Kurikulum selalu ditanyakan saat bersinggungan dengan homeschooling. Apa sebenarnya bahasa yang lebih mudah untuk menerjemahkan kurikulum? Saya lebih suka menyebutnya outline atau kisi-kisi. Kurikulum hanyalah peta yang memandu kita untuk menentukan topik yang ingin kita pelajari. Penjabarannya tentu sangat beragam. Setiap keluarga bisa menciptakan kegiatan belajar yang amat kaya dari sebuah kisi-kisi pelajaran.
Salah satu keunikan homeschooling terletak pada keleluasaan untuk menentukan urutan prioritas. Kalau kurikulum diknas memiliki urutan-urutan yang sudah baku, maka homeschooler bisa mengubahnya sama sekali. Mungkin istilah level-level kelas 1, 2, 3, dan seterusnya tidaklah berlaku dalam homeschooling. Anak homeschooling usia 8 tahun bisa jadi masih suka mewarnai sekaligus sudah menguasai pelajaran matematika kelas 6 SD. Belajar biologi bisa jadi tak berawal dari definisi biologi, tapi dari kegiatan mengamati kupu-kupu atau serangga di kebun belakang. Alasannya sangatlah sederhana, "Kita akan menyerap pelajaran lebih banyak ketika kita berminat dan antusias untuk mempelajarinya".
Kalau selalu dibingungkan dengan masalah kurikulum, maka carilah dengan pertanyaan-pertanyaan berikut ini:
"Apa yang ingin aku tahu?"
"Apa yang kuingin anak-anakku tahu?"
"Apa yang ingin anak-anakku ketahui?"
Jawaban dari pertanyaa-pertanyaan di atas, ITULAH dia kurikulum, setidaknya kurikulum sementara sambil kita lakukan penyempurnaan dalam perjalanan. Selamat berwisata di alam belajar tanpa batas!
Tidak ada komentar:
Posting Komentar