menjelaskan, berdasarkan Pasal 7 Permendiknas No 2 tahun 2011 Standar Kompetensi Lulusan Ujian Nasional (SKLUN) Tahun Pelajaran 2010/2011 merupakan irisan dari pokok bahasan/subpokok bahasan Kurikulum 1994, Standar Kompetensi dan Kompetensi Dasar pada Kurikulum 2004, dan Standar Isi. Dan kisi-kisi soal UN disusun dan ditetapkan Badan Standar Nasional Pendidikan (BSNP) berdasarkan SKLUN Tahun Pelajaran 2010/2011.
“Setiap paket soal UN, 25 persen soal ditetapkan BSNP dan 75 persen soal ditetapkan penyelenggara UN tingkat provinsi, berdasarkan kisi-kisi soal UN Tahun Pelajaran 2010/2011 yang ditetapkan BSNP,” jelas pria yang akrab disapa Imam ini.
Lalu pasal 21 peserta didik dinyatakan lulus Ujian Sekolah (US)/Madrasah pada SD, MI, dan SDLB apabila peserta didik telah memenuhi kriteria kelulusan yang ditetapkan oleh satuan pendidikan berdasarkan perolehan nilai Sekolah (S)/ Madrasah (M).
Nilai S/M diperoleh dari rata-rata gabungan nilai US/M, dan nilai rata-rata rapor semester 7, 8, 9, 10, dan 11, dengan pembobotan 60 persen untuk nilai US/M dan 40 persen untuk nilai rata-rata rapor.
Dan dilanjutkan pada pasal 22 kelulusan peserta didik dari UN ditentukan berdasarkan Nilai Akhir (NA). NA diperoleh dari nilai rata-rata gabungan nilai S/M, dari mata pelajaran yang diuji nasionalkan dan nilai UN dengan formula 60 persen nilai UN dan 40 persen nilai S/M.
Kelulusan peserta didik dari satuan pendidikan ditetapkan oleh setiap satuan pendidikan melalui rapat dewan guru. (03)

Besok, Disdik Buka Perpanjangan Kontrak Kerja

Untuk GTT dan TKS

MUARA BELITI-Mulai besok (Selasa 1/2) kepada Tenaga Kerja Sementara (TKS) dan Guru Tidak Tetap (GTT) daerah maupun pusat untuk segera mengajukan surat pengajuan perpanjangan kontrak kerja. Himbau ini ditujukan kepada GTT daerah atau pusat dan TKS di lingkungan Dinas Pendidikan (Disdik) Kabupaten Musi Rawas (Mura), yang masa kerjanya berakhir 31 Mei 2011.
Hal itu Disampaikan Kepala Disdik Kabupaten Mura, Edi Miswanto melalui Kasubag Umum Kepegawaian, Marzani, kepada Koran ini, Kamis (27/1).
“Rencananya, awal Maret gaji GTT maupun TKS akan dicairkan. Oleh sebab itu, GTT maupun TKS yang berakhir masa kerja 31 Mei 2011, untuk segera melaporkan dan mengisi formulir perpanjangan kontrak kerja. Diharapkan tidak ada keterlambatan, sebab akhir Februari seluruh data GTT maupun TKS terbaru harus sudah di Badan Kepegawaian Daerah (BKD). Jangan sampai terlambat,” tegas Marzani.
Jumlah TKST di Kabupaten Mura mencapai 640 orang, tersebar di wilayah I, yakni Kecamatan Tugumulyo, Purwodadi, STL Ulu Terawas, Sumber Harta, Tiang Pumpung Kepungut, Selangit mencapai 190 orang.
Kemudian di wilayah II, yaitu Kecamatan Megang Sakti, Karangjaya, Rupit, Karang Dapo, Sukakarya, Tuah Negeri ada 156 orang. Selanjutnya, wilayah III terdiri dari Kecamatan Rawas Ulu, Muara Lakitan, Muara Kelingi, Jayaloka, Nibung 175 orang, dan wilayah IV, yaitu Kecamatan Rawas Ilir, Ulu Rawas, BTS Ulu hanya 119 orang.
Sementara untuk GTT Pusat angkatan 2003 cuma 25 orang, angkatan 2004 ada 31 orang dan GTT daerah mencapai 84 orang. Setelah mendapat Surat Keputusan (SK) perpanjangan kontrak yang dikeluarkan Badan Kepegawaian Daerah (BKD) Kabupaten Mura, maka pada triwulan pertama 2011, baik GTT maupun TKS akan mendapatkan uang honor TKS dan GTT.
