Senin, 10 Desember 2012

Slowspeed Atau Long Exposure Frontal Dengan Matahari

Istilah SS atau Slowspeed bagi penggemar fotografi dengan kamera DSLR memang bukan hal baru lagi. Tehnik bukaan lama ini digunakan untuk mendapatkan efek motion dari obyek foto atau tampilan air yang lembut dalam foto landscape.
Namun untuk para entry level, tehnik ini sering gagal terutama pada foto landscape sunset. over exposure atau foto menjadi putih selalu menjadi kendala. Filter yang mampu menurunkan intensitas cahaya dengan kualitas bagus juga bukan barang murah.
Filter memang tetap menjadi barang wajib jika kita ingin membuat foto dengan bukaan lama untuk landscape yang bersifat frontal dengan matahari, tapi tidak harus mahal yang penting berkualitas bagus. Seperti contoh foto di bawah, saya hanya menggunakan filter ND 8 glass yang dipasang pada ujung lensa Nikon 18-200 yang terpasang pada Nikon D300 saya.


Foto pertama posisi matahari dengan sunset penuh dengan cahaya yang agak kuat. Data exif ; Focal length 40mm, f/14, 1/8 sec, ISO auto, Exposure compentation -4 step.


Foto kedua seluruh setingan masih sama kecuali Focal Length yang berubah menjadi 32mm.


Foto ketiga sama dengan setingan foto kedua, hanya bukaan menjadi 1/6 sec agar mendapatkan efek air sedikit lebih lembut.

Settingan di atas dapat dirobah sesuai keinginan, hanya saja untuk bukaan yang sedikit lebih lama memerlukan filter yang lebih tinggi atau  atau f kecil dengan catatan focal lengthnya menyesuaikan agar ketajaman tidak direduksi dengan ekstrim.
Selamat mencoba, selamat bereksperimen..keep jepret. Semoga bermanfaat..salam.

Minggu, 11 November 2012

Ulet dan Sabar Dalam Fotografi


Apakah Judul tulisan ini lebay ? juga sepertinya akan menjelaskan konsep yang membosankan, basi dan teoritis ? Tidak kawan, jauh dari hal-hal seperti itu.
Saya sebenarnya hanya sekedar share pengalaman untuk kawan-kawan yang hobi fotografi, bahwa melatih kesabaran dan keuletan untuk sebuah moment yang lama kita idamkan, sebaiknya latihlah pada si emprit.
Kenapa harus emprit ? Sebab inilah jenis burung kecil mungil dengan kecepatan terbang yang luar biasa singkat. Bahkan dalam jarak pendek mereka terkadang hanya melompat. Dan terutama mereka mudah dijumpai bertebaran di sekitar tempat tinggal kita.
Satu lagi yang hampir terlewatkan. Fotolah burung ini apa adanya sesuai kondisi liarnya. Jangan diumpan dengan menggunakan makanan, sebab bukankah kita sedang mengasah dan melatih tantangan dalam fotografi ?

Dalam fotografi, memotret burung liar dikenal dengan birding. Dengan modal lensa tele dan rajin hunting ke lokasi habitatnya, kita akan mendapatkan bermacam moment burung yang akan kita foto.
Tetapi bagaimana dengan foto emprit dalam kondisi terbang ? Mungkin sesuatu yang cukup sulit (di gugling juga hanya ada beberapa saja). Ujian kecepatan dan ketepatan fokus lensa kamera plus kesabaran, leher pegal juga mata kelilipan mungkin akan kita alami dengan burung liar kecil mungil ini.

Pada foto-foto di bawah ini, saya menggunakan Nikon D300 + Lensa 18-200 VR.
Mode Manual, Focal Length 150mm (ketajaman lensa ini hanya pada 135 s/d 150 mm), F/5.6, Speed 1000 dan ISO 200.
Auto Focus dimatikan mengingat kecepatan 18-200 mm pun tidak dapat mengunci kecepatan terbang si emprit dalam jarak pendek.
Sebagai gantinya, area fokus dipilih pada ujung bunga dan atap rumah, dengan perkiraan area tajam tersebut akan dilewati burung.
Kendala frontal dengan kondisi langit yang sangat cerah di pagi hari terpaksa diabaikan sebab posisi membelakanginya tidak mungkin lagi juga si emprit yang super lincah akan menghindar dan berpindah ke area lain. So disinilah kesabaran itu :)
Hasilnya mungkin bola mata si emprit tidak muncul pada foto yang dihasilkan. Tetapi jika anda mencobanya dengan tele lens yang lebih berkelas mungkin hasilnya akan lebih baik.

And..jangan lupa centang kesan yang anda dapat setelah akhir tulisan ini...salam.














Kamis, 27 September 2012

Akreditasi Jurusan PGSD 2012

Penyelenggaraan program studi PGSD diawali dengan dibukanya Program D2 PGSD pada tahun 1992 dengan SK No. 400B/DIKTI/Kep/1992. Kemudian dibuka program S1 dimulai tahun 2002 dengan izin operasional No. 914/D/T/2002. Pada saat ini telah dibuka pula program Pasca Sarjana/S2 Program Pendidikan Dasar.

Program Stusi PGSD di bebagai universitas terus melakukan peningkatan mutu daan relevansi produk-produk akademiknya, pengembangan staf, modernisasi prasarana dan saran pendidikan, termasuk infrastruktur teknologi informasi (ICT), meninfkatkan efektifitas dan efisiensi manajemen, pengembangan suasana akademik dan kepedulian pada kualitas dalam komunitas kampus.

Akreditasi Program Pendidikan Profesi Guru :



SK 001/BAN-PT/Ak-I/PPG/II/2012

nowilPerguruan TinggiProgram StudiPeringkatBerlaku sampai dengan
101Universitas Negeri Medan, MedanPPG Pendidikan Guru Sekolah DasarB2017-02-03
203Universitas Negeri Jakarta, JakartaPPG Pendidikan Guru Sekolah DasarB2017-02-03
304Universitas Pendidikan Indonesia, BandungPPG Pendidikan Guru Sekolah DasarB2017-02-03
405Universitas Negeri Yogyakarta, YogyakartaPPG Pendidikan Guru Sekolah DasarC2017-02-03
507Universitas Negeri Malang, MalangPPG Pendidikan Guru Sekolah DasarC2017-02-03
607Universitas Negeri Surabaya, SurabayaPPG Pendidikan Guru Sekolah DasarB2017-02-03




SK 002/BAN-PT/Ak-I/PPG/II/2012
nowilPerguruan TinggiProgram StudiPeringkatBerlaku sampai dengan
102Universitas Bengkulu, BengkuluPPG Pendidikan Guru Sekolah DasarC2017-02-10
209Universitas Negeri Makassar, MakassarPPG Pendidikan Guru Sekolah DasarB2017-02-10
309Universitas Negeri Manado, ManadoPPG Pendidikan Guru Sekolah DasarC2017-02-10
410Universitas Negeri PadangPPG BiologiC2017-02-10
511Universitas Palangka Raya, Palangka RayaPPG Pendidikan Guru Sekolah DasarC2017-02-10




SK 003/BAN-PT/Ak-I/PPG/II/2012
nowilPerguruan TinggiProgram StudiPeringkatBerlaku sampai dengan
102Universitas Lampung, LampungPPG Pendidikan Guru Sekolah DasarC2017-02-17
204Universitas Pendidikan Indonesia, BandungPPG MatematikaB2017-02-17
304Universitas Pendidikan Indonesia, BandungPPG KimiaB2017-02-17
405Universitas Negeri Yogyakarta, YogyakartaPPG MatematikaC2017-02-17
507Universitas Jember, JemberPPG Pendidikan Guru Sekolah DasarB2017-02-17
607Universitas Negeri Malang, MalangPPG MatematikaB2017-02-17
707Universitas Negeri Malang, MalangPPG FisikaC2017-02-17
809Universitas Negeri Manado, ManadoPPG FisikaC2017-02-17




SK 004/BAN-PT/Ak-I/PPG/II/2012
nowilPerguruan TinggiProgram StudiPeringkatBerlaku sampai dengan
110Universitas Negeri Padang, PadangPPG Pendidikan Guru Sekolah DasarB2017-02-23
211Universitas Lambung Mangkurat, BanjarmasinPPG Pendidikan Guru Sekolah DasarB2017-02-23




SK 005/BAN-PT/Ak-I/PPG/II/2012
nowilPerguruan TinggiProgram StudiPeringkatBerlaku sampai dengan
110Universitas Negeri Padang, PadangPPG KimiaB2017-02-03




SK 006/BAN-PT/Ak-I/PPG/II/2012
nowilPerguruan TinggiProgram StudiPeringkatBerlaku sampai dengan
109Universitas Negeri Makassar, MakassarPPG BiologiC2017-03-07




SK 007/BAN-PT/Ak-I/PPG/III/2012
nowilPerguruan TinggiProgram StudiPeringkatBerlaku sampai dengan
109Universitas Negeri Makassar, MakassarPPG KimiaC2017-03-16
209Universitas Negeri Manado, ManadoPPG BiologiC2017-03-16




SK 008/BAN-PT/Ak-I/PPG/III/2012
nowilPerguruan TinggiProgram StudiPeringkatBerlaku sampai dengan
105Universitas Negeri Yogyakarta, YogyakartaPPG FisikaC2017-02-03




Salah satu tujuan diselenggarakannya PGSD adalah agar menghasilkan guru SD baik sebagai guru kelas rendah maupun guru kelas tinggi yang profesional serta mampu mengembangkan program pendidikan ke-SD-an sesuai dengan tuntutan masyrakat meliputi pengembangan konsp pengajaran ke-SD-an, pengembangan karir dalam bidang pembelajaran melakukan penelitian ke-SD-an secara terpadu, dan mengembangkan program kerja kolaboratif ke-SD-an dengan pihak yang terkait.

