Pedagogi dalam arti literasi berarti “seni mendidik anak”. Pedagogi juga menjadi kemampuan professional yang harus melekat pada diri seorang guru. Guru yang memiliki kompetensi pedagogi yang mumpuni, cenderung bereksplorasi dengan anak didiknya sehingga setiap ada kesempatan, guru tersebut senantiasa mencari ide dalam strategi mengajar yang akan diterapkannya terhadap siswa. Inilah yang dimaksud dengan “kompetensi professional” dalam undang-undang guru dan dosen.
Hal ini sebetulnya bukan merupakan sesuatu yang sulit untuk diterapkan setiap guru, jika saja guru memahami konsep memetakan karakteristik belajar anak. Pemetaan karakteristik belajar individu menurut DePorter & Hernacki (2001), terbagi atas karakteristik perilaku individu yang memiliki cara belajar visual, auditorial dan kinestetik.
Adapun ketiga karakteristik belajar tersebut dapat dikenali melalui perilaku individu sebagai berikut :
1. Karakteristik cara belajar visual; a) rapi dan teratur, b) berbicara dengan cepat, c) mampu membuat rencana jangka pendek dengan baik teliti dan rinci, d) mementingkan penampilan, e) lebih mudah mengingat apa yang dilihat daripada apa yang didengar, f) mengingat sesuatu berdasarkan asosiasi visual, g) memiliki kemampuan mengeja huruf dengan sangat baik, h) biasanya tidak mudah terganggu oleh keributan atau suara berisik ketika sedang belajar, i) sulit menerima instruksi verbal (oleh karena itu seringkali ia minta instruksi secara tertulis), j) merupakan pembaca yang cepat dan tekun, k) lebih suka membaca daripada dibacakan, l) dalam memberikan respon terhadap segala sesuatu, m) ia selalu bersikap waspada, membutuhkan penjelasan menyeluruh tentang tujuan dan berbagai hal lain yang berkaitan, n) jika sedang berbicara di telpon ia suka membuat coretan-coretan tanpa arti selama berbicara, o) lupa menyampaikan pesan verbal kepada orang lain, p) sering menjawab pertanyaan dengan jawaban singkat "ya" atau "tidak', lebih suka mendemonstrasikan sesuatu daripada berpidato/berceramah, q) lebih tertarik pada bidang seni (lukis, pahat, gambar) daripada music, r) seringkali tahu apa yang harus dikatakan, tetapi tidak pandai menuliskan dalam kata-kata.
Hal ini sebetulnya bukan merupakan sesuatu yang sulit untuk diterapkan setiap guru, jika saja guru memahami konsep memetakan karakteristik belajar anak. Pemetaan karakteristik belajar individu menurut DePorter & Hernacki (2001), terbagi atas karakteristik perilaku individu yang memiliki cara belajar visual, auditorial dan kinestetik.
Adapun ketiga karakteristik belajar tersebut dapat dikenali melalui perilaku individu sebagai berikut :
1. Karakteristik cara belajar visual; a) rapi dan teratur, b) berbicara dengan cepat, c) mampu membuat rencana jangka pendek dengan baik teliti dan rinci, d) mementingkan penampilan, e) lebih mudah mengingat apa yang dilihat daripada apa yang didengar, f) mengingat sesuatu berdasarkan asosiasi visual, g) memiliki kemampuan mengeja huruf dengan sangat baik, h) biasanya tidak mudah terganggu oleh keributan atau suara berisik ketika sedang belajar, i) sulit menerima instruksi verbal (oleh karena itu seringkali ia minta instruksi secara tertulis), j) merupakan pembaca yang cepat dan tekun, k) lebih suka membaca daripada dibacakan, l) dalam memberikan respon terhadap segala sesuatu, m) ia selalu bersikap waspada, membutuhkan penjelasan menyeluruh tentang tujuan dan berbagai hal lain yang berkaitan, n) jika sedang berbicara di telpon ia suka membuat coretan-coretan tanpa arti selama berbicara, o) lupa menyampaikan pesan verbal kepada orang lain, p) sering menjawab pertanyaan dengan jawaban singkat "ya" atau "tidak', lebih suka mendemonstrasikan sesuatu daripada berpidato/berceramah, q) lebih tertarik pada bidang seni (lukis, pahat, gambar) daripada music, r) seringkali tahu apa yang harus dikatakan, tetapi tidak pandai menuliskan dalam kata-kata.
2. Karakteristik cara belajar auditorial; a) sering berbicara sendiri ketika sedang bekerja, b) mudah terganggu oleh keributan atau suara berisik, c) lebih senang mendengarkan (dibacakan) daripada membaca, d) jika membaca maka lebih senang membaca dengan suara keras, e) dapat mengulangi atau menirukan nada, irama dan warna suara, f) mengalami kesulitan untuk menuliskan sesuatu, tetapi sangat pandai dalam bercerita, g) berbicara dalam irama yang terpola dengan baik, h) berbicara dengan sangat fasih, i) lebih menyukai seni musik dibandingkan seni yang lainnya, j) belajar dengan mendengarkan dan mengingat apa yang didiskusikan daripada apa yang dilihat, k) senang berbicara, berdiskusi dan menjelaskan sesuatu secara panjang lebar, l) mengalami kesulitan jika harus dihadapkan pada tugas-tugas yang berhubungan dengan visualisasi, m) lebih pandai mengeja atau mengucapkan kata-kata dengan keras daripada menuliskannya, n) lebih suka humor atau gurauan lisan daripada membaca buku humor/komik.
3. Karakteristik cara belajar kinestetik; a) berbicara dengan perlahan, b) menanggapi perhatian fisik, c) menyentuh orang lain untuk mendapatkan perhatian mereka, d) berdiri dekat ketika sedang berbicara dengan orang lain, e) banyak gerak fisik, f) memiliki perkembangan otot yang baik, g) belajar melalui praktek langsung atau manipulasi, h) menghafalkan sesuatu dengan cara berjalan atau melihat langsung, i) menggunakan jari untuk menunjuk kata yang dibaca ketika sedang membaca, j) banyak menggunakan bahasa tubuh (non verbal), k) tidak dapat duduk diam di suatu tempat untuk waktu yang lama, sulit membaca peta kecuali ia memang pernah ke tempat tersebut, l) menggunakan kata-kata yang mengandung aksi, m) pada umumnya tulisannya jelek, n) menyukai kegiatan atau permainan yang menyibukkan (secara fisik), o) ingin melakukan segala sesuatu.
Setelah memahami ketiga karakteristik belajar individu ini, selanjutnya guru diharapkan dapat memetakan cara belajar siswa di kelas. Lalu bagaimanakah tehnik observasi cara memetakannya ?
Pada prakteknya, cara pemetaan untuk mengenali cara belajar anak di kelas dengan dasar tiga karakteristik di atas dapat dilakukan dengan cara menyampaikan materi ajar dengan tehnik penggunaan media visual selama 3 hari dan pada hari ke 4 dilaksanakan evaluasi atas hasil belajar mereka. Selanjutnya dibuatkan matrix kategori perolehan skor dengan kategori perolehan nilai tinggi, sedang dan rendah. Sehingga setiap anak dapat dipantau akan masuk pada kategori mana dari ketiga kategori yang ditetapkan tersebut. Pemberian nilai evaluasi tetap seperti apa yang sudah diterapkan sebagaimana biasa, hanya saja rentang penilaian seharusnya dapat dibagi 3 sesuai kategori yang ditetapkan. Demikian pula untuk karakteristik auditorial dan kinestetik.
Untuk guru SD dapat dilakukan pada setiap hari berturut pada kelas yang dipegangnya, namun untuk guru mata pelajaran di SMP dan SM (kecuali mata diklat produktif SMK tehnik obervasinya berbeda), dapat dilakukan per pertemuan pada setiap kelas yang dimasuki sehingga kemungkinan akan memakan waktu yang cukup lama tapi dapat memetakan(mengenali) siswa pada lebih banyak kelas.
Pada akhirnya setelah proses ini terlaksana, kita akan memperoleh data dari tiga tabel yakni tabel hasil observasi dari setiap karakteristik yang telah diterapkan. Inilah proses akhir yang akan menuntun guru dalam menerapkan strategi atau perlakuan pendekatan pembelajaran seperti apa yang akan diterapkan kedepan.
Dari tabel ini kita dapat melihat siapa saja siswa yang masuk dalam kategori tinggi untuk setiap tabel dan namanya tetap ada dalam skala kategori yang ditetapkan, itulah siswa yang tergolong cerdas, perlu dicatat, cerdas bukan pintar. Sebab anggapan pintar sering membuat kita salah menilai siswa. Jika siswa umumnya masuk dalam kategori sedang maka berbahagialah anda sebagai guru, bahwa kerja anda selama ini tidak terlalu sia-sia. Namun jika beberapa orang diantaranya namanya terus masuk dalam kategori rendah pada setiap tabel, maka mereka inilah yang memerlukan sedikit kerja ekstra dari guru untuk meningkatkan pengetahuan mereka untuk nangkring pada kategori sedang dan mereka ini pula yang seharusnya tempat duduknya pada baris pertama sampai ketiga dari depan di kelas. Inilah tujuan pemetaan kompetensi anak di kelas.
Setelah membaca dan mencobanya semoga tulisan ini dapat bermanfaat untuk anda yang berprofesi pendidik, juga tehnik observasinya dapat anda gunakan pada karya ilmiah PTK atau lainnya. Adapun contoh tabel anda bisa download di sini.
Catatan kaki : tanggapilah dengan positif agar hasilnya positif dan jika anda ingin mengkopinya cantumkan sumbernya : by.Tommy, http://pendidikan-keilmuan.blogspot.com.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar