Rabu, 29 April 2009

Bimbingan Ke Sekolah Tinggi


Assalamulikum wr.wb.

Tips Menjadi Mahasiswa Sukses

by Romi Satria Wahono, B.Eng., M.Eng., D.Eng.

mahasiswasukses.gifAnda mahasiswa yang luntang-luntung kurang kerjaan? Sudah mulai mual ndengerin kuliah pak dosen? Mulai bete dengan suasana kos-kosan? Apalagi teman dekat sudah mulai pindah kos karena nggak tahan anda utangin terus hehehe. Pingin teriak sekeras-kerasnya tapi takut ditimpukin tetangga? Atau dulu punya mimpi pingin ikut mbangun republik tercinta, tapi jangankan itu, mbangun diri sendiri saja susah bo :) Apa salah jurusan yah? Padahal dulu dah baca-baca tulisan tips dan trik memilih jurusan. Bingung karena nggak dapat apa-apa di universitas. Jadi makin terseok-seok dan tanpa ruh kalau baca tulisan tentang jenis mahasiswa. Hmmm … coba deh ikuti tulisan ini, siapa tahu ada tips yang cocok dan bisa bikin semangat bangkit.

  1. Bangun tidur, berdiri di depan kaca, ucapkan bahwa andalah yang terbaik di kos-kosan ini (Ya soalnya anda sendirian sekarang :D ) Kalau anda merasa itu kurang, ucapkan bahwa andalah yang terbaik di kelas anda atau terganteng di kampus anda. Yakinilah bahwa anda adalah manusia pilihan, paling tidak terpilih sebagai wakil desa anda yang bisa kuliah di universitas ini. Atau kalau lebih pede lagi, bilang bahwa andalah makhluk terbaik di muka bumi, ya memang benar, paling tidak dibandingkan dengan hewan dan tumbuhan :P

  2. Mandi yang bersih, sisir dan rapikan rambut anda. Ambil handphone, bikin senyuman paling manis, foto wajah anda. Ulangi lagi kalau masih kurang enak dilihat. Kalau sampai 10 kali jepretan masih juga kurang enak di lihat, ambil secara acak saja. Mungkin wajah anda memang tidak terlalu enak dilihat :)

  3. Nyalakan komputer, akses internet, nggak usah ke mana-mana, langsung saja buka http://wordpress.com. Buat account blog di sana.

  4. Renungi hidup anda, ingat-ingat lagi perjalanan hidup dari kecil sampai sekarang dan apa yang telah anda lakukan. Masuk ke menu administrasi http://wordpress.com, klik Write->Page. Buat tulisan dengan judul About Me, tuliskan resume, kisah hidup dan Curriculum Vitae (CV) anda. Tuliskan “apa saja” seluruh kegiatan anda di sana. Dari lahir, SD, SMP, SMA dan kuliah. Pernah jadi ketua OSIS, sekretaris, bendahara atau pesuruh OSIS? Atau pernah ikutan nyembelih kambing kurban, pernah jadi penjaga masjid, pernah bikin workshop komputer, pernah menang lomba balap karung, cerdas cermat atau lomba gambar di kampung. Tulis semuanya. Kerahkan seluruh ingatan anda, anggap saja nostalgia. Sekali lagi, tulis semua, apapun yang anda lalui di “Page” berjudul About Me tadi. Sudah puas? Klik “Publish“. Kalau ada yang kurang tambahi lagi, kalau merasa halaman itu nggak cukup dan harus tulis dalam OO Writer atau MS Word, copy and paste saja draft tadi. Jangan lupa convert ke PDF dan upload di halaman About Me. Perbaiki terus CV anda setiap ada kegiatan yang anda lakukan, sekecil apapun. Beri juga skrinsyuut kalau diperlukan. Oh ya, foto manis anda tadi jangan lupa dipasang di halaman About Me, kalau pingin contoh, termasuk gimana nempatan CV versi PDF cek di sini deh :)

  5. Sekarang ayok berdiri, jalan ke meja belajar anda. Kenangi kehidupan kampus anda, senangnya ketika diterima di universitas ini, semangatnya ikutan ospek (atau apa ya namanya sekarang?), dosen-dosen anda yang baik dan menyenangkan, nilai mata kuliah anda yang naik turun (yang pasti lebih banyak turunnya ;) ), dan mungkin juga teman-teman mahasiswi anda yang sudah menolak cinta anda :) Kenang semua. Olala, ada kenangan manis disaat anda berjaya dengan satu mata kuliah yang anda senangi, dosennya juga maknyus kalau ngajar, dan anda akhirnya anda mendapatkan berkah nilai A diantara tumpukan nilai C, D dan E.

  6. Mata kuliah apa itu ya, yang dulu anda senangi? Cari buku catatan anda, obrak abrik meja belajar untuk nyari buku textbook mata kuliah itu. Ketemu? Oalah anda ternyata jagoan Rekayasa Perangkat Lunak. Ok sekarang lihat lagi tulisan di buku catatan anda yang sudah lusuh. Cocokan dengan buku textbook. Sekarang tulis kenangan anda tentang mata kuliah Rekayasa Perangkat Lunak itu. Jangan tulis yang lain, konsentrasi saja ke satu mata kuliah itu. Tulisan apapun asal berhubungan dengan Rekayasa Perangkat Lunak. Satu topik tulisan cukup 4-6 paragraf saja, jangan kepanjangan. Kalau belum puas, buat lagi topik lain, batasi juga 4-6 paragraf. Nulisnya di Write->Post lho ya, jangan lupa.

  7. Kurang bahan? Dulu kayaknya pernah pinjem buku bagus tentang Rekayasa Perangkat Lunak di perpustakaan? Ok, kebetulan dah masuk waktu dhuhur dan makan siang. Jangan lupa mampir dulu untuk sholat dhuhur di masjid samping kos-kosan, dan makan siang di warteg andalan. Ok, genjot sepeda ke kampus, langsung ke perpus. Cari buku kenangan anda tadi. Juga cari banyak berita dan tulisan populer tentang software dan metode pengembangan. Kalau perpus ada internet, balik lagi ke http://wordpress.com anda. Lanjutkan tulisan-tulisan anda.

  8. Ops nggak terasa sampai maghrib di perpus. Sholat, makan malam dan pulang. Ingat-ingat deh dulu kayaknya pernah ngerjain Tugas Mandiri berhubungan dengan software? Ok kumpulin file-filenya yuk. Dari mata kuliah apa saja lah, bisa Rekayasa Perangkat Lunak, Dasar Pemrograman, Pemrograman berorientasi Obyek, atau apapun. Kalau ada program yang dulu dibuat juga kumpulin. Dibahas saja program yang pernah dibuat, sekaligus dibagi gratis tuh codenya. Walah bisa jadi satu kategori baru tuh di blog :)

  9. Sebelum tidur, baca bismillah, dan ucapkan syukur hari ini anda sudah melakukan kegiatan yang sangat baik dan produktif, kegiatan yang bisa membanggakan orang tua, teman, tetangga, dan dosen anda. Dan Insya Allah bisa menjadi bekal kontribusi anda ke republik tercinta ini.

  10. Bangun pagi, nggak usah kebanyakan tidur, anda bukan bayi lagi :) Sholat shubuh dan lanjutkan petualangan hidup anda.

  11. Sebelum masuk kuliah baca-baca buku dulu deh, hari ini pak dosen mau ngajari apa, siapa tahu bisa jadi bahan tulisan. Kalau ada waktu pagi bikin resume atau rangkuman bab yang pak dosen akan ajar. Insya Allah saya jamin anda akan masuk ke kelas dengan suasana yang berbeda. Anda tidak lagi tidur. Horeeee! Lho kok bisa, ya soalnya anda jadi pingin konfirmasi ke pak dosen, yang anda pahami dari rangkuman tadi bener nggak. Dan anda akan nyimak karena anda berharap bisa jadi bahan tulisan. Ada kemungkinan anda akan lebih pinter dari pak dosen, karena kadang saking sibuknya ngerjain proyek, pak dosen kadang lupa belajar … hihihi. Kalau ada pertanyaan yang nggak bisa dijawab pak dosen, anda angkat tangan saja, bilang bahwa pernah mengupas tuntas masalah itu, sebutkan URL blog anda. Bantu dosen anda jawablah, siapa tahu malah nanti diminta bantu dosen ngerjain proyek atau malah jadi asisten dosen. Cuman jangan galak-galak sama adik kelas yah, jaman dosen bangga karena nggak ngelulusin mahasiswa sudah kuno. Yang trend sekarang dosen gaul, kayak si broer sang dosen flamboyan (ngajar di semua kampus di jakarta bo) dan mbah IMW dari gundar :)

  12. Lanjutkan perdjoeangan. Mudah-mudahan semester ini tumpukan nilai A anda semakin banyak. Dan Insya Allah saya jamin, anda tidak akan kesulitan ngerjain skripsi atau TA di semester akhir. Kok bisa? Ya, anda sudah terbiasa banyak baca dan nulis, ini modal penting bikin skripsi. Logikanya kalau anda banyak nulis, pasti banyak baca tho :) Jangan lupa untuk submit artikel-artikel anda di IlmuKomputer.Com, prosedurnya ada di sini nih. Ini penting karena kabarnya numpang nampang di IlmuKomputer.Com bisa bawa hoki, bisa dapat jodoh, pekerjaan, project atau ketularan gemuk dari foundernya. Yang pasti bisa bantu ningkatin traffic blog anda :)

  13. Kalau kebiasaan 1-12 anda lakukan sampai anda lulus, Insya Allah anda tidak akan kesulitan mencari pekerjaan. Justru pekerjaan yang akan mencari anda. Tulisan-tulisan anda di blog sudah di-indeks oleh banyak mesin mencari. Bahkan mungkin kalau orang googling dengan keyword “Rekayasa Perangkat Lunak Indonesia“, yang muncul nomor satu adalah blog anda. Anda nggak perlu bawa CV ke mana-mana karena anda sudah tulis di blog anda. Tentu anda akan semakin surprise kalau ada penerbit yang nawarin membukukan tulisan-tulisan Rekayasa Perangkat Lunak yang anda telateni selama ini. Kesempatan jadi dosen bukan mimpi lagi, lha wong yang nulis bukunya anda je. Wajar tho sekalian ngajar ;) Malah anda mungkin sudah ditokohkan oleh masyarakat Indonesia di bidang Rekayasa Perangkat Lunak? Amiiin. Cuman jangan sombong, sombong itu temannya setan :)

  14. Akhirnya, alhamdulillah anda telah sukses melewati kehidupan mahasiswa anda dengan baik. Bukan karena siapa-siapa, tapi karena perdjoeangan anda sendiri, karena tangan anda sendiri, dan tentu saja pertolongan dari yang DIATAS. Jangan lupa, tetap lanjutkan perdjoeangan di kehidupan baru.