Akreditasi Institusi Perguruan Tinggi 2012

Akreditasi oleh Ban-PT yang umum kita kenal adalah akreditasi program studi. Memang sejak dibentuknya pada tahun 1994 sampai dengan tahun 2007, BAN-PT hanya melaksanakan akreditasi program studi. Pelaksanaan proses akreditasi pertama kali dilakukan pada tahun 1996, dan hingga Februari 2007, BAN-PT telah melakukan akreditasi terhadap 8146 program studi yang terdiri atas 6192 program studi Sarjana (53,0% dari 11682 program studi sarjana), 653 program studi Magister (65,3% dari 1000 program studi Magister), 42 program studi Doktor (18,0% dari 233 program studi Doktor), dan 1262 program studi Diploma (25,6% dari 4927 program studi Diploma). Program studi yang telah terakreditasi mencapai 45,6% dari 17844 jumlah program studi yang terdaftar. Oleh karena jumlah program studi yang amat besar, pelaksanaan sistem akreditasi program studi seperti yang dilakukan sekarang mengalami banyak kendala, baik dari segi waktu yang panjang untuk menyelesaikan akreditasi seluruh program studi, pembiayaan tinggi dan jumlah asesor yang besar. Selain itu komitmen dan kinerja institusi perguruan tinggi yang bertanggung jawab atas mutu pelaksanaan dan mutu produk program studi dan program lainnya, belum mendapat perhatian dan belum diakreditasi.

Dengan mempertimbangkan hal tersebut di atas, pada tahun 2000 BAN-PT mulai mengembangkan sistem akreditasi institusi perguruan tinggi dengan membentuk Tim yang ditugasi menyusun naskah akademik sistem akreditasi institusi dan perangkat instrumen akreditasi institusi perguruan tinggi. Pada tahun 2002 telah tersusun buku naskah akademik Sistem Akreditasi Institusi, diikuti dengan disusunnya perangkat instrumen akreditasi dan telah disosialisasikan dan diujicobakan.

Berikut kami sampaikan hasil Akreditasi Institusi Perguruan Tinggi Negeri/swasta yang terdiri dari akreditasi institusi Universitas Pendidikan Indonesia (UPI) Bandung, Institut Pemerintahan Dalam Negeri Jatinangor, Universitas Pendidikan Indonesia, Bandung, Institut Pemerintahan Dalam Negeri (IPDN), Politeknik Negeri Lhokseumawe, Universitas Muhammadiyah Sidoarjo, Universitas Islam Riau Pekanbaru, Universitas Kristen Indonesia Jakarta, Sekolah Tinggi Agama Islam Negeri Kerinci Sungai Penuh, Universitas Pekalongan, Universitas Hang Tuah Surabaya, Universitas Pendidikan Ganesha Singaraja Bali, Universitas Satya Negara Jakarta, dan Universitas Negeri Makassar Sulawesi Selatan.

Daftar Hasil Akreditasi Institusi Perguruan Tinggi :



No SK Nama Perguruan Tinggi Peringkat
1 001/BAN-PT/Ak-III/Inst/II/2012 Universitas Islam Negeri Alaudin, Makassar C (Cukup)
2 002/BAN-PT/Ak-III/Inst/II/2012 Universitas Bina Darma, Palembang C (Cukup)
3 003/BAN-PT/Ak-III/Inst/II/2012 Universitas Pendidikan Indonesia, Bandung B (Baik)
4 004/BAN-PT/Ak-III/Inst/II/2012 Institut Pemerintahan Dalam Negeri, Jatinangor B (Baik)
5 005/BAN-PT/Ak-III/Inst/II/2012 Politeknik Negeri Lhokseumawe, Lhokseumawe C (Cukup)
6 006/BAN-PT/Ak-III/Inst/II/2012 Universitas Muhammadiyah Sidoarjo, Sidoarjo C (Cukup)
7 007/BAN-PT/Ak-III/Inst/II/2012 Universitas Islam Riau, Pekanbaru C (Cukup)
8 008/BAN-PT/Ak-III/Inst/II/2012 Universitas Kristen Indonesia, Jakarta B (Baik)
9 009/BAN-PT/Ak-III/Inst/II/2012 STAIN Kerinci, Sungai Penuh C (Cukup)
10 010/BAN-PT/Ak-III/Inst/II/2012 Universitas Pekalongan C (Cukup)
11 011/BAN-PT/Ak-III/Inst/II/2012 Universitas Hang Tuah, Surabaya C (Cukup)
12 012/BAN-PT/Ak-III/Inst/II/2012 Undiksha B (Baik)
13 013/BAN-PT/Ak-III/Inst/II/2012 Universitas Satya Negara, Jakarta C (Cukup)
14 014/BAN-PT/Ak-III/Inst/II/2012 Universitas Negeri Makassar B (Baik)


Undang-undang RI No. 20 tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional Pasal 60 menyebutkan bahwa akreditasi dilaksanakan terhadap program dan satuan pendidikan. Di samping itu telah pula dikembangkan sebuah buku mengenai Kode Etik Akreditasi Institusi Perguruan Tinggi. Diharapkan perangkat instrumen akreditasi institusi perguruan tinggi ini akan bermanfaat bagi upaya peningkatan mutu perguruan tinggi kita, semoga bermanfaat!

Ketua Ban-PT : Dukung Akreditasi Berbasis IT

Prof. Mansyur Ramli Ketua Dewan Pembina Yayasan Badan Wakaf-Universitas Muslim Indonesia (UMI) ini mendapat amanah baru yang cukup berat. Beliau dinobatkan sebagai Ketua Badan Akreditasi Nasional Perguruan Tinggi (BAN-PT) Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan (Kemdikbud) RI. Mantan Kepala Balitbang Kemdiknas ini mendapat tugas mulia mengawal peningkatan kualitas pendidikan tinggi di tanah air. Selain itu, beliau juga bertugas memperkenalkan serta menyebarluaskan Paradigma Baru dalam Pengelolaan Pendidikan Tinggi. Sekaligus meningkatkan relevansi, atmosfir akademik, pengelolaan institusi, efisiensi dan keberlanjutan pendidikan tinggi.


Pasca terpilihnya mantan rektor UMI ini, yang patut dipuji adalah beliau langsung menggelar rapat dengan pejabat lain di BAN-PT, sampai larut malam. Alasan putra Luwu ini ternyata sangat sederhana. Ingin memanfaatkan waktu sebaik mungkin. Ia sepakat dengan prinsip Jusuf Kalla dalam segala hal, lebih cepat itu lebih baik. Guru besar UMI ini diserahi amanah sebagai ketua BAN-PT periode 2012-2017. Prof. Mansyur Ramli terpilih secara aklamasi. Beliau memang menjadi calon prioritas mengingat sosoknya di dunia pendidikan nasional tidak asing lagi. Mansyur menggantikan Ketua BAN-PT periode 2006-2012, Kamanto Sunarto. Mansyur siap bekerja keras. Target menuntaskan program yang telah dijalankan dan belum terselesaikan ketua sebelumnya, siap dikebut. Tugas terberat BAN-PT saat ini adalah mengakreditasi seluruh Perguruan Tinggi baik negeri maupun swasta di Indonesia. Menurut data ada beberapa ribu PTN dan PTS di Indonesia. Sebagian belum mendapatkan akreditasi baik secara periodik maupun tingkat kampus. Bekerja sebagai ketua BAN-PT, Mansyur akan didampingi Dwi Sasongko. Dosen Institut Teknologi Bandung (ITB) itu terpilih sebagai sekertaris BAN-PT. Berikut kami sampaikan beberapa visi dan misi dari Ketua Ban-PT Prof. Mansyur Ramli.


Terkait masalah orientasi akreditasi beliau berpandangan bahwa pendidikan sebenarnya bukan hanya menengah ke bawah, tapi ada pendidikan tinggi. Ketika menjadi Kepala Balitbang, sebelumnya ada pembagian kewenangan bahwa Balitbang Kemdiknas hanya menangani pendidikan menengah ke bawah. Dengan terpilihnya sebagai Ketua BAN-PT, orientasi akreditasi pun juga ke pendidikan tinggi. Baik itu perguruan tinggi Kemdikbud, Kementerian Agama, Kementerian Kesehatan, Kementerian Dalam Negeri, dan Kementerian lainnya yang memiliki pendidikan. Akreditasi perguruan tinggi begitu penting, dewasa ini dalam era global atau persaingan mutu, dimana-mana dilakukan standarisasi mutu sekaligus penjaminan atas mutu tersebut. Salah satu fungsi akreditasi yakni penjaminan mutu. Memang ada namanya penjaminan mutu internal (internal quality assurance) yang dilakukan masing-masing perguruan tinggi.


Oleh karena itu, diharapkan semua perguruan tinggi baik swasta atau pun negeri memiliki unit lembaga penjaminan mutu internal. Nah, BAN-PT melakukan perannya sebagai penjamin mutu eksternal. Jadi, melihat kelayakan sebuah program studi dalam menyelenggarakan pendidikan, apakah telah memenuhi standar minimum atau tidak. Kalau memenuhi standar minimum akan diberikan peringkat C, kalau lebih tinggi lagi akan diberikan peringkat B atau A. Berdasarkan nilai yang diperoleh program studi itu apakah A, B, C dilakukan desk evaluation yakni menilai secara berkas-berkas hard copy dan potret dari program studi yang diusulkan. Itu berdasarkan formulir yang telah ditetapkan. Kemudian BAN-PT menunjuk asesor melihat di lapangan apakah yang diajukan itu cocok dengan kenyataan di lapangan.


Misalnya UMI, yang diajukan program studi manajemen. Di cek, di situ ada sepuluh dosen dan tiga guru besar. Di cek di lapangan, betul tidak ada jumlah seperti itu. Mana pula laboratoriumya, dsb. Lalu, setelah dilihat di lapangan, maka asesor itu melapor ke BAN-PT. Barulah dinilai misalnya dapat 250 atau dapat nilai C karena border nilai C adalah 300. Tapi BAN-PT tidak sepenuhnya mempercayai laporan asesor. Ada kemungkinan kekeliruan-kekeliruan. Jadi, majelis BAN-PT melakukan validasi. Apakah penilaian asesor ini wajar atau tidak, tepat atau tidak. Kalau tidak maka direvisi. Kalau ada keraguan maka dilakukan surveillance atau kembali ke lapangan. Apakah yang dipotret asesor itu benar atau tidak. Dimana letak kekurangannya, dan lainnya. Prosesnya memang agak panjang karena kita tidak ingin membuat kesalahan. Hanya karena kekurangan dua sampai tiga poin, bisa saja peringkat akreditasi itu turun atau di bawah peringkatnya. Jadi, harus hati-hati.


Tentang adanya perguruan tinggi yang harus menunggu waktu lama mendapat status akreditasi, beliau mengemukakan alasan :


Pertama, perguruan tinggi itu biasanya enggan mengajukan diri. Ini kan sistemnya pengajuan diri. BAN-PT tidak akan menetapkan status akreditasi jika perguruan tingginya tidak mengajukan akreditasi. Kenapa biasa belum ajukan, karena belum memenuhi syarat. Kalau toh pun sudah diajukan, belum bisa diakreditasi karena masih perlu dilengkapi persyaratannya.


Kedua, prosesnya yang panjang seperti nilai desk evaluation setelah itu masih dicek di lapangan. Apalagi dosen-dosen asesor ini biasanya sibuk juga di kampusnya mengatur jadwal sehingga memerlukan waktu lama.


Visi Ban-PT versi Prof. Mansyur Ramli


Dalam kepemimpinan beliau, menurutnya semuanya akan dipersingkat. Bahkan, ia berpikir ke depan, perlunya kita lebih banyak menggunakan sistem IT (information technology) desk dalam proses akreditasi. Kalau mau dikata seperti online sistem, kira-kira seperti itu.
Jadi, program studi membuat websitenya masing-masing tinggal masukkan berkas-berkasnya , potretnya dan segala macam. Jadi, asesor tidak perlu lagi dikirimi fotocopy berkas yang tebal-tebal. Di kantor BAN-PT, berkas-berkas itu lebih banyak menyita ruang gudang dibanding ruang kantor sendiri. Ini sudah tidak relevan lagi dengan kondisi IT sekarang. Kita harus melakukan perubahan dengan melakukan akreditasi berbasis sistem IT. Sebagai tambahan bahwa akreditasi berlaku selama lima tahun. Kalau suatu PT dapat akreditasi C, maka itu berlaku selama lima tahun. Sampai lima tahun lagi belum di re-akreditasi, maka akreditasinya tetap berlaku sepanjang ia sudah melakukan re-akreditasi enam bulan sebelumnya. Tapi kalau tidak, statusnya bisa gugur selama lima tahun. Akreditasi itu bisa naik-bisa turun. Bahkan dari A bisa statusnya turun menjadi tidak terakreditasi. Kenapa? Ketika itu diusulkan lima tahun lalu, dosennya dan laboratoriumnya lengkap, tapi lima tahun kemudian, dosennya sudah banyak yang pindah, kurang kondusif, tidak di up-grade lagi laboratoriumnya sehingga tidak lagi memenuhi syarat. Tapi bisa juga meningkat. Memang umur akreditasi itu lima tahun, tapi program studi bisa mengajukan dirinya sebelum habis masa lima tahun . Misalnya setahun sebelumnya sudah lengkap dosen dan laboratoriumya, itu boleh diajukan dan ini semua gratis. Tidak seperti era tahun 1990-an, untuk memperoleh status akreditasi membayar. Sekarang gratis karena ditanggung APBN begitu juga perguruan tinggi swasta.


Yang harus dilakukan PT untuk memperoleh status akreditasi atau meningkatkannya


Yang pertama siapkan fasilitas termasuk dosen dan juga melakukan penyelenggaraan pendidikan yang berkualitas. Jangan banyak dosennya doktor dan profesor tapi tak mengajar. Selain itu, perlunya membangun networking baik perguruan tinggi negeri dan swasta. Networking juga sifatnya domestik yakni perguruan tinggi dalam negeri maupun perguruan tinggi luar negeri. Sehingga mungkin ada dosen luar negeri yang bisa mengajar, lalu ada kerja sama manajerial, penelitian dan sebagainya. Jadi, dibuka peluang-peluang untuk bekerjasama. Tapi ingat, perguruan tinggi yang bekerjasama dengan Indonesia adalah perguruan tinggi yang diakui oleh negaranya.


Prof. Mansyur Ramli adalah mantan Kepala Balitbang Kemdiknas periode 2005-2011 dimana beliau banyak menangani pendidikan menengah ke bawah yakni formal, non formal dan informal. Baik dalam perumusan kurikulum maupun evaluasinya termasuk dalam ujian nasional. Selama menggelutinya, paling tidak banyak karya yang beliau hasilkan sebagai sumbangan terhadap peningkatan mutu pendidikan menengah ke bawah.

Senin, 17 September 2012

Menghitung Kebutuhan Guru

Foto: dokumen pribadi pendidikan-tomi-blogspot.com

Hasil studi Dirjen PMPTK Depdiknas (sebelum namanya diganti dan dirjennya dilebur) menunjukkan masih banyak guru yang mismatch, masih banyak sekolah yang kekurangan guru mata pelajaran tertentu, masih banyak penumpukan guru pada sekolah tertentu dan masih banyak guru yang belum memenuhi kualifikasi pendidikan minimal.
Dalam rangka membina dan mengembangkan profesi guru dan untuk menunjang kelancaran pelaksanaan pengelolaan guru, perlu direncanakan pemenuhan kebutuhan, pemindahan, dan pemerataan guru baik guru PNS maupun nonPNS pada sekolah negeri maupun swasta.
TUJUAN
Menghitung kebutuhan guru di setiap sekolah
Menentukan jumlah kekurangan atau kelebihan guru, baik guru kelas maupun guru mata pelajaran
Mengambil kebijakan dalam rangka pengusulan formasi baru atau meredistribusi ketenagaan guru
DASAR PERHITUNGAN
1. Dasar untuk menghitung kebutuhan guru pada setiap sekolah :
-  jumlah siswa
-  jumlah kelas/ rombongan belajar (rombel)
-  jumlah jam setiap mata pelajaran sesuai kurikulum
-  beban wajib mengajar bagi guru
-  jenis dan jenjang satuan pendidikan sesuai dengan tipe sekolah
2. Jumlah jam wajib mengajar guru :
-  Guru mata pelajaran dan guru kelas adalah 24 jam pelajaran (jpl) per minggu
-  Kepala Sekolah 6 jam pelajaran perminggu
-  Wakil Kepala Sekolah 12 jam pelajaran perminggu
-  Guru BK minimal membina 150 siswa atau maksimal 225 siswa
3. Dalam hal menghitung kebutuhan guru untuk formasi CPNS, guru dihitung berdasarkan
-  Sekolah yang dianalisis adalah sekolah negeri
-  Guru yang dianalisis hanya guru PNS
 Hasil perhitungan kebutuhannya adalah merupakan formasi CPNS
4. Perhitungan kebutuhan guru pada sekolah juga memperhitungkan guru honorer atau Guru Tidak Tetap (GTT) yang ada pada sekolah tersebut untuk setiap mata pelajaran
5. Perhitungan untuk mata pelajaran IPS pada jenjang SMP meliputi guru mata pelajaran Ekonomi, Sejarah, dan Geografi. Sedangkan untuk jenjang SMA dirinci dalam mata pelajaran Ekonomi, Sosiologi dan Geografi
6. Perhitungan guru mata pelajaran IPA untuk jenjang SMP meliputi guru mata pelajaran Fisika dan Biologi. Sedangkan, untuk jenjang SMA dirinci dalam mata pelajaran Fisika, Kimia dan Biologi
PRINSIP PERHITUNGAN GURU SD/MI
Setiap kelas harus memiliki 1 (satu) orang guru kelas.
Setiap SD/MI harus memiliki 1 (satu) orang Kepala Sekolah
Setiap SD/MI harus memiliki minimal 1 (satu) orang guru Agama dan 1 (satu) orang guru Pendidikan Jasmani dan Kesehatan
Jika sekolah terdapat siswa yang menganut lebih dari 1 (satu) Agama, maka perhitungan guru Agama disesuaikan dengan kebutuhan dan peraturan yang berlaku

