Hal menarik kembali saya temukan pada interaksi kedua anak saya, Azkia (6 tahun) dan Luqman (4 tahun). Selama ini Azkia sebenarnya hampir bisa dikatakan sudah menjadi salah seorang guru buat adiknya. Dia-lah yang membacakan buku-buku dan menjelaskan setiap isi buku serta berbagai gambar yang ada di dalamnya.
Akhir-akhir ini kami malah dikejutkan dengan kemampuan Luqman menghapal nama-nama dinosaurus dengan berbagai ciri-cirinya, padahal kami sendiri terus terang tidak pernah hafal tentang hal itu. Azkia-lah sang guru yang mengajari Luqman apa itu Triseratops, Tiranosaurus, Stegosaurus, dll. Mereka bermain tebak-tebakan tentang tema itu dengan panduan buku DINOSAURUS.
Nah, suatu malam, saya cukup tercengang karena Azkia ternyata juga mau belajar dari adiknya. Dia meminta pada adiknya, "Ade, bikinin gambar ikan dong! Ade menggambar badannya, kakak menggambar ekornya... Soalnya Kakak nggak bisa terus bikin badan ikan" He he.... Lucu kan?! Adiknya pun melakukan permintaan itu dengan penuh semangat.
Pagi harinya, Azkia pun berceloteh, "Mama, kakak sekarang sudah bisa bikin ikan. Ade yang ngajarin kakak." Jadi, saya pikir sekarang tak perlu lagi anak-anak diajari bagaimana harus bersikap teachable atau senang berguru pada siapa saja. Mau belajar pada orang yang lebih muda adalah sebuah tahapan yang luar biasa, bukan?
Orang dewasa malah sering merasa gengsi untuk belajar dari orang yang dianggap lebih rendah kedudukannya, ilmunya, pendidikannya, atau status sosialnya. Hmmm... saya juga sebenarnya jadi ikut belajar dari anak-anak....
Tidak ada komentar:
Posting Komentar