1. Bank Soal Ujian Nasional

2. Soal-soal SNMPTN
(Bersama Seluruh Pelajar Kota Banjar)


Divisi Scholarship
Diasuh oleh: Kurniawan dan Agung Febrianto


Divisi Pendidikan, Pelatihan dan Motivasi
Diasuh Oleh:
Ade Akhyar Nurdin


3. Tim Olimpiade Kota Banjar

Tim Olimpiade Kota Banjar



(Click Gambarnya!)
BELAJAR, BERTANDING, MENANG, BERSYUKUR
(Pilot Project for Sciences Olympiad in Indonesia/Proyek Percontohan Tim Olimpiade Sains di Indonesia)

Oleh: Arip Nurahman
Guru dan Dosen Profesional (Keluar deh Narsisnya ^_~)
Pendidikan Fisika, FPMIPA Universitas Pendidikan Indonesia
&
Follower Open Course Ware at MIT-Harvard University, U.S.A.

Semoga Bermanfaat, Tetap Semangat!

Tafsir Surah Yasin

Tafsir surah yasin
adik ini kakak bawa tafsir surah yasin dri kota Qom. Kakak bahas untuk adik ya.

Bismillahirrahmanirrahim
ayat 1-4
'yasin'adl sebutan nama Nabi Muhammad
'hakim' bisa bermakna 'yang memiliki hikmah' atau bermakna'kuat, teguh' seperti dlm surah Hud dikatakan 'Uhkimat ayaatuh' (ayat2Nya yang kuat)

Dihadapan tuduhan berupa ahli sihir, orang gila dan semacamnya Allah menekankan dan bersumpah untuk risalah rasulNya. Dengan menggunakan quran yg suci.
Disisi lain Allah tidak butuh pada sumpah jadi ketika muncul ungkapan sumpah hal itu bermakna penekanan pada pembahasan yang berkaitan atau menunjukkan nilai pentingnya dari yang lain.

Empat ayat diatas memberitahukan bahwa dalam alquran tidak sebesar jarum pun terdapat titik kebatilan semua adalah pembahasan yang kuat 'walquranil hakim'
Ucapan sumpah Allah menunjukkan pada keagungan dan Kesucian sesuatu yang digunakan untuk bersumpah. Disini yg digunakan adalah alquran jadi alquran memang agung dan mulia.

Dihadapan pencelaan dan pelecehan diperlukan suatu pembelaan. Dan Allah mengatakan 'innaka laminal mursalin' sesungguhnya engkau orang yang diutus dan Allah juga mengatakan 'innaka la'ala khuluqin adhim' dan sesungguhnya padamu terdapat akhlak yang agung.

Ada tambahan, adalah tidak bijak ketika tuan rumah mengundang seseorang tapi tidak menunjukkan rute ke rumahnya.Disini Allah mengundang manusia u ke rumah hidayah karenanya Allah mengirim Rasul dan memberi wasilah berupa AlQuran.
Adakah tuan rumah yang lebih baik dari Allah? Adakah jalan dan penunjuk lebih utama dari Quran dan Nabi? Adakah rumah yg lebih baik dari Rumah Hidayah dan kesempurnaan?
Dan Allah bersama orang yang senantiasa bersyukur.

Mendedah Jejak Tuhan

Cerita Sampainya Aku di Negeri Para Mullah.

Awalnya pada tahun 1998 aku bergabung diekstra kurikuler agama. Disaat itu isi kepalaku bisa dibilang masih original tapi dengan pertanyaan yang datang bertubi-tubi dari tempat pengkajian akhirnya aku sadar bahwa aku tidak boleh membiarkan keoriginalan pemikiranku berlarut-larut.
Dari situlah kumengenal pentingnya mengenal Tuhan, atau lebih tepatnya mengenal agama. Hal itu menjadikan jelas langkah hidup. Aku menjadi paham Bahwa pendekatan ketuhanan sangatlah penting untuk dimiliki terutama untuk aku pribadi.

Seiring berjalannya waktu langkah pengenalan "wajah" Tuhan pun tak pernah aku hentikan. Semakin melangkah kaki, semakin kuat keinginan untuk mengenal Tuhan. Dari semua perjalan dari lembaga pesantren ke lembaga pendidikan formal atau nonformal lainya Akhirnya pada tahun 2007 Tuhan mengijinkan aku berselancar di negara para ulama, negeri persia, Iran.

Selangkah dari ketertinggalan dan rasa haus akan kebenaran semakin membuncah menjejal tanpa ampun setiap waktuku hingga saat ini. Dari buku-buku yang ada pemikiranku tentang Tuhan dan berbagai hal yang berkaitan semakin jelas dan mantap walau memang penelaahan belum berakhir. selamat berdendang dalam tulisan aku...semoga ada manfaat

Membuktikan Keberadaan Tuhan

Pembahasan pertama yang harus terpecahkan adalah pembuktian apakah Tuhan itu benar-benar ada, sehingga jelas perlu dibahas atau tidak.

Secara garis besar sesuatu dibedakan dengan materi dan nonmateri. Materi adalah segala sesuatu yang bisa diketahui atau dikenali dengan panca indra baik penciuman, pendengaran, pencecapan dan seterusnya. Nonmateri adalah segala sesuatu yang dikenali tidak dengan panca indra tapi dengan aqal.

Tuhan bukanlah materi jadi pengenalan ada tidaknya Tuhan dilakukan dengan aqal pikiran bukan dengan panca indra.

Pengenalan ada tidaknya Tuhan dapat dilakukan secara internal dan eksternal. Internal yaitu memahami yang secara fitrah telah bersama kita atau telah kita miliki sejak lahir. Jadi sesuatu itu telah kita pahami tanpa harus belajar terlebih dulu. Diantaranya:

1. Kecintaan pada kesempurnaan.
Tanpa bisa disangkal semua manusia pasti memilih yang paling sempurna disaat masih memungkinkan. Ketika disuruh memilih diantara pemilik ilmu maka yang dia pilih pasti yang paling berilmu. Ketika disuruh memilih diantara yang pemilik kekayaan maka akan dipilih yang paling kaya. Begitu pula ketika manusia disuguhkan pilihan untuk disembah pasti yang dia nilai paling sempurnalah yang bakal disembah. Dan sesuatu yang sempurna dalam segala dimensi keberadaannya itulah yang disebut sebagai Tuhan. Jadi Tuhan adalah pilihan terbaik karena Tuhanlah yang paling sempurna dalam segala seginya.

2. Rasa Ingin Berterimakasih.
Semua manusia normal dikedalaman hatinya ketika ditolong atau diberi sesuatu yang ia butuhkan pasti ingin berterimakasih, bahkan berniat ingin membalas kebaikan penolongnya itu diesok kelak. Pada kenyataannya manusia disetiap detiknya selalu diberi oleh sang penolong. Manusia butuh oksigen, air, makanan, keindahan, keamanan begitu juga semua kebutuhan yang lain dicukupi oleh sang penolong. Jadi sangat logis ketika manusia berterima kasih pada sang penolong tersebut. Terlepas siapakah penolong itu, manusia ingin bisa berterimakasih pada penolongnya semaksimal mungkin. Manusia tidak akan pernah mampu menghitung jumlah bantuan yang telah ia terima. Sebagai misal nikmat bernafas, masing-masing manusia tidak bisa mengitung jumlah oksigen yang telah ia pakai secara detail. Begitu juga untuk nikmat-nikmat yang lain. Manusia tidak mampu menghitungnya apalagi mensyukurinya, berterimakasih karenanya. Sang penolong yang sekaligus menunjukkan secara tidak langsung bahwa dia adalah zat yang tidak dan tidak akan pernah terbatas. Bahwa dia adalah penolong yang paling utama. Penolong itulah yang dinamakan dengan Tuhan. Jadi manusia sejatinya ingin berterimakasih pada Tuhan sebagai penolong mutlaknya.

3. Dalil Sebab Akibat(kausalitas). Akibat adalah sesuatu yang pernah tidak ada, pernah mengalami proses perubahan dari tiada menjadi ada, dan mengalami perkembangan.
Segala keberadaan atau ciptaan adalah akibat, semua akibat ada karena adanya suatu sebab. Sebab butuh pada sebab yang lain. Tapi ketika
semua sebab butuh pada sebab lain maka tidak akan pernah ada suatu ciptaan, jadi semua sebab harus berhenti pada suatu sebab yang tidak butuh pada sebab lain. Sebab yang tidak butuh pada sebab lain itulah yang disebut sebagai Tuhan. Karena jika masih butuh pada sebab lain berarti belum sempurna. Dan Tuhan adalah zat yang merupakan tempat berkumpulnya kepemilikan sifat kesempurnaan. Jadi Ketika ada suatu ciptaan hal itu menunjukkan adanya Tuhan.