Formulasi Perhitungan Kebutuhan Guru SD/MI

KG = ∑ K + 1 KS + 1 GA + 1 GP
KG          :               Kebutuhan Guru
∑ K          :               Jumlah Rombongan Belajar
KS           :               Kepala Sekolah
GA          :               Guru Agama
GP          :               Guru Pendidikan Jasmani dan Kesehatan

PRINSIP PERHITUNGAN GURU SMP/MTs

Setiap 1 (satu) orang guru mata pelajaran memiliki beban mengajar wajib minimal 24 jam pelajaran perminggu.
Kepala Sekolah wajib mengajar tatap muka 6 jam pelajaran perminggu atau wajib membimbing dan memberikan bimbingan dan konseling kepada sekurang-kurangnya 40 orang siswa.
Wakil Kepala Sekolah minimal 1 (satu) orang dan maksimum 4 (empat) orang, tergantung jumlah siswa dan keberadaan jumlah kelas yang ada. Untuk SMP/MTs, kriteria jumlah Wakil Kepala Sekolah adalah :
                - Rombongan Belajar <9 1="1" kepala="kepala" p="p" satu="satu" sekolah="sekolah" wakil="wakil">                - Rombongan Belajar 10-18, 2 (dua) Wakil Kepala Sekolah
                - Rombongan Belajar 19-27, 3 (tiga) Wakil Kepala Sekolah
                - Rombongan Belajar >28, 4 (empat) Wakil Kepala Sekolah
Wakil Kepala Sekolah wajib mengajar sekurang-kurangnya 12 jam pelajaran perminggu atau memberikan bimbingan dan konseling sekurang-kurangnya 70 orang siswa.
Untuk Guru Bimbingan dan Konseling (BK), 1 (satu) orang guru membimbing 150-225 orang siswa, dan sekurang-kurangnya 1 (satu) orang Guru BK untuk satu sekolah
Khusus untuk Guru Agama, rumus dibawah hanya dipakai untuk 1 (satu) agama. Apabila disekolah terdapat lebih dari 1 (satu) pendidikan agama yang diajarkan, disesuaikan dengan kebutuhan dan peraturan yang berlaku
Formulasi Perhitungan Kebutuhan Guru SMP/MTs
KG =
(SMP1 x SK1) + (SMP2 x SK2) + (SMP3 x SK3)
SW
KG          :               Kebutuhan Guru
∑MP      :               Jumlah jam mata pelajaran perminggu pada mata pelajaran tertentu di satu tingkat
∑ K          :               Jumlah Kelas pada suatu tingkat yang mengikuti pelajaran tertentu
∑ W        :               Jumlah jam wajib mengajar perminggu

PRINSIP PERHITUNGAN GURU SMA/MA

Setiap 1 (satu) orang guru mata pelajaran memiliki beban mengajar wajib minimal 24 jam pelajaran perminggu.
Kepala Sekolah wajib mengajar tatap muka 6 jam pelajaran perminggu atau wajib membimbing dan memberikan bimbingan dan konseling kepada sekurang-kurangnya 40 orang siswa.
Wakil Kepala Sekolah minimal 1 (satu) orang dan maksimum 4 (empat) orang, tergantung jumlah siswa dan keberadaan jumlah kelas yang ada. Untuk SMA/MA, kriteria jumlah Wakil Kepala Sekolah adalah :
                - Rombongan Belajar <9 1="1" kepala="kepala" p="p" satu="satu" sekolah="sekolah" wakil="wakil">                - Rombongan Belajar 10-18, 2 (dua) Wakil Kepala Sekolah
                - Rombongan Belajar 19-27, 3 (tiga) Wakil Kepala Sekolah
                - Rombongan Belajar >28, 4 (empat) Wakil Kepala Sekolah
Wakil Kepala Sekolah wajib mengajar sekurang-kurangnya 12 jam pelajaran perminggu atau memberikan bimbingan dan konseling sekurang-kurangnya 70 orang siswa.
Untuk Guru Bimbingan dan Konseling (BK), 1 (satu) orang guru membimbing 150-225 orang siswa, dan sekurang-kurangnya 1 (satu) orang Guru BK untuk satu sekolah
Khusus untuk Guru Agama, rumus dibawah hanya dipakai untuk 1 (satu) agama. Apabila disekolah terdapat lebih dari 1 (satu) pendidikan agama yang diajarkan, disesuaikan dengan kebutuhan dan peraturan yang berlaku
Formulasi Perhitungan Kebutuhan Guru SMA/MA

KG =
(SMP1 x SK1) + (SMP2 x SK2) + (SMP3 x SK3) + ... (SMPn x SKn)
SW
KG          :               Kebutuhan Guru
∑MP      :               Jumlah jam mata pelajaran perminggu pada mata pelajaran tertentu di satu tingkat
∑ K          :               Jumlah Kelas pada suatu tingkat yang mengikuti pelajaran tertentu
∑ W        :               Jumlah jam wajib mengajar perminggu
CONTOH
Kebutuhan guru mata pelajaran Matematika di SMA A.
Jika di SMA A terdapat :
Kelas X : ada 6 kelas @ 4 jam/minggu      = 6 x 4   = 24 jam/minggu
Kelas XI IPA : ada 4 kelas @ 4 jam/minggu             = 4 x 4   = 16 jam/minggu
Kelas XI IPS : ada 1 kelas @ 4 jam/minggu             = 1 x 4   = 4 jam/minggu
Kelas XI Bhs : ada 1 kelas @ 3 jam/minggu            = 1 x 3   = 3 jam/minggu
Kelas XII IPA : ada 4 kelas @ 4 jam/minggu           = 4 x 4   = 16 jam/minggu
Kelas XII IPS : ada 1 kelas @ 4 jam/minggu            = 1 x 4   = 4 jam/minggu
Kelas XII Bhs : ada 1 kelas @ 3 jam/minggu           = 1 x 3   = 3 jam/minggu
Jumlah                                                                                 = 70 jam/minggu
Maka kebutuhan guru mata pelajaran Matematika di SMA A adalah 70/24 atau 2,91 atau 3 orang guru.

IMPLIKASI KEBIJAKAN
Kekurangan jumlah kebutuhan guru pada satuan pendidikan berimplikasi pada penetapan formasi dan kebijakan rekrutmen guru baru.
Kelebihan jumlah kebutuhan guru pada satuan pendidikan menuntut adanya kebijakan redistribusi dalam rangka pemerataan guru.
Kebijakan Penetapan Formasi dan Rekrutmen Guru
Penetapan formasi guru baru didasarkan atas kebutuhan riil satuan pendidikan, baik untuk guru kelas maupun guru mata pelajaran.
Pelaksanaan rekrutmen guru baru didasarkan atas pertimbangan obyektif, transparan dan akuntabel.
Rekrutmen guru baru didasarkan atas pertimbangan persyaratan minimum kualifikasi dan kompetensi sesuai dengan UU. No. 14 Tahun 2005 tentang Guru dan Dosen dan PP No. 19 Tahun 2005 tentang Standar Nasional Pendidikan.
Kebijakan Redistribusi untuk Pemerataan Guru
Perlu diciptakan keseimbangan jumlah guru sehingga tercipta komposisi guru yang merata pada setiap sekolah.
Secara bertahap dilakukan redistribusi atau pemindahan guru dari sekolah yang kelebihan guru ke sekolah yang membutuhkannya.
Apabila telah dilakukan pemerataan ke sekolah lain tetapi masih tersisa, dapat dilakukan mempromosikan guru sebagai pengawas sekolah atau memprogramkan alih spesialisasi sesuai keahlian lainnya.
Penempatan CPNS guru perlu direncanakan sebagai bagian dan upaya pemerataan guru untuk setiap kab/kota.
Pemindahan guru dari sekolah yang kekurangan guru perlu direncanakan sebaik-baiknya serta disosialisasikan kepada guru yang akan dipindahkan.
Pemindahan guru ke sekolah – sekolah pedalaman/terpencil bukan merupakan bagian dari hukuman kepada guru yang melanggar disiplin.

Jumlah Wakil Kepala Sekolah yang diakui sesuai dengan Permen Diknas Nomor 19 Tahun 2007 tentang Standar Pengelolaan Oleh Satuan Pendidikan Dasar dan Menengah.
Pelaksanaan distribusi guru dianggap selesai per 31 Desember 2011 sesuai dengan penegasan Permen Diknas Nomor 30 Tahun 2011tentang Pemenuhan Beban Kerja Guru dan Pengawas Satuan Pendidikan.
Semoga Bermanfaat

Jumat, 17 Agustus 2012

Aral Bukan "Laut Yang Hilang"

Mungkin anda pernah menjumpai sebuah blog dengan judul bombastis fantastis menulis tentang laut Aral yang menghilang di Uzbekistan. Disertai dengan gambar-gambar fenomenal seperti ini :







Sebenarnya ini adalah kerusakan lingkungan yang parah terhadap "danau terbesar di dunia" ini seperti yang diulas oleh wikipedia.
Laut Aral (bahasa KazakАрал Теңізі Aral TeñiziUzbekOrol Dengizibahasa RusiaАральскοе Мοре Aral'skoye Morebahasa Tajik:Баҳри Арал Bahri Aralbahasa Farsiدریاچه خوارزم Daryocha-i Khorazm) adalah danau yang terletak di Asia Tengah. Danau ini diapit olehKazakhstan (Provinsi Aktobe dan Kyzylorda) di utara dan Uzbekistan (Karakalpakstan) di selatan. Nama danau ini secara kasar dapat diterjemahkan menjadi "Laut Kepulauan", yang merujuk pada lebih dari 1.500 pulau yang pernah ada di danau ini.
Sebelumnya danau ini adalah salah satu danau terbesar di dunia, dengan luas 68.000 km² (26,300 mil²). Sayangnya, danau ini menyusut sejak tahun 1960-an karena sungai yang mengalir ke danau ini dialihkan ke tempat lain untuk proyek irigasi Uni Soviet. Pada tahun 2007, hanya sekitar 10% danau yang masih tersisa.

Industri perikanan pernah berkembang di tempat ini, tetapi industri ini telah hancur akibat penyusutan danau. Wilayah Laut Aral juga tercemar, sehingga mengakibatkan munculnya masalah kesehatan. Penyusutan danau dilaporkan mengakibatkan perubahan iklim lokal. Musim panas menjadi lebih panas dan kering, sementara musim dingin berlangsung lebih panjang dengan suhu yang lebih dingin.
Saat ini Kazakhstan mencoba menyelamatkan Laut Aral Utara. Maka proyek bendungan diselesaikan pada tahun 2005. Pada tahun 2008, permukaan air kembali meninggi. Kadar garam berkurang, dan ikan-ikan kembali bermunculan. Akan tetapi, nasib Laut Aral Selatan masih suram.
Menyusutnya Laut Aral telah dijuluki sebagai "salah satu bencana lingkungan terburuk di planet ini".
Berikut animasi proses penyusutan Laut Aral :

Sabtu, 21 Juli 2012

Riyadhah Ramadhan: Sedikit Tapi Kontinyu

Ketika muncul buku-buku yang berisi tips untuk menumbuhkan rasa senang berpuasa pada anak-anak di bulan Ramadhan, saya sendiri merasa tidak punya tips khusus. Akan tetapi alhamdulillah, seiring usia anak-anak, mereka akhirnya sampai juga pada satu fase punya keinginan sendiri untuk berpuasa, tanpa paksaan, tanpa iming-iming.

Anak-anak kami bisa dikatakan agak terlambat untuk mulai berpuasa dibandingkan anak-anak lain yang bahkan sudah mulai pada usia 6 tahun. Baru di usia 8 Azkia mulai ingin belajar puasa setengah hari, dan di usia 9 tahun nyaris penuh, kecuali batal karena perjalanan jauh kami ke Sumatra Barat dan Aceh tahun lalu.

Sementara itu, si kecil Luqman, tahun lalu, di usia 7 tahun baru mulai mencoba puasa setengah hari sampai jam 3. Namun Ramadhan tahun ini, di hari pertama shaum, terlihat ia berusaha begitu keras. Setelah pukul 12 siang berdentang, ia masih bertahan, menjelang jam 3 ia minta izin berbuka dengan air tapi puasa lagi setelah itu. Saat maghrib tiba, ia tidak mau berbuka makan duluan kecuali bersama-sama.

Kunci inti yang saya simpulkan dalam menanamkan keinginan untuk berpuasa itu sebenarnya lahir dari integritas orang tua. Ketika orang tua menganggap penting puasa Ramadhan, memuliakan hari-hari di bulan ini maka lambat laun anak-anak akan memperoleh aliran energi untuk melakukan hal yang sama. Seperti sebuah celotehan ringan seorang kawan, "Untuk menjadikan anak-anak menjadi baik itu, gampang. Jadilah orang tua yang berakhlak baik, insya Allah anak-anaknya juga akan baik."

Segepok tips hanya diperlukan bagi mereka yang kurang memiliki ikatan emosional dengan anak-anaknya. Percayalah, dengan interaksi yang baik, dengan komunikasi yang baik, yang terjalin antara kita dan anak-anak, nilai-nilai itu tidak perlu dijejalkan, melainkan cukup hanya dicontohkan dan anak-anak akan tergerak untuk menirunya dengan kesadaran sendiri. Adapun pemahaman mereka tentang hakikat amalan yang mereka tiru adalah fase berikutnya, sebagai sebuah perjalanan spiritual mereka sendiri.

Saya tidak membuat form isian untuk melatihkan disiplin Ramadhan. Saya ganti form riyadhah dan semacamnya dengan cukup melatihkan sedikit (1-2) kebiasaan baru yang bisa mereka jangkau secara konsisten. Sederet aktivitas yang terlalu penuh bisa jadi malah tidak sanggup mereka jalani. Akibatnya, mereka tidak memiliki kesan yang baik dengan Ramadhan.

Ketidakmampuan mencapai target bagi anak-anak tidaklah sederhana. Ketika impuls saraf di otak akan melontarkan energi listrik yang luar biasa sehingga gairah belajar naik saat anak berhasil mencapai sesuatu, maka ketika gagal dan terlalu banyak gagalnya, akan berdampak sebaliknya.

Kita tidak perlu membandingkan anak kita dengan anak lain. Setiap anak berkembang sesuai kapasitasnya. Terpenting, proses belajar tidak pernah berhenti. Proses adalah tahapan yang jauh lebih penting untuk dihargai daripada hasil. Tugas manusia adalah berikhtiar, sementara hasilnya ada dalam kekuasaan Allah Yang Maha Berkehendak.

Buat saya, perubahan kecil yang bisa dijalankan secara kontinyu jauh lebih baik daripada perubahan banyak yang hanya sesekali bisa dilakukan. Bukankah Rasulullah SAW bersabda, “Amalan yang lebih dicintai Allah adalah amalan yang terus-menerus dilakukan walaupun sedikit”(HR Bukhari dan Muslim).

Wallahu'alam bishshowwab. Selamat menunaikan ibadah Shaum Ramadhan.

Kamis, 19 Juli 2012

Foto Pertama di Dunia Yang di Upload ke Internet


Begitu dilihat, kesan pertama jelas sekali foto ini terlihat buruk, terlebih dengan kemajuan teknologi photoshop ataupun facebook. Tapi justru foto ini adalah foto bersejarah. foto dari empat perempuan dalam pose menggoda diyakini sebagai gambar pertama yang pernah di upload ke  internet.

Para wanita yang menarik ditampilkan dalam gambar 20 tahun yang lalu. Mereka adalah anggota dari sebuah band parodi yang merupakan pekerja di laboratorium CERN.  Band, yang dikenal sebagai Les Cernettes Horribles, beranggotakan asisten administrasi di laboratorium dan mitra ilmuwan, menurut Motherboard website, yang telah meneliti asal foto itu.



Citra mereka yang diupload karena penemu world wide web, Tim Berners-Lee, bekerja di CERN pada saat itu. Silvano de Gerrano, yang mengambil gambar, bekerja dengan Mr Berners-Lee sebagai pengembang TI di laboratorium. Dia juga berhasil dan menulis lagu untuk Cernettes dan mengambil gambar mereka ketika mereka muncul di sebuah festival musik oleh administrator CERN.

Ketika  Berners-Lee dan timnya menguji versi baru dari sistem web mereka – salah satu yang dapat mendukung foto – ia mendekati Mr de Gennaro, yang melewatinya gambar band. “Ketika sejarah terjadi, Anda tidak tahu bahwa Anda di dalamnya,” kata Mr de Gennaro Motherboard.


pengembang IT Silvano de Gennaro
Bapak Berners-Lee menyerahkan foto, yang diambil pada tanggal 18 Juli 1992, untuk programmer pada proyek web, Jean-François Groff, yang bekerja di atasnya. Bapak Groff mengatakan Motherboard itu, sampai saat itu, tim hanya meletakkan program web di internet untuk seratus outlet, sebagian besar laboratorium fisika.

Dia mengatakan itu membantu meyakinkan bos di CERN popularitas potensi internet.


Berners-Lee
“Untuk meyakinkan manajemen bahwa kita harus terhubung ke Internet CERN dan tidak hanya ke jaringan eksklusif, ‘katanya,’ kita harus berjuang untuk meyakinkan mereka betapa berguna internet itu nanti.  Itu sebabnya kami hanya menempatkan hal yang serius di atasnya. Jadi semacam revolusi untuk berkata, “Sekarang mari kita lakukan sesuatu yang menyenangkan dengan internet”.

Jumat, 18 Mei 2012

Muasal Sejarah Nama Indonesia

Pada zaman purba, kepulauan tanah air disebut dengan aneka nama. Dalam catatan bangsa Tionghoa kawasan kepulauan tanah air dinamai Nan-hai (Kepulauan Laut Selatan). Berbagai catatan kuno bangsa Indoa menamai kepulauan ini Dwipantara (Kepulauan Tanah Seberang), nama yang diturunkan dari kata Sansekerta dwipa (pulau) dan antara (luar, seberang). 