Besar gaji TKS wilayah I Rp 500 ribu per orang per bulan, sedangkan untuk honorarium TKST wilayah II Rp 600 ribu per orang per bulan, honorarium TKST wilayah III Rp 650.000 per orang per bulan, dan honorarium TKST wilayah IV Rp 750.000 per orang per bulan. Dan gaji GTT daerah Rp 450 ribu per orang per bulan, sedangkan gaji GTT pusat Rp 710 ribu per orang per bulan.
Marzani menjelaskan, jika Guru TKS maupun GTT yang bersangkutan tidak melakukan perpanjangan, dipastikan honorarium tidak akan diberikan. Sebab, perpanjangan ini juga sebagai pendataan ulang keseluruhan TKS Kabupaten Mura.(03)

150 Peserta Ikuti Try Out IKMS


f-Sulis/Linggau Pos
TRY OUT : Peserta try out dalam rangkaian Pekan Prestasi dan Inovasi 2011 sedang serius mengerjakan soal-soal try out di Eks Bioskop Sindang, Minggu (30/1).

LUBUKLINGGAU
-Minggu (30/1) sejak pukul 09.00 WIB lebih kurang 150 siswa SMA se Kota Lubuklinggau mengikuti Try Out akbar di Eks Bioskop Sindang. Try out yang diselanggarakan Ikatan Keluarga Mahasiswa Silampari (IKMS) merupakan bagian terakhir dari rangkaian Pekan Prestasi dan Inovasi 2011, sejak Senin (24/1) sampai Minggu (30/1).
Demikian dijelaskan Ketua Panitia Pelaksana Pekan Prestasi dan Inovasi 2011, Ahsani Takwim kepada wartawan koran ini, Minggu (30/1).
Sebelumnya, pada Senin (24/1) IKMS menggelar seminar jurnalistik. Seminar yang digelar di Auditorium Pemerintah Kabupaten (Pemkab) Musi Rawas (Mura) tersebut diikuti 58 siswa SMA se Kota Lubuklinggau dan Kabupaten Mura. Seminar yang menghadirkan pembicara Ketua Persatuan Wartawan Indonesia (PWI) perwakilan Kabupaten Mura dan Kota Lubuklinggau, Solihin ini juga menjadi salah satu anak siswa-siswi untuk mengikuti ujian saringan untuk menjadi Tim Smart Harian Pagi Linggau Pos.  Dari acara tersebut terpilih empat orang tim smart, yaitu satu orang dari SMA Negeri 1 Lubuklinggau, satu orang dari SMA Negeri 2 Lubuklinggau, satu orang dari SMA Negeri 5 Lubuklinggau dan seorang dari MA Muhajirin Lubuklinggau.
Selain itu, tiga hari berturut-turut, Rabu (26/1) sampai dengan Sabtu (29/1) dalam Pekan Prestasi dan Inovasi juga menyelenggarakan turnamen futsal. Dari 64 tim yang bertanding dalam  tournament futsal IKMS Cup 2011 ini, tim futsal Terawas fc berhasil meraih gelar juara dan berhasil memboyong hadiah uang tunai Rp 1 juta beserta trofi, sementara tim futsal Flamenggo yang harus puas meraih juara dua dengan memboyong sebuah trophy dan uang tunai Rp 750 ribu. Sementara juara ketiga pada turnamen tersebut, diraih oleh tim futsal Galaxy A dengan hadiah trofi dan uang tunai Rp 500 ribu. (03/Mg04)

PENGERTIAN HASIL BELAJAR

Muray dalam Beck (1990 : 290) mendefinisikan prestasi sebagai berikut :
“To overcome obstacle, to exercise power, to strive to do something difficult as well and as quickly as possible”
“Kebutuhan untuk prestasi adalah mengatasi hambatan, melatih kekuatan, berusaha melakukan sesuatu yang sulit dengan baik dan secepat mungkin”.
Prestasi adalah hasil yang telah dicapai seseorang dalam melakukan kegiatan. Gagne (1985:40) menyatakan bahwa prestasi belajar dibedakan menjadi lima aspek, yaitu : kemampuan intelektual, strategi kognitif, informasi verbal, sikap dan keterampilan. Menurut Bloom dalam Suharsimi Arikunto (1990:110) bahwa hasil belajar dibedakan menjadi tiga aspek yaitu kognitif, afektif dan psikomotorik.
Prestasi merupakan kecakapan atau hasil kongkrit yang dapat dicapai pada saat atau periode tertentu. Berdasarkan pendapat tersebut, prestasi dalam penelitian ini adalah hasil yang telah dicapai siswa dalam proses pembelajaran.
A. Pengertian Belajar
Untuk memahami tentang pengertian belajar di sini akan diawali dengan mengemukakan beberapa definisi tentang belajar. Ada beberapa pendapat para ahli tentang definisi tentang belajar. Cronbach, Harold Spears dan Geoch dalam Sardiman A.M (2005:20) sebagai berikut :
1) Cronbach memberikan definisi : “Learning is shown by a change in behavior as a result of experience”. “Belajar adalah memperlihatkan perubahan dalam perilaku sebagai hasil dari pengalaman”.
2) Harold Spears memberikan batasan: “Learning is to observe, to read, to initiate, to try something themselves, to listen, to follow direction”. Belajar adalah mengamati, membaca, berinisiasi, mencoba sesuatu sendiri, mendengarkan, mengikuti petunjuk/arahan.
3) Geoch, mengatakan :“Learning is a change in performance as a result of practice”. Belajar adalah perubahan dalam penampilan sebagai hasil praktek.
Dari ketiga definisi diatas dapat disimpulkan bahwa belajar itu senantiasa merupakan perubahan tingkah laku atau penampilan, dengan serangkaian kegiatan misalnya dengan membaca, mengamati, mendengarkan, meniru dan lain sebagainya. Juga belajar itu akan lebih baik kalau si subyek belajar itu mengalami atau melakukannya, jadi tidak bersifat verbalistik. Belajar sebagai kegiatan individu sebenarnya merupakan rangsangan-rangsangan individu yang dikirim kepadanya oleh lingkungan. Dengan demikian terjadinya kegiatan belajar yang dilakukan oleh seorang idnividu dapat dijelaskan dengan rumus antara individu dan lingkungan.
Fontana seperti yang dikutip oleh Udin S. Winataputra (1995:2) dikemukakan bahwa learning (belajar) mengandung pengertian proses perubahan yang relative tetap dalam perilaku individu sebagai hasil dari pengalaman. Pengertian belajar juga dikemukakan oleh Slameto (2003:2) yakni belajar adalah suatu proses usaha yang dilakukan seseorang untuk memperoleh suatu perubahan tingkah laku yang baru secara keseluruhan, sebagai hasil pengalamannya sendiri dalam interaksi dengan lingkungannya.
Selaras dengan pendapat-pendapat di atas, Thursan Hakim (2000:1) mengemukakan bahwa belajar adalah suatu proses perubahan di dalam kepribadian manusia, dan perubahan tersebut ditampakkan dalam bentuk peningkatan kualitas dan kuantitas tingkah laku seperti peningkatan kecakapan, pengetahuan, sikap, kebiasaan, pemahaman, keterampilan, daya pikir, dll. Hal ini berarti bahwa peningkatan kualitas dan kuantitas tingkah laku seseorang diperlihatkan dalam bentuk bertambahnya kualitas dan kuantitas kemampuan seseorang dalam berbagai bidang. Dalam proses belajar, apabila seseorang tidak mendapatkan suatu peningkatan kualitas dan kuantitas kemampuan, maka orang tersebut sebenarnya belum mengalami proses belajar atau dengan kata lain ia mengalami kegagalan di dalam proses belajar.
Belajar yang efektif dapat membantu siswa untuk meningkatkan kemampuan yang diharapkan sesuai dengan tujuan instruksional yang ingin dicapai. Untuk meningkatkan prestasi belajar yang baik perlu diperhatikan kondisi internal dan eksternal. Kondisi internal dalah kondisi atau situasi yang ada dalam diri siswa, seperti kesehatan, keterampilan, kemapuan dan sebaginya. Kondisi eksternal adalah kondisi yang ada di luar diri pribadi manusia, misalnya ruang belajar yang bersih, sarana dan prasaran belajar yang memadai.
Winkel (1996:226) mengemukakan bahwa prestasi belajar merupakan bukti keberhasilan yang telah dicapai oleh seseorang. Maka prestasi belajar merupakan hasil maksimum yang dicapai oleh seseorang setelah melaksanakan usaha-usaha belajar. Sedangkan menurut Arif Gunarso (1993 : 77) mengemukakan bahwa prestasi belajar adalah usaha maksimal yang dicapai oleh seseorang setelah melaksanakan usaha-usaha belajar.
Prestasi belajar di bidang pendidikan adalah hasil dari pengukuran terhadap peserta didik yang meliputi faktor kognitif, afektif dan psikomotor setelah mengikuti proses pembelajaran yang diukur dengan
menggunakan instrumen tes atau instrumen yang relevan. Jadi prestasi belajar adalah hasil pengukuran dari penilaian usaha belajar yang dinyatakan dalam bentuk simbol, huruf maupun kalimat yang menceritakan hasil yang sudah dicapai oleh setiap anak pada periode tertentu. Prestasi belajar merupakan hasil dari pengukuran terhadap peserta didik yang meliputi faktor kognitif, afektif dan psikomotor setelah mengikuti proses pembelajaran yang diukur dengan menggunakan instrumen tes yang relevan.
Prestasi belajar dapat diukur melalui tes yang sering dikenal dengan tes prestasi belajar. Menurut Saifudin Anwar (2005 : 8-9) mengemukakan tentang tes prestasi belajar bila dilihat dari tujuannya yaitu mengungkap keberhasilan sesorang dalam belajar. Testing pada hakikatnya menggali informasi yang dapat digunakan sebagai dasar pengambilan keputusan. Tes prestasi belajar berupa tes yang disusun secara terrencana untuk mengungkap performasi maksimal subyek dalam menguasai bahan-bahan atau materi yang telah diajarkan. Dalam kegiatan pendidikan formal tes prestasi belajar dapat berbentuk ulangan harian, tes formatif, tes sumatif, bahkan ebtanas dan ujian-ujian masuk perguruan tinggi.
B. Pengertian Prestasi Belajar
Kemampuan intelektual siswa sangat menentukan keberhasilan siswa dalam memperoleh prestasi. Untuk mengetahui berhasil tidaknya seseorang dalam belajar maka perlu dilakukan suatu evaluasi, tujuannya untuk mengetahui prestasi yang diperoleh siswa setelah proses belajar mengajar berlangsung.
Adapaun prestasi dapat diartikan hasil diperoleh karena adanya aktivitas belajar yang telah dilakukan. Namun banyak orang beranggapan bahwa yang dimaksud dengan belajar adalah mencari ilmu dan menuntut ilmu.
Ada lagi yang lebih khusus mengartikan bahwa belajar adalah menyerap oengetahuan. Belajar adalah perubahan yang terjadi dalam tingkah laku manusia. Proses tersebut tidak akan terjadi apabila tidak ada suatu yang mendorong pribadi yang bersangkutan.
Prestasi belajar merupakan hal yang tidak dapat dipisahkan dari kegiatan belajar, karena kegiatan belajar merupakan proses, sedangkan prestasi merupakan hasil dari proses belajar. Memahami pengertian prestasi belajar secara garis besar harus bertitik tolak kepada pengertian belajar itu sendiri. Untuk itu para ahli mengemukakan pendapatnya yang berbeda-beda sesuai dengan pandangan yang mereka anut. Namun dari pendapat yang berbeda itu dapat kita temukan satu titik persamaan. Sehubungan dengan prestasi belajar, Poerwanto (1986:28) memberikan pengertian prestasi belajar yaitu “hasil yang dicapai oleh seseorang dalam usaha belajar sebagaimana yang dinyatakan dalam raport.”
Selanjutnya Winkel (1996:162) mengatakan bahwa “prestasi belajar adalah suatu bukti keberhasilan belajar atau kemampuan seseorang siswa dalam melakukan kegiatan belajarnya sesuai dengan bobot yang dicapainya.” Sedangkan menurut S. Nasution (1996:17) prestasi belajar adalah: “Kesempurnaan yang dicapai seseorang dalam berfikir, merasa dan berbuat. Prestasi belajar dikatakan sempurna apabila memenuhi tiga aspek yakni: kognitif, affektif dan psikomotor, sebaliknya dikatakan prestasi kurang memuaskan jika seseorang belum mampu memenuhi target dalam ketiga kriteria tersebut.”
Berdasarkan pengertian di atas, maka dapat dijelaskan bahwa prestasi belajar merupakan tingkat kemanusiaan yang dimiliki siswa dalam menerima, menolak dan menilai informasi-informasi yang diperoleh dalam proses belajar mengajar. Prestasi belajar seseorang sesuai dengan tingkat keberhasilan sesuatu dalam mempelajari materi pelajaran yang dinyatakan dalam bentuk nilai atau raport setiap bidang studi setelah mengalami proses belajar mengajar.
Prestasi belajar siswa dapat diketahui setelah diadakan evaluasi. Hasil dari evaluasi dapat memperlihatkan tentang tinggi atau rendahnya prestasi belajar siswa.
C. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Prestasi Belajar
Untuk mencapai prestasi belajar siswa sebagaimana yang diharapkan, maka perlu diperhatikan beberapa faktor yang mempengaruhi prestasi belajar antara lain; faktor yang terdapat dalam diri siswa (faktor intern), dan faktor yang terdiri dari luar siswa (faktor ekstern). Faktor-faktor yang berasal dari dalam diri anak bersifat biologis sedangkan faktor yang berasal dari luar diri anak antara lain adalah faktor keluarga, sekolah, masyarakat dan sebagainya.
1. Faktor Intern
Faktor intern adalah faktor yang timbul dari dalam diri individu itu sendiri, adapun yang dapat digolongkan ke dalam faktor intern yaitu kecedersan/intelegensi, bakat, minat dan motivasi.
Kecerdasan/intelegensi
Kecerdasan adalah kemampuan belajar disertai kecakapan untuk menyesuaikan diri dengan keadaan yang dihadapinya. Kemampuan ini sangat ditentukan oleh tinggi rendahnya intelegensi yang normal selalu menunjukkan kecakapan sesuai dengan tingkat perkembangan sebaya. Adakalany perkembangan ini ditandai oleh kemajuan-kemajuan yang berbeda antara satu anak dengan anak yang lainnya, sehingga seseorang anak pada usia tertentu sudah memiliki tingkat kecerdasan yang lebih tinggi dibandingkan dengan kawan sebayanya. Oleh karena itu jelas bahwa faktor intelegensi merupakan suatu hal yang tidak diabaikan dalam kegiatan belajar mengajar.
Menurut Kartono (1995:1) kecerdasan merupakan “salah satu aspek yang penting, dan sangat menentukan berhasil tidaknya studi seseorang. Kalau seorang murid mempunyai tingkat kecerdasan normal atau di atas normal maka secara potensi ia dapat mencapai prestasi yang tinggi.”
Slameto (1995:56) mengatakan bahwa “tingkat intelegensi yang tinggi akan lebih berhasil daripada yang mempunyai tingkat intelegensi yang rendah.”
Muhibbin (1999:135) berpendapat bahwa intelegensi adalah “semakin tinggi kemampuan intelegensi seseorang siswa maka semakin besar peluangnya untuk meraih sukses. Sebaliknya, semakin rendah kemampuan intelegensi seseorang siswa maka semakin kecil peluangnya untuk meraih sukses.”
Dari pendapat di atas jelaslah bahwa intelegensi yang baik atau kecerdasan yang tinggi merupakan faktor yang sangat penting bagi seorang anak dalam usaha belajar.
Bakat
Bakat adalah kemampuan tertentu yang telah dimiliki seseorang sebagai kecakapan pembawaan. Ungkapan ini sesuai dengan apa yang dikemukakan oleh Ngalim Purwanto (1986:28) bahwa “bakat dalam hal ini lebih dekat pengertiannya dengan kata aptitude yang berarti kecakapan, yaitu mengenai kesanggupan-kesanggupan tertentu.”
Kartono (1995:2) menyatakan bahwa “bakat adalah potensi atau kemampuan kalau diberikan kesempatan untuk dikembangkan melalui belajar akan menjadi kecakapan yang nyata.” Menurut Syah Muhibbin (1999:136) mengatakan “bakat diartikan sebagai kemampuan indivedu untuk melakukan tugas tanpa banyak bergantung pada upaya pendidikan dan latihan.”
Dari pendapat di atas jelaslah bahwa tumbuhnya keahlian tertentu pada seseorang sangat ditentukan oleh bakat yang dimilikinya sehubungan dengan bakat ini dapat mempunyai tinggi rendahnya prestasi belajar bidang-bidang studi tertentu. Dalam proses belajar terutama belajat keterampilan, bakat memegang peranan penting dalam mencapai suatu hasil akan prestasi yang baik. Apalagi seorang guru atau orang tua memaksa anaknya untuk melakukan sesuatu yang tidak sesuai dengan bakatnya maka akan merusak keinginan anak tersebut.
Minat
Minat adalah kecenderungan yang tetap untuk memperhatikan dan mengenai beberapa kegiatan. Kegiatan yang dimiliki seseorang diperhatikan terus menerus yang disertai dengan rasa sayang. Menurut Winkel (1996:24) minat adalah “kecenderungan yang menetap dalam subjek untuk merasa tertarik pada bidang/hal tertentu dan merasa senang berkecimpung dalam bidang itu.” Selanjutnya Slameto (1995:57) mengemukakan bahwa minat adalah “kecenderungan yang tetap untuk memperhatikan dan mengenang beberapa kegiatan, kegiatan yang diminati seseorang, diperhatikan terus yang disertai dengan rasa sayang.”
Kemudian Sardiman (1992:76) mengemukakan minat adalah “suatu kondisi yang terjadi apabila seseorang melihat ciri-ciri atai arti sementara situasi yang dihubungkan dengan keinginan-keinginan atau kebutuhan-kebutuhannya sendiri.”
Berdasarkan pendapat di atas, jelaslah bahwa minat besar pengaruhnya terhadap belajar atau kegiatan. Bahkan pelajaran yang menarik minat siswa lebih mudah dipelajari dan disimpan karena minat menambah kegiatan belajar. Untuk menambah minat seorang siswa di dalam menerima pelajaran di sekolah siswa diharapkan dapat mengembangkan minat untuk melakukannya sendiri. Minat belajar yang telah dimiliki siswa merupakan salah satu faktor yang dapat mempengaruhi hasil belajarnya. Apabila seseorang mempunyai minat yang tinggi terhadap sesuatu hal maka akan terus berusaha untuk melakukan sehingga apa yang diinginkannya dapat tercapai sesuai dengan keinginannya.
Motivasi
Motivasi dalam belajar adalah faktor yang penting karena hal tersebut merupakan keadaan yang mendorong keadaan siswa untuk melakukan belajar. Persoalan mengenai motivasi dalam belajar adalah bagaimana cara mengatur agar motivasi dapat ditingkatkan. Demikian pula dalam kegiatan belajar mengajar sorang anak didik akan berhasil jika mempunyai motivasi untuk belajar.
Nasution (1995:73) mengatakan motivasi adalah “segala daya yang mendorong seseorang untuk melakukan sesuatu.” Sedangkan Sardiman (1992:77) mengatakan bahwa “motivasi adalah menggerakkan siswa untuk melakukan sesuatu atau ingin melakukan sesuatu.”
Dalam perkembangannya motivasi dapat dibedakan menjadi dua macam yaitu (a) motivasi instrinsik dan (b) motivasi ekstrinsik. Motivasi instrinsik dimaksudkan dengan motivasi yang bersumber dari dalam diri seseorang yang atas dasarnya kesadaran sendiri untuk melakukan sesuatu pekerjaan belajar. Sedangkan motivasi ekstrinsik dimaksudkan dengan motivasi yang datangnya dari luar diri seseorang siswa yang menyebabkan siswa tersebut melakukan kegiatan belajar.
Dalam memberikan motivasi seorang guru harus berusaha dengan segala kemampuan yang ada untuk mengarahkan perhatian siswa kepada sasaran tertentu. Dengan adanya dorongan ini dalam diri siswa akan timbul inisiatif dengan alasan mengapa ia menekuni pelajaran. Untuk membangkitkan motivasi kepada mereka, supaya dapat melakukan kegiatan belajar dengan kehendak sendiri dan belajar secara aktif.
2. Faktor Ekstern
Faktor ekstern adalah faktor-faktor yang dapat mempengaruhi prestasi belajar yang sifatnya di luar diri siswa, yaitu beberapa pengalaman-pengalaman, keadaan keluarga, lingkungan sekitarnya dan sebagainya.
Pengaruh lingkungan ini pada umumnya bersifat positif dan tidak memberikan paksaan kepada individu. Menurut Slameto (1995:60) faktor ekstern yang dapat mempengaruhi belajar adalah “keadaan keluarga, keadaan sekolah dan lingkungan masyarakat.”
a. Keadaan Keluarga
Keluarga merupakan lingkungan terkecil dalam masyarakat tempat seseorang dilahirkan dan dibesarkan. Sebagaimana yang dijelaskan oleh Slameto bahwa: “Keluarga adalah lembaga pendidikan pertama dan utama. Keluarga yanng sehat besar artinya untuk pendidikan kecil, tetapi bersifat menentukan dalam ukuran besar yaitu pendidikan bangsa, negara dan dunia.”
Adanya rasa aman dalam keluarga sangat penting dalam keberhasilan seseorang dalam belajar. Rasa aman itu membuat seseorang akan terdorong untuk belajar secara aktif, karena rasa aman merupakan salah satu kekuatan pendorong dari luar yang menambah motivasi untuk belajar.
Dalam hal ini Hasbullah (1994:46) mengatakan: “Keluarga merupakan lingkungan pendidikan yang pertama, karena dalam keluarga inilah anak pertama-tama mendapatkan pendidikan dan bimbingan, sedangkan tugas utama dalam keluarga bagi pendidikan anak ialah sebagai peletak dasar bagi pendidikan akhlak dan pandangan hidup keagamaan.”
Oleh karena itu orang tua hendaknya menyadari bahwa pendidikan dimulai dari keluarga. Sedangkan sekolah merupakan pendidikan lanjutan. Peralihan pendidikan informal ke lembaga-lembaga formal memerlukan kerjasama yang baik antara orang tua dan guru sebagai pendidik dalam usaha meningkatkan hasil belajar anak. Jalan kerjasama yang perlu ditingkatkan, dimana orang tua harus menaruh perhatian yang serius tentang cara belajar anak di rumah. Perhatian orang tua dapat memberikan dorongan dan motivasi sehingga anak dapat belajar dengan tekun. Karena anak memerlukan waktu, tempat dan keadaan yang baik untuk belajar.

b. Keadaan Sekolah
Sekolah merupakan lembaga pendidikan formal pertama yang sangat penting dalam menentukan keberhasilan belajar siswa, karena itu lingkungan sekolah yang baik dapat mendorong untuk belajar yang lebih giat. Keadaan sekolah ini meliputi cara penyajian pelajaran, hubungan guru dengan siswa, alat-alat pelajaran dan kurikulum. Hubungan antara guru dan siswa kurang baik akan mempengaruhi hasil-hasil belajarnya.
Menurut Kartono (1995:6) mengemukakan “guru dituntut untuk menguasai bahan pelajaran yang akan diajarkan, dan memiliki tingkah laku yang tepat dalam mengajar.” Oleh sebab itu, guru harus dituntut untuk menguasai bahan pelajaran yang disajikan, dan memiliki metode yang tepat dalam mengajar.
c. Lingkungan Masyarakat
di samping orang tua, lingkungan juga merupakan salah satu faktor yang tidak sedikit pengaruhnya terhadap hasil belajar siswa dalm proses pelaksanaan pendidikan. Karena lingkungan alam sekitar sangat besar pengaruhnya terhadap perkembangan pribadi anak, sebab dalam kehidupan sehari-hari anak akan lebih banyak bergaul dengan lingkungan dimana anak itu berada.
Dalam hal ini Kartono (1995:5) berpendapat:Lingkungan masyarakat dapat menimbulkan kesukaran belajar anak, terutama anak-anak yang sebayanya. Apabila anak-anak yang sebaya merupakan anak-anak yang rajin belajar, maka anak akan terangsang untuk mengikuti jejak mereka. Sebaliknya bila anak-anak di sekitarnya merupakan kumpulan anak-anak nakal yang berkeliaran tiada menentukan anakpun dapat terpengaruh pula.
Dengan demikian dapat dikatakan lingkungan membentuk kepribadian anak, karena dalam pergaulan sehari-hari seorang anak akan selalu menyesuaikan dirinya dengan kebiasaan-kebiasaan lingkungannya. Oleh karena itu, apabila seorang siswa bertempat tinggal di suatu lingkungan temannya yang rajin belajar maka kemungkinan besar hal tersebut akan membawa pengaruh pada dirinya, sehingga ia akan turut belajar sebagaimana temannya.