4. Dalil kemungkinan.
Semua perwujudan atau keberadaan dibagi menjadi tiga yaitu : Wajib ada, mungkin untuk ada, dan mustahil ada.

Wajib ada adalah wujud yang menjadi sebab dari segala sebab. Ketika yang wajib ada ini tidak ada maka yang lain juga tidak mungkin ada. Wujud wajib ada ini kita sebut sebagai Tuhan.

Mumkinul wujud atau mungkin ada adalah wujud yang boleh ada dan boleh juga tidak ada. Seperti semua ciptaan yang mampu kita kenali dengan panca indera kita.

Mustahil ada adalah sesuatu yang tidak mungkin ada seperti menjadi satunya arah barat dan timur, antara baik dan buruk, antara menjadi pencipta bagi wujudnya sendiri dan semacamnya.

Dari dalil kemungkinan ini dapat kita tarik kesimpulan bahwa
ada Tuhan, ada makhluk atau ciptaan dan ada sesuatu yang mustahil ada. Setelah kita buktikan bahwa Tuhan itu ada selanjutnya kita buktikan apakah Tuhan itu satu atau lebih dari satu.

Selepas langkah Arbain

Salah satu hari bersejarah dan mengemas makna mendalam yang perlu dikaji adalah hari arbain. Empat puluh hari yang terhitung sejak dibantainya cucu Nabi sebagai salah satu sosok pewaris keilmuan kenabian ditangan pribadi-pribadi busuk dan dina.
Arbain berarti empat puluh. Tapi arti yang terkandung tidak hanya sekedar itu. Arbain mencakup banyak aspek yang luas serta berperan secara spesifik. Arbain tidaklah dimiliki oleh orang-orang syiah semata, karena arbain memiliki tujuan dan arah yang tidak dikhususkan atas golongan manapun. Semangat arbain ditujukan secara luas pada kaum muslimin bahkan seluruh umat manusia

Ketika kita ingin menilik sejarah arbain tentu tidak cukup dengan melihat tanggal terjadi kejadian tersebut. Serentetan peristiwa menyusun pergerakan yang terjadi selama empat puluh hari itu merupakan materi penting yang bisa diambil sebagai pelajaran untuk melangkahi kehidupan yang masih terbentang.

Dalam penganalisaan arbain hal yang tidak boleh kita lupakan adalah studi tokoh para pelaku sejarah besar ini. Pada peristiwa hari asyura kita lihat nama Ali asghar, Ali Ausath, Abu Fadhl Abbas dan tentunya Imam Husain sendiri tampak jelas dengan background mereka masing, dan pada konsepsi arbain minimal kita harus melihat peran besar dari empat tokoh ini, Ali Zainal Abidin, Zainab, sukainah, dan ummu kultsum.

Kita tidak bisa menilai bahwa peran empat orang yang menjalani posesi arbain. Kesedihan, himpitan, ketertekanan batin, pengasingan terus mengiring langkah pejuang-pejuang ini. Sungguh benar bahwa nilai peran mereka tidak kurang berarti dibanding perjuangan pada hari asyura tapi berkat merekalah suara asyura bisa sampai pada masyarakat luas jadi semuanya saling mengisi.

Bentuk-bentuk pentauhidan (pengesaan) Tuhan.

Ada beberapa bentuk pentauhidan.
Pertama mentauhidkan Tuhan dalam ZatNya kedua mentauhidkan Tuhan dalam
sifatNya. Tiga mentauhidkan Tuhan dalam perbuatanNya.

Mentauhidkan Tuhan dalam ZatNya berarti meyakini dalam amal perbuatan
maupun keyakinan bahwa Zat Tuhan hanya satu, tidak terangkap maupun
tersusun, sesuai dengan kemaha sempurnaanNya serta mengimani
keesaanNya sesuai kemaha kuasaanNya yang menafikan adanya kemungkinan
ada Tuhan lain. Mentauhidkan Tuhan dalam sifatNya berarti meyakini
bahwa Tuhan disemua sifatnya tidak ada yang lebih sempurna maupun
menyamaiNya.
Mentauhidkan dalam perbuatanNya bermakna meyakini sepenuh hati bahwa
disetiap perbuatanNya tidak ada zat lain yang ikut campur tangan sama
sekali.

Pembuktian Jumlah Tuhan

Andai jumlah Tuhan ada dua sedang Kita tahu Tuhan itu Maha tak
terbatas dalam kesempurnaannya. Ketika kita mengatakan Tuhan Maha
Kuasa maka berarti tidak ada satupun kekuasaan lain yang membatasinya.
Kita kembali pada pernyataan pertama andai Tuhan itu dua. Andai Tuhan
itu dua atau lebih maka kekuasaan Tuhan-Tuhan itu terbatasi. Tuhan
yang satu terbatasi kekuasaannya oleh Tuhan-Tuhan yang lain. Jadi
sifat maha kuasa tidak bisa dipakaikan pada Tuhan-Tuhan itu. Sifat
Maha Kuasa begitu juga dengan Maha kaya, Maha Indah dll hanya bisa
ditujukan pada satu Tuhan semata tidak lebih. Jadi jelas bahwa Tuhan
hanya ada satu.

Tuhan itu independen. Tuhan berdiri sendiri, tidak terpengaruhi oleh
yang lain sama sekali. Tuhan adalah wujud keseluruhan dari
kesempurnaan.

Pada saat dikatakan semua kebaikan berasal dariNya ada yang kemudian
berasumsi bahwa keburukan atau kekurangan juga berasal dariNya. Semua
selain Tuhan memang butuh pada sebab, begitupun kekurangan. Pada saat
ada kekurangan yang kita dapati dialam semesta ini itu tidak lain
berasal dari manusia itu sendiri. Sebagai misal Tuhan menciptakan air
untuk menghilangkan rasa haus tapi ketika terlalu banyak maka timbulah
penyakit. Pada dasarnya secara umum Tuhan tidak menghendaki manusia
berpenyakit tapi dengan ketidak seimbangan yang dilakukan oleh manusia
itu sendiri munculah penyakit. Berbagai kekurangan pada manusia kurang
lebih seperti munculnya penyakit akibat meminum air terlalu banyak
diatas yaitu karena tindakan tidak seimbang yang dilakukan manusia.


Sebuah pembahasan tambahan
Mungkinkah Tuhan menciptakan batu sebesar-besarnya sehingga Tuhan
sendiri tidak mampu mengangkatnya. Dengan dasar Tuhan itu adalah Zat
Maha Kuasa?
Disini bukan masalah Tuhan bisa atau tidak tapi sifat Tuhan tidak
pernah bertentangan satu sama lain. Kedua Tuhan bisa menciptakan
apapun tapi tidak semua hal mempunyai potensi untuk dicipta. Seperti
batu pada pertanyaan diatas

Untuk dia...disana

Mengingat ulang jerih sang kekasih
dalam peluh kesetiaan terus tegar walau harus tertatih

Jelaga dunia oh derita aslinya
tertepis begitu rupa karena niatan suci

Sang kekasih merambah jalan kinasih sejati mengkoyak rintang dan terus
meniti arti

Sungguh bangga menyandingnya
merasai keakraban dalam bujur prisma rabani

Mari kecintaan, bersama mengerat tangan.
Menjalin temali guna raih kemulyaan.
Adamu mengingatkan
Adaku adalah peringatan
istriku aku mencintaimu. .

Tentang Imam maksum

Imam maksum dg kemaksuman mereka maka tindakan, ucapan dan penetapan
mereka layak dijadikan sebagai standar dalam menilai kehidupan
sebagaimana Rasulullah saw. Disini kami tidak bermaksud menyamakan
antara Imam maksum dengan Rasulullah saaw hal ini secara kesempurnaan
kemanusiaan tidak mungkin. Rasul adalah satu-satunya manusia yang
telah mencapai puncak kesempurnaan kemanusiaan sedang yang lain pasti
berada ditingkat lebih bawah dari beliau. Tingkatan disini bukan
sebagaimana perbandingan matematik karena ini semua hanyalah
pendekatan karena kebahasaan kami yang begitu terbatas. Bisa kami
katakan bahwa para imamlah orang orang yang memiliki tingkatan tinggi
dibanding manusia pada umumnya. Orang-orang yang bergigih usaha demi
mencapai kedekatan sempurna pada sang khalik. Mereka memiliki keilmuan
cukup untuk memahami segala hal yang dibutuhkan manusia untuk mencapai
titian hidayah. Mereka dengan keilmuan mereka mampu menjaga diri dari
berbagai kemaksiatan. Dengan keilmuan mereka mendapat keridhaan yang
lebih dari Allah swt. Mereka adalah rangkaian yang tersimpan dalam
ayat innanahnu nazalna dzikra wa innalahu lahafidzun. Dengan
keberadaan merekalah ilmu qur'an terjaga. Mereka adalah pemegang
tongkat estafet keilmuan qur'an. Dengan penjagaan diri mereka yang
sempurna maka mereka memiliki hati yang memadai untuk menjadi media
tempat penitipan ilmu al qur'an untuk disampaikan pada manusia.

Karena mereka jadi penjaga keutuhan ilmu al qur'an dan petugas
penyampai keilmuan itulah maka tindak tanduk serta ucapan tentang
mereka layak digunakan sebagai dalil dan pembanding serta contoh
teladan bagi manusia yang ingin menapaki titian hidayah.

Riwayat dari Para Imam
riwayat para maksumin bisa dibahas dalam beberapa tahapan.

Masa Imam Ali.
Masa beliau dimulai sejak meninggalnya Rasulullah saaw. Beliau
berperan sebagai pemegang tampuk kekhalifahan(kepemimpinan) setelah
Nabi saaw. Ini bisa didapati dari berbagai riwayat mutawatir yang ada.
Memang secara politik beliau tidak langsung menjadi seorang pemimpin
dikarenakan adanya pemilihan khalifah nabi saaw yang dilakukan para
sahabat dengan asumsi nabi saaw tidak pernah menunjuk seorang khalifah
untuk meneruskan pemerintahan islam. Kiranya demi menyempurnakan alur
ini kami utarakan beberapa pertanyaan.

Bagaimana mungkin Nabi saaw tidak menunjuk seorang pemimpin bagi
pemerintahan islami yang sudah susah payah beliau bangun? Pada
kenyataannya kita dapati bahwa para sahabat setelah Nabi Saaw
meninggal lekas bermusyawarah untuk mencari seorang pemimpin tindakan
mereka ini menceritakan pada kita bahwa masalah kepemimpinan adalah
suatu hal yang mendasar, harus dipikirkan.

Sekarang ketika orang setingkat para sahabat saja menilai sebegitu
penting arti kepemimpinan apakah masuk akal kalau Nabi dengan
kesempurnaan pemahaman beliau tidak memahami arti penting kepemimpinan
sehingga tidak memilih seorang pemimpin demi kelangsungan
kepemerintahan islami yang telah beliau rintis.

Dari ayat dan riwayat
juga akan kita dapati berbagai dalil kuat yang menegaskan bahwa Imam
Ali adalah orang yang pertamakali berhak menjadi khalifah Nabi saaw.
Secara keilmuan imam Ali sendiri disebut Nabi sebagai pintu ilmu. Hal
ini karena beliau adalah seorang pelajar di madrasah kenabian. Guru
beliau adalah teladan bagi para guru sehingga pasti mengajar dengan
treatmen terbaik. Selain itu Imam Ali adalah seorang yang bersih dari
budaya penyembahan berhala dikala masyarakat tersesat dalam gelapnya
kemusrikan. hal ini menjadikan hati Imam Ali memiliki kesiapan
maksimal untuk memegang tongkat estafet ilmu qur'ani dari madrasah
kenabian. Setelah kepergian Nabi saaw Imam Ali mengatakan saluni qobla
antafqiduni, tanyai aku sebelum engkau kutingalkan jadi beliau mampu
menjawab semua pertanyaan. Ini mendukung riwayat bahwa beliau adalah
pintu ilmu nabi(ana madinatul ilim wa aliyun babuha)

Jadi sangat tidak masuk akal jika parasahabat saja punya pemikiran
sampai sedemikian dan Nabi saaw sebagai pemandu tidak memiliki
pemikiran atas hal itu. Tidak bisa dikatakan sebagai teladan sempurna
jika beliau tidak memilih seorang khalifah bagi beliau jadi pasti
beliau telah memilih seorang wakil sebelum meninggal. Disampaikan
bahwa

Dalam sejarah sebelum meninggal Nabi memerintahkan sebagian besar para
sahabat untuk berjihad ke medan perang menghadapi pasukan romawi.
Pemimpin pasukan dipercayakan pada seorang pemuda berumur 18 tahunan.
Karena komandan masih terlalu muda para sahabat yg merupakan pembesar
kabilah arab menolak dan banyak yang tidak berangkat. Berulang kali
Nabi saaw menekankan bahkan sampai mewajibkan untuk berangkat. Tapi
tetap tidak mau. Tindakan para sahabat yang termasuk didalamnya
Sahabat Umar, Abu Bakar, dan Ustman menyalahi ayat Qur'an bahwa apa
yang diberikan Rasul padamu maka ambillah dan yang dilarangnya maka
jauhilah. ما آتاكم الرسول فخذوه و ما نهاكم عنه فانتهوا
(al hasr ayat 8)
dari ayat ini kita paham bahwa semua perintah Rasul itu harus ditaati
dan menjadi pertada penyimpangan keimanan seseorang ketika orang
tersebut mengingkari perintah nabi. Padahal juga dikatakan oleh Allah
swt bahwa wama yantiquanil hawa inhuwa illa wahyun yuuha dan tidak
keluar dari dirinya (Nabi Muhammad saaw) kecuali sesuatu yang telah
diwahyukan padanya. Sejenak kita tengok tragedi hari kamis. Pada saat
itu Nabi saaw sedang menderita sakit parah, beliau memerintahkan agar
diberi pena dan kertas sehingga umat tidak tersesat selamanya namun
sahabat umar dengan sederhana mengatakan bahwa Nabi sedang mengigau.
dan mengatakan Cukup bagi kita kitabullah apakah sahabat Umar lebih
utama ucapannya atau Nabi saaw. Selain itu orang yg ada dikamar itu
juga pada ribut dan Nabi tidak jadi menuliskan wasiat yang sangat
berharga, wasiat yang akan jadi pegangan manusia. Tapi jika tertulis
dan kembali Sahabat Umar mengatakan wasiat itu hasil dari orang yang
sedang mengigau maka wasiat itu juga tidak ada nilai lagi, mungkin
saja wasiat itu dirusak dan dibuang.
. . . .Masih banyak yang bisa diberi ruang u berpikir
bersambung

Memulai Kembali

Orang bilang memulai itu sulit tapi mempertahankan jauh lebih sulit
sepertinya memang benar
sudah berapa lama blog ini tidak aku isi entah mungkin dua bulan atau mungkin lebih....
tapi sebenranya aku tidak berhenti menulis, rasanya tidak bisa berhenti untuk terus menulis...memang selama libur nulis di blog aku nulisa di tempat lain tepatnya di milist....
eh iya bagi yang minat gabung milist gabung aja
rame banget pemikiran temen-temen bagus-bagus jadi kita banyak masukan.
ni yang mau gabung
www.islamaternatif.net klik dan ikuti gabung diskusi islat...udah deh ikutin alurnya ntar kita dapat banyak masukan siapa tertarik....silahkan

Senin, 27 April 2009

Sekolah Bertaraf Internasional

Arip Nurahman

Pendidikan Fisika, FPMIPA. Universitas Pendidikan Indonesia

&

Follower Open Course Ware at MIT-Harvard University, Cambridge. USA.


“Good friends are like stars.... You don't always see them, but you know they are always there”
(Teman baik itu seperti bintang di langit. Kita tidak selalu melihatnya, tapi kita tahu bahwa mereka akan selalu ada di sana).

Senin, 20 April 2009

Universitas Harvard



“Love cures people - both the ones who give it, and the ones who receive it”
~Karl Menninger~


Lecture 3: XML
Monday, 28 September 2009
Notes: PDF
Slides:
PDF
Source Code:
index | ZIP
Video:
Flash | Flash + Slideshow | MP3 | QuickTime


Lecture 4: XML, Continued
Monday, 5 October 2009
Notes: PDF
Slides:
HTML
Video:
Flash | Flash + Slideshow | MP3 | QuickTime


Disusun Ulang Oleh:

Arip Nurahman

Pendidikan Fisika, FPMIPA. Universitas Pendidikan Indonesia

&

Follower Open Course Ware at MIT-Harvard University, Cambridge. USA.

Terima Kasih, Semoga Bermanfaat dan Tetap Semangat

Jumat, 17 April 2009

Banjar SNMPTN Center

Banjar SNMPTN Center

Road To SNMPTN

"Bermimpi dan Berharaplah, karena ini adalah Fitrah Manusia, Berjuang dan Bekerja keraslah secara Terus-menerus karena ini adalah jalan, berTawakalah karena Kita punya Tuhan."
~H2O~


Visi

"Mampu menembus PTN di Indonesia"

Misi

1. Keberlanjutan Bimbingan dan Latihan Pengerjaan Soal-soal SNMPTN

2. Mengadakan Try Out dan Simulasi SNMPTN yang Berkelanjutan

3. Meluluskan Sekitar 100 Orang Siswa ke PTN lewat SNMPTN 2010

4. Kajian dan Analisis Soal-soal SNMPTN

5. Pemberian Motivasi dan Dorongan yang berkelanjutan


Program

Jangka Pendek

Kegiatan Pertahun

1.

2.

3.


Jangka Menengah

1.

2.

3.


Jangka Panjang

1.

2.

3.

Ada Apa Dengan TOEFL?


"Senyum itu Indah dan Ibadah, Menulis itu mudah dan menyenangkan"
~Arip Nurahman~

Mari Belajar TOEFL

Writing Section



Directions:

These sample tasks in the Writing section measure your ability to write in English in an academic environment. There will be 2 writing tasks.


· For the first task in this sampler, you will read a passage and part of a lecture about an academic topic. Then you will write a response to a question that asks you about the relationship between the lecture and the reading passage. Try to answer the question as completely as possible using information from the reading passage and the lecture. The question does not ask you to express your personal opinion. Your response will be judged on the quality of your writing and on how well your response presents the points in the lecture and their relationship to the reading passage.


· For the second task, you will demonstrate your ability to write an essay in response to a question that asks you to express and support your opinion about a topic or issue. Your essay will be scored on the quality of your writing. This includes the development of your ideas, the organization of your essay, and the quality and accuracy of the language you use to express your ideas.


· At the end of the writing section, in this sampler you will find two sample essays for each question, the score they received, and an explanation of how they were scored.


· In an actual test, you will be able to take notes while you listen and use your notes to help you answer the questions.


1. Read the following passage and the lecture which follows. In an actual test, you will have 3 minutes to read the passage. Then, answer the question. In the test, you will have 20 minutes to plan and write your response. Typically, an effective response will be 150 to 225 words. Candidates with disabilities may request additional time to read the passage and write the response.



READING PASSAGE

Critics say that current voting systems used in the United States are inefficient and often lead to the inaccurate counting of votes. Miscounts can be especially damaging if an election is closely contested. Those critics would like the traditional systems to be replaced with far more efficient and trustworthy computerized voting systems.

In traditional voting, one major source of inaccuracy is that people accidentally vote for the wrong candidate. Voters usually have to find the name of their candidate on a large sheet of paper containing many names—the ballot—and make a small mark next to that name. People with poor eyesight can easily mark the wrong name. The computerized voting machines have an easy-to-use touch-screen technology: to cast a vote, a voter needs only to touch the candidate’s name on the screen to record a vote for that candidate; voters can even have the computer magnify the name for easier viewing.

Another major problem with old voting systems is that they rely heavily on people to count the votes. Officials must often count up the votes one by one, going through every ballot and recording the vote. Since they have to deal with thousands of ballots, it is almost inevitable that they will make mistakes. If an error is detected, a long and expensive recount has to take place. In contrast, computerized systems remove the possibility of human error, since all the vote counting is done quickly and automatically by the computers.

Finally some people say it is too risky to implement complicated voting technology nationwide. But without giving it a thought, governments and individuals alike trust other complex computer technology every day to be perfectly accurate in banking transactions as well as in the communication of highly sensitive information.


LECTURE TRANSCRIPT


(Narrator) Now listen to part of a lecture on the topic you just read about.


(Female professor) While traditional voting systems have some problems, it’s doubtful that computerized voting will make the situation any better. Computerized voting may seem easy for people who are used to computers. But what about people who aren’t? People who can’t afford computers, people who don’t use them on a regular basis—these people will have trouble using computerized voting machines. These voters can easily cast the wrong vote or be discouraged from voting altogether because of fear of technology. Furthermore, it’s true that humans make mistakes when they count up ballots by hand. But are we sure that computers will do a better job? After all, computers are programmed by humans, so “human error” can show up in mistakes in their programs. And the errors caused by these defective programs may be far more serious. The worst a human official can do is miss a few ballots. But an error in a computer program can result in thousands of votes being miscounted or even permanently removed from the record. And in many voting systems, there is no physical record of the votes, so a computer recount in the case of a suspected error is impossible! As for our trust of computer technology for banking and communications, remember one thing: these systems are used daily and they are used heavily. They didn’t work flawlessly when they were first introduced. They had to be improved on and improved on until they got as reliable as they are today. But voting happens only once every two years nationally in the United States and not much more than twice a year in many local areas. This is hardly sufficient for us to develop confidence that computerized voting can be fully trusted.


Question: Summarize the points made in the lecture, being sure to explain how they oppose specific points made in the reading passage.


2. Read the question below. In a real test, you will have 30 minutes to plan, write, and revise your essay. Candidates with disabilities may request a time extension. Typically, an effective response will contain a minimum of 300 words.


Question: Do you agree or disagree with the following statement?


A teacher’s ability to relate well with students is more important than excellent knowledge of the subject being taught.

Use specific reasons and examples to support your answer.


Sample responses

Below are candidates’ responses exemplifying scores of 5 and 4 for both Writing tasks. The scoring rubrics used to score actual responses can be found on the TOEFL website’s “Download Library” page.

QUESTION 1, RESPONSE A, SCORE OF 5

The lecture explained why the computerized voting system can not replace the traditional voting system. There are the following three reasons.

First of all, not everyoen one can use computers correctly. Some people do not have access to computers, some people are not used of computers, and some people are even scared of this new technology. If the voters do not know how to use a computer, how do you expect them to finish the voting process through computers? This directly refutes the reading passage which states that computerized voting is easier by just touchingthe screen.

Secondly, computers may make mistakes as the people do. As computers are programmed by the human beings, thus erros are inevitable in the computer system. Problems caused by computer voting systems may be more serious than those caused by people. A larger number of votes might be miss counted or even removed from the system. Furthermore, it would take more energy to recount the votes. Again this contradicts what is stated in the reading which stated that only people will make mistakes in counting.

Thirdly, computerized voting system is not reliable because it has not reached a stable status. People trust computers to conduct banking transactions because the computerized banking system is being used daily and frecuently and has been stable. How ever, the voting does not happen as often as banking thus the computerized voting system has not been proved to be totally reliable.

All in all, not everyone can use a computer properly, computer cause mistakes and computerized voting system is not reliable are the main reasons why computerized voting system can not replace the traditional voting system.

Score explanation

This response is well organized, selects the important information from all three points made in the lecture, and explains its relationship to the claims made in the reading passage about the advantages of computerized voting over traditional voting methods.

First, it counters the argument that computerized voting is more user-friendly and prevents distortion of the vote by saying that many voters find computers unfamiliar and some voters may end up not voting at all.

Second, it challenges the argument that computerized voting will result in fewer miscounts by pointing out that programming errors may result in large-scale miscounts and that some errors may result in the loss of voting records.

Third, it rejects the comparison of computerized voting with computerized banking by pointing out that the reliability of computerized banking (“reached a stable status”) has been achieved though frequent use, which does not apply to voting.

There are occasional minor language errors: for example, “people not used of computers”; “miss counted”; “computer cause mistakes”; and the poor syntax of the last sentence (“All in all . . . ”). Some spelling errors are obviously typos: “everyoen.” The errors, however, are not at all frequent and do not result in unclear or inaccurate representation of the content.

The response meets all the criteria for the score of 5.


QUESTION 1, RESPONSE B, SCORE OF 4


The leture disgreed with the article's opinions. It's not a better solution to use the computerized voting systems.

Firstly, it might be hard for the voters who don't use the computer so often, or the users who is fear of the technology, even some of voters can not aford a computer. Touch screen may also be hard to use for people who is not familiar with computers. Secondly, computer is programmed by human beings, which means it can also have errors.

Instead of human being's counting error, which only results one or two counting error in number, an errror in the program code could cause tramendous error in number. In case of the computer crash or disaster, it may lost all the voting information. We can not even to make a re-count. Lastly, our daily banking or other highly sensitive infomation system, is actually improved as time goes by.

They were also problematic at the beginning. As we use them so often, we have more chances to find problems, and furturemore, to fix and improve them. However, for the voting system, we only use them every 2 years nationally and some other rare events. We just don't use it often enough to find a bug or test it thoroughly.

Score explanation

The response selects most of the important information from the lecture and indicates that it challenges the main argument in the reading passage about the advantages of computerized voting systems (“it’s not a better solution”).

First, the response explains that some people will not find computers to be user-friendly; however, it fails to relate this clearly to the point made in the passage that computerized voting will prevent distortion of the vote. That is clearly an omission, but it is minor.

Second, the response does a good job of pointing out how programming and errors can cause greater problems than miscounts cause in the traditional voting system.

Third, the response provides a nice explanation of how the frequent use of systems like the banking system has contributed to such systems’ reliability, and then it contrasts that with the computerized voting system.

There are more frequent language errors throughout the response—for example, “users who is fear”; “some of voters can not aford”; “people who is not familiar”; “it may lost”; and “can not even to make.” Expressions chosen by the writer occasionally affect the clarity of the content that is being conveyed: “results one or two counting error in number . . . an errror in the program code could cause tramendous error in number” and “use them every 2 years nationally and some other rare events.” However, it should be noted that in these cases, a reader can derive the intended meaning from the context.

Due to the more frequent language errors that on occasion result in minor lapses of clarity and due to minor content omission, especially in the coverage of the first lecture point, the response cannot earn the score of 5. At the same time, since the language errors are generally minor and mostly do not interfere with the clarity of the content and since most of the important information from the lecture is covered by the writer, the response deserves a higher score than 3. It meets the criteria for the score of 4.


QUESTION 2, RESPONSE A, SCORE OF 5

I remember every teacher that has taught me since I was in Kindergarten. If a friend wants to know who our first grade teacher was in elementary school, all they have to do is ask me. The teachers all looked very kind and understanding in my eyes as a child. They had special relationships with nearly each and every one of the students and were very nice to everyone. That’s the reason I remember all of them.

A teacher’s primary goal is to teach students the best they can about the things that are in our textbooks and more important, how to show respect for one another. They teach us how to live a better life by getting along with everyone. In order to do that, the teachers themselves have to be able to relate well with students.

My parents are teachers too. One teaches Plant Biology and one teaches English, but that’s not the reason I’m calling them “teachers.” They are teachers beacuse they teach me how to act in special situations and how to cooperate with others. I have a brother, and my parents use different aproaches when teaching us. They might scold my brother for surfing the internet too long because he doesn’t have much self-control and they need to restrain him. He almost never studies on his own and is always either drawing, playing computer games, or reading.

On the other hand, they never tell me off for using the computer too long. I do my own work when I want and need to because that brings me the best results and my parents understand that. They know that I need leisure time of my own and that I’ll only play until needed. My parents’ ability to relate well with my brother and I allows them to teach, not just the subject they teach but also their excellent knowledge on life.

Knowlegde of the subject being taught is something taken for granted, but at the same time, secondary. One must go through and pass a series of courses and tests in order to become a teacher. Any teacher is able to have excellent knowledge of their subject but not all teachers can have the ability to relate well with students.

A teacher’s primary goal is to teach students the best they can about how to show respect for one another, so teachers use different approaches when teaching, and knowledge of the subjet being taught is secondary. For these reasons, I claim with confidence that excellent knowledge of the subject being taught is secondary to the teacher’s ability to relate well with their students.


Score explanation


This essay conveys the idea that as important as teaching knowledge is, it is as important if not more important for teachers to possess other qualities, all of which the writer classifies as necessary for being able to relate well with students. Those other qualities include having “special relationships” with students; the teaching of respect (in the first two paragraphs); and taking different approaches for different individuals.

The writer develops the last idea primarily by using a clearly appropriate extended and complex example of the writer’s own parents, who are teachers but whose special qualities in raising the writer and the writer’s brother had to do more with taking varied approaches. The writer then goes on to convey that knowledge is a given“something taken for granted”—because all teachers take course work and pass tests to gain their jobs but not all have the qualities the writer considers more important.

This response very effectively addresses the topic and the task. It is true that this response is different from most essays: the overall idea is stated explicitly but only at the end of the essay. However, because of very good language structure and good conceptual transitions between ideas, the reader is able to follow the writer’s development of ideas without becoming confused. The response is thus seen to be well organized. Errors in language are almost nonexistent here. This response meets all of the 5-level criteria from the Scoring Guide.


QUESTION 2, RESPONSE B, SCORE OF 4

I disagree with the idea that the possessing the ability to relate well with student is more important than excellent knowledge of the subject being taught for a teacher. There are several reasons why I disagree with that idea.

First, teachers’ job is to educate their student with their knowledge. The ability to relate well with their student is something a counselor should possess, not a teacher. That’s why the board of education gives an award to a teacher with an excellent knowledge of the subject they teach. Teachers who can get along with their students but have no knowledge can be popular and be liked by his or her students, however I don’t consider a teacher with no knowledge a good teacher.

Second, Students go to schools because they want to learn knowledge from their teachers not to get along with their teachers. I knew a math teacher who was well known among other mathematics teachers. Some students always complained how he never entertains his students which made many of his students to fall asleep. Nevertheless, all of his classes were all full even before the semester began because many students who were eager to learn already booked in. He won the Apples prize (it’s given to a noticed teacher annually) a couple of times and that enabled students to firmly believe in his way of teaching.

Thirdly, teachers are responsible for conceding their knowledge to their next generation. Teachers already had an experience of getting advantaged education from college. Teachers should not let that previlege become useless and workless. We all learn because we want to become the better person that this world needs. Students will also eventually grow up to be influencing other people and teachers should volunteerily be their students’ role models.

For conclusion, I think the most important quality a teacher must have is an excellent knowledge of the subject they teach, not an ability to relate well with their students.

Score explanation

This is a more traditional-looking essay that is organized with a point of view in the first paragraph stating the writer’s disagreement with the writing prompt, followed by three pieces of supporting reasons and examples.

The second paragraph makes the point that counselors are the ones who are supposed to relate to students and that teachers with no knowledge are not worthwhile as teachers.

In the third paragraph the writer tries to describe the fact that knowledge is important by stating that students wanted to take courses from a teacher who was known to possess special knowledge even though they knew the teacher was not entertaining.

The fourth paragraph contains the very interesting idea that teachers have the obligation to pass on what they have had the privilege of learning, but this paragraph in particular has a few problems with somewhat unclear expression of concepts: (1) errors of word choice in the word “conceding” (not clear exactly what word is intended here) and in the term “‘advantaged’ education” (advanced education or advantages of education?) and (2) a problem with unclear connection of ideas (why is it said that “We all learn because we want to become the better person that this world needs?”).

Overall, this essay is well organized, but the slightly unclear connection of ideas and the language chosen, especially in the final paragraph, prevent this response from rising above the 4 level.



Sumber:


2. ETS, TOEFL



5. Dan Sumber Lainnya


Ucapan Terima Kasih:

Kepada Kedua Orang Tuaku dan adiku Fahmi Ramadhan yang Selalu menyemangati dan "Rewel/banyak nanya ^_^" he.,.he.,kakak selalu semangat dik
Guru-guruku terkasih dan sahabat-sahabatku semua terima kasih sekali lagi atas ilmu dan motivasi yang terus diberikan tiada henti.


Disusun ulang Oleh:

Arip Nurahman

Pendidikan Fisika, FPMIPA. Unversitas Pendidikan Indonesia

&

Follower Open Course Ware at MIT-Harvard University, Cambridge. USA.


Semoga Bermanfaat, Terima Kasih dan Tetap Semangat

Senin, 13 April 2009

MENGANALISIS PERKEMBANGAN KURIKULUM S M A

pendahuluan

Dalam proses pembelajaran, kurikulum merupakan salah satu komponen yang sangat penting, selain guru, sarana dan prasarana pendidikan lainnya. Oleh karena itu, kurikulum digunakan sebagai acuan dalam penyelenggaraan pendidikan dan sekaligus sebagai salah satu indikator mutu pendidikan. Di Indonesia tercatat telah lima kali revisi kurikulum pendidikan dasar dan menengah, yaitu pada tahun 1968, tahun 1975, tahun 1984, tahun 1994 dan ujicoba kurikulum tahun 2004. Revisi kurikulum tersebut bertujuan untuk mewujudkan kurikulum yang sesuai dengan tuntutan dan kebutuhan masyarakat, guna mengantisipasi perkembangan jaman, serta untuk memberikan guideline atau acuan bagi penyelenggaraan pembelajaran di satuan pendidikan.

Sesuai dengan Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional disebutkan bahwa, pengembangan kurikulum dilakukan dengan mengacu pada Standar Nasional Pendidikan, dan kurikulum pada semua jenjang dan jenis pendidikan dikembangkan dengan prinsip diversifikasi sesuai dengan satuan pendidikan, potensi daerah, dan peserta didik. Selanjutnya dalam Peraturan Pemerintah Nomor 19 Tahun 2005 tentang Standar Nasional Pendidikan, disebutkan bahwa standar yang terkait langsung dengan kurikulum adalah Standar Isi dan Standar Kompetensi Lulusan, dan telah diatur dalam Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Nomor 22 Tahun 2006 tentang Standar Isi dan Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Nomor 23 Tahun 2006 tentang Standar Kompetensi Lulusan serta Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Nomor 24 Tahun 2006 tentang Pelaksanaan Standar Isi dan Standar Kompetensi Lulusan, tersebut di atas.

Berdasarkan Standar Isi (SI) dan Standar Kompetensi Lulusan (SKL) serta panduan, maka Satuan Pendidikan Dasar dan Menengah diharapkan dapat mengembangkan Kurikilum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) sesuai dengan satuan pendidikan, potensi daerah/karakteristik daerah, sosial budaya masyarakat setempat, dan peserta didik. Mengingat bahwa Standar Isi, Standar Kompetensi Lulusan dan KTSP ini harus sudah dilaksanakan oleh semua satuan pendidikan dasar dan menengah pada tahun ajaran 2009/2010, maka kegiatan sosialisasi dan pelatihan Standar Isi, Standar Kompetensi Lulusan dan pengembangan KTSP bagi para pendidik, tenaga kependidikan dan para pemangku kepentingan (stakeholders) pendidikan lainnya harus dilakukan kordinasi dan sinergi dengan semua pihak yang terkait, dan segera dilaksanakan secara terencana, terpadu dan berkelanjutan.

Oleh karena itu, semua lapisan masyarakat yang terkait dengan pendidikan, baik secara langsung maupun tidak langsung, baik sebagai pengambil kebijakan, pelaksana, maupun masyarakat umum hendaknyamemiliki pemahaman yang baik terhadap perubahan kebijakan tentang kurikulum tersebut. Dengan kesetaraan pemahaman tersebut seluruh upaya peningkatan mutu pendidikan nasional akan mendapatkan dukungan dari segala penjuru dan hal ini akan menjamin keberhasilannya.


ISI KURIKULUM

A. Perjalanan Kurikulum Nasional

Dalam perjalanan sejarah sejak tahun 1945, kurikulum pendidikan nasional telah mengalami perubahan, yaitu pada tahun 1947, 1952, 1964, 1968, 1975, 1984, 1994, dan direncanakan pada tahun 2004. Perubahan tersebut merupakan konsekuensi logis dari terjadinya perubahan sistem politik, sosial budaya, ekonomi, dan iptek dalam masyarakat berbangsa dan bernegara. Sebab, kurikulum sebagai seperangkat rencana pendidikan perlu dikembangkan secara dinamis sesuai dengan tuntutan dan perubahan yang terjadi di masyarakat. Semua kurikulum nasional dirancang berdasarkan landasan yang sama, yaitu Pancasila dan UUD 1945, perbedaanya pada penekanan pokok dari tujuan pendidikan serta pendekatan dalam merealisasikannya.

B. Perubahan krukulum Dari Tahun 1975-1994

a. Kurikulum Tahun 1975

Kurikulum 1975 sebagai pengganti kurikulum 1968 menggunakan pendekatan-pendekatan di antaranya sebagai berikut.

ü Menganut pendekatan integrative dalam arti bahwa setiap pelajaran memiliki arti dan peranan yang menunjang kepada tercapainya tujuan-tujuan yang lebih integratif.

ü Menganut pendekatan sistem instruksional yang dikenal dengan Prosedur Pengembangan Sistem Instruksional (PPSI). Sistem yang senantiasa mengarah kepada tercapainya tujuan yang spesifik, dapat diukur dan dirumuskan dalam bentuk tingkah laku siswa.

ü Dipengaruhi psikologi tingkah laku dengan menekankan kepada stimulus respon (rangsang-jawab) dan latihan (drill).

Kurikulum 1975 hingga menjelang tahun 1983 dianggap sudah tidak mampu lagi memenuhi kebutuhan masyarakat dan tuntutan ilmu pengetahuan dan teknologi. Bahkan sidang umum MPR 1983 yang produknya tertuang dalam GBHN 1983 menyiratakan keputusan politik yang menghendaki perubahan kurikulum dari kurikulum 1975 ke kurikulum 1984. Karena itulah pada tahun 1984 pemerintah menetapkan pergantian kurikulum 1975 oleh kurikulum 1984.

b. Kurikulum Tahun 1984

Menjelang tahun 1983 antara kebutuhan atau tuntutan masyarakat dan ilmu pengetahuan/teknologi terhadap pendidikan dalam kurikulum 1975 dianggap tidak sesuai lagi, oleh karena itu diperlukan perubahan kurikulum. Kurikulum 1984 tampil sebagai perbaikan atau revisi terhadap kurikulum 1975. Kurikulum 1984 memiliki ciri-ciri sebagai berikut:

ü Berorientasi kepada tujuan instruksional. Didasari oleh pandangan bahwa pemberian pengalaman belajar kepada siswa dalam waktu belajar yang sangat terbatas di sekolah harus benar-benar fungsional dan efektif. Oleh karena itu, sebelum memilih atau menentukan bahan ajar, yang pertama harus dirumuskan adalah tujuan apa yang harus dicapai siswa.

ü Pendekatan pengajarannya berpusat pada anak didik melalui cara belajar siswa aktif (CBSA). CBSA adalah pendekatan pengajaran yang memberikan kesempatan kepada siswa untuk aktif terlibat secara fisik, mental, intelektual, dan emosional dengan harapan siswa memperoleh pengalaman belajar secara maksimal, baik dalam ranah kognitif, afektif, maupun psikomotor.

ü Menanamkan pengertian terlebih dahulu sebelum diberikan latihan. Konsep-konsep yang dipelajari siswa harus didasarkan kepada pengertian, baru kemudian diberikan latihan setelah mengerti. Untuk menunjang pengertian alat peraga sebagai media digunakan untuk membantu siswa memahami konsep yang dipelajarinya.

kurikulum 1984, proses pembelajaran menekankan pada pola pengajaran yang berorientasi pada teori belajar mengajar dengan kurang memperhatikan muatan (isi) pelajaran. Hal ini terjadi karena berkesesuaian suasan pendidikan di LPTK (lembaga Pendidikan Tenaga Kependidikan) pun lebih mengutamakan teori tentang proses belajar mengajar. Akibatnya, pada saat itu dibentuklah Tim Basic Science yang salah satu tugasnya ikut mengembangkan kurikulum di sekolah. Tim ini memandang bahwa materi (isi) pelajaran harus diberikan cukup banyak kepada siswa, sehingga siswa selesai mengikuti pelajaran pada periode tertentu akan mendapatkan materi pelajaran yang cukup banyak.

c. Kurikulum 1994

Kurikulum 1994 dibuat sebagai penyempurnaan kurikulum 1984 dan dilaksanakan sesuai dengan Undang-Undang no. 2 tahun 1989 tentang Sistem Pendidikan Nasional. Hal ini berdampak pada sistem pembagian waktu pelajaran, yaitu dengan mengubah dari sistem semester ke sistem caturwulan. Dengan sistem caturwulan yang pembagiannya dalam satu tahun menjadi tiga tahap diharapkan dapat memberi kesempatan bagi siswa untuk dapat menerima materi pelajaran cukup banyak.

Terdapat ciri-ciri yang menonjol dari pemberlakuan kurikulum 1994, di antaranya sebagai berikut.

ü Pembagian tahapan pelajaran di sekolah dengan sistem caturwulan

ü Pembelajaran di sekolah lebih menekankan materi pelajaran yang cukup padat (berorientasi kepada materi pelajaran/isi)

ü Dalam pelaksanaan kegiatan, guru hendaknya memilih dan menggunakan strategi yang melibatkan siswa aktif dalam belajar, baik secara mental, fisik, dan sosial. Dalam mengaktifkan siswa guru dapat memberikan bentuk soal yang mengarah kepada jawaban konvergen, divergen (terbuka, dimungkinkan lebih dari satu jawaban), dan penyelidikan.

ü Dalam pengajaran suatu mata pelajaran hendaknya disesuaikan dengan kekhasan konsep/pokok bahasan dan perkembangan berpikir siswa, sehingga diharapkan akan terdapat keserasian antara pengajaran yang menekankan pada pemahaman konsep dan pengajaran yang menekankan keterampilan menyelesaikan soal dan pemecahan masalah.

ü Pengajaran dari hal yang konkrit ke hal yang abstrak, dari hal yang mudah ke hal yang sulit, dan dari hal yang sederhana ke hal yang komplek.

ü Pengulangan-pengulangan materi yang dianggap sulit perlu dilakukan untuk pemantapan pemahaman siswa.

C. Kurikulum Berbasis Kompetensi – Versi Tahun 2002 dan 2004

Usaha pemerintah dalam rangka meningkatkan mutu pendidikan terutama meningkatkan hasil belajar siswa dalam berbagai mata pelajaran terus menerus dilakukan, seperti penyempurnaan kurikulum, materi pelajaran, dan proses pembelajaran. Hal ini sesuai dengan yang dikemukakan oleh Soejadi (1994:36), khususnya dalam mata pelajaran matematika mengatakan bahwa kegiatan pembelajaran matematika di jenjang persekolahan merupakan suatu kegiatan yang harus dikaji terus menerus dan jika perlu diperbaharui agar dapat sesuai dengan kemampuan murid serta tuntutan lingkungan.

Implementasi pendidikan di sekolah mengacu pada seperangkat kurikulum. Salah satu bentuk inovasi yang dikembangkan pemerintah guna meningkatkan mutu pendidikan adalah melakukan inovasi di bidang kurikulum. Kurikulum 1994 perlu disempurnakan lagi sebagai respon terhadap perubahan struktural dalam pemerintahan dari sentralistik menjadi desentralistik sebagai konsekuensi logis dilaksanakannya UU No. 22 dan 25 tahun 1999 tentang Otonomi Daerah.

Kurikukum yang dikembangkan saat ini diberi nama Kurikulum Berbasis Kompetensi. Pendidikan berbasis kompetensi menitikberatkan pada pengembangan kemampuan untuk melakukan (kompetensi) tugas-tugas tertentu sesuai dengan standar performance yang telah ditetapkan. Competency Based Education is education geared toward preparing indivisuals to perform identified competencies (Scharg dalam Hamalik, 2000: 89). Hal ini mengandung arti bahwa pendidikan mengacu pada upaya penyiapan individu yang mampu melakukan perangkat kompetensi yang telah ditentukan. Implikasinya adalah perlu dikembangkan suatu kurikulum berbasis kompetensi sebagai pedoman pembelajaran.

Kompetensi merupakan pengetahuan, keterampilan, dan nilai-nilai dasar yang direfleksikan dalam kebiasaan berpikir dan bertindak. Kebiasaan berpikir dan bertindak secara konsisten dan terus menerus dapat memungkinkan seseorang untuk menjadi kompeten, dalam arti memiliki pengetahuan, keterampilan, dan nilai-nilai dasar untuk melakukan sesuatu (Puskur, 2002a).

Kurikulum Berbasis Kompetensi merupakan perangkat rencana dan pengaturan tentang kompetensi dan hasil belajar yang harus dicapai siswa, penilaian, kegiatan belajar mengajar, dan pemberdayaan sumber daya pendidikan dalam pengembangan kurikulum sekolah. Kurikulum Berbasis Kompetensi berorientasi pada: (1) hasil dan dampak yang diharapkan muncul pada diri peserta didik melalui serangkaian pengalaman belajar yang bermakna, dan (2) keberagaman yang dapat dimanifestasikan sesuai dengan kebutuhannya (Puskur, 2002a).

Kurikulum Berbasis Kompetensi memiliki ciri-ciri sebagai berikut:

ü Menekankan pada ketercapaian kompetensi siswa baik secara individual maupun klasikal.

ü Berorientasi pada hasil belajar (learning outcomes) dan keberagaman.

ü Penyampaian dalam pembelajaran menggunakan pendekatan dan metode yang bervariasi.

ü Sumber belajar bukan hanya guru, tetapi juga sumber belajar lainnya yang memenuhi unsur edukatif.

ü Penilaian menekankan pada proses dan hasil belajar dalam upaya penguasaan atau pencapaian suatu kompetensi

Struktur kompetensi dasar Kurikulum Berbasis Kompetensi ini dirinci dalam komponen aspek, kelas dan semester. Keterampilan dan pengetahuan dalam setiap mata pelajaran, disusun dan dibagi menurut aspek dari mata pelajaran tersebut.

Pernyataan hasil belajar ditetapkan untuk setiap aspek rumpun pelajaran pada setiap level. Perumusan hasil belajar adalah untuk menjawab pertanyaan, “Apa yang harus siswa ketahui dan mampu lakukan sebagai hasil belajar mereka pada level ini?”. Hasil belajar mencerminkan keluasan, kedalaman, dan kompleksitas kurikulum dinyatakan dengan kata kerja yang dapat diukur dengan berbagai teknik penilaian.

Setiap hasil belajar memiliki seperangkat indikator. Perumusan indikator adalah untuk menjawab pertanyaan, “Bagaimana kita mengetahui bahwa siswa telah mencapai hasil belajar yang diharapkan?”. Guru akan menggunakan indikator sebagai dasar untuk menilai apakah siswa telah mencapai hasil belajar seperti yang diharapkan. Indikator bukan berarti dirumuskan dengan rentang yang sempit, yaitu tidak dimaksudkan untuk membatasi berbagai aktivitas pembelajaran siswa, juga tidak dimaksudkan untuk menentukan bagaimana guru melakukan penilaian. Misalkan, jika indikator menyatakan bahwa siswa mampu menjelaskan konsep atau gagasan tertentu, maka ini dapat ditunjukkan dengan kegiatan menulis, presentasi, atau melalui kinerja atau melakukan tugas lainnya.

D. Kurikulum Berbasis Kompetensi – Versi KTSP (Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan)

Implementasi Undang-Undang Nomor 20 tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional dijabarkan ke dalam sejumlah peraturan antara lain Peraturan Pemerintah Nomor 19 Tahun 2005 tentang Standar Nasional Pendidikan. Peraturan Pemerintah ini memberikan arahan tentang perlunya disusun dan dilaksanakan delapan standar nasional pendidikan, yaitu: (1)standar isi, (2)standar proses, (3)standar kompetensi lulusan, (4)standar pendidik dan tenaga kependidikan, (5)standar sarana dan prasarana, (6)standar pengelolaan, standar pembiayaan, dan (7)standar penilaian pendidikan.

Kurikulum dipahami sebagai seperangkat rencana dan pengaturan mengenai tujuan, isi, dan bahan pelajaran serta cara yang digunakan sebagai pedoman penyelenggaraan kegiatan pembelajaran untuk mencapai tujuan pendidikan tertentu, maka dengan terbitnya Peraturan Pemerintah Nomor 19 Tahun 2005, pemerintah telah menggiring pelaku pendidikan untuk mengimplementasikan kurikulum dalam bentuk Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan, yaitu kurikulum operasional yang disusun oleh dan dilaksanakan di setiap satuan pendidikan.

Secara substansial, pemberlakuan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) lebih kepada mengimplementasikan regulasi yang ada, yaitu PP No. 19/2005. Esensi isi dan arah pengembangan pembelajaran tetap masih bercirikan tercapainya paket-paket kompetensi (dan bukan pada tuntas tidaknya sebuah subject matter), yaitu:

ü Menekankan pada ketercapaian kompetensi siswa baik secara individual maupun klasikal.

ü Berorientasi pada hasil belajar (learning outcomes) dan keberagaman.

ü Penyampaian dalam pembelajaran menggunakan pendekatan dan metode yang bervariasi.

ü Sumber belajar bukan hanya guru, tetapi juga sumber belajar lainnya yang memenuhi unsur edukatif.

ü Penilaian menekankan pada proses dan hasil belajar dalam upaya penguasaan atau pencapaian suatu kompetensi.

KERANGKA DASAR DAN STRUKTUR KURIKULUM

A. Kerangka dasar Kurikulum.

1. Kelompok Mata Pelajaran

Peraturan Pemerintah Nomor 19 Tahun 2005 tentng Standar Nasional Pendidikan pasal 6 ayat (1) menyatakan bahwa kurikulum untuk jenis pendidikan umum, kejuruan dan khusus pada jenjang pendidikan dasar dan menegah terdiri atas :

a. Kelompok mata pelajaran agama dan akhlak mulia;

b. Kelompok mata pelajaran kewarganegaraan dan kepribadian;

c. Kelompok mata pelajaran ilmu pengetahuan dan teknologi

d. Kelompok mata pelajaran estetika;

e. Kelompok mata pelajaran jasmani, olahraga dan kesehatan.

2. Prinsip Pengembangan Kurikulum

Kurikulum tingkat satuan pendidikan jenjang pendidikan dasar dan menegah dikembangkan oleh sekolah dan komite sekolah berpedoman pada standar kompetensi lulusan dan standar isi serta panduan penyusunan kurikulum yang dibuat oleh BSNP. Kurikulum dikembangkan berdasarkan prinsip-prinsip berikut:

a. Berpusat pada potensi, perkembangan , kebutuhan, dan kepentingan peserta didik.

b. Beragam dan terpadu

c. Tanggap terhadap perkembangan ilmu pengetahuan, teknologi, dan seni

d. Relevan dengan kebutuhan kehidupan

e. Menyeluruh dan berkesinambungan

f. Belajar sepanjang hayat

3. Prinsip Pelaksanaan Kurikulum

Dalam pelaksanaan kurikulum di setiap satuan pendidikan menggunakan

prinsip-prinsip sebagai berikut.

a. Pelaksanaan kurikulum didasarkan pada potensi, perkembangan dan kondisi

peserta didik untuk menguasai kompetensi yang berguna bagi dirinya. Dalam hal ini peserta didik harus mendapatkan pelayanan pendidikan yang bermutu, serta memperoleh kesempatan untuk mengekspresikan dirinya secara bebas, dinamis dan menyenangkan.

b. Kurikulum dilaksanakan dengan menegakkan kelima pilar belajar, yaitu:

(a) belajar untuk beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa,

(b )belajar untuk memahami dan menghayati,

(c) belajar untuk mampumelaksanakan dan berbuat secara efektif,

(d) belajar untuk hidup bersama dan berguna bagi orang lain, dan

(e) belajar untuk membangun danmenemukan jati diri, melalui proses

pembelajaran yang aktif, kreatif,efektif, dan menyenangkan.

c. Pelaksanaan kurikulum memungkinkan peserta didik mendapat pelayanan yang

bersifat perbaikan, pengayaan, dan/atau percepatan sesuai dengan potensi,

tahap perkembangan, dan kondisi peserta didik dengan tetap memperhatikan

keterpaduan pengembangan pribadi peserta didik yang berdimensi ke-Tuhanan,

keindividuan, kesosialan, dan moral.

d. Kurikulum dilaksanakan dalam suasana hubungan peserta didik dan pendidik

yang saling menerima dan menghargai, akrab, terbuka, dan hangat, dengan

prinsip tut wuri handayani, ing madia mangun karsa, ing ngarsa sung tulada

(di belakang memberikan daya dan kekuatan, di tengah membangun semangat

dan prakarsa, di depan memberikan contoh dan teladan).

e. Kurikulum dilaksanakan dengan menggunakan pendekatan multistrategi dan

multimedia, sumber belajar dan teknologi yang memadai, dan memanfaatkan

lingkungan sekitar sebagai sumber belajar, dengan prinsip alam takambang jadi

guru (semua yang terjadi, tergelar dan berkembang di masyarakat dan

lingkungan sekitar serta lingkungan alam semesta dijadikan sumber belajar,

contoh dan teladan).

f. Kurikulum dilaksanakan dengan mendayagunakan kondisi alam, sosial dan

budaya serta kekayaan daerah untuk keberhasilan pendidikan dengan muatan

seluruh bahan kajian secara optimal.

g. Kurikulum yang mencakup seluruh komponen kompetensi mata pelajaran,

muatan lokal dan pengembangan diri diselenggarakan dalam keseimbangan,

keterkaitan, dan kesinambungan yang cocok dan memadai antarkelas dan jenis

serta jenjang pendidikan





POBLEMATIKA

A. Permasalahan yang terjadi pada perubahan kurikulum.

Secara umum dasar perubahan kurikulum 1975-1984 Terdapat ketidakserasian antara materi kurikulum berbagai bidang studi dengan kemampuan anak didik, Terlalu padatnya isi kurikulum yang harus diajarkan hampir di setiap jenjang. Kurikulum 1994 kurikulum 1994 muncul beberapa permasalahan, terutama sebagai akibat dari kecenderungan kepada pendekatan penguasaan materi (content oriented), di antaranya sebagai berikut:

ü Beban belajar siswa terlalu berat karena banyaknya mata pelajaran dan banyaknya materi/substansi setiap mata pelajaran

ü Materi pelajaran dianggap terlalu sukar karena kurang relevan dengan tingkat perkembangan berpikir siswa, dan kurang bermakna karena kurang terkait dengan aplikasi kehidupan sehari-hari.

B. Solusi dalam Perubahan Kurikulum.

Permasalahan di atas terasa saat berlangsungnya pelaksanaan kurikulum 1994. Hal ini mendorong para pembuat kebijakan untuk menyempurnakan kurikulum tersebut. Salah satu upaya penyempurnaan itu diberlakukannya Suplemen Kurikulum 1994. Penyempurnaan tersebut dilakukan dengan tetap mempertimbangkan prinsip penyempurnaan kurikulum, yaitu:

ü Penyempurnaan kurikulum secara terus menerus sebagai upaya menyesuaikan kurikulum dengan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi, serta tuntutan kebutuhan masyarakat.

ü Penyempurnaan kurikulum dilakukan untuk mendapatkan proporsi yang tepat antara tujuan yang ingin dicapai dengan beban belajar, potensi siswa, dan keadaan lingkungan serta sarana pendukungnya.

ü Penyempurnaan kurikulum dilakukan untuk memperoleh kebenaran substansi materi pelajaran dan kesesuaian dengan tingkat perkembangan siswa.

ü Penyempurnaan kurikulum mempertimbangkan berbagai aspek terkait, seperti tujuan materi, pembelajaran, evaluasi, dan sarana/prasarana termasuk buku pelajaran.

ü Penyempurnaan kurikulum tidak mempersulit guru dalam mengimplementasikannya dan tetap dapat menggunakan buku pelajaran dan sarana prasarana pendidikan lainnya yang tersedia di sekolah.