Kisah Ramayana karya pujangga Walmiki menceritakan pencarian terhadap Sinta, istri Rama yang diculik Rahwana, sampai ke Suwarnadwipa (Pulau Emas, yaitu Sumatra sekarang) yang terletak di Kepulauan Dwipantara. Bangsa Arab menyebut tanah air kita Jaza’ir al-Jawi (Kepulauan Jawa). 

Nama Latin untuk kemenyan adalah benzoe, berasal dari bahasa Arab luban jawi (kemenyan Jawa), sebab para pedagang Arab memperoleh kemenyan dari batang pohon Styrax sumatrana yang dahulu hanya tumbuh di Sumatera. Sampai hari ini jemaah haji kita masih sering dipanggil “Jawa” oleh orang Arab. Bahkan orang Indonesia luar Jawa sekalipun. Dalam bahasa Arab juga dikenal Samathrah (Sumatra), Sholibis (Sulawesi), Sundah (Sunda), semua pulau itu dikenal sebagai kulluh Jawi (semuanya Jawa). 

Bangsa-bangsa Eropa yang pertama kali datang beranggapan bahwa Asia hanya terdiri dari Arab, Persia, India dan Tiongkok. Bagi mereka, daerah yang terbentang luas antara Persia dan Tiongkok semuanya adalah “Hindia”. Semenanjung Asia Selatan mereka sebut “Hindia Muka” dan daratan Asia Tenggara dinamai “Hindia Belakang”. Sedangkan tanah air memperoleh nama “Kepulauan Hindia” (Indische Archipel, Indian Archipelago, l’Archipel Indien) atau “Hindia Timur” (Oost Indie, East Indies, Indes Orientales). 

Nama lain yang juga dipakai adalah “Kepulauan Melayu” (Maleische Archipel, Malay Archipelago, l’Archipel Malais). Pada jaman penjajahan Belanda, nama resmi yang digunakan adalah Nederlandsch-Indie (Hindia Belanda), sedangkan pemerintah pendudukan Jepang 1942-1945 memakai istilah To-Indo (Hindia Timur). Eduard Douwes Dekker ( 1820 – 1887 ), yang dikenal dengan nama samaran Multatuli, pernah mengusulkan nama yang spesifik untuk menyebutkan kepulauan tanah air kita, yaitu Insulinde, yang artinya juga “Kepulauan Hindia” ( Bahasa Latin insula berarti pulau). 

Nama Insulinde ini kurang populer. Indonesia Pada tahun 1847 di Singapura terbit sebuah majalah ilmiah tahunan, Journal of the Indian Archipelago and Eastern Asia (JIAEA), yang dikelola oleh James Richardson Logan ( 1819 – 1869 ), seorang Skotlandia yang meraih sarjana hukum dari Universitas Edinburgh. Kemudian pada tahun 1849 seorang ahli etnologi bangsa Ingris, George Samuel Windsor Earl ( 1813 – 1865 ), menggabungkan diri sebagai redaksi majalah JIAEA. Dalam JIAEA Volume IV tahun 1850, halaman 66-74, Earl menulis artikel On the Leading Characteristics of the Papuan, Australian and Malay-Polynesian Nations. 

Dalam artikelnya itu Earl menegaskan bahwa sudah tiba saatnya bagi penduduk Kepulauan Hindia atau Kepulauan Melayu untuk memiliki nama khas (a distinctive name), sebab nama Hindia tidaklah tepat dan sering rancu dengan penyebutan India yang lain. Earl mengajukan dua pilihan nama: Indunesia atau Malayunesia (nesos dalam bahasa Yunani berarti pulau). Pada halaman 71 artikelnya itu tertulis: “… the inhabitants of the Indian Archipelago or Malayan Archipelago would become respectively Indunesians or Malayunesians”. Earl sendiri menyatakan memilih nama Malayunesia (Kepulauan Melayu) daripada Indunesia (Kepulauan Hindia), sebab Malayunesia sangat tepat untuk ras Melayu, sedangkan Indunesia bisa juga digunakan untuk Ceylon ( Srilanka ) dan Maladewa. Earl berpendapat juga bahwa nahasa Melayu dipakai di seluruh kepulauan ini. 

Dalam tulisannya itu Earl memang menggunakan istilah Malayunesia dan tidak memakai istilah Indunesia. Dalam JIAEA Volume IV itu juga, halaman 252-347, James Richardson Logan menulis artikel The Ethnology of the Indian Archipelago. Pada awal tulisannya, Logan pun menyatakan perlunya nama khas bagi kepulauan tanah air kita, sebab istilah “Indian Archipelago” terlalu panjang dan membingungkan. Logan memungut nama Indunesia yang dibuang Earl, dan huruf u digantinya dengan huruf o agar ucapannya lebih baik. Maka lahirlah istilah Indonesia. 

Untuk pertama kalinya kata Indonesia muncul di dunia dengan tercetak pada halaman 254 dalam tulisan Logan: “Mr. Earl suggests the ethnographical term Indunesian, but rejects it in favour of Malayunesian. I prefer the purely geographical term Indonesia, which is merely a shorter synonym for the Indian Islands or the Indian Archipelago”. Ketika mengusulkan nama “Indonesia” agaknya Logan tidak menyadari bahwa di kemudian hari nama itu akan menjadi nama resmi. Sejak saat itu Logan secara konsisten menggunakan nama “Indonesia” dalam tulisan-tulisan ilmiahnya, dan lambat laun pemakaian istilah ini menyebar di kalangan para ilmuwan bidang etnologi dan geografi. 


Pada tahun 1884 guru besar etnologi di Universitas Berlin yang bernama Adolf Bastian (1826 – 1905 ) menerbitkan buku Indonesien oder die Inseln des Malayischen Archipel sebanyak lima volume, yang memuat hasil penelitiannya ketika mengembara ke tanah air pada tahun 1864 sampai 1880. Buku Bastian inilah yang memopulerkan istilah “Indonesia” di kalangan sarjana Belanda, sehingga sempat timbul anggapan bahwa istilah “Indonesia” itu ciptaan Bastian. Pendapat yang tidak benar itu, antara lain tercantum dalam Encyclopedie van Nederlandsch-Indie tahun 1918. 

Padahal Bastian mengambil istilah “Indonesia” itu dari tulisan-tulisan Logan. Pribumi yang mula-mula menggunakan istilah “Indonesia” adalah Suwardi Suryaningrat ( Ki Hajar Dewantara ). Ketika dibuang ke negeri Belanda tahun 1913 beliau mendirikan sebuah biro pers dengan nama Indonesische Pers-bureau. Nama indonesisch (Indonesia) juga diperkenalkan sebagai pengganti indisch (Hindia) oleh Prof. Cornelis van Vollenhoven (1917). 

Sejalan dengan itu, inlander (pribumi) diganti dengan indonesiër (orang Indonesia). Identitas Politik Pada dasawarsa 1920-an, nama “Indonesia” yang merupakan istilah ilmiah dalam etnologi dan geografi itu diambil alih oleh tokoh-tokoh pergerakan kemerdekaan tanah air kita, sehingga nama “Indonesia” akhirnya memiliki makna politis, yaitu identitas suatu bangsa yang memperjuangkan kemerdekaan. 

Akibatnya pemerintah Belanda mulai curiga dan waspada terhadap pemakaian kata ciptaan Logan itu. Pada tahun 1922 atas inisiatif Mohammad Hatta, seorang mahasiswa Handels Hoogeschool (Sekolah Tinggi Ekonomi) di Rotterdam, organisasi pelajar dan mahasiswa Hindia di Negeri Belanda (yang terbentuk tahun 1908 dengan nama Indische Vereeniging berubah nama menjadi Indonesische Vereeniging atau Perhimpoenan Indonesia. 

Majalah mereka, Hindia Poetra, berganti nama menjadi Indonesia Merdeka. Bung Hatta menegaskan dalam tulisannya : “Negara Indonesia Merdeka yang akan datang (de toekomstige vrije Indonesische staat) mustahil disebut “Hindia Belanda”. Juga tidak “Hindia” saja, sebab dapat menimbulkan kekeliruan dengan India yang asli. 

Bagi kami nama Indonesia menyatakan suatu tujuan politik (een politiek doel), karena melambangkan dan mencita-citakan suatu tanah air di masa depan, dan untuk mewujudkannya tiap orang Indonesia (Indonesier) akan berusaha dengan segala tenaga dan kemampuannya.” Di tanah air Dr. Sutomo mendirikan Indonesische Studie Club pada tahun 1924). Pada tahun 1925, Jong Islamieten Bond membentuk kepanduan Nationaal Indonesische Padvinderij (Natipij). Itulah tiga organisasi di tanah air yang mula-mula menggunakan nama “Indonesia”. 

Akhirnya nama “Indonesia” dinobatkan sebagai nama tanah air, bangsa dan bahasa pada Kerapatan Pemoeda-Pemoedi Indonesia tanggal 28 Oktober 1928, yang kini dikenal dengan sebutan Sumpah Pemuda. Pada bulan Agustus 1939 tiga orang anggota Volksraad (Dewan Rakyat; parlemen Hindia Belanda), Muhammad Husni Thamrin, Wiwoho Purbohadidjojo dan Sutardjo Kartohadikusumo, mengajukan mosi kepada Pemerintah Hindia Belanda agar nama “Indonesia” diresmikan sebagai pengganti nama “Nederlandsch-Indie”. Tetapi Belanda menolak mosi ini. Dengan jatuhnya tanah air ke tangan Jepang pada tanggal 8 Maret 1942, lenyaplah nama “Hindia Belanda”. Dan setelah itu lahirlah bangsa Indonesia. 

