Suatu pagi saya bercerita pada suami saya bahwa saya baru saja meminta batang pohon kenanga dari tetangga, untuk di tanam dengan cara stek. Mendengar hal itu suami saya langsung bertanya, "Stek itu apa?"Kontan saja saya tertawa, "Nggak tahu stek? Itu, kan pelajaran biologi SMP!"
Suami saya menggeleng, juga sambil ketawa geli, "Yah! Biologi sih memang nggak terlalu suka dari dulu. Jadi, maklum aja kalau nggak inget."
Kalau dipikir-pikir, mungkin benar juga ya... Hanya pelajaran yang kita sukai atau gurunya kita sukai biasanya akan membuat kita enjoy, sebaliknya jika pelajaran itu tidak atau belum kita minati, apalagi gurunya mengajar dengan cara yang kaku dan membosankan, dipaksa-paksa juga, paling-paling kita hafalkan demi ujian saja.
Selain itu, pelajaran yang kita praktekkan, biasanya itulah yang kita ingat: Tak hanya ketika ujian, tapi juga sepanjang hidup kita. Coba saja perhatikan di dunia kerja. Para editor penerbitan misalnya, meski bukan dari Fakultas Sastra, karena saking intensifnya dengan dunia penyuntingan kata, EYD (Ejaan Yang Disempurnakan) jadi "nempel" di kepala tanpa harus buka buku lagi. Padahal ketika kuliah, mungkin banyak mahasiswa dipusingkan dengan materi EYD, meskipun bukunya sangat tipis jika dibandingkan buku Laskar Pelangi.
Lantas bagaimana relevansinya dengan Ujian Nasional yang sudah mulai hangat diobrolkan meski baru memasuki tahun ajaran baru? Anak-anak dari tingkat SD terlebih di tingkat SMU sepertinya sangat awas dan was-was menghadapi momentum penting ini. Saya tak melihat ada alasan untuk merasa demikian, kecuali bahwa mereka takut tak bisa memperoleh tanda lulus alias ijazah, sehingga mereka tak bisa melanjutkan pendidikan formal ke jenjang selanjutnya.
Belajar di sekolah formal tak boleh salah. Tak peduli bagaimana caranya anak-anak menghafal, semua harus benar, atau setidaknya prosentase benarnya harus lebih banyak dari prosentase salahnya. Jika tidak begitu, seorang murid akan dicap sebagai anak yang gagal. Memang wajar kalau kemudian anak-anak sekolah menjadi sangat tegang menghadapi ujian. Bayang-bayang kegagalan menghantui mereka. Standar lulus yang semakin naik menjadi ancaman. Sekian tahun menempuh pendidikan bisa jadi kandas di tahap akhir, yaitu ujian nasional.
Namun demikian, ujian nasional hanyalah sebuah kebijakan. Seiring waktu, dengan pergantian pemimpin, kabinet, dan sebagainya, masih selalu ada peluang agar UN ditinjau ulang fungsi dan mekanismenya. Setidaknya sejauh yang saya lihat, sampai saat ini UN tak berpengaruh secara signifikan terhadap peningkatan kualitas lulusan sekolah.
Selama jumlah belajar praktek di sekolah tetap minim dibandingkan teori, nampaknya sekian tahun ke depan lulusan sekolah memang masih tetap harus sangat awas melihat peluang kerja, karena nyatanya hanya sedikit lapangan pekerjaan yang tidak membutuhkan skill.
Jumat, 29 Agustus 2008
Kamis, 28 Agustus 2008
Ramadhan pun Tiba
Kebahagiaan tak terkira bisa beriteraksi kembali dengan bulan Allah Zat Maha Menakjubkan.
Akankah kita menjadi pemenang?
Kita yang menentukan kita akan jadi pemenang atau 'Pecundang'
Puasa. . .Adalah ritme pembenahan
semoga kita semua diberi kemudahan
Amin. . . .Allahumma . . .Amin
Akankah kita menjadi pemenang?
Kita yang menentukan kita akan jadi pemenang atau 'Pecundang'
Puasa. . .Adalah ritme pembenahan
semoga kita semua diberi kemudahan
Amin. . . .Allahumma . . .Amin
Arti Sebuah Mainan
Sesekali, jika kita perhatikan anak-anak, kita akan dapati mereka lebih asyik memainkan sepotong kayu, tali plastik, dan sebuah gelas air mineral bekas daripada mainan mahal yang kita belikan. Berjam-jam mereka bisa berinteraksi dengan mainan sederhana semacam itu tanpa bosan.
Setelah sebelumnya sempat menjadi "maniak" membelikan mainan edukatif, yang sebagiannya bahkan cukup mahal untuk ukuran kami, kini saya melihat kebutuhan akan mainan dari sudut pandang yang berbeda. Sebagai sebuah alat untuk mengeksplorasi kecerdasan anak, mainan edukatif sesungguhnya bertebaran di rumah kita: Tanpa harus kita beli secara khusus. Kenapa bisa begitu? Ya, tentu saja bisa, karena alat-alat bermain itu adalah juga perabotan dan benda-benda yang biasa kita pakai sehari-hari.
Karena saya memutuskan untuk berhenti dulu membeli mainan, tampaknya hal itu membuat anak-anak'terpaksa' jadi kreatif. Beberapa minggu terakhir ini mereka sering menyulap barang-barang yang ada di rumah menjadi mainan yang seru. Buku-buku hardcover berubah jadi laptop (menurut mereka), kardus bekas jadi rumah-rumahan, dan apapun benda yang ada di ruang tengah jadi apapun yang membuat mereka merasa punya mainan baru setiap hari.
Setelah saya pikir-pikir, memang ada hikmahnya juga tak lagi meanggarkan jatah biaya 'belajar' kami pada mainan, karena sebenarnya mainan buat mereka hanyalah salah satu alat belajar yang mereka sendiri tak pernah mendefinisikannya secara khusus.
Sebagai variasi, tentunya kita bisa ikut andil membantu mereka menyediakan bahan-bahan murah yang bisa memicu ide-ide kreatif mereka makin banyak lagi.
Setelah sebelumnya sempat menjadi "maniak" membelikan mainan edukatif, yang sebagiannya bahkan cukup mahal untuk ukuran kami, kini saya melihat kebutuhan akan mainan dari sudut pandang yang berbeda. Sebagai sebuah alat untuk mengeksplorasi kecerdasan anak, mainan edukatif sesungguhnya bertebaran di rumah kita: Tanpa harus kita beli secara khusus. Kenapa bisa begitu? Ya, tentu saja bisa, karena alat-alat bermain itu adalah juga perabotan dan benda-benda yang biasa kita pakai sehari-hari.
Karena saya memutuskan untuk berhenti dulu membeli mainan, tampaknya hal itu membuat anak-anak'terpaksa' jadi kreatif. Beberapa minggu terakhir ini mereka sering menyulap barang-barang yang ada di rumah menjadi mainan yang seru. Buku-buku hardcover berubah jadi laptop (menurut mereka), kardus bekas jadi rumah-rumahan, dan apapun benda yang ada di ruang tengah jadi apapun yang membuat mereka merasa punya mainan baru setiap hari.
Setelah saya pikir-pikir, memang ada hikmahnya juga tak lagi meanggarkan jatah biaya 'belajar' kami pada mainan, karena sebenarnya mainan buat mereka hanyalah salah satu alat belajar yang mereka sendiri tak pernah mendefinisikannya secara khusus.
Sebagai variasi, tentunya kita bisa ikut andil membantu mereka menyediakan bahan-bahan murah yang bisa memicu ide-ide kreatif mereka makin banyak lagi.
Rabu, 27 Agustus 2008
Kain Cinta Dari Aceh 2
Pertemuan Dengan Bidadari…….
Ilham kelihatan sibuk didepan komputernya. Iseng-iseng dia membuka e-mail, ternyata di inbox ada 5 e-mail baru. Dia lihat pengirimnya satu persatu. Salah satunya adalah Johan, kakaknya. Sudah lama Johan tidak mengirim e-mail. Karena itu Ilham langsung membuka e-mail darinya. Ilham tersenyum bahagia. Akhirnya, Johan mau mengenalkan dia dengan seorang gadis sholihah yang berasal dari lampung. Gadis itu berumur 24 tahun, 3 tahun lebih muda dibanding Ilham. Dia anak kedua dari sebuah keluarga terpandang yang tinggal di kota Kalianda, sebuah kota dengan luas 6.649,29 km^ yang tampak asri dipandang oleh setiap pemandang. Dia juga seorang mahasiswa yang sedang menyelsaikan thesis di Universitas Lampung. Ilham teringat pada waktu pertama kali dia datang ke Kalianda dan berkeliling melihat-lihat keasrian kota bersama kakaknya yang waktu itu masih lajang. Taman di jantung kota yang rindang serta oase-oase buatan menambah cita kesejukan yang semakin menenangkan
hati.
Pengelolaan taman yang begitu apik membuat suasana semakin terasa alami. Bagi Ilham semua itu sungguh sulit untuk dilupakan. Ilham juga tidak mungkin lupa ketika dia dan kakaknya tersesat sampai di dataran tinggi Pringsewu yang berketinggian 50 m. Tak bisa dipungkiri jika ada yang mengatakan bahwa semua rangkaian menakjubkan itu mampu menawan siapapun yang pernah datang ke kota di bagian selatan Pulau Sumatra untuk melantun pujian setinggi-tingginya pada Pencipta-Nya. Mungkinkah dia akan memiliki istri yang berasal dari sana? Ilham tenggelam dalam lamunan bersama bayangan aliran Way Ketibung (sungai Ketibung) yang tenang. Kata kakaknya, secara tidak sengaja dia bertemu dengan teman SMAnya. Ketika itu, Johan sedang berjalan-jalan menikmati indahnya pemandangan pegunungan di sebuah taman wisata bersama keluarganya, di daerah pegunungan yang merupakan bagian dari Bukit Barisan. Teman Johan diminta adiknya untuk dicarikan suami yang shalih di saat
yang sama Ilham meminta Johan untuk dicarikan seorang istri yang shalihah. Akhirnya, dua minggu setelah pertemuan itu, dia pergi ke rumah temannya sekaligus memastikan kesungguhan Zulfa, adik temannya itu. Sesuai permintaan Ilham, Johan menceritakan kekurangan yang dimiliki Ilham serta tetap merahasiakan namanya kepada Zulfa, setelah panjang lebar bercerita Zulfa sama sekali tidak berubah pikiran. Ternyata Zulfa sering mendengar cerita tentang kejujuran dan sifat Johan dan keluarganya yang sederhana dari kakaknya. Johan tidak tahu mengapa Zulfa begitu yakin dan siap bertemu dengan Ilham, hingga ia menulis e-mail pada Ilham yang sedang tinggal di Jakarta dan memintanya untuk segera ke Lampung. Setelah membaca cerita dari kakaknya itu terlihat pancar bahagia diraut muka Ilham. Secercah harapan kembali tumbuh dalam hatinya. Sebelumnya dia tidak pernah dengar kakaknya itu berwisata. Untuk makan saja susah apalagi sampai bertamasya bersama keluarga.
Impossible alias Ghairu Mumkin. Mungkin usaha yang dirintis dengannya 4 bulan lalu berhasil. Namun, jika berhasil kenapa Kakaknya tidak cerita kepadanya? Ilham mencoba mengira-ngira. Dari cerita itu, Ilham berpikir bahwa sekarang kondisi kakaknya pasti sudah lebih baik atau tepatnya jauh lebih baik. Inilah alasan yang lebih tepat terlihatnya renai kebahagiaan di wajah Ilham. Ilham membalas e-mail kakaknya seperlunya dan mengatakan bahwa malam ini juga akan berangkat ke Lampung. Ilham akan pergi dari bandara Soekarno Hatta yang terletak di Cengkareng lalu langsung ke bandara di Bandar Lampung, setelah itu baru ke Kalianda. Ilham teringat akan pernikahan Hasan, temannya, yang juga akan dilaksanakan di Kota Kalianda, tepatnya tiga hari lagi. Jadi, disamping menghadiri pernikahan itu, ia juga sekalian akan melamar Zulfa untuk dijadikan sebagai pendamping hidupnya. Tanpa menunggu lama dia langsung sign out dari mailnya. Ia tidak peduli akan empat e-mail yang
belum ia baca. Dia pergi dan memesan tiket pesawat domestik untuk keberangkatan nanti malam. Dia berharap gadis yang mampu membuat hatinya bergetar itu benar-benar akan menjadi jodohnya dan menjadi istri serta ibu bagi anak-anaknya. Sudah berulang-kali dia berikhtiar namun hasilnya selalu nihil. Pernah suatu ketika dia membaca Peribahasa Persia “Dar kore kheyr hich istikhoreh nist” (Dalam berbuat baik tidak perlu istikharah) Ilham berpikir keberangkatannya pasti suatu kebaikan, baik untuk dirinya maupun untuk Zulfa. Karena itu ia tidak boleh ragu. Ilham meninggalkan pesan untuk Soleh, anak angkatnya, bahwa dia akan kerumah kakaknya untuk beberapa hari di Lampung. Tanpa pikir panjang, ia lalu bergegas pergi ke Mall Cilandak. Ilham sibuk mencari oleh-oleh untuk keponakannya. Ilham berjalan agak tertatih dan sedikit terlihat kaku sebab dia memakai kaki buatan hasil penemuan anak Teknik UGM yang bekerja sama dengan anak kedokteran UI. Pernah mengenai kaki
palsunya itu dia berkata “aku bangga memakai kaki buatan karya anak bangsa ini”. Memang hasil karya mahasiswa kebanggaan bangsa itu tidak kalah berkualitas dengan produk-produk asing. Sambil mencari hadiah berputar kesana-kemari dia sudah membayangkan Raja, keponakannya yang paling bungsu, menyambutnya dengan riang seperti empat bulan yang lalu saat dia pergi menjenguk ke Kesana, sebenarnya nama keponakannya itu Radika Prajamuda, namun karena dia adalah yang paling manja diantara 7 saudaranya dia dipanggil dengan “Raja”, sepintas memang seperti singkatan dua kata dari nama aslinya. Ilham juga tidak lupa membelikan oleh-oleh untuk keponakannya yang lain serta untuk kakak yang sudah lama tidak ditemuinya.
@@@
Sore itu, keaadaan ibukota tampak sangat sibuk. Orang-orang berlalu-lalang. Mereka tak sedikitpun peduli dengan orang lain. Mereka sibuk dengan urusan masing-masing.
Taksi yang ditumpangi Ilham berjalan pelan tapi pasti. menyusuri jalan di daerah Pancoran, Kuningan, Semanggi, MPR, Slipi, dan kawasan Taman Anggrek menuju Bandara Internasional Sukarno Hatta. Sesekali taksi itu berhenti karena tidak bisa menghindar dari kemacetan. Suasana Jakarta yang vulgar begitu terlihat. Di balik kaca Ilham terlihat berkomat-kamit menguntai tasbih. Waktu adalah sebuah amanat. Siapa pun yang memahami ini pasti akan memegang waktu dengan baik sehingga mampu menjawab ketika amanat itu kembali dipertanya. Pada saat kondisi macet terdengar suara nashid samar-samar dari mobil yang berjalan di samping taksi Ilham. Sekilas Ilham melihat ke arah itu. Ia melihat wanita berjilbab putih yang sedang mengendarai mobil sedan merah delima. Wanita itu juga memandang kearah Ilham. Pandangan bertemu pandangan cepat-cepat keduanya menunduk membaca istighfar. Ilham tidak memungkiri wanita itu sangat cantik dan menawan, Ilham ingin sekedar menguntai
senyum namun hatinya menolak serta merta. Dari bahasa tubuhnya sepertinya wanita itu juga mengatakan hal yang senada dalam hatinya. “Ya Allah Engkau telah mencipta wanita dengan semua keindahan yang menghiasinya melalui kuasa-Mu, Engkau jugalah telah mencipta mata hamba dengan Kebesaran-Mu. Karena itu, kuatkanlah diri hamba untuk menjaganya”. Berulang kali Ilham melihat wanita cantik dalam hidupnya, tapi ia tidak pernah merasakan seperti apa yang ia rasa di malam itu. Ah jangan berkhayal yang aneh-aneh gertak Ilham pada dirinya sendiri. Taksi itu melaju lebih kencang. Gedung-gedung dekat Bandara sudah mulai terlihat berdiri angkuh membelah langit-langit malam kota metropolitan yang mulai terasa dingin. Ilham menyiapkan diri berdoa dan berdzikir agar siap dan mampu menghadapi apapun yang akan terjadi.
@@@
karena adanya satu dua hal keberangkatan diundur. Akhirnya jam delapan malam kapal terbang domestik itu tinggal landas meninggalkan bandara Internasional Soekarno Hatta. Ilham duduk tenang ditempat duduknya. Dia diam tanpa menghirau kejadian di sekeliling takut hal serupa seperti yang terjadi di sore tadi terulang lagi.
“Mau kemana mas!”
Terdengar seorang pemuda berumur kurang lebih 15 tahun menyapanya sopan. Ilham menghentikan dzikirnya sejenak, dia menyapa balik pemuda itu sambil mengembang senyum.
“Ini mau ke Kalianda, adik sendiri mau kemana?”
“Wah kebetulan, saya bersama kakak perempuan saya juga mau kesana”
“Wah seneng punya temen seperjalanan, mungkin nanti kita bisa bersama-sama ke sananya”
Ilham mencoba berbasa-basi pada orang yang belum ia kenal namanya itu.
“Ya, pasti lebih menyenangkan” jawab pemuda itu dengan cepat
“Ngomong-ngomong adik namanya siapa?”
“Adil Kristiya Mukti”
“Wah, kok mirip nama adik bungsu saya, namanya Adil Islam Muhammadi, cuma beda belakangnya saja. Maaf adik mukti kristianikah?”
“Iya, saya kristen, tapi temen-temen saya banyak yang muslim. Salah satunya kakak perempuan saya. Mereka orangnya baik-baik dan penuh perhatian pada saudara dan temannya. Terus nama mas siapa ya?”. Pemuda berambut hitam pekat dan berkulit putih itu balik bertanya.
“Oh iya hampir lupa, saya Ilham, Ilham Tumpuan Bumi”
Tidak jauh dari situ terdengar suara tawa wanita yang tertahan mendengar jawaban Ilham yang polos dan dengan logat bahasa indonesia yang medok. Ilham dan Mukti berbarengan menengok ke arah itu. Dan betapa keras detak jantung ilham ternyata wanita itu adalah wanita yang ia lihat mengendarai sedan merah delima tadi sore. Wanita itu juga tidak jauh beda. Wajah ayunya membiaskan warna malu, heran dan rasa tidak percaya. Keduanya sama-sama menunduk, namun mereka cepat-cepat mengangkat muka kembali takut Mukti mengira ada yang tidak beres. Dan ternyata benar, Mukti menyadarinya.
“Kok, sepertinya kalian sudah saling kenal ya? Mas Ilham ini temen kakak ya?”
Tanya Mukti pada kakak perempuannya. Wanita yang berjilbab anggun itu berusaha menyembunyikan perasaan yang mengendap dan meronta di hatinya. Dia tidak ingin adiknya mengetahui itu. Agak tergagap dia pun menjawab.
“Ah tidak kok. Kakak tidak kenal kok sama dia”
Mendengar suara itu ada desir yang semakin lama semakin kuat dalam batin Ilham. Ilham berusaha menguasai diri. Dia berusaha mengingat pelajaran akhlak yang sudah pernah ia terima. Berulang-ulang ia beristigfar dan membaca shalawat. Namun hatinya tidak juga menjadi tenang. Kenapa harus bertemu lagi dalam keadaan seperti ini, dia berulang bertanya pada dirinya sendiri. Pasti ada hikmah dibalik ini semua, ia mencoba meyakinkan diri.
“Kok mas Ilham diam?”
wanita itu berusaha menutupi apa yang bergejolak dalam dirinya dengan membuka suara. Ilham yang duduk diapit dua bersaudara itu mejadi tambah kikuk. Ilham duduk di H5, wanita itu di H4 didekat jendela, dan Mukti duduk di H6. Ilham sekuat tenaga berjuang menguasai diri. Dengan sedikit tergagap dia langsung menjawab.
“Ah, tidak apa-apa kok”
Melihat semua itu Mukti jadi bingung setengah mati. Dengan bahasa diplomatis dan dengan beberapa sentilan gurauan yang Ilham lontarkan, akhirnya suasana menjadi cair. Kemudian mereka bercakap santai. Dari situ Ilham tahu bahwa mereka asli orang aceh tapi setelah tragedi Tsunami mereka pindah ke Lampung di rumah orang tua bapaknya di Kalianda. Mereka baru pulang dari Jakarta setelah menghadiri pemberian penghargaan mahasiswa berprestasi yang diberikan pada Mukti oleh dinas Pendidikan RI. Mukti yang masih imut-imut ternyata sudah masuk kuliah dan mulai minggu depan mulai masuk semester 5. Dia mengambil jurusan Matematika Terapan. Sebuah cabang ilmu yang tidak sembarang orang bisa masuk ke dalamnya. Berulang kali ia terkagum mendengar cerita yang disampaikan Rahima tentang prestasi adiknya. Andai saja Mukti itu seorang muslim alangkah bahagia hati ini, kata Ilham dalam hati.
@@@
Akhirnya pesawat mendarat dengan selamat di bandara Yang terletak di tengah kota Bandar Lampung, dari headset terdengar bacaan surah al-Baqarah yang terus mengusik hati-hati yang masih hidup. Lantunan suci yang membangun syaraf-syaraf jiwa dan merekah menuai arti. Dengan lembut, ia membangunkan Mukti dan Rahima. Bersama-sama mereka turun dari pesawat. Keluar dari bandara, Ilham lalu cepat-cepat memesan taksi. Dari belakang Mukti memanggil Ilham.
“Mas Ilham mau kemana? Katanya mau pergi ke Kalianda bersama? Kebetulan sebentar lagi kami mau dijemput sama paman kami. Kalau Mas Ilham mau kita bisa pergi bersama, sebab masih ada dua tempat duduk yang kosong, kata orang islam bisa mubadzir loh?”
“Bagaimana ya?”
suara Ilham tampak menggantung terkurung dalam tumpukan kebingungan. Mendengar uraian Mukti, suara Ilham serasa dikunci. Ia tidak tahu mau bilang apa.
“Eh, itu paman sudah datang, ayo Mas Ilham bareng kami saja!”
Barang bawaan Ilham yang berisi hadiah untuk keponakannya itu di bawa oleh Mukti ke Volvo keluaran tahun 2006 itu. Akhirnya dengan agak terpaksa, Ilham mengikuti mereka dari belakang dan masuk mobil itu di bagian belakang bersama Mukti. Sedang Rahima duduk di depan menemani pamannya.
“Paman kenalkan ini teman Mukti namanya Ilham Tumpuan Bumi, Asli Kediri Jawa Timur”
Paman Mukti tidak menjawab ia terlihat dingin. Tidak begitu perhatian pada Ilham. Ilham jadi merasa tidak enak hati. Namun ia merasa tidak bersalah karena tadi dia dipaksa. Dia masih punya uang yang jauh dari cukup untuk menyewa 3 taksi dari Bandara ke Kalianda.
“Paman lagi sakit?” suara Rahima memecah keheningan. Tanpa mengeluarkan suara Pamannya itu mengangguk pelan. Sepertinya paman Mukti itu sedang menghadapi masalah besar.
“Ada apa paman? Kalau paman sakit kenapa paman yang pergi? Kenapa tidak menyuruh Pak Kasum saja?” terdengar Rahima menyelidik.
“Iya paman, kenapa tidak Pak Kasum saja?” Mukti membenarkan dari belakang.
“Paman habis ditipu orang. Dan orang itu adalah yang kalian sebut-sebut itu”
Rahima dan Mukti sontak kaget mendengar kabar itu. Mereka tidak bisa percaya Pak Kasum akan seperti itu. Tapi Rahima maupun Mukti tidak serta merta percaya atau langsung menolak. Memang paman mereka ini terkenal jujur tapi mereka sangat sulit untuk mempercayai berita itu.
“Aku tahu kalian tidak mudah percaya, tapi paman merasakan kegetiran ini pahit begitu pahit. Perusahaan Kain Tapis paman kembang kempis karena dana yang seharusnya dipakai di bawa kabur sama dia”
“Bukankah yang memperkenalkan Mbak Zulfa sama Bang Hasan itu Pak Kasum”
Mendengar nama Zulfa dan Hasan Ilham kaget bukan main. Saat itu Ilham sedang mendengarkan Surah Ali Imran melalui Headphone yang ia sambung ke Handphonenya. Ilham langsung bertanya pada Mukti apa benar yang telah ia dengar itu. Ternyata Rahima adalah Zulfa itu sendiri. Nama lengkap kakaknya Mukti itu adalah Zulfa Dewi Rahima dan Hasan siapakah Hasan apakah Hasan ini adalah Hasan temen SMAku?, ia simpan pertanyaan itu dalam bilik hatinya yang paling dalam. Sedan itu melaju pelan melalui jalan beraspal. Paman Zulfa tidak bisa seratus persen konsentrasi pada jalan. Rasa sedih dan gemuruh kemarahan telah mendera dadanya.
“Paman, terus Bang Hasan bagaimana?” Rahima tidak bisa menahan pertanyaan itu
Dengan nada marah dia menjawab ” Bajingan itu lari sama Kasum pake mobil Zebra Ayahmu, sekarang mereka dalam pengejaran polisi Malaysia, mereka terlihat di Kuala Lumpur tiga hari setelah melarikan uang modal Paman”
Zulfa tak kuasa menahan tangis, dia terlihat sangat sedih.
“Zulfa, kamu harus tabah menghadapi semua cobaan ini. Pasti hal ini terasa berat bagimu. Sebulan yang lalu Johan, temen kakakmu katanya mau memperkenalkanmu sama adiknya tapi sudah ditunggu lama ternyata orang yang ditunggu itu tidak datang juga. Hasan orang yang sudah melamar kamu dan tinggal melaksanakan aqad nikah dan walimah ternyata menghianatimu dan bahkan menghianati keluarga besar kita. Paman juga tidak ingin percaya pada kenyataan ini, tapi Paman mengetahui semua itu dengan mata kepala sendiri. Dulu Paman sangat bangga sama Hasan, Dia rajin shalat dan pinter baca Quran. Karena itulah Paman mendukung sepenuh tenaga agar kalian sampai pada jenjang perkawinan. Namun Allah swt tahu mana yang terbaik bagi Hamba-Nya. Kita harus berterimakasih pada Allah karena dengan pertunjuk-Nya kita mengetahui siapa sebenarnya orang yang telah melamarmu sebelum dia menikahimu. Allah selalu bersama mu nak.”
Paman Zulfa mencoba memenangkan keponakannya walau dia
sendiri masih terbakar amuk api amarah. Ilham hanya diam semenjak tadi, dia sebenarnya ingin bercerita bahwa dia adalah adiknya Johan. Orang yang mau dikenalkan pada Zulfa. Namun Ilham sadar dia memang terlambat. pada saat mendengarkan cerita Paman Zulfa dia membuka e-mail melalui Handphonenya. Dilihat tanggal penggiriman e-mail kakaknya. Tepat dua minggu lalu e-mail itu sudah dikirim kakaknya. Ilham menyalahkan dirinya sendiri kenapa dia tidak melihat tanggal penggirinan e-mail kakaknya tapi langsung pergi begitu saja terbawa angan dan lamunan kosong. Sekarang semua sudah terjadi dia tidak bisa menyalahkan siapapun dia tahu dia yang teledor. Dia takut kalau dia membicarakan itu keadaan akan tambah kacau.
“Kalau boleh tahu nama bapak siapa ya?”
Mendengar suara itu Zulfa baru ingat kalau dia telah bertemu seseorang yang telah menggetarkan sanubarinya. Ia mendengarkan suara dari jok belakang itu dengan baik.
“Saya Nurman, pangil saja Pak Nur” jawab Paman Zulfa itu hangat tidak sedingin tadi pagi.
“Pak Nor, saya setuju dengan apa yang bapak ucapkan pada mbak Zulfa. Semua ini memang harus disyukuri. Allah tidak ingin membiarkan hamba-Nya yang beriman jatuh ditangan orang yang tak pantas baginya. Karena Kasih sayang Allahlah semua ini bisa terjadi. Dan orang yang beriman pasti akan diuji oleh Allah swt. Allah mencintai Hamba-Nya ketika mereka mengadu dan mendekat pada-Nya”
“Nak Ilham, Bapak masih trauma. Orang yang telah bertahun-tahun bapak percayai ternyata menggilas Bapak dari belakang “
“Saya bisa memahami hal itu pak. Manusia memang suka berubah-rubah. Dalam sedetik saja manusia bisa berubah dari beriman mejadi tidak beriman. Karena itulah kita diajarkan untuk membaca “Ya muqalibal qulub tsabit Qalbi ‘ala dinik” wahai pembolak-balik hati kekalkan Hati kami pada agama-Mu. Selain itu kita juga tahu bahwa pembohong itu sangatlah hina dan berbahaya. Dikatakan bahwa kebohongan adalah kunci dari semua kejahatan. Dengan kebohongan orang menutupi kejahatan atau maksud jahatnya. Lebih dari itu, tidak ada hal yang bisa digunakan untuk menutupi kebohongan kecuali kebohongan juga. Karena Hati sudah kotor orang bisa berlaku apa saja demi menggapai tujuannya. Pada awalnya dia setia karena belum ada kesempatan, tapi suatu saat ada peluang maka dia akan menggunakan itu sebaik-baiknya. Dan dalam segala kejadian terdapat beribu hikmah”
Dalam diam, Zulfa berpikir keras siapakah sebenarnya pemuda yang akhlaknya amat elok ini. Dia memiliki ciri-ciri seperti yang diceritakan teman Kakaknya. Apakah benar orang ini adalah Adik Johan?Zulfa tidak berani mengungkapkan perasaannya itu.
“Kamu bener nak Ilham, sekarang Bapak harus lebih berhati-hati. Bapak tidak boleh teledor dalam segala keadaan”
“Iya Pak, Allah Yang Maha Kaya semoga mengayakan Hati kita sehingga terus terbimbing untuk tegak berjuang di jalan-Nya”
“Amin. . . .” Pak Norman dan Zulfa mengamini ucapan Ilham itu.
“Mas Ilham, kapan-kapan saya boleh tanya-tanya masalah agama islam pada Mas Ilham tidak?” terdengar suara Mukti mengakhiri kebisuannya sejak tadi. Mukti tahu diri. Setiap kali Paman maupun Kakaknya berbicara masalah agama islam atau berbau islam dia lebih memilih diam.
“Dengan senang hati. Sebisa mungkin saya akan bantu”
Mukti bahagia karena permintaannya dikabulkan.
Di luar terlihat papan rambu bahwa 2 km lagi mereka akan memasuki kota Kalianda. Sejak mengetahui cerita tentang Hasan tadi dia sudah mengurungkan niat untuk pergi ke rumah temannya itu.
“Maaf Pak Norman saya turun di perempatan di depan”
“Lho Nak Ilham mau kemana? Pasti Nak Ilham capek. Lebih baik istirahat dulu di rumah Mukti. Katanya mau diskusi sama mukti?”
Zulfa berharap Ilham mau menerima tawaran itu. Dia sangat penasaran dengan kepribadian pemuda Kediri itu.
“Sepertinya saya harus turun di sini saja, biar nanti saya istirahat di tempat kakak saya”
“Oh Kamu punya kakak di sini ?”
“iya. Kakak saya sudah 15 tahun di Lampung” Ilham sengaja tidak memberitahukan alamat kakaknya agar tidak terbuka kartunya.
“Hah dia punya kakak disini?!” zulfa semakin pemasaran.
“Kalau begitu ini kartu nama bapak kalau ada perlu jangan sungkan-sungkan untuk menghubungi”
“Ini alamat saya mas Ilham” Mukti menyerahkan kartu namanya.
Sampai di perempatan, Ilham pun turun Ia tak lupa untuk berterima kasih pada pak Norman, Mukti, dan Zulfa. Saat itu terlihat pandangan Zulfa yang teduh saat melepasnya dan langsung menyewa sebuah taksi. Ilham merasakan seolah Zulfa tidak mau melepas kepergianya. Tapi Ilham tidak mau terbawa pada perasaannya. Dia ingin mengetahui kebenaran tentang cerita Hasan. Setahunya hasan adalah orang baik dan berilmu. Dia berharap Hasan tidak melakukan tindakan sebodoh itu.
@@@
Silvi tampak bersemangat mengajar anak-anak TPQ. Kemarin Silvi mendapat kesempatan ikut penataran Pendidikan Anak Qurani selama seminggu. Silvi sangat senang anak-anak tambah antusias dalam belajar. Sebuah metode belajar sambil bermain. Rasa-rasanya semua yang ia ajarkan pada hari itu diserap bulat-bulat sama anak didiknya selain itu mereka juga lebih bebas mengungkap ide-ide mereka. Anak-anak lebih ceria dan belajar tanpa sedikitpun memikul beban. Dalam metode itu Anak-anak diajak untuk mengenali tubuh, lingkungan, alam semesta, kehidupan sosial dan macam-macam. Metode mengajar anak dengan menitik beratkan pada dunia anak. Mengajar anak dengan dunia mereka.
“Buguru-buguru ini bagaimana cara bacanya?”
seorang anak datang pada Silvi sambil menyodorkan buku Panduan Untuk Baca Qurannya.
“Ada apa sayang, kan tadi sudah ibu guru ajarin. Kok belum bisa, ya sudah sini duduk deket buguru” Silvi langsung memberi contoh cara baca quran itu dengan fasih dan jelas. Anak itu mengikuti apa-apa yang Silvi baca.
Dengan penuh kasih sayang Silvi mengajar mereka, dia berusaha berempati bahwa dia adalah ibu kandung mereka. Mencoba memahami mereka. Dan tidak hanya itu, Ia juga melahap buku-buku psikologi anak untuk bisa memahami anak didiknya dengan baik. Tak jarang ibu-ibu orang tua anak didiknya datang ke Masjid Kampus untuk konsultasi masalah anak mereka pada Silvi. Adanya hubungan serta kerjasama guru dan orang tua murid yang imbang menjadikan proses belajar mengajar jadi lancar. Ketika ada masalah juga lebih mudah terpecahkan.
Takmir masjid sangat percaya sama Silvi. Dengan ketekunan dan kerja keras TPQ menjadi semakin maju. Bahkan baru-baru ini telah dibuka kelas anak SMP dan SMU. Untuk kelas baru ini diajarkan materi keislaman baik Akhlak, Aqidah, Fikih Remaja,Tafsir, Bahasa Ingris dan Bahasa Arab. Silvi mengadakan kerja sama dengan anak-anak LDK UII, UMY, AMIKOM dan UNY. Mereka menyambut ajakan Silvi dengan antusias. Karena itu aktivitas Silvi jadi tambah padat. Dua kali seminggu dia dapat jatah mengajar Aqidah di UII dan UNY. Hanif lain lagi dia dapat jatah mengajar di AMIKOM dan UMY. Bagi Silvi dan Hanif kuliah tidak harus menjadikan mereka terbatasi untuk mengupas keilmuan diluar mata kuliah yang mereka dapat. Mereka juga tidak terus meninggalkan kesibukan sebagai seorang Mahasiswi. Prestasi akademis mereka tidak bisa di sepelekan.
Pihak akademisi sangat mensuport kegiatan pendidikan Yang Silvi kelola. Hubungan masyarakat sekitar dengan kampus juga semakin kuat. Karena prestasi ini Silvi mendapat kesempatan mewakili UGM dalam berbagai seminar pendidikan di berbagai daerah di Tanah Air.
@@@
Sore itu Hanif sedang sakit, Silvi menunggui sahabatnya itu dengan setia. Berulang kali Hanif cerita tentang Seminar yang menjadi tanggungjawabnya. Dia tidak ingin membuat orang-orang kecewa. Silvi paham dengan apa yang terjadi pada sahabat karibnya. Ia meminta nama-nama panitia yang bisa ia hubungi. Hanif memberikan beberapa nama akhwat yang ikut jadi panitia Seminar Ekonomi Global yang akan di hadiri tokoh dari Malaysia dan beberapa Guru Besar Ekonomi UGM. Sebelumnya Hanif sudah memesan Auditorium GSP(Graha Sabha Pramana)dan membagi-bagi tugas pada teman anak aktivis Ekonomi yang lain. Tapi masih banyak yang harus diselesaikan. Saat itu Indri Aviva dan beberapa anak LDK sudah datang ke kostan Hanif. Silvi mohon diri untuk pergi.
“Hanif, ana pergi dulu ya. Moga cepet sembuh ntar sore ana kesini lagi”
“Iya, sukran ya Vi atas semuanya”
Dengan cepat dia hubungi teman-teman Hanif yang ikut dalam kepanitiaan. Dia sampaikan kalau Hanif sedang sakit jadi tidak bisa membantu mereka. Mereka semua tidak mempermasalahkan itu tapi ada yang mengganjal, yaitu siapa yang akan menggantikan tugas sebagai pengantar. Silvi menawarkan siapa untuk membantu mempersiapkan makalah pengantar yang diperlukan. Silvi tidak ingin acara itu gagal. Dia tahu Pasti Hanif akan sangat kecewa jika acara itu sampai gagal. Silvi menyiapkan makalah itu kemudian mengkonfirmasikan isinya pada Hanif.
@@@
“Assalamualaikum, udah nunggu dari tadi ya, “
“Wa’alaikumusalam. Udah telat nih. Kan kita janjian jam 4 sore. kok baru datang” jawab Silvi.
“Kamu marah ya Vi, kok nadanya agak gimana . . .gitu, jangan marah dong. Kalau Silvi marah ntar cantiknya berkurang lho”
“Kok bawa cantik-cantik segala. Ini masalah prinsip Lin, kalau para pemuda udah lemot, suka sama budaya molor entar bangsa ini mau jadi apa?!. Kita yang tinggal di dunia akademis harus berbeda, kita harus punya pikiran cerah, kita bertugas mencerdaskan masyarakat dan membuka pemikiran mereka. Bukankah Seminar sehari yang mau kita adain itu tentang Pencerahan Pemikiran Masyarakat. Jadi minimal kita itu sudah memiliki kemandirian dalam berpikir dan komitment”
“Ah kamu Vi, kamu aja gitu kok, sudah tahu dapat beasiswa di Jerman ma Amerika malah milih beasiswa di Indonesia. Memang Universitas kita adalah Universitas favorit di negeri ini tapi kan di banding oxford University gak ada apa-apanya, apa itu juga tindakan cerdas dan tercerahkan?”Lina tidak mau kalah.
“Lin, dulu ana pernah mgotot pingin langsung ke Jerman tapi setelah musyawarah sama keluarga ana disuruh Kuliah di Indonesia dulu. Setelah selesai S1 baru boleh keluar negeri. Kata bapak sebelum kamu sekolah di luar negeri kamu harus tahu negerimu dulu. Jadi disana kamu jelas apa yang harus kamu cari. Jelas apa yang kamu perjuangkan. Kamu perlu lihat apakah negara ini sudah benar-benar merdeka apa tidak?tidak kalah penting, ujung pangkalnya juga perlu kamu pahami. Ana sadar bahwa ana belum begitu kenal dengan bangsa ini. Bahkan sampai kini masih bertumpuk pertanyaan terkait apa-apa yang terjadi di negeri ini. Para Cendekiawan, Teknokrat, Guru besar Ilmu Ekonomi, serta berbagai guru Besar dibidang lain datang kembali ke Indonesia bukan untuk memperbaiki bangsa dari keterpurukan tapi sebaliknya, Mereka datang dengan titel besar mereka untuk menelan atau membagi gratis aset bangsa pada negara kolonial moderen, bukankah ini hanya menambah keterjatuhan
bangsa. Memang tidak semua begitu, tapi hampir 80% atau lebih dari mereka kayak gitu. Sudah tidak terhitung jumlah pelajar lulusan luar negeri yang mementingkan kepentingan perut mereka sendiri”
“Kalau dipikir memang gitu sih bukankah para pelajar itu bisa dapat beasiswa di luar negeri juga karena mereka bernegara, tapi sayang mereka berlaku seolah negara tercinta ini ada tanpa ada perjuangan berdarah-darah, tidak ada niatan berhidmat pada masyarakat, ok deh ntar ana gak bakal molor lagi. Ana pingin jadi pencerah bangsa ini atau minimal ana bisa mencerahkan pemikiran putra-putri ana nanti”
“Nah, gitu dong. Itu baru Lina temenku. Di doain ma Silvi deh moga ntar jadi istri shalehah, ibu yang membaur rahmah, penyokong keluarga sakinah“
“Amin, terus gimana nih udah setengah lima kok belum pada keliatan, Apa mereka langsung ke Angkringan Tugu?”
“Kok Angkringan Tugu, kan kemarin diganti kumpul di SPC Bu Wiryo soalnya di Angkringan ada Musik-musik segala ntar malah nonton musik acara buat Seminar di lupain”
“Ya udah, kita ke SPC Bu Wiryo saja yuk”
“Ayuk”
Dengan sepeda motor bebek mereka berboncengan menuju SPC Bu Wiryo melewati jalan Kali Urang yang membelah UGM terus lewat jalan kompas menuju jalan Godeyan. Anak-anak kampus maupun masyarakat umum suka memanfaatkan keramahan warung pecel Ibu dengan dandanan khas jawa yang mangkal di Jl. Godeyan ini. Selain itu buat kumpul-kumpul juga enak, ngobrol sambil makan Nasi Pecel sama teh anget bisa menambah suasana keakraban. Bahasa indonesia ibu yang medok itu membuat mudah di ingat para pelanggan. Karena itulah penjual ini juga di panggil Bu Medok.
“Bu sekul pecel skalian es teh kalih!”
(bu pesan dua nasi pecel sama es teh)
“Nggih sekedap nduk, monggo pinarak rumiyin“
(iya nak, silahkan duduk dulu)
Habis pesan makan Silvi ma Lina langsung duduk di kursi kayu yang disediakan untuk pengunjung. Mereka menoleh ke kanan-kiri mencari temen-temen yang lain. Tidak lama kemudian mereka pun datang. Tak menunggu lama rapat singkat langsung dimulai. Setelah pembagian tugas dan makan Nasi Pecel mereka langsung pulang ke kostan masing-masing.
@@@
Seminar yang diadakan di Gedung Wanita Tama itu berlangsung sukses. Kajian yang sangat relevan disaat bangsa sedang dilanda dekadensi moral memang cukup diminati anak kampus. Anak-anak hukum semester pertama sampai semester enam kurang lebih 60% menghadiri seminar. Dosen yang diundang maupun dosen pembanding yang berwawasan luas membius peserta seminar. Itu semua tidak lepas dari kepiawaian Silvi dalam membawa acara diskusi terbuka. Berulang kali terdengar gemuruh tepuk tangan memadati gedung berkapasitas seribu orang itu.
“Sukses ya Vi penampilan kamu menakjubkan banget. Dosen-dosen semua memuji kamu. Kamu memang hebat”.
Lina mengucapkan selamat pada Silvi.
begitu juga panitia yang lain mereka juga terkagum-kagum dengan penampilan Silvi. Silvi hanya bisa senyum dan mengucapkan terima kasih kembali pada mereka.
.Silvi hanya bisa senyum dan mengucapkan terima kasih kembali pada mereka.
Sebelum pulang Silvi menyempatkan diri melihat e-mail di Kafe Net yang terletak di Jl. Godean. Ternyata benar. Ada sepuluh e-mail yang belum terbaca. Pandangan Silvi terhenti ketika melihat subjek yang dikirim Ilham Kakaknya. “Untuk Dia Yang Belum Juga Mampu Aku Temui” kok tumben amat pikir Silvi. dengan cept Silvi memasukan surat itu ke flahsnya
@@@
setelah shalat isya Silvi langsung duduk didiepan komputer untuk mebaca surat dari kakaknya.
Assalamualaikum
Allahumma sholi ala muahmmad wa aaaali muhammad.
Ade…….☺☺☺ Selamat ulang tahun yach sekarang udah tambah gede udah dua puluh satu tahun. Seneng dong?Bagaimana acara sukurannya rame gak. Anak-anak di yayasan pasti pada seneng sukuran ulang tahun ibu gurunya. Walau terlambat ini mas kirim kado. Tulisan ini kado dari mas. Mas buatkan sebuah cerita yang isinya terkait persiapan sebelum memasuki pernikahan. Kan bentar lagi ade mau menikah mas dengar ade sudah dilamar seminggu yang lalu. Wah hadiah ulang tahun mas ini kalah menarik dong? Tapi tidak apa, ini yang bisa mas berikan judul ceritanya “Untuk Dia yang Belum Aku Temui”untuk lamarannya gimana, adik terima apa tidak? Kalau adik terima entar mas Ilham pasti pulang ke Kediri. Sekalian Mas Johan juga mas beri kabar. Itu dulu dari mas langsung di balas ya.
Silvi hanya tersenyum membaca surat kakaknya karena acara sukuran itu ia ganti dengan sukuran ulang tahun Adi anak didiknya,
Untuk seorang yang kini belum aku ketahui dari mana, seperti apa, dan hanya mungkin aku temui kalau aku belum menemu mati di kemudian nanti. Harapanku semoga pertemuan denganmu dalam bingkai ikatan adalah anugrah terindah untuk bersama menggapai titik-titik keagungan. Semoga pertemuan itu adalah ungkap sepakat penuh ilmu juga pengkajian, bukan hanya sekadar hiasan nafsu yang diperturutkan.
Sungguh aku berharap engkau berkenan berkata dalam keterusterangan untuk apapun yang kau inginkan, aku yakin semua pinta sudah difikir dan diramu dalam ribu timbang, karenanya tentu akan kulaku dengan ikhlash untuk meneruskan, semoga Allah berkenan beri kemudahan.
Saat ini aku belum tahu seperti apa adaku kala bertemu denganmu. Semoga keberadaanku itu akan mengingatkanmu dari akhirat tujuan terakhir, begitu juga keberadaanmu semoga menjadikanku bertambah dekat pada Sang pemilik kiamat.
Entah mengapa beberapa hari ini aku terpicu memikirkan tentang sosok keberadaanmu. Hingga akhirnya ku ambil pucuk simpul, banyak hal harus aku persiapkan hingga aku mampu berada untuk bertemu denganmu, bertemu dengan seorang bani hawa yang menjadi tanggunganku, kau kekasih titipan Allah, Rosul, Aimmah dan dua orang tua kecintaanmu.
Yang aku tahu hanyalah laki-laki mulia yang akan mampu memuliakan keberadaan istri mereka, hina siapapun dia yang menghinakan istrinya. Karenanya semoga nanti aku mampu menghantarkan pada kemuliaan atas keberadaanmu di sisiku.
Semoga kita siap berjuang mengarungi samudra coba dan bergunung-gunung rintangan hingga kita mampu memberi para penerus, pembela, dan penyebar kebenaran di tengah-tengah masyarakat. Semua itu tidaklah mungkin mampu kita laku ketika kita tidak bersungguh dalam mensiapkan diri dan hati dengan penuh ilmu juga baiknya prilaku. Pertama kita harus paham bahwa dunia anak-anak yang kita tidaklah sama dengan dunia kita dulu. Adalah dzalim ketika kita mendidik mereka dengan masa lalu kita. Kita harus benar-benar mengenali dunia mereka. Sehingga tiada ketidak bijakan yang kita laku pada mereka.
Istriku, adalah baik kala kita mau menghias rumah tangga kita dengan Al-Qur’an dan tegaknya bangunan sholat, serta kita bina iklim kasih sayang, keterbukaan dengan kebebasan berkomunikasi didalamnya rumah tangga kita.
Istriku kini kita adalah satu, aku punya kesempatan berjihad dengan melakukan yang terbaik bagimu juga para pewarisku, begitu juga untukmu, sekarang terbentang kesempatan bagimu untuk berjihad sebagai seorang istri. Adalah kematian mulia yang akan kita cecap kala mati dalam keikhlasan menjalankan semua kewajiban yang ada dalam tanggungan kita.
Kini kita merajut sunah Rosulullah saw, semoga beliau memberi syafa’at atas langkah yang kita tempuh, separuh agama kita ambil tapi setengah itu tidaklah akan terambil kalau kita salah dalam mempersiapkan niatan hati, dengan niatan apakah kita mengambil langkah ini? Semoga kita sudah benar dalam menyiapkan hati. Semoga kala kau baca tulisan ini, kita sudah teramat sadar diri dan kita sudah cukup bekal untuk mengarung padang tandus yang membentang di hadapan mata, bukit tinggi yang menantang di mana setelahnya kita akan turun diantara dua piihan apakah surga seperti yang kita harapkan, ataukah neraka yang teramat kita takutkan. Semoga kebersamaan kita menjadikan kita salah satu dari pencapai ridha-Nya.
Duhai belahan hati, engkau adalah pilihan tempat hatiku ingin menambatkan hati untuk menapaki titian Rabbani. Kini kau menjadi seorang istri adalah baik bagimu mensiap diri untuk menjadi seorang ibu, namun Allah Maha Segalanya kiranya kita belum mampu menerima amanat seorang putri atau putra tentulah kita harus bertawakal, karena hanya para ibu yang memahami seni keibuan saja yang pantas untuk menerima amanat seorang anak.
Memang begitu berat hidup berumah tangga tanpa ada seorang putra atau putri namun semua pasti ada hikmahnya. Dialah Allah yang Maha Tahu siapa-siapa yang paling berhak untuk menerima titipan amanat. Kini hatiku ku satukan dengan hatimu semoga kita bersama dalam arah tujuan, andai kita mendapat putra setelah lama menunggu tetaplah kita tidak boleh memanjakannya secara berlebih, perlakuan wajar kita akan membantu pertumbuhan ruh, moral spiritualnya. Begitu juga dengan apa yang harus kita berikan berupa kasih sayang, kita harus memberinya jangan sampai ia kekurangan.
Duhai kekasih, ketika kita menjadi orang tua di saat yang sama kita juga menjadi seorang pendidik, seorang pendidik mau tidak mau harus tahu bagaimana cara mendidik. Apapun yang kita lakukan, kita bicarakan kita ekspresikan juga apapun perlakuan yang kita berikan kepada anak kita adalah wujud didikan kita.
Anak kita selalu mengalami perkembangan. Sebagai seorang pendidik kita harus tahu dan tanggap kepada mereka. Sebagai misal saat mereka masih bayi kondisi kognitif mereka adalah sensori motori, dia cenderung menggunakan aktifitas motori dan gerakan. Dengan cara itu mereka berusaha memahami segala sesuatu. Ketika sudah bisa berjalan dia mulai memanipulasi objek-objek di luar dirinya dan dia mulai tahu bahwa ketika benda tidak tampak maka benda itu tidak ada.
Ketika kita tidak tanggap dengan kondisi perkembangan mental spiritual maupun perkembangan fisik anak, hal itu akan menjadi penghambat bagi perkembangan mereka, adalah dzalim kalau kita seperti itu. Memang sungguh berat untuk menunaikan semua itu, tapi bukankah anak adalah amanat dari Allah, dia datang kepangkuan kita sebagai ujud kepercayaan Allah kepda kita. Anak datang dalam keadaan suci dari segala noda dan cela, sepantasnya kita menjaganya sekuat tenaga dengan tangan kita.
Istriku, sebagai orang tua kita juga di tuntut untuk memberi bimbingan untuk putra putri kita tentang beberapa hal, kita harus membimbing pemikiran mereka jangan sampai mereka kebingungan dan salah dalam menetukan jalan serta menempatkan jalan pemikiran. Kita harus membimbing mereka sehingga dalam berfikir mereka selalu bersandar pada akal mereka secara bijak juga perlu kita berikan pemahaman bahwa aqal manusia itu terbatas. Aqal manusia butuh pada sosok pembimbing. Kita harus membimbing ruhaniah mereka sebagaimana kita harus peduli dengan jasmaniyah mereka. Bimbingan ruhaniah sangat penting dan hal ini tidak mungkin bisa kita lakukan kecuali kita berdua sudah termasuk dari orang-orang yang sudah mampu mendidik ruhaniah diri.
Orang-orang mulia tidak pernah lepas dari sifat kesederhanaan. Kalau kita ingin anak-anak kita termasuk golongan mereka maka selayaknya kita perkenalkan nilai-nilai kesederhanaan di lingkungan kehidupan anak-anak kita yaitu dalam keluarga kita.
Duhai istriku belahan hati dan jiwaku, kitapun harus membimbing anak kita tentang kebudayaan, tentang bahasa yang menjadi sarana untuk bertukar informasi dimana dengan itu kita pun akan lebih mudah untuk menyampaikan ajaran-ajaran kebenaran.
Adalah baik ketika kita bimbing mereka dengan tata cara bersosialisasi, baik dengan keluarga, saudara, tetangga, teman, ataupun masyarakat umum. Bimbingan akhlak yang kita berikan akan menentukan apakah anak kita akan menjadi seorang pendusta, curang atau orang yang jujur. Jadi orang yang senantiasa berkata baik atau berkata buruk. Berlaku sopan ataupun sebaliknya. Ahlak yang terbentuk dimasa kecil mereka akan menjadi landasan dasar terbentuknya akhlak mulia di masa depan. Karena itu kita harus benar-benar memperhatikannya.
Duhai kecintaanku, kita berdua adalah pusat informasi di hadapan mereka, akal mereka sedemikian terbuka sehingga apapun informasi yang ada didepan mereka akan mereka serap begitu saja, kita harus menjalinkan mereka dengan dunia mereka agar mereka tidak merasa terasingkan dan bisa memanfaatkan semua itu dengan bijak serta berpandangan semua itu hanya sekedar sarana bukan merupakan tujuan.
Sebagai pusat informasi kita harus menjelaskan posisi anak kita dialam semesta ini, bahwa dia sebagai manusia akan mengarungi kehidupan ini dengan usia yang terbatas. Kita picu mereka untuk menggapai tujuan haqiqi dan menjadikan mereka memiliki rasa tanggung jawab untuk mencapai tujuan itu (akhirat), kita harus berupaya untuk mencari cara yang terbaik agar anak kita berwawasan luas tentang kehidupan ini dan bahwa semua alam jagat raya adalah ciptaan Allah yang nantinya akan lenyap.
Diatas pundak kita berdualah kewajiban untuk mengenalkan kehidupan keluarga, kita harus mendidik bagaimana menjadi orang tua, menjadi saudara, paman dan juga tentang tata cara hubungan suami istri dalam islam, putri kita olehmu dan putra kita melaluiku.
Wahai kekasih, nilai moral anak-anak kita tidaklah bisa kita paksakan, anak-anak kita punya kemampuan menilai, mempertimbangkan, dan menerima prinsip-prinsip hidupnya sendiri. Pada usia tiga tahun dia sudah mulai membentuk nilai akhlak dan prilaku, kita berdua adalah contoh hidup, kita merupakan tauladan namun mereka lebih banyak hidup bersamamu, mereka akan meniru semua prilakumu sebab belum mampu membeda-bedakan. Prilaku dan kebiasaanmu akan mengalir pada anak-anak kita seperti darah dalam urat nadi. Hal itu akan bentuk pribadi yang khas yang akan mereka bawa sepanjang hidup, karena itulah kualitas ruh yang kita miliki setelah kita mendapat amanah dari Allah akan sangat berpengaruh terhadap potensi yang kita titipkan pada anak-anak kita.Duhai dambaan, semakin engkau dekat dengan mereka maka semakin besar peniruan mereka padamu, peniruan mereka adalah ujud dari keingintahuan mereka yang besar, mereka menirumu karena engkau adalah idola bagi mereka,
mereka ingin mendapatkan pujianmu dan mencari perhatian dengan menirukan apa yang engkau laku. Prilakumu adalah sebuah objek yang tak pernah terlepas dari pandangan dan perhatian anak-anak kita. Telinga dan mata anak-anak kita bagaikan sebuah gerbang yang senantiasa terbuka lebar dan otak mereka selalu siap untuk merekam apapun apa yang mereka dapat. Semua keadaan ini adalah kesempatan besar bagi engkau untuk menjadikan mereka penjaga kesucian fitrah, peniti jalan kebenaran ataukah sebaliknya
Duhai istriku ketika engkau tidak tegar dalam menghadapi permasalahan di hadapan anak-anak kita. Hal itu akan bentuk mereka generasi yang sensitif, mudah tersinggung dan terus dilanda kegelisahan. Selain itu adalah tidak mungkin mendidik seorang anak menjadi seorang berwatak mulia sedang ibunya sendiri adalah seorang pengecut, pemarah, pemalas, kikir dan semacamnya. Anak-anak kita akan kebingungan dan bahkan kehilangan keinginan untuk meniru engkau, disaat mereka mengetahui engkau tidak ikhlas dalam berperilaku serta berkepribadian ganda. Memang semua ini adalah sesuatu yang berat namun jangan sampai engkau meninggalkan hak-hak yang selayaknya didapat sebagai seorang istri. Karena itu wahai istriku janganlah engkau enggan untuk mengutarakan apa-apa yang engkau perlukan sebab adalah dzalim aku sebagai suamimu jika tidak mempedulikan semua itu. Akupun ingin menunaikan kewajibanku sebagai seorang suami serta membantumu untuk menunaikan tugas-tugas mulia
itu. Aku tidak akan pernah berhenti untuk mendukung langkah- langkah jihadmu.
Aku tahu sebagai manusia biasa kitapun harus berjihad diri baik didunia lahir dengan senantiasa bertafakur, berusaha memupuk tekad, mengkondisikan diri, mengawasi diri, menghisab dan menilai diri serta senantiasa berdzikir mengingat Allah dengan segala kedalaman ma’na jihad diri secara dzahir itu. Selain itu kita juga dituntut untuk berjihad secara bathini, kita harus mengendalikan semua kekuatan bathin yang diamanahkan Allah kepada kita, amanah yang berupa naluri kemanusiaan, kekuatan khayal, dan imanjinasi ataupun yang lain. Kita juga harus berusaha mengenali keadaan jiwa kita, adakah didalamnya terdapat penyakit moral? Ketika kita menemukan itu marilah kita bersama mencari penawar dari penyakit yang menjadi penyebab kekotoran hati para manusia itu. Istriku semua itu adalah sebuah perjuangan karenanya yakinlah bahwa semua perjuangan ini adalah langkah-langkah menuju keridhaan Allah sehingga sekirannya kita harus menghadap Allah ditengah perjalanan
dalam perjuangan itu kita tidak akan mati secara sia-sia, semoga kita selalu dalam keridhaannya.
Duhai kekasih, semua jihad diri baik secara dzahiri maupun bathini yang sedang kita perjuangkan akan sangat mendukung setiap langkah yang kita kayuh dalam mendidik putra–putri kita nantinya. Istriku, seandainya amanat dari Allah adalah seorang anak perempuan maka disaat itu engkau dituntut untuk bisa mengajarinya bagaimana menjadi seorang ibu. Seorang anak perempuan lebih cenderung meniru ibunya dibanding anak laki-laki. Ditangan engkaulah kelak ia akan menjadi ibu tauladan atau sebaliknya. Dari engkau ia belajar bagaimana mejadi seorang ibu rumah tangga, cara mengurus rumah tangga, mengurus anak dan mendidiknya. Dari engkau ia hanya sekedar menerima dan mencontoh langsung tanpa mempertimbangkan alasan apa dibalik perilaku itu dan kemudian merekamnya dalam benak.
Istriku, seorang anak lebih mudah menerima ide-ide awal sebagai aspek kepribadian dari orang-orang terdekatnya. Ide-ide itu adalah fondasi awal kepribadian dan ruhani mereka, karena itu engkau mempunyai kesempatan untuk membimbing dan mengarahkan pemikiran, prilaku, harapan dan cita-cita serta sifat moral dan sosial anak-anak kita sehingga setiap langkah yang engkau pilih seiring pertumbuhan mereka akan memberi pengaruh yang besar pada anak-anak kita.
Istriku, anak kita akan mulai menggunakan akal dipenghujung tahun kedua, saat itu anak kita sudah berusaha menyelesaikan persoalanya sendiri dan berusaha terlebih dahulu tanpa meminta tolong pada orang lain. Pada usia tiga tahun walau masih terbatas anak kita akan mulai berfikir, sebagai orang tua kita harus membimbingnya agar cara berfikir anak kita terjaga dan terbentuk dengan baik serta sedikit demi sedikit mampu melakukan sebuah perbandingan. Pada usia ini dia mampu menguraikan dan menjelaskan sejumlah hal, biasanya dia akan sering bertanya perihal sesuatu yang aneh atau yang menurutnya ganjil. Dibawah bimbingan kita anak kita akan belajar untuk berkata baik, berlaku jujur dan sopan atau sebaliknya. Istriku, rumah kita adalah tempat untuk membangun fondasi bangunan serta kepribadian akhlak anak-anak kita.
Duhai cahaya mata, duhai penyejuk hati. Kepribadian anak-anak kita sudah terbentuk sejak dalam rahim, disitu terjadi perkembangan kepribadian diamana seorang ibu berpengaruh besar secara tidak langsung dalam perkembangan tersebut. Perkembangan dalam pengaruh sang ibu ini terus berlangsung hingga dia terlahir dan dia disapih. Pada masa-masa itu semua pola pikir, makanan, tindakan, dan cara bergaul yang engkau pilih akan memberi pengaruh besar pada bentuk bangunan kepribadian anak kita.
Istriku, banyak hal yang kita harapkan nantinya bisa dimiliki anak-anak kita. Engkau dan aku hanya sekadar mengingatkan bahwa disaat kita mendidik kita harus sadar bahwa anak kita bukanlah kelinci percobaan. Keluasan ilmu kita berperan besar didalamnya. Kita harus menjaga keseimbangan naluri dan fitrah kita baik amarah, kasih sayang, pemanjaan atau naluri sebagai orang tua yang lain. Jangan sampai ia merasa sombong terhadap apa yang ia atau kita miliki, kita harus adil baik pada anak kita yang laki-laki ataupun yang perempuan. Kita harus sesuaikan pendidikan sesuai jenis kelamin mereka. Ketika anak-anak kita sudah terbiasa dalam kebaikan dan pada akhirnya dia merasa butuh terhadapnya berarti pendidikan kita telah berhasil.
Dalam pemberian pendidikan, kita semestinya memberi mereka kebebasan memilih, kebebasan itu akan menjadikan mereka lebih bersemangat menjalani pilihan yang telah mereka ambil. Walau sebagai orang tua kita tetap mengawasi mereka.
Seorang anak yang baru lahir kadar intelegensitasnya masih terbatas, dia merasa asing dengan dunia yang baru ia temui, keterasingan itu dapat terputus dengan bantuan seorang ibu yang senantiasa memberikan bimbingan secara langsung atau tidak langsung terhadap anak-anaknya. Hanya sosok ibu yang memiliki ruhani yang tumbuh subur saja yang bisa membantu anak–anak mereka keluar dari keterasingan itu.
Sebagai orangtua kita harus benar-benar mengenal anak-anak kita, kita harus mencari tahu kebutuhan-kebutuhan yang sangat mereka perlukan. Ada hal yang perlu kita perhatikan bahwa anak-anak kita adakalanya juga akan merasakan suatu kejenuhan. Pada kondisi demikian kita dituntut berperan menjadi pendorong bagi mereka, salah satunya dengan menghargai karya mereka dan memberikan hadiah atas prestasi mereka.
Istriku, dalam memberikan hadiah sebaiknya kita juga mengkaitkannya dengan pendidikan, hadiah itu bisa kita rupakan apapun namun tetap bermanfaat bagi anak-anak kita dan jangan sampai pemberian hadiah itu kita lakukan dengan alasan karena anak kita mau meninggalkan suatu keburukan. Sikap semacam ini sama halnya dengan mengajari mereka bahwa kalau tidak diberi hadiah itu berarti kita meperbolehkan mereka melakukan keburukan tersebut.
Anak kecil sangat identik dengan permainan maupun mainan. Permainan merupakan sarana pendidikan yang baik dan cukup efisien sebab ketika seorang anak belajar dengan metode semacam itu niscaya akan lebih mudah dalam memahami, sebab saat itu dia belajar dengan otak kanan. Dengan permainan kita bisa menanamkan arti penting dari berusaha, sifat pantang menyerah, serta pelajaran adanya kekalahan dan kemenangan. Sebagai orang tua kita dituntut selektif dalam memilihkan permainan sebab kekeliruan dalam memilih bisa berakibat pada tercerabutnya akal dan ruhani anak kita. Kita tahu bahwa ketika seorang anak main permainan bunuh-membunuh niscaya itu akan mematikan nilai kemanusiaan dirinya. Terlebih mainan yang di disain semirip mungkin dengan aslinya. Anak akan merasa tidak terbeban untuk membunuh seseorang.
Istriku, dalam kehidupan adakalanya kita menemui adanya suatu ketimpangan. Dalam kehidupan rumah tangga kita, hal itu juga bukan tidak mungkin terjadi, namun ketika kita sama-sama mengenakan konsep yang sudah digariskan oleh Allah niscaya hal itu dapat dengan mudah untuk dihindari.
Anak kita dengan ketidaktahuan mereka suatu ketika akan melakukan kekeliruan, istriku ketika hal itu terjadi kita harus berlaku bijak, kita tidak boleh bersikap kasar, selayaknya kita menasehati mereka dengan kasih sayang dan penuh rasa empati sehingga kita tidak bertindak sebagai seorang hakim yang menghakimi dan anak kita sedang dihukum karena suatu dosa. Nasehat yang baik adalah nasehat yang selaras dengan cara berfikir mereka, nasehat dengan cara memberi masukan dan kritikan akan lebih baik dari bentakan, teguran keras, apalagi dengan ancaman berupa sangsi secara material. Dengan ini anak tidak akan berusaha mencari tempat perlarian sebagai tempat perlindungan.
Duhai istriku ketika kita harus memberi hukuman pada anak kita, kita harus berfikir seribu kali sebelumnya, pemberian hukuman merupakan langkah terakhir dalam pendidikan. Seandainya kita harus memberi hukuman kita juga harus memberi pengertian serta alasan megapa kita melakukan itu. Hukuman yang kita berikan bukan alat untuk membuat ia jera tapi sekedar upaya dalam pendidikan bagi mereka. Perlu kita pahami juga bahwa tindakan mencegah itu lebih baik dari pada harus mengobati, jadi sebelum kita melihat anak kita melakukan suatu pelanggaran sebelumnya sudah kita antisipasi dengan memberi pengertian. Hukuman tidak harus berupa pukulan, dengan diam dan sesekali memandang penuh arti pada mereka bisa lebih berarti. Istriku, ketika kita keliru dalam memberi hukuman hal itu bisa menyebabkan hubungan kita dengan mereka menjadi renggang, Hukuman boleh diberikan ketika mereka melakukan dengan sengaja dan mengetahui akibat dari kekeliruannya itu.
Istriku, dalam memberi hukuman kitapun harus pandai dalam bersikap, jangan sampai ketika aku sedang memberi hukuman engkau menyiapkan diri sebagai tempat perlindungan dengan memberikan pembelaan. Sikap itu akan menjadikan hukuman tidak ada arti dan merusak kepribadian anak kita. Dia akan merasa aman untuk melakukan hal yang sama nantinya. Ketika memberi hukuman kita tempatkan anak kita antara takut dan harap serta kita tidak perlu memaksa anak kita untuk meminta maaf.
Istriku, kita baru saja bertemu namun kiranya tidak salah kalau aku mengingatkanmu akan kematian, dzikir akan kematian akan menjadikan kita dekat dengan Allah dan selanjutnya kita akan menjaga dan meningkatkan kualitas diri kita, sebab kematian datang dengan tiba-tiba sesuai keinginan pemilik-Nya, walau sebenarnya dengan segala kurang dan dosa aku merasa belum siap menghadapi kematian mungkin engkaupun sama namun andai kematian itu datang pada salah satu diantara kita maka kita harus yakin bahwa memang seperti itulah kemestian dari Allah. Istriku andai kematian datang kepadaku terlebih dulu maka akan bertambah berat juang yang harus engkau lakukan dalam mendidik anak kita, seorang anak yang ditinggalkan ayahnya dimasa mereka masih kecil akan merasakan keterasingan, penderitaan, mudah gelisah dan besedih. Ketika saat itu engkau tidak sesuai dalam mensikapi, hal itu bisa menjadikan mereka mejadi seorang pembangkang dan keras kepala.
Istriku, saat itu engkau dituntut menjadi ibu yang penyayang dan seorang pengganti peran seorang ayah yang bijak dan tegas. Seorang anak yang ditinggalkan ayah mereka biasanya akan merasa terbebaskan dari segenap tuntutan hidup serta berusaha meninggalkan seluruh tanggung jawab dan kewajibannya. Karenanya adalah bijak untuk menghindarkan mereka dari lingkungan yang berbahaya atau tidak mendukung bagi kebaikan mereka. Disitu engkau dituntut mampu mengukuhkan spiritualitas anak. Kejelian dalam pendidikan sangat penting sebab pembiaran pada kesalahan pertama akan menjadikannya sulit untuk dirubah. Andai bisa dan ada yang ingin meminangmu dan engkau yakin padanya maka terimalah ia. Dia akan menjadi pelindungmu serta anak-anakku
Istriku, ada kemungkinan kedua yaitu engkau mendahului aku. Semoga kita berdua termasuk orang-orang yang siap dalam menghadapi kematian. Istriku kehilangan seorang ibu bagi seorang anak merupakan sesuatu yang besar dan berat, walau bagaimanapun kedudukan engkau disisi mereka tidak mungkin dapat tergantikan oleh siapapun. Mereka akan sangat merindukanmu karena mereka lebih dekat denganmu. Mereka akan merasakan kesendirian yang mendalam, terus dalam kegelisahan, tak pernah lepas dari khayalan tentang limpah kasih dan kehangatan yang pernah engkau berikan. Bagi mereka kehilangan seorang ibu adalah kehilangan seluruh dunianya. Mereka akan terus merindukan kasih sayangmu. Andai semua itu benar-benar terjadi semoga ada kemudahan bagi kita untuk membimbing mereka ikhwal kematian bahwa kitapun akan mati sebagaimana semua akan mati juga nantinya. Semoga kita mampu membimbing mereka tentang ma’na hidup, tujuan hidup dan bahwa kehidupan ini bukanlah kehidupan
yang sebenarnya, ada kehidupan yang lebih haqiqi yaitu kehidupan setelah kematian di akhirat nanti.
Istriku, kala itu terjadi aku harus memulihkan rasa percaya diri mereka dan mensiapkan diri untuk mencurahkan kasih sayang untuk mereka, lebih memperhatikan mereka dan berusaha menjadi sandaran bagi merka.
Duhai sandaran jiwa, pernikahan hanyalah sekadar sarana, ia layaknya sebuah sampan yang akan kita gunakan untuk mengarungi samudra luas yang penuh dengan badai cobaan dan gelombang dahsyat yang bisa menenggelamkan atau bahkan memecah sampan kecil itu. Sampan itu harus kita jaga sekuat tenaga. Kita kuatkan temali rasa saling mengerti dan memahami diantara kita dan kita rekatkan diawal dan ditengah perjalanan kita sehingga sampan itu akan terus terjaga. Keberadaan seorang anak tidak ubahnya seperti obor dan penghangat sampan kecil itu. Semestinya sebagaimana sang Rasul teladan telah mencontohkan, dihadapan anak kita, kita semestinya bisa menjadi seorang sahabat. Kita harus tanggap untuk mendengar keluh kesah mereka dan ada kalanya kita perlu menggantikan posisi teman-teman anak kita, walau kebutuhan alami ini sebenarnya tidak mungkin bisa diganti dengan yang lain. Dengan ini seorang anak akan menjadi lebih terbuka pada kita dan kita akan lebih mudah
memahami mereka.
Duhai cahaya mata, anak kita juga butuh teman sebaya, dengan temannya itu dia akan mengukur kemampuan diri, belajar tentang kehidupan sosial dan konsep kebersamaan, pada saat mereka bermain bersama, kebutuhan ruhani mereka sebagai seorang anak akan terpenuhi. Bagi seorang anak teman adalah pembanding dan sarana untuk memahami diri. Bersama mereka kematangan sosial dan fisik anak akan lebih cepat. Sebagai orang tua tidak ada salahnya ketika sekali-kali kita mengundang teman-teman anak kita sehingga kita bisa tahu mana yang baik akhlaknya dan mana yang buruk. Disitu kita bisa berusaha memberi masukan kepada mereka dan berkomunikasi dengan orang tua dari anak-anak yang kurang baik akhlaknya agar nantinya sama-sama terjaga.
Istriku, dalam mengarung samudra ada kemungkinan kita berselisih pendapat tentang arah sampan yang kita tumpangi, terlebih kalau kita kurang bisa memahami kekurangan kelebihan kita masing-masing. Ketika salah satu dari kita ada yang salah faham dengan pilihan atau tindakan yang dilakukan hal itu bisa mejadi penyebab adanya pertengkaran. Pertengkaran yang kita lakukan dihadapan anak-anak kita akan berpengaruh buruk bagi mereka terlebih jika kita libatkan dalam pertengkaran itu, karena itu kita harus pandai–pandai mencari solusi dalam mensikapi segala masalah yang kita hadapi.
Duhai istriku aku hanya sekadar mengingatkan bahwa sebenarnya pernikahan adalah sebuah sarana untuk menyatukan perbedaan, semua ketidakcocokan, ketidaksesuaian biasanya akan lebih tampak setelah lahir anak pertama. Kelahiran seorang anak menjadi awal dinamika dalam kehidupan rumah tangga. Kita sebagaimana manusia yang lain tidak mungkin mampu berlaku bijaksana ketika akar kecintan pada dunia masih kuat mengakar, syahwat dan hawa nafsu masih kita perturutkan, kita tidak mampu menyeimbangkan kekuatan diri dalam urusan yang tiada berfaedah dan kita tak henti melakukan akhlak tercela.
Karena itu wahai istriku kita harus bersama–sama membenahi diri dan meluruskan niatan hati kita. Hanyalah Allah yang mengetahui kekotoran hati kita, kita hanya bisa membaca kebiasaan buruk yang masih melekat dalam keseharian kita. Dengan kesungguhan dan bersandarkan pada rasa cinta pada Allah serta para manusia terkasih semoga ada kemudahan.
Usia kita yang masih muda adalah sebuiah modal yang besar, pengaruh pada hati dan pembentukan batin akan lebih mudah karena hati seorang pemuda masih lembut dan sederhana. Setiap sifat baik dan buruk memasuki hati seorang pemuda dengan cepat, gamblang dan mengakar kuat.
Istriku, kita tidak pernah berhak untuk membanggakan iman, moral dan prilaku kita dimana karena kebanggaan itu kita tidak berhati-hati dalam memilih lingkungan. Dalam lingkungan yang buruk Secara tidak sadar bisa saja kita terbawa dalam perbuatan tercela. Hal itu akan berpengaruh baik dalam perbuatan, ucapan atau kebiasaan kita yang lain. Ucapan-ucapan orang lain yang sering melewati telinga kita cukup kuat menjadaikan kita berkeinginan untuk mengucapkan hal yang sama. Lingkungan yang tidak tepat akan menjadikan kita orang-orang yang jauh dari rasa tanggung jawab, pemalas, pengecut atau bahkan bersikap brutal dan tidak mengindahkan posisi sebagai orangtua yang selayaknya menjadi contoh.
Duhai penghias ruh, seperti apakah anak yang akan kita persembahkan kepada masyarakat dan agama kita kalau kita tidak memilki kualitas ruhani, dengan rendahnya nilai ruhani bahtera rumah tangga kita akan rusak porak poranda. sebab hati dan jiwa kita telah tertutup hijab pekat dan tebal. Duhai sisih diantara karunia, aku ucapkan selamat datang atas kedatanganmu. Semoga tiada ada kekecewaan karena engkau menjadikan aku sebagai pilihanmu, hanya pada Allah aku bersandar. Mari berjuang, jalan ke akhirat teramat sulit dan penuh kesukaran, mari bersama mendulang keridhaan.
Panjang banget yah tulisan mas? Tapi itu sangat bermanfaat untuk kehidupan kita. Kan dik Silvi tahu. Mas tidak mungkin mengirimkan sesuatu yang tidak bermanfaat pada adik. Dik mas sangat bangga dengan kedua orang tua kita. Perjuangan beliau berdua tiada bandingnya seumur hidup mas belum pernah melihat sosok setegar ibu. Dik mas kangen ibu, kangen bapak Adil juga kangen ma Dik Silvi. Kemarin mas ke Lampung Mas Johan ngundang mas. Mau ditemukan ma wanita shalihah. Namun mas terlambat. Mas terlambat buka mailnya jadi keburu ada yang melamar. Adik tahu siapa yang melamar. Dia adalah teman mas yang pernah mas ceritakan ke Dik Silvi. Rencana pernikahan mereka hampir gagal karena ada fitnah. Hasan dituduh ikut melakukan penipuan. Tapi alhamdulillah sekarang semua sudah baik. Hasan sudah bebas dari tuduhan. Fitnah itu datang dari orang yang mencintai calonnya Hasan tapi tidak mendapat respon. Dua minggu lagi mas di minta ke Lampung untuk memberikan mauidhah
hasanah. Doain Mas ya dik. Sepertinya mas ada rasa dengan calon temen mas. Tidak tahu kenapa padahal mas baru ketemu dua kali sama dia. Pernah dia menyurati mas bahwa dia suka pada mas Ilham dia juga minta supaya mas melamar. Ia lakukan itu setelah tahu mas adalah adiknya mas Johan temen kakaknya. Tapi mas harus bertindak dewasa. Mas memang mencintai dia tapi mas tahu mas tidak berhak akan cintanya. Mas akan datang dan akan merahasiakan apa yang terjadi antara mas dan calon istri Hasan. Mas Johan sekeluarga titip salam buat bapak, ibu, Adil juga buat Dik Silvi. Jangan lupa ketika tahajud untuk doakan mas Ilham ya. Salam sayang dan rindu
wasalam Ilham Tumpuan Bumi
Ilham kelihatan sibuk didepan komputernya. Iseng-iseng dia membuka e-mail, ternyata di inbox ada 5 e-mail baru. Dia lihat pengirimnya satu persatu. Salah satunya adalah Johan, kakaknya. Sudah lama Johan tidak mengirim e-mail. Karena itu Ilham langsung membuka e-mail darinya. Ilham tersenyum bahagia. Akhirnya, Johan mau mengenalkan dia dengan seorang gadis sholihah yang berasal dari lampung. Gadis itu berumur 24 tahun, 3 tahun lebih muda dibanding Ilham. Dia anak kedua dari sebuah keluarga terpandang yang tinggal di kota Kalianda, sebuah kota dengan luas 6.649,29 km^ yang tampak asri dipandang oleh setiap pemandang. Dia juga seorang mahasiswa yang sedang menyelsaikan thesis di Universitas Lampung. Ilham teringat pada waktu pertama kali dia datang ke Kalianda dan berkeliling melihat-lihat keasrian kota bersama kakaknya yang waktu itu masih lajang. Taman di jantung kota yang rindang serta oase-oase buatan menambah cita kesejukan yang semakin menenangkan
hati.
Pengelolaan taman yang begitu apik membuat suasana semakin terasa alami. Bagi Ilham semua itu sungguh sulit untuk dilupakan. Ilham juga tidak mungkin lupa ketika dia dan kakaknya tersesat sampai di dataran tinggi Pringsewu yang berketinggian 50 m. Tak bisa dipungkiri jika ada yang mengatakan bahwa semua rangkaian menakjubkan itu mampu menawan siapapun yang pernah datang ke kota di bagian selatan Pulau Sumatra untuk melantun pujian setinggi-tingginya pada Pencipta-Nya. Mungkinkah dia akan memiliki istri yang berasal dari sana? Ilham tenggelam dalam lamunan bersama bayangan aliran Way Ketibung (sungai Ketibung) yang tenang. Kata kakaknya, secara tidak sengaja dia bertemu dengan teman SMAnya. Ketika itu, Johan sedang berjalan-jalan menikmati indahnya pemandangan pegunungan di sebuah taman wisata bersama keluarganya, di daerah pegunungan yang merupakan bagian dari Bukit Barisan. Teman Johan diminta adiknya untuk dicarikan suami yang shalih di saat
yang sama Ilham meminta Johan untuk dicarikan seorang istri yang shalihah. Akhirnya, dua minggu setelah pertemuan itu, dia pergi ke rumah temannya sekaligus memastikan kesungguhan Zulfa, adik temannya itu. Sesuai permintaan Ilham, Johan menceritakan kekurangan yang dimiliki Ilham serta tetap merahasiakan namanya kepada Zulfa, setelah panjang lebar bercerita Zulfa sama sekali tidak berubah pikiran. Ternyata Zulfa sering mendengar cerita tentang kejujuran dan sifat Johan dan keluarganya yang sederhana dari kakaknya. Johan tidak tahu mengapa Zulfa begitu yakin dan siap bertemu dengan Ilham, hingga ia menulis e-mail pada Ilham yang sedang tinggal di Jakarta dan memintanya untuk segera ke Lampung. Setelah membaca cerita dari kakaknya itu terlihat pancar bahagia diraut muka Ilham. Secercah harapan kembali tumbuh dalam hatinya. Sebelumnya dia tidak pernah dengar kakaknya itu berwisata. Untuk makan saja susah apalagi sampai bertamasya bersama keluarga.
Impossible alias Ghairu Mumkin. Mungkin usaha yang dirintis dengannya 4 bulan lalu berhasil. Namun, jika berhasil kenapa Kakaknya tidak cerita kepadanya? Ilham mencoba mengira-ngira. Dari cerita itu, Ilham berpikir bahwa sekarang kondisi kakaknya pasti sudah lebih baik atau tepatnya jauh lebih baik. Inilah alasan yang lebih tepat terlihatnya renai kebahagiaan di wajah Ilham. Ilham membalas e-mail kakaknya seperlunya dan mengatakan bahwa malam ini juga akan berangkat ke Lampung. Ilham akan pergi dari bandara Soekarno Hatta yang terletak di Cengkareng lalu langsung ke bandara di Bandar Lampung, setelah itu baru ke Kalianda. Ilham teringat akan pernikahan Hasan, temannya, yang juga akan dilaksanakan di Kota Kalianda, tepatnya tiga hari lagi. Jadi, disamping menghadiri pernikahan itu, ia juga sekalian akan melamar Zulfa untuk dijadikan sebagai pendamping hidupnya. Tanpa menunggu lama dia langsung sign out dari mailnya. Ia tidak peduli akan empat e-mail yang
belum ia baca. Dia pergi dan memesan tiket pesawat domestik untuk keberangkatan nanti malam. Dia berharap gadis yang mampu membuat hatinya bergetar itu benar-benar akan menjadi jodohnya dan menjadi istri serta ibu bagi anak-anaknya. Sudah berulang-kali dia berikhtiar namun hasilnya selalu nihil. Pernah suatu ketika dia membaca Peribahasa Persia “Dar kore kheyr hich istikhoreh nist” (Dalam berbuat baik tidak perlu istikharah) Ilham berpikir keberangkatannya pasti suatu kebaikan, baik untuk dirinya maupun untuk Zulfa. Karena itu ia tidak boleh ragu. Ilham meninggalkan pesan untuk Soleh, anak angkatnya, bahwa dia akan kerumah kakaknya untuk beberapa hari di Lampung. Tanpa pikir panjang, ia lalu bergegas pergi ke Mall Cilandak. Ilham sibuk mencari oleh-oleh untuk keponakannya. Ilham berjalan agak tertatih dan sedikit terlihat kaku sebab dia memakai kaki buatan hasil penemuan anak Teknik UGM yang bekerja sama dengan anak kedokteran UI. Pernah mengenai kaki
palsunya itu dia berkata “aku bangga memakai kaki buatan karya anak bangsa ini”. Memang hasil karya mahasiswa kebanggaan bangsa itu tidak kalah berkualitas dengan produk-produk asing. Sambil mencari hadiah berputar kesana-kemari dia sudah membayangkan Raja, keponakannya yang paling bungsu, menyambutnya dengan riang seperti empat bulan yang lalu saat dia pergi menjenguk ke Kesana, sebenarnya nama keponakannya itu Radika Prajamuda, namun karena dia adalah yang paling manja diantara 7 saudaranya dia dipanggil dengan “Raja”, sepintas memang seperti singkatan dua kata dari nama aslinya. Ilham juga tidak lupa membelikan oleh-oleh untuk keponakannya yang lain serta untuk kakak yang sudah lama tidak ditemuinya.
@@@
Sore itu, keaadaan ibukota tampak sangat sibuk. Orang-orang berlalu-lalang. Mereka tak sedikitpun peduli dengan orang lain. Mereka sibuk dengan urusan masing-masing.
Taksi yang ditumpangi Ilham berjalan pelan tapi pasti. menyusuri jalan di daerah Pancoran, Kuningan, Semanggi, MPR, Slipi, dan kawasan Taman Anggrek menuju Bandara Internasional Sukarno Hatta. Sesekali taksi itu berhenti karena tidak bisa menghindar dari kemacetan. Suasana Jakarta yang vulgar begitu terlihat. Di balik kaca Ilham terlihat berkomat-kamit menguntai tasbih. Waktu adalah sebuah amanat. Siapa pun yang memahami ini pasti akan memegang waktu dengan baik sehingga mampu menjawab ketika amanat itu kembali dipertanya. Pada saat kondisi macet terdengar suara nashid samar-samar dari mobil yang berjalan di samping taksi Ilham. Sekilas Ilham melihat ke arah itu. Ia melihat wanita berjilbab putih yang sedang mengendarai mobil sedan merah delima. Wanita itu juga memandang kearah Ilham. Pandangan bertemu pandangan cepat-cepat keduanya menunduk membaca istighfar. Ilham tidak memungkiri wanita itu sangat cantik dan menawan, Ilham ingin sekedar menguntai
senyum namun hatinya menolak serta merta. Dari bahasa tubuhnya sepertinya wanita itu juga mengatakan hal yang senada dalam hatinya. “Ya Allah Engkau telah mencipta wanita dengan semua keindahan yang menghiasinya melalui kuasa-Mu, Engkau jugalah telah mencipta mata hamba dengan Kebesaran-Mu. Karena itu, kuatkanlah diri hamba untuk menjaganya”. Berulang kali Ilham melihat wanita cantik dalam hidupnya, tapi ia tidak pernah merasakan seperti apa yang ia rasa di malam itu. Ah jangan berkhayal yang aneh-aneh gertak Ilham pada dirinya sendiri. Taksi itu melaju lebih kencang. Gedung-gedung dekat Bandara sudah mulai terlihat berdiri angkuh membelah langit-langit malam kota metropolitan yang mulai terasa dingin. Ilham menyiapkan diri berdoa dan berdzikir agar siap dan mampu menghadapi apapun yang akan terjadi.
@@@
karena adanya satu dua hal keberangkatan diundur. Akhirnya jam delapan malam kapal terbang domestik itu tinggal landas meninggalkan bandara Internasional Soekarno Hatta. Ilham duduk tenang ditempat duduknya. Dia diam tanpa menghirau kejadian di sekeliling takut hal serupa seperti yang terjadi di sore tadi terulang lagi.
“Mau kemana mas!”
Terdengar seorang pemuda berumur kurang lebih 15 tahun menyapanya sopan. Ilham menghentikan dzikirnya sejenak, dia menyapa balik pemuda itu sambil mengembang senyum.
“Ini mau ke Kalianda, adik sendiri mau kemana?”
“Wah kebetulan, saya bersama kakak perempuan saya juga mau kesana”
“Wah seneng punya temen seperjalanan, mungkin nanti kita bisa bersama-sama ke sananya”
Ilham mencoba berbasa-basi pada orang yang belum ia kenal namanya itu.
“Ya, pasti lebih menyenangkan” jawab pemuda itu dengan cepat
“Ngomong-ngomong adik namanya siapa?”
“Adil Kristiya Mukti”
“Wah, kok mirip nama adik bungsu saya, namanya Adil Islam Muhammadi, cuma beda belakangnya saja. Maaf adik mukti kristianikah?”
“Iya, saya kristen, tapi temen-temen saya banyak yang muslim. Salah satunya kakak perempuan saya. Mereka orangnya baik-baik dan penuh perhatian pada saudara dan temannya. Terus nama mas siapa ya?”. Pemuda berambut hitam pekat dan berkulit putih itu balik bertanya.
“Oh iya hampir lupa, saya Ilham, Ilham Tumpuan Bumi”
Tidak jauh dari situ terdengar suara tawa wanita yang tertahan mendengar jawaban Ilham yang polos dan dengan logat bahasa indonesia yang medok. Ilham dan Mukti berbarengan menengok ke arah itu. Dan betapa keras detak jantung ilham ternyata wanita itu adalah wanita yang ia lihat mengendarai sedan merah delima tadi sore. Wanita itu juga tidak jauh beda. Wajah ayunya membiaskan warna malu, heran dan rasa tidak percaya. Keduanya sama-sama menunduk, namun mereka cepat-cepat mengangkat muka kembali takut Mukti mengira ada yang tidak beres. Dan ternyata benar, Mukti menyadarinya.
“Kok, sepertinya kalian sudah saling kenal ya? Mas Ilham ini temen kakak ya?”
Tanya Mukti pada kakak perempuannya. Wanita yang berjilbab anggun itu berusaha menyembunyikan perasaan yang mengendap dan meronta di hatinya. Dia tidak ingin adiknya mengetahui itu. Agak tergagap dia pun menjawab.
“Ah tidak kok. Kakak tidak kenal kok sama dia”
Mendengar suara itu ada desir yang semakin lama semakin kuat dalam batin Ilham. Ilham berusaha menguasai diri. Dia berusaha mengingat pelajaran akhlak yang sudah pernah ia terima. Berulang-ulang ia beristigfar dan membaca shalawat. Namun hatinya tidak juga menjadi tenang. Kenapa harus bertemu lagi dalam keadaan seperti ini, dia berulang bertanya pada dirinya sendiri. Pasti ada hikmah dibalik ini semua, ia mencoba meyakinkan diri.
“Kok mas Ilham diam?”
wanita itu berusaha menutupi apa yang bergejolak dalam dirinya dengan membuka suara. Ilham yang duduk diapit dua bersaudara itu mejadi tambah kikuk. Ilham duduk di H5, wanita itu di H4 didekat jendela, dan Mukti duduk di H6. Ilham sekuat tenaga berjuang menguasai diri. Dengan sedikit tergagap dia langsung menjawab.
“Ah, tidak apa-apa kok”
Melihat semua itu Mukti jadi bingung setengah mati. Dengan bahasa diplomatis dan dengan beberapa sentilan gurauan yang Ilham lontarkan, akhirnya suasana menjadi cair. Kemudian mereka bercakap santai. Dari situ Ilham tahu bahwa mereka asli orang aceh tapi setelah tragedi Tsunami mereka pindah ke Lampung di rumah orang tua bapaknya di Kalianda. Mereka baru pulang dari Jakarta setelah menghadiri pemberian penghargaan mahasiswa berprestasi yang diberikan pada Mukti oleh dinas Pendidikan RI. Mukti yang masih imut-imut ternyata sudah masuk kuliah dan mulai minggu depan mulai masuk semester 5. Dia mengambil jurusan Matematika Terapan. Sebuah cabang ilmu yang tidak sembarang orang bisa masuk ke dalamnya. Berulang kali ia terkagum mendengar cerita yang disampaikan Rahima tentang prestasi adiknya. Andai saja Mukti itu seorang muslim alangkah bahagia hati ini, kata Ilham dalam hati.
@@@
Akhirnya pesawat mendarat dengan selamat di bandara Yang terletak di tengah kota Bandar Lampung, dari headset terdengar bacaan surah al-Baqarah yang terus mengusik hati-hati yang masih hidup. Lantunan suci yang membangun syaraf-syaraf jiwa dan merekah menuai arti. Dengan lembut, ia membangunkan Mukti dan Rahima. Bersama-sama mereka turun dari pesawat. Keluar dari bandara, Ilham lalu cepat-cepat memesan taksi. Dari belakang Mukti memanggil Ilham.
“Mas Ilham mau kemana? Katanya mau pergi ke Kalianda bersama? Kebetulan sebentar lagi kami mau dijemput sama paman kami. Kalau Mas Ilham mau kita bisa pergi bersama, sebab masih ada dua tempat duduk yang kosong, kata orang islam bisa mubadzir loh?”
“Bagaimana ya?”
suara Ilham tampak menggantung terkurung dalam tumpukan kebingungan. Mendengar uraian Mukti, suara Ilham serasa dikunci. Ia tidak tahu mau bilang apa.
“Eh, itu paman sudah datang, ayo Mas Ilham bareng kami saja!”
Barang bawaan Ilham yang berisi hadiah untuk keponakannya itu di bawa oleh Mukti ke Volvo keluaran tahun 2006 itu. Akhirnya dengan agak terpaksa, Ilham mengikuti mereka dari belakang dan masuk mobil itu di bagian belakang bersama Mukti. Sedang Rahima duduk di depan menemani pamannya.
“Paman kenalkan ini teman Mukti namanya Ilham Tumpuan Bumi, Asli Kediri Jawa Timur”
Paman Mukti tidak menjawab ia terlihat dingin. Tidak begitu perhatian pada Ilham. Ilham jadi merasa tidak enak hati. Namun ia merasa tidak bersalah karena tadi dia dipaksa. Dia masih punya uang yang jauh dari cukup untuk menyewa 3 taksi dari Bandara ke Kalianda.
“Paman lagi sakit?” suara Rahima memecah keheningan. Tanpa mengeluarkan suara Pamannya itu mengangguk pelan. Sepertinya paman Mukti itu sedang menghadapi masalah besar.
“Ada apa paman? Kalau paman sakit kenapa paman yang pergi? Kenapa tidak menyuruh Pak Kasum saja?” terdengar Rahima menyelidik.
“Iya paman, kenapa tidak Pak Kasum saja?” Mukti membenarkan dari belakang.
“Paman habis ditipu orang. Dan orang itu adalah yang kalian sebut-sebut itu”
Rahima dan Mukti sontak kaget mendengar kabar itu. Mereka tidak bisa percaya Pak Kasum akan seperti itu. Tapi Rahima maupun Mukti tidak serta merta percaya atau langsung menolak. Memang paman mereka ini terkenal jujur tapi mereka sangat sulit untuk mempercayai berita itu.
“Aku tahu kalian tidak mudah percaya, tapi paman merasakan kegetiran ini pahit begitu pahit. Perusahaan Kain Tapis paman kembang kempis karena dana yang seharusnya dipakai di bawa kabur sama dia”
“Bukankah yang memperkenalkan Mbak Zulfa sama Bang Hasan itu Pak Kasum”
Mendengar nama Zulfa dan Hasan Ilham kaget bukan main. Saat itu Ilham sedang mendengarkan Surah Ali Imran melalui Headphone yang ia sambung ke Handphonenya. Ilham langsung bertanya pada Mukti apa benar yang telah ia dengar itu. Ternyata Rahima adalah Zulfa itu sendiri. Nama lengkap kakaknya Mukti itu adalah Zulfa Dewi Rahima dan Hasan siapakah Hasan apakah Hasan ini adalah Hasan temen SMAku?, ia simpan pertanyaan itu dalam bilik hatinya yang paling dalam. Sedan itu melaju pelan melalui jalan beraspal. Paman Zulfa tidak bisa seratus persen konsentrasi pada jalan. Rasa sedih dan gemuruh kemarahan telah mendera dadanya.
“Paman, terus Bang Hasan bagaimana?” Rahima tidak bisa menahan pertanyaan itu
Dengan nada marah dia menjawab ” Bajingan itu lari sama Kasum pake mobil Zebra Ayahmu, sekarang mereka dalam pengejaran polisi Malaysia, mereka terlihat di Kuala Lumpur tiga hari setelah melarikan uang modal Paman”
Zulfa tak kuasa menahan tangis, dia terlihat sangat sedih.
“Zulfa, kamu harus tabah menghadapi semua cobaan ini. Pasti hal ini terasa berat bagimu. Sebulan yang lalu Johan, temen kakakmu katanya mau memperkenalkanmu sama adiknya tapi sudah ditunggu lama ternyata orang yang ditunggu itu tidak datang juga. Hasan orang yang sudah melamar kamu dan tinggal melaksanakan aqad nikah dan walimah ternyata menghianatimu dan bahkan menghianati keluarga besar kita. Paman juga tidak ingin percaya pada kenyataan ini, tapi Paman mengetahui semua itu dengan mata kepala sendiri. Dulu Paman sangat bangga sama Hasan, Dia rajin shalat dan pinter baca Quran. Karena itulah Paman mendukung sepenuh tenaga agar kalian sampai pada jenjang perkawinan. Namun Allah swt tahu mana yang terbaik bagi Hamba-Nya. Kita harus berterimakasih pada Allah karena dengan pertunjuk-Nya kita mengetahui siapa sebenarnya orang yang telah melamarmu sebelum dia menikahimu. Allah selalu bersama mu nak.”
Paman Zulfa mencoba memenangkan keponakannya walau dia
sendiri masih terbakar amuk api amarah. Ilham hanya diam semenjak tadi, dia sebenarnya ingin bercerita bahwa dia adalah adiknya Johan. Orang yang mau dikenalkan pada Zulfa. Namun Ilham sadar dia memang terlambat. pada saat mendengarkan cerita Paman Zulfa dia membuka e-mail melalui Handphonenya. Dilihat tanggal penggiriman e-mail kakaknya. Tepat dua minggu lalu e-mail itu sudah dikirim kakaknya. Ilham menyalahkan dirinya sendiri kenapa dia tidak melihat tanggal penggirinan e-mail kakaknya tapi langsung pergi begitu saja terbawa angan dan lamunan kosong. Sekarang semua sudah terjadi dia tidak bisa menyalahkan siapapun dia tahu dia yang teledor. Dia takut kalau dia membicarakan itu keadaan akan tambah kacau.
“Kalau boleh tahu nama bapak siapa ya?”
Mendengar suara itu Zulfa baru ingat kalau dia telah bertemu seseorang yang telah menggetarkan sanubarinya. Ia mendengarkan suara dari jok belakang itu dengan baik.
“Saya Nurman, pangil saja Pak Nur” jawab Paman Zulfa itu hangat tidak sedingin tadi pagi.
“Pak Nor, saya setuju dengan apa yang bapak ucapkan pada mbak Zulfa. Semua ini memang harus disyukuri. Allah tidak ingin membiarkan hamba-Nya yang beriman jatuh ditangan orang yang tak pantas baginya. Karena Kasih sayang Allahlah semua ini bisa terjadi. Dan orang yang beriman pasti akan diuji oleh Allah swt. Allah mencintai Hamba-Nya ketika mereka mengadu dan mendekat pada-Nya”
“Nak Ilham, Bapak masih trauma. Orang yang telah bertahun-tahun bapak percayai ternyata menggilas Bapak dari belakang “
“Saya bisa memahami hal itu pak. Manusia memang suka berubah-rubah. Dalam sedetik saja manusia bisa berubah dari beriman mejadi tidak beriman. Karena itulah kita diajarkan untuk membaca “Ya muqalibal qulub tsabit Qalbi ‘ala dinik” wahai pembolak-balik hati kekalkan Hati kami pada agama-Mu. Selain itu kita juga tahu bahwa pembohong itu sangatlah hina dan berbahaya. Dikatakan bahwa kebohongan adalah kunci dari semua kejahatan. Dengan kebohongan orang menutupi kejahatan atau maksud jahatnya. Lebih dari itu, tidak ada hal yang bisa digunakan untuk menutupi kebohongan kecuali kebohongan juga. Karena Hati sudah kotor orang bisa berlaku apa saja demi menggapai tujuannya. Pada awalnya dia setia karena belum ada kesempatan, tapi suatu saat ada peluang maka dia akan menggunakan itu sebaik-baiknya. Dan dalam segala kejadian terdapat beribu hikmah”
Dalam diam, Zulfa berpikir keras siapakah sebenarnya pemuda yang akhlaknya amat elok ini. Dia memiliki ciri-ciri seperti yang diceritakan teman Kakaknya. Apakah benar orang ini adalah Adik Johan?Zulfa tidak berani mengungkapkan perasaannya itu.
“Kamu bener nak Ilham, sekarang Bapak harus lebih berhati-hati. Bapak tidak boleh teledor dalam segala keadaan”
“Iya Pak, Allah Yang Maha Kaya semoga mengayakan Hati kita sehingga terus terbimbing untuk tegak berjuang di jalan-Nya”
“Amin. . . .” Pak Norman dan Zulfa mengamini ucapan Ilham itu.
“Mas Ilham, kapan-kapan saya boleh tanya-tanya masalah agama islam pada Mas Ilham tidak?” terdengar suara Mukti mengakhiri kebisuannya sejak tadi. Mukti tahu diri. Setiap kali Paman maupun Kakaknya berbicara masalah agama islam atau berbau islam dia lebih memilih diam.
“Dengan senang hati. Sebisa mungkin saya akan bantu”
Mukti bahagia karena permintaannya dikabulkan.
Di luar terlihat papan rambu bahwa 2 km lagi mereka akan memasuki kota Kalianda. Sejak mengetahui cerita tentang Hasan tadi dia sudah mengurungkan niat untuk pergi ke rumah temannya itu.
“Maaf Pak Norman saya turun di perempatan di depan”
“Lho Nak Ilham mau kemana? Pasti Nak Ilham capek. Lebih baik istirahat dulu di rumah Mukti. Katanya mau diskusi sama mukti?”
Zulfa berharap Ilham mau menerima tawaran itu. Dia sangat penasaran dengan kepribadian pemuda Kediri itu.
“Sepertinya saya harus turun di sini saja, biar nanti saya istirahat di tempat kakak saya”
“Oh Kamu punya kakak di sini ?”
“iya. Kakak saya sudah 15 tahun di Lampung” Ilham sengaja tidak memberitahukan alamat kakaknya agar tidak terbuka kartunya.
“Hah dia punya kakak disini?!” zulfa semakin pemasaran.
“Kalau begitu ini kartu nama bapak kalau ada perlu jangan sungkan-sungkan untuk menghubungi”
“Ini alamat saya mas Ilham” Mukti menyerahkan kartu namanya.
Sampai di perempatan, Ilham pun turun Ia tak lupa untuk berterima kasih pada pak Norman, Mukti, dan Zulfa. Saat itu terlihat pandangan Zulfa yang teduh saat melepasnya dan langsung menyewa sebuah taksi. Ilham merasakan seolah Zulfa tidak mau melepas kepergianya. Tapi Ilham tidak mau terbawa pada perasaannya. Dia ingin mengetahui kebenaran tentang cerita Hasan. Setahunya hasan adalah orang baik dan berilmu. Dia berharap Hasan tidak melakukan tindakan sebodoh itu.
@@@
Silvi tampak bersemangat mengajar anak-anak TPQ. Kemarin Silvi mendapat kesempatan ikut penataran Pendidikan Anak Qurani selama seminggu. Silvi sangat senang anak-anak tambah antusias dalam belajar. Sebuah metode belajar sambil bermain. Rasa-rasanya semua yang ia ajarkan pada hari itu diserap bulat-bulat sama anak didiknya selain itu mereka juga lebih bebas mengungkap ide-ide mereka. Anak-anak lebih ceria dan belajar tanpa sedikitpun memikul beban. Dalam metode itu Anak-anak diajak untuk mengenali tubuh, lingkungan, alam semesta, kehidupan sosial dan macam-macam. Metode mengajar anak dengan menitik beratkan pada dunia anak. Mengajar anak dengan dunia mereka.
“Buguru-buguru ini bagaimana cara bacanya?”
seorang anak datang pada Silvi sambil menyodorkan buku Panduan Untuk Baca Qurannya.
“Ada apa sayang, kan tadi sudah ibu guru ajarin. Kok belum bisa, ya sudah sini duduk deket buguru” Silvi langsung memberi contoh cara baca quran itu dengan fasih dan jelas. Anak itu mengikuti apa-apa yang Silvi baca.
Dengan penuh kasih sayang Silvi mengajar mereka, dia berusaha berempati bahwa dia adalah ibu kandung mereka. Mencoba memahami mereka. Dan tidak hanya itu, Ia juga melahap buku-buku psikologi anak untuk bisa memahami anak didiknya dengan baik. Tak jarang ibu-ibu orang tua anak didiknya datang ke Masjid Kampus untuk konsultasi masalah anak mereka pada Silvi. Adanya hubungan serta kerjasama guru dan orang tua murid yang imbang menjadikan proses belajar mengajar jadi lancar. Ketika ada masalah juga lebih mudah terpecahkan.
Takmir masjid sangat percaya sama Silvi. Dengan ketekunan dan kerja keras TPQ menjadi semakin maju. Bahkan baru-baru ini telah dibuka kelas anak SMP dan SMU. Untuk kelas baru ini diajarkan materi keislaman baik Akhlak, Aqidah, Fikih Remaja,Tafsir, Bahasa Ingris dan Bahasa Arab. Silvi mengadakan kerja sama dengan anak-anak LDK UII, UMY, AMIKOM dan UNY. Mereka menyambut ajakan Silvi dengan antusias. Karena itu aktivitas Silvi jadi tambah padat. Dua kali seminggu dia dapat jatah mengajar Aqidah di UII dan UNY. Hanif lain lagi dia dapat jatah mengajar di AMIKOM dan UMY. Bagi Silvi dan Hanif kuliah tidak harus menjadikan mereka terbatasi untuk mengupas keilmuan diluar mata kuliah yang mereka dapat. Mereka juga tidak terus meninggalkan kesibukan sebagai seorang Mahasiswi. Prestasi akademis mereka tidak bisa di sepelekan.
Pihak akademisi sangat mensuport kegiatan pendidikan Yang Silvi kelola. Hubungan masyarakat sekitar dengan kampus juga semakin kuat. Karena prestasi ini Silvi mendapat kesempatan mewakili UGM dalam berbagai seminar pendidikan di berbagai daerah di Tanah Air.
@@@
Sore itu Hanif sedang sakit, Silvi menunggui sahabatnya itu dengan setia. Berulang kali Hanif cerita tentang Seminar yang menjadi tanggungjawabnya. Dia tidak ingin membuat orang-orang kecewa. Silvi paham dengan apa yang terjadi pada sahabat karibnya. Ia meminta nama-nama panitia yang bisa ia hubungi. Hanif memberikan beberapa nama akhwat yang ikut jadi panitia Seminar Ekonomi Global yang akan di hadiri tokoh dari Malaysia dan beberapa Guru Besar Ekonomi UGM. Sebelumnya Hanif sudah memesan Auditorium GSP(Graha Sabha Pramana)dan membagi-bagi tugas pada teman anak aktivis Ekonomi yang lain. Tapi masih banyak yang harus diselesaikan. Saat itu Indri Aviva dan beberapa anak LDK sudah datang ke kostan Hanif. Silvi mohon diri untuk pergi.
“Hanif, ana pergi dulu ya. Moga cepet sembuh ntar sore ana kesini lagi”
“Iya, sukran ya Vi atas semuanya”
Dengan cepat dia hubungi teman-teman Hanif yang ikut dalam kepanitiaan. Dia sampaikan kalau Hanif sedang sakit jadi tidak bisa membantu mereka. Mereka semua tidak mempermasalahkan itu tapi ada yang mengganjal, yaitu siapa yang akan menggantikan tugas sebagai pengantar. Silvi menawarkan siapa untuk membantu mempersiapkan makalah pengantar yang diperlukan. Silvi tidak ingin acara itu gagal. Dia tahu Pasti Hanif akan sangat kecewa jika acara itu sampai gagal. Silvi menyiapkan makalah itu kemudian mengkonfirmasikan isinya pada Hanif.
@@@
“Assalamualaikum, udah nunggu dari tadi ya, “
“Wa’alaikumusalam. Udah telat nih. Kan kita janjian jam 4 sore. kok baru datang” jawab Silvi.
“Kamu marah ya Vi, kok nadanya agak gimana . . .gitu, jangan marah dong. Kalau Silvi marah ntar cantiknya berkurang lho”
“Kok bawa cantik-cantik segala. Ini masalah prinsip Lin, kalau para pemuda udah lemot, suka sama budaya molor entar bangsa ini mau jadi apa?!. Kita yang tinggal di dunia akademis harus berbeda, kita harus punya pikiran cerah, kita bertugas mencerdaskan masyarakat dan membuka pemikiran mereka. Bukankah Seminar sehari yang mau kita adain itu tentang Pencerahan Pemikiran Masyarakat. Jadi minimal kita itu sudah memiliki kemandirian dalam berpikir dan komitment”
“Ah kamu Vi, kamu aja gitu kok, sudah tahu dapat beasiswa di Jerman ma Amerika malah milih beasiswa di Indonesia. Memang Universitas kita adalah Universitas favorit di negeri ini tapi kan di banding oxford University gak ada apa-apanya, apa itu juga tindakan cerdas dan tercerahkan?”Lina tidak mau kalah.
“Lin, dulu ana pernah mgotot pingin langsung ke Jerman tapi setelah musyawarah sama keluarga ana disuruh Kuliah di Indonesia dulu. Setelah selesai S1 baru boleh keluar negeri. Kata bapak sebelum kamu sekolah di luar negeri kamu harus tahu negerimu dulu. Jadi disana kamu jelas apa yang harus kamu cari. Jelas apa yang kamu perjuangkan. Kamu perlu lihat apakah negara ini sudah benar-benar merdeka apa tidak?tidak kalah penting, ujung pangkalnya juga perlu kamu pahami. Ana sadar bahwa ana belum begitu kenal dengan bangsa ini. Bahkan sampai kini masih bertumpuk pertanyaan terkait apa-apa yang terjadi di negeri ini. Para Cendekiawan, Teknokrat, Guru besar Ilmu Ekonomi, serta berbagai guru Besar dibidang lain datang kembali ke Indonesia bukan untuk memperbaiki bangsa dari keterpurukan tapi sebaliknya, Mereka datang dengan titel besar mereka untuk menelan atau membagi gratis aset bangsa pada negara kolonial moderen, bukankah ini hanya menambah keterjatuhan
bangsa. Memang tidak semua begitu, tapi hampir 80% atau lebih dari mