Selasa, 21 Juli 2009

Hidup Sederhana

Tingkat perekonomian keluarga yang meningkat biasanya mau tidak mau akan berimbas pada perubahan gaya hidup. Jika sebelumnya selalu menimbang dan memilih dengan selektif apapun yang hendak dibeli, setelah ekonomi meningkat kita jadi sembarangan berbelanja. Tak peduli mahal asalkan kita mau, ya beli saja!

Mengingat keluarga adalah pusat pembentukan karakter dan juga gaya hidup anak-anak, maka sesungguhnya sangat diperlukan konsep yang kuat dalam memilih model perilaku hidup yang akan dijalankan. Anak-anak akan menjadi duplikat orang tuanya dalam model kehidupan, kecuali ada keberuntungan mereka menemukan model sendiri di luar kebiasaan keluarganya.

Hidup sederhana adalah satu model yang menurut saya tak boleh berhenti untuk ditularkan pada anak-anak. Tak peduli kita sedang berekonomi kuat ataupun sedang dan juga lemah, latihlah diri kita dan juga anak-anak untuk tetap sederhana. Sederhana bukanlah berarti menyiksa diri, melainkan berusaha ada di pertengahan. Dengan begitu, kita dan anak-anak akan selalu menikmati hidup, meski di zona ekonomi manapun kita berada.

Contoh kongkret latihan buat anak-anak adalah:

Kebiasaan Makan
Biasakan anak-anak makan makanan buatan sendiri yang sederhana tapi sehat (Mungkin tempe, tahu, telur, dan sayuran), bahkan sesekali ajarilah anak-anak untuk makan makanan seadanya yang tersedia di dapur ketika mereka lapar.

Berpakaian
Sentuhlah jiwa sederhana anak-anak dengan kebiasaan berpakaian yang juga sederhana. Tanamkan rasa percaya diri anak bukan pada pakaian yang berharga mahal, sehingga mereka tak perlu minder dengan pakaian yang mereka kenakan hanya karena harganya murah. Sikap konsumtif salah satunya terlahir dari keinginan untuk berpakaian yang mahal bukan?

Mainan
Mainan disinyalir merupakan item yang cukup menghabiskan dana yang besar dalam memenuhi kebutuhan anak, terlebih kini sedang populer sosialisasi pentingnya mainan edukatif. Harganya bahkan bisa mencapai jutaan rupiah jika berasal dari luar negeri. Orang tua yang permisif, biasanya ikut maunya anak-anak membeli mainan ini dan itu, walaupun harganya menguras isi kantong.

Sesungguhnya mainan edukatif tak selalu harus mahal dan tak selalu pula harus dibeli. Isi rumah kita tak jarang bisa sekaligus menjadi mainan edukatif yang murah. Tak percaya? Contohnya saja perabotan rumah tangga. Kalau di toko mainan ada seperangkat cooking toys, maka mengapa tak pakai saja the real cooking ware yang kita miliki. Kalau perabotannya dalam keadaan bersih, anak-anak bisa juga kok memainkan wajan, panci, piring plastik, sendok, garpu, dll.

Dalam konteks mengajarkan hidup sederhana pada anak-anak, semuanya pada akhirnya akan merangsang kreativitas kita sebagai orang tua dan tanpa sadar akan menular pada anak-anak.

Saya sering secara sengaja "mengamankan" kotak mainan anak-anak ke atas lemari. Hasilnya, setelah mereka sedikit kelimpungan pada awalnya, tapi kemudian otot kreatif mereka sepertinya mulai bekerja. Mereka akan ambil selotip, spidol, kertas-kertas, cari gunting, cari kardus bekas atau botol-botol bekas air mineral, cari benang, dan lain-lain. Lalu mereka sibuk mengoprek semua itu hingga jadi sesuatu yang bisa dimainkan. Setelah diperhatikan, nyatanya mereka bisa lebih asyik dengan alat bermain yang mereka ciptakan sendiri.

Hidup sederhana itu sebenarnya indah buat mereka yang menghayatinya. Saya sendiri berharap anak-anak bisa merasakan indahnya hidup sederhana. Karena itulah saya berusaha mengajari mereka untuk memiliki sikap itu sedari mereka kecil.

Salam pendidikan!

Tidak ada komentar:

Posting Komentar