Pernahkah merasa useless? Mungkin sesekali, beberapa orang merasa tidak berarti dalam hidupnya, dan bukan tak mungkin anak-anak kita yang masih belia pun mengalaminya. Namun lihatlah para pemulung, yang saban hari berkeliling memeriksa bak sampah di depan rumah-rumah kita. Mereka, dengan baju dan karung yang sama kumalnya, tanpa sadar sudah memberikan kontribusi untuk mengurangi sampah di TPA (Tempat Pembuangan Akhir). Bisa jadi jasa mereka lebih bernilai di mata Allah SWT daripada jasa-jasa besar kita yang mungkin saja dipenuhi riya.
Mengijinkan anak-anak untuk menyapu, melipat baju, membuang sampah, membuang sisa air cuci piring, menyiram tanaman, dan pekerjaan-pekerjaan remeh lainnya, adalah langkah kecil untuk memberinya rasa berarti. Saat mereka besar nanti, saya yakin, pelajaran itu akan membuat mereka bisa mengatasi perasaan useless dengan lebih dinamis. Tak selalu harus menjadi orang terkenal, tak harus selalu menunggu menjadi pemuka masyarakat atau orang yang berharta banyak untuk membuat dirinya berarti. Mereka bisa menemukan arti dirinya lewat hal-hal kecil yang berguna untuk orang lain, termasuk dengan mengepak rapi sampah-sampah kering untuk diberikan kepada para pemulung. Dengan begitu, mereka (pemulung) pun tak perlu mengacak-acak bak sampah kita untuk memilah sampah yang mereka butuhkan. Simbiosis Mutualisme (hubungan yang saling menguntungkan) terjadi dengan konteks yang lebih humanis, bukan?
Tidak ada komentar:
Posting Komentar