Posted by: Fazar Shiddieq Karimil Fathah

Kamis, 17 Mei 2012

Belajar, Proses, dan Sunatullah

Ada semacam rasa perasaan tidak sreg dengan konsep pendidikan yang membiarkan anak-anak 'diabur', dilepas semaunya demi spirit kemerdekaan. Namun saya belum menemukan argumentasi yang pas untuk mematahkan konsep tersebut untuk diri saya pribadi (bukan untuk orang lain, karena setiap orang punya paradigma dan alasan sendiri-sendiri). Bersyukur, beberapa hari yang lalu, saya seolah mendapat insight tentang persoalan tersebut.

Proses. Bahkan para wali Allah pun memperoleh ilmunya melalui belajar. Ilmu tidak turun dengan begitu saja kepada mereka, melainkan dengan belajar. Proses adalah sunatullah, dan belajar adalah salah satu wujud kongkret sebuah proses. Mengapa harus menentang sunatullah itu?

Berharap agar kemerdekaan dalam belajar terpenuhi mengingat sekolah formal dirasa terlalu mengekang, tidak harus menghancurkan sunnah-sunnah yang sudah ditetapkan Allah. Manusia di dunia fana ini bergelut dengan proses. Manusia di dunia fana ini bergelut dengan usaha-usaha. Demikian juga halnya untuk membuat anak-anak berpengetahuan, berkepribadian baik, berketerampilan, dan ideal-ideal lainnya tidak cukup hanya dengan menyerahkan mereka pada 'alam' tanpa proses belajar.

Jikapun ada keberhasilan yang diperoleh dengan cara tersebut, maka hasilnya untung-untungan. Ketika lingkungan yang membentuknya memang menggiring anak pada bertumbuhnya kemampuan-kemampuan, mungkin mereka akan mencapai taraf yang diharapkan, namun ketika kondisi lingkungan ternyata sebaliknya, bagaimana? Suatu hari saya yakin kita akan menyesal karena membiarkan waktu berlalu tanpa usaha, dan menggerus kesempatan anak-anak untuk mencapai kemampuan-kemampuan diri sebagai bekal hidup mereka.

Seperti juga berharap ada sajian makanan tertentu di meja makan, manusia membutuhkan ikhtiar dari mulai menyediakan bahan bakunya hingga belajar proses mengolahnya. Sekali lagi saya meyakinkan diri saya sendiri: Ikhtiar adalah sunatullah untuk kehidupan di dunia fana ini. Maksimalkanlah ikhtiar untuk semua urusan, baru sisanya bertawakal kepada Allah.

Aplikasinya, orang tua yang tidak menyekolahkan anaknya ke sekolah formal seperti saya, harus menuntun diri untuk konsisten dengan jadwal belajar anak-anak, betapapun sebentarnya. Jangan malas dan jangan lengah. Ilmu yang kita miliki akan dimintai pertanggungan jawab. Amanah yang diembankan juga akan ditanyai bagaimana kita menjaganya. Dan anak-anak adalah amanat besar bagi orang tuanya.

Rabu, 16 Mei 2012

Foto Jurnalistik Merekam Lalu Menggugat


Foto jurnalistik banyak dimitoskan dengan aneka anggapan bahwa cabang fotografi ini sangat ”sakral”. Ada yang mengatakan bahwa foto jurnalistik harus selesai saat kamera selesai dijepretkan, tak boleh diutak-atik lagi. Ada pula yang mengatakan bahwa foto jurnalistik sangat netral dan jujur, alias sangat obyektif.

Pada kenyataannya, dunia jurnalistik secara umum tidaklah mungkin netral. Memilih narasumber saja sudah merupakan kesubyektifan. Mengapa si A yang dipilih dan bukan si B? Demikian pula foto jurnalistik. Dia tidaklah netral sama sekali karena, kalau terlalu netral, dia sungguh tak punya daya apa-apa.

Pemihakan

Foto jurnalistik haruslah memihak, dan keberpihakan itu harus kepada ”sesuatu yang benar”, paling tidak berpihak kepada orang banyak yang selalu merupakan ”pihak yang menderita”.

Beberapa alinea di atas sungguh pantas untuk membawa kita memahami pameran foto yang diselenggarakan Galeri Foto Jurnalistik Antara di markas mereka di Pasar Baru, Jakarta, 20 Januari 2012 sampai 20 Februari 2012 (dengan temu wicara pada 11 Februari 2012 pukul 14.30). Selain diadakan tahunan sebagai kilas balik 2011, pameran ini juga diadakan sebagai peringatan 20 tahun berdirinya galeri jurnalistik satu-satunya di Indonesia ini.

Menyaksikan pameran ini dengan melihat foto demi foto mengikuti alur yang sudah dibuat, atau membaca buku katalognya yang mempunyai alur sama, terasa benar bahwa pameran ini ”menyuarakan sesuatu”.

”Kita harus selalu menggugat,” kata Oscar Motuloh, kurator sekaligus pemimpin galeri ini.

Gugatan pameran terasa dengan pengelompokan foto dalam kelompok-kelompok tertentu. Foto-foto dipilih dengan jeli sehingga sangat terasa arah yang diberikan kurator akan gugatannya pada beberapa ketidakberesan negeri ini. Foto Miranda Swaray Goeltom, Nazaruddin, dan Nunun Nurbaeti—terkait kasus korupsi—yang ada sungguh membawa kita agar selalu mengggugat penyelesaian masalah hukum yang melingkari mereka semua.

Bahwa pameran ini juga membawa kegeraman umum pada berbagai ketidakadilan negeri ini sangat tecermin pada penempatan foto orangutan yang dipasang langsung di samping foto Gayus Tambunan, terpidana kasus pencucian uang. Menyentak, lucu, cerdas, sekaligus menyesakkan! Arbain Rambey
sumber : http://kfk.kompas.com/blog/view/113302-Foto-Jurnalistik-Merekam-Lalu-Menggugat
catatan : sengaja tulisan ini saya copy utuh untuk share kepada anda tanpa ditambah atau dikurangi apapun. semoga bermanfaat.

Selasa, 01 Mei 2012

WACANA DAN REALITA KONSTRUKSI PENDIDIKAN KARAKTER DALAM KAMPUS

Isu yang merebak sebagai hasil kesadaran cendikiawan kini menghembuskan wacana yang santer diperbincangkan khalayak umum “Pendidikan Karakter”. 

Ambruknya moral, akhlak maupun karakter dengan bukti nyata di depan mara yang setiap kita lihat, kita dengar, dan juga kita bicarakan, dengan jumlah yang tidak sedikit : uang rakyat yang ditimbun dan digunakan oleh wakil rakyat untuk kepentingan pribadi yang kemudian menempatkan nama Indonesia pada jajaran atas Negara korup di dunia. Jika sebagai mahasiswa dengan jargon besar : Agent of Change, yang menyulap lingkungan kampus menjadi masyakarat sebenarnya saja tak memiliki apa yang dikatakan karakter, maka layaklah bangsa kita masih dipandang sebelah mata. Jika orang terdidik dengan sandangan “Mahasiswa” saja tidak lebih baik daripada yang tak mengeyam bangku kuliah. 

Bangsa kita memiliki banyak manusia maupun insan cendikia, pandai, cerdas, dan grade yang tinggi untuk masalah intelektualitas, tapi nol besar dalam hal karakter. Kejujuran, kedisiplinan, tanggung jawab, kerja keras dan berderet-deret kata perilaku mulia sudah jarang ditemui menempel pad mahasiswa, jarang tidak berarti tidak ada, namun jarang berarti sedikit, karena pada faktanya, agent of change kebanyakan ternyata lebih berakhlak seperti koruptor dengan mencontek saat ujian, mengerjakan tugas dengan copy paste, telah masuk kuliah, bahkan tidak menghormati dosen, juga berderet-deret kata tak terpuji lainnya. Bahkan sifat dan sikap mahasiswa dibandingkan anak SMP atau SMA tidak ada bedanya. 

Karakter sebagai indentitas seseorang tentu menjadi penting karena bangsa kita telah lama memiliki kebiasaan-kebiasaan yang kurang kondusif untuk membangun bangsa yang ungguk. Bahkan Yan Sugiarto (2009:11-13) mengemukakan 55 kebiasaan kecil yang menghancurkan bangsa. Tampaklah sangat benar istilah “sedikit-sedikit menjadi bukit”. 

Bukan lagi kemakmuran dan kegemilangan yang kita bangun untuk bangsa, tapi kehancuran yang lebih cepat telah dirancang oleh manusia bernama mahasiswa. Mahasiswa yang membangun rumah megah dengan pondasi yang rapuh. Anjloknya karakter bangsa yang terindikasi karena rendahnya pendidikan menjadi topic yang terus diperbincangkan. Mahasiswa yang kini memiliki karakter “baik” ternyata jumlahnya jauh lebih sedikit. Di dalam kamus Psikologi dinyatakan bahwa karakter adalah kepribadian ditinjau dari titik tolak etis atau moral, misalnya kejujuran. Jujur dan disiplin waktu, dua karakter yang kini langka ditemui ada pada mahasiswa. Dua karakter yang kini juga membawa Jepang sebagai Negara besaar dan makmur. 

Perspektif bengkok berupa semboyan “Jujur Ajur” dengan aktualisasi instan berupa nilai baik tanpa belajar, kondisi yang lebih enak mendapatkan ikan daripada harus berlelah-lelah dengan kail, puas dengan nilai A tanpa penguasan ilmu dan materi yang baik, prinsip yang salah besar mengenai “kuliah untuk nilai dan ijazah” bukan “kuiah untuk ilmu” yang kemudian berkelanjutan dengan penghalalan segala cara untuk nilai A tersebut. Kondisi yang selalu melenakan ini kemudian dijadikan berbagai alas an untuk bersenang-senang ketepian, berakit-rakit kehulu. 

Beberapa factor yang menyebabkan rendahnya pendidikan karakter adalah system pendidikan ayng kurang menekankan pembentukan karatker, dan kondisi lingkungan yang kurang mendukung pembangunan karakter (Furqon Hidayatullah, 2010:17). Lagi-lagi kesalahan system pendidikan. Kesalahan orientas yang hanya mengutamakan penguasaan IPTEK daripada IMTAQ yang seharusnya seimbang telah menjadi ketimpangan yang kini menyebabkan bangsa kita terseok-seok. 

Banyak manusia pintar yang merugikan orang lain, masyarakat,dan Negara. Mahasiswa sebagai calon pemimpin, pemegang estafet kelangsungan bangsa yang mendalami ilmu di perguruan tinggi sebagai calon intelektual harusnya mempersiapkan diri, tak hanya dalam intelektualitasnya, namun juga hal-hal yang berkaitan dengan perkembangan pribadi dan karakternya. 

Di sisi lain, mahasiswa hendaknya mampu bersikap terbuka, berpikir dan berperilaku demokratis, mengembangkan kreatifitaas, dan peka terhadap permasalahan di sekitarnya. Dengan bekal itulah peranan mahasiswa di masa depan menjadi penting dan strategis. Penting karena mahasiswa merupakan kelompok yang telah mendapatkan kesempatan dan prioritaas lebih daripada kelompok lain, strategis karena kesempatan itu merupakan arena dalam meningkatkan aktualitas diri. 

Tanggung jawab esensiil mahasiswa adalah sebgai pembangkit kekuatan individual sebagai dasar yang paling menentukan daripada kemampuan berpikir analitis dan sistesis. Dengan begini berarti bahwa mahasiswa pada hakekatnya bukanlah manusia rapat umum, tapi manusia menganalisis. Sebagai penganalisis, mahasiswa bukan semata-mata pemburu ijazah, tetapi seharusnya merupakan penghasil gagasan yang disajikan dalam bentuk pemikiran yang teratur yang banyak sedikitnya sesuai dengan hakekat ilmu. 

Posted By: Fazar Shiddieq Karimil Fathah

Kamis, 26 April 2012

Penyerbukan Bunga Markisa

Azkia belajar membantu penyerbukan pada bunga markisa. Karena posisi putik ada di atas, sedangkan benang sarinya ada di bawah, markisa sering harus dibantu penyerbukannya. Entah, walaupun banyak serangga yang berada di sekitar markisa, tapi mereka tidak terlalu tertarik dengan bunga ini rupanya. Padahal menurut saya, bunga markisa itu cantik sekali.

Awalnya, ketika kawan saya Mbak Suzanna Setiawaty, penghibah tanaman markisa ini :), memberi tahu bahwa bunga markisa harus dibantu penyerbukannya, saya hanya mencobanya dengan tangan. Dan sudah hampir 3 bunga yang saya 'bantu', tetap belum berhasil jadi buah. Bunga akhirnya jatuh tanpa meninggalkan buah. Namun suatu hari datang seorang tamu yang memberi tahu teknik lain, yaitu menggunakan alat bantu berupa lidi atau ranting berukuran kecil. Tidak ada salahnya mencoba, dan hore! Beberapa hari setelah itu, saat memeriksa kembali markisa kami, 2 buah markisa sudah mulai menggelantung.

Sayang jika tak dikenalkan pada anak-anak. Saya ajak Azkia mencobanya untuk 2 bunga baru. Penyerbukan bantuan dilakukan di hari Senin, dan saat hari Kamis diintip ke dalam bunga yang sudah mulai layu, tampak bakal buah mulai membesar. Berarti, Azkia juga berhasil. Tanpa sadar aktivitas itu menjadi ajang praktikum biologi, bukan? Pengalaman nyata yang luar biasa! Terima kasih buat Mbak Suzanna ^_^.

Tulisan menarik lainnya: Anglo Mini, Udara, dan Aku Bisa!

Selasa, 10 April 2012

Teori Struktur Kemiskinan

Teori Struktural yang bertolak belakang dengan terori perilaku memandang bahwa hambatan-hambatan struktural yang sistematik telah menciptakan ketidaksamaan dalam kesempatan, dan berkelanjutannya penindasan terhadap kelompok miskin oleh kelompok kapitalis. Variasi teori struktural ini terfokus pada topik seperti ras, gender atau ketidak sinambungan geografis dalam kaitannya atau dalam ketidakterkaitannya dengan ras. 

Menurut Michael Sherraden bahwa dalam berbagai bentuk, teori budaya miskin ini berakar pada politik sayap kiri (Lewis) dan politik sayap kanan (Banfield). Dari sayap kiri, perspektif ini dikenal sebagai situasi miskin, yang mengindikasikan bahwa adanya disfungsi tingkah laku ternyata merupakan adaptasi fungsional terhadap keadaan-keadaan yang sulit (Michael Sherraden : 2006, Parsudi Suparlan : 1995). Dengan kata lain kelompok sayap kiri cenderung melihat budaya miskin sebagai sebuah akibat dari Ada dua pendekatan yang dapat digunakan dalam studi tentang kemisinan, yaitu pedekatan obyektif dan pendekatan subyektif. 

Pendekatan obyektik yaitu pendekatan dengan menggunakan ukuran kemiskinan yang telah ditentukan oleh pihak lain terutama para ahli yang diukur dari tingkat kesejahteraan sosial sesuai dengan standart kehidupan, sedangkan pendekatan subyektif adalah pendekatan dengan menggunakan ukuran kemiskinan yang ditentukan oleh orang miskin itu sendiri yang diukur dari tingkat kesejahteraan sosial dari orang miskin dibandingkan dengan orang kaya yang ada dilingkungannya. Seperti diungkapkan oleh Joseph F. Stepanek, ed. (1985) bahwa pendekatan subyektif menilai kemiskinan berdasarkan pendapat atau pandangan orang miskin sendiri. 

BAPPENAS menggunakan beberapa pendekatan utama untuk studi kemiskinan antara lain; pendekatan kebutuhan dasar (basic needs approach), pendekatan pendapatan (income approach), pendekatan kemampuan dasar (human capability approach) dan pendekatan objective and subjective. Pendekatan obyektif atau sering juga disebut sebagai pendekatan kesejahteraan (the welfare approach) menekankan pada penilaian normatif dan syarat yang harus dipenuhi agar keluar dari kemiskinan. 

Dengan menggunakan pendekatan obyektif banyak ditemukan berbagai dimensi pendekatan yang digunakan oleh para ahli maupun lembaga. struktur sosial. Sebaliknya kelompok sayap kanan melihat tingkah laku dan budaya masyarakat kelas bawah yang mengakibatkan mereka menempati posisi di bawah dalam struktur sosial. Kemiskinan-kemiskinan berdasarkan subyektifitas hadir karena memang dari diri individu sendiri kurang dapat memenuhi kebutuhannya, baik kebutuhan primer, sekunder maupun kebutuhan tersier. Rasa cukup atau rasa bersyukur yang kurang dari nidividu yang menyebabkan budaya miskin terus ada dan lestari. 

Jika dilihat secara pendapatan yang dimiliki atau pendapatan Negara dirasa cukup akan tetapi mental dari individu atau masyarakat miskin maka tetap saja diri mereka menganggap miskin. Sedangkan untuk Pendekatan kebutuhan disebut bahwa Pendekatan kebutuhan dasar, melihat bahwa kemiskinan sebagai suatu ketidakmampuan (lack of capabilities) seseorang, keluarga dan masyarakat dalam memenuhi kebutuhan minimum, antara lain pangan, sandang, papan, pelayanan kesehatan, pendidikan, penyediaan air bersih dan sanitasi. 

Sering juga disebut kebutuhan primer. Untuk pendekatan pendapatan, melihat bahwa kemiskinan disebabkan oleh rendahnya penguasaan asset, dan alat-alat produktif seperti tanah dan lahan pertanian atau perkebunan, sehingga secara langsung mempengaruhi pendapatan seseorang dalam masyarakat. Pendekatan ini, menentukan secara rigid standar pendapatan seseorang di dalam masyarakat untuk membedakan kelas sosialnya. 

Dari berbagai pendekatan untuk studi kemiskinan masyarakat terstruktur dapat dikatakan bahwa kemiskinan dapat terbagi dalam merbagai sudut pandang, antara lain: 

1) Miskin karena pandangan dan anggapan orang lain. 

2) Individu menganggap diri mereka sendiri miskin. 

3) Miskin karena tidak cukup memenuhi kebutuhan premier dan, 4) pendapatannya dibawah masyarakat secara umum. 

Posted by: Fazar Shiddieq Karimil Fathah