Halaman yang cukup luas untuk berlari membuat anak-anak saya benar-benar berlari tanpa kenal lelah. Kaki belepotan tanah, pipi dan hidung tak kalah kotornya. Mereka luar biasa senang saat melihat randa tapak menempel di ranting pohon jeruk. Luqman pun mulai berceloteh, "Padahal randa tapaknya ditanam, Kak."
Saat memasukkan tanaman ke lobang di halaman samping, saya mendengar Azkia pun menimpali, "Tapi, randa tapak itu gulma, De. Nggak usah ditanam, dia tumbuh sendiri."
"Gulma itu apa, Kak?" tanya adiknya.
Azkia pun menjawab, "Gulma itu bisa merusak tanaman." Percakapan terhenti sejenak karena saya menemukan sarang rayap dan memanggil anak-anak untuk menunjukkannya kepada mereka. Tautan pengetahuan pun terhubungkan. Bacaan tentang kehidupan rayap tampil di dunia nyata.
Setelah hampir dua minggu kami tinggal di Tanjungsari, begitu banyak hal yang kami temukan dan ada banyak pula yang berubah pada diri anak-anak. Mereka terlihat lebih berani mengeksplorasi lingkungan. Azkia yang sebelumnya takut-takut menyentuh serangga dan berjinjit saat menginjak rumput karena takut basah, sekarang tampak jadi berani.
Kulit anak-anak memang tampak lebih coklat karena sering tertimpa sinar matahari langsung. Tapi hebatnya, tubuh mereka justru menjadi lebih bugar. Harapan saya untuk membuat anak-anak lebih survive di alam ternyata mulai terlihat hasilnya. Alhamdulillah.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar