Teknik Mengajar Balita Membaca adalah topik yang selalu dicari oleh para orang tua pemula. Saat anak sudah mencapai usia 3 tahun, new parents pasti mulai melirik banyak model yang ditawarkan untuk membuat anak bisa membaca di usia lebih dini. Alasannya memang sangat beragam. Saya sendiri melakukannya, lebih karena ingin agar anak saya bisa mandiri dalam belajar. Rasa senang dan bangga, pasti juga tak terelakkan. Keberhasilan anak memecahkan misteri gabungan huruf, yang sebenarnya abstrak buat mereka, adalah pintu pembuka untuk membawa anak-anak mengenal dan menguasai keterampilan lain.
Sayang, banyak orang tua puas sampai pada tahap "Membuat Anak BISA MEMBACA". Setelah segala upaya dilakukan, dari mulai mengenalkan huruf, menggabungkannya menjadi suku kata dan kemudian kata, daya dorong anak untuk mau membaca secara sukarela tak jarang malah menguap begitu saja. Mereka tampak tak berminat dengan bahan-bahan bacaan yang mungkin melimpah di rumah. Lalu, kecewakah kita?
Sangat wajar kalau kemudian kita agak sedikit kecewa. Tapi, tak perlu patah arang. Kita masih bisa mendorong atau tepatnya membangkitkan rasa suka anak terhadap kegiatan membaca kapan saja. Caranya?
1. Mulai sekarang berikanlah contoh positif dari kita. Lakukanlah kegiatan membaca, walau mungkin hanya satu halaman buku sehari.
2. Walaupun anak-anak sudah bisa membaca, tak ada salahnya sesekali membacakan mereka buku untuk memberikan nilai rasa pada bahan bacaan. Suguhkan irama membaca yang menarik dan penuh motivasi, supaya anak-anak menangkap kesenangan dalam membaca buku.
3. Berikan umpan balik atau studi kasus terhadap apapun yang dibaca anak, sehingga mereka merasa bahwa kegiatan membaca memang ada manfaatnya buat mereka. Caranya adalah dengan menghubungkan setiap isi bacaan dengan kegiatan kita sehari-hari atau apapun yang kita temui dalam keseharian. Misalnya, setelah anak membaca tentang pentingnya membuang sampah pada tempatnya, kita bisa ingatkan anak tentang hal itu saat melihat selokan mampet dan airnya luber ke jalan.
Meskipun anak-anak BELUM BISA MEMBACA, mereka bisa jadi sudah memiliki kesenangan dari kegiatan membaca yang dilakukan orang tuanya untuk mereka. Hal itu terjadi pada anak kedua saya. Berbeda dengan kakaknya yang sudah bisa membaca di usia 3 tahun, anak laki-laki saya LUQMAN (4 tahun) memang belum secara sengaja diajari membaca. Namun saya melihat ada kelebihan pada anak yang sudah suka membaca sebelum ia bisa, yaitu sikap mau diajar, mau bertanya.
Saat salah satu di antara kami, saya, suami, atau kakaknya membacakan buku, dia pasti memberikan respon, baik berupa pertanyaan ataupun penegasan terhadap apa yang dibacakan. Misalnya saja, saat papanya membacakan salah satu cerita tentang Marcopolo, dia bertanya, "Papa, Marcopolo itu siapa? Tinggalnya di mana?" dan sebagainya. Sisi auditori (pendengaran) pun jadi lebih terasah, sehingga setiap informasi berupa suara akan cepat diserapnya. Kosa katanya pun menjadi sangat kaya, tak kalah dengan anak-anak yang sudah bisa membaca.
Selamat bereksplorasi, amati dan dengarkan, betapa anak-anak adalah makhluk yang pintar dan mereka bisa menjadi apapun yang mungkin tak pernah terpikirkan oleh kita. Modali mereka dengan kesukaan terhadap belajar, di manapun dan dari siapapun. Insya Allah, mereka akan tumbuh mandiri bersama rasa haus mereka untuk menimba ilmu dari para ahli ilmu.
Salam pendidikan!
Tidak ada komentar:
Posting Komentar