Suatu pagi saya membaca sebuah berita di salah satu koran terbitan Bandung, tentang jaminan kesehatan untuk rakyat miskin yang kini agak semakin sulit didapat. Terpajanglah foto antrian para pasien GAKIN yang penuh sesak di loket administrasi sebuah rumah sakit. Sebuah potret yang pasti juga akrab kita saksikan jika kita sesekali menyambangi rumah sakit pemerintah untuk menengok kerabat atau mungkin ada anggota keluarga kita yang dirawat di sana.
Di luar konteks bahwa memang ada strata sosial yang berlaku di sebuah lembaga pengobatan resmi, saya pikir masalah lainnya yang juga penting adalah paradigma masyarakat tentang obat dan kesehatan. Beberapa pertanyaan cukup mengganggu pikiran saya, di antaranya adalah: Tak adakah cara lain untuk mengobati sebuah penyakit selain ke rumah sakit, sehingga orang terkategori pasien miskin rela mengantri susah payah, harus pula membawa beberapa lembar surat, untuk sebuah diagnosis dan resep obat?
Malah dengan adanya tambahan persyaratan untuk askeskin, peluang untuk memperoleh pelayanan kesehatan di rumah sakit pun kian menyempit. Jika pun bisa, banyak hal yang harus dikorbankan, di mana salah satunya adalah waktu yang diulur. Tak jarang ada banyak pasien tak tertolong jiwanya hanya karena keterlambatan birokrasi di bagian administrasi.
Namun, tanpa harus menunggu jawaban mereka, saya bisa menebak jawabannya apa: Yaitu, karena mereka dan pada umumnya masyarakat bahkan mungkin termasuk kita, tidak mengerti bagaimana mendeteksi sebuah penyakit dan apa yang bisa dijadikan obat.
Ilmu Kesehatan
Kesehatan adalah bidang yang terpenting ke-dua setelah pangan atau pertanian. Mengapa begitu? Pasti kita tahu, karena hal itu terkait dengan jiwa manusia. Sayangnya, justru ilmu tentang kesehatan justru menjadi bidang yang eksklusif, yang hanya bisa dipelajari oleh orang-orang yang bersekolah di bidang kesehatan, entah itu kedokteran, kebidanan, ataupun keperawatan. Sebuah sekolah yang biayanya juga tak mungkin dijangkau oleh orang-orang "kebanyakan".
Jika kesehatan dianggap sebagai bidang yang penting bagi masyarakat, semestinya hal itu disosialisaikan dan diajarkan sejak seseorang mulai menempuh pendidikan, baik formal, informal, maupun nonformal.
Setidaknya, setiap orang tahu bagaimana menjaga kesehatan mereka dan tahu alternatif-alternatif obat yang bisa mereka usahakan jika tindakan medis modern tidak bisa dijalani karena mahalnya biaya berobat.
Obat-Obatan Alami
Banyak harapan bisa disandarkan pada obat-obatan dari bahan alami. Namun tantangannya lagi-lagi adalah paradigma dan juga pengetahuan. Kalau kita selalu berpikir bahwa sesuatu yang dinamakan obat adalah pil, kapsul, atau cairan dari rumah sakit atau dokter, dan selain itu tak bisa dijadikan obat, maka hal itu akan mensugesti pikiran kita setiap kali kita sakit. Selain itu, kenyataannya, pengetahuan tentang resep-resep pengobatan alami dari warisan orang-orang tua dulu tidak diwarisi oleh generasi sekarang.
Banyak tanaman yang tumbuh di sekitar tempat tinggal kita bisa dijadikan obat, bahkan untuk penyakit-penyakit berat. Namun karena ketidaktahuan kita, tanaman itu mungkin akan kita basmi habis karena dianggap mengganggu. Sebagai gantinya, kita pun kembali menyambangi rumah-sakit yang penuh sesak untuk mendapatkan obat saat kita sakit.
Ironis sekali jika kemiskinan menjadi dalih kita tak bisa sehat karena mahalnya biaya berobat ke rumah sakit, padahal di halaman rumah kita ada obat mujarab yang bisa kita peroleh secara gratis. Semua hanya disebabkan oleh kurangnya pengetahuan.
Lebih dari itu, budaya instan yang sudah menghinggapi hampir seluruh masyarakat hingga ke pedesaan. Hal itu menyebabkan kegiatan meracik obat dari bahan alami kurang diminati. Memang sangat wajar, karena dengan obat pabrik kita hanya cukup membuka bungkusnya lalu meminumnya, sedangkan obat-obatan alami membutuhkan beberapa tahapan proses yang tak semua orang telaten untuk melakukannya.
Sejak Dini
Tak kenal maka tak sayang. Ajari anak-anak kita sejak dini dengan pengetahuan tentang kesehatan, tentang obat-obatan hasil alam yang sudah dianugerahkan Allah pada manusia. Dengan begitu, mudah-mudahan ragam penghambat penggunaan obat alami yang dialami orang-orang dewasa saat ini tidak terjadi pada mereka kelak.
Setiap orang bisa berbeda pendapat, tapi inilah pendapat saya.
Salam pendidikan!
Tidak ada komentar:
Posting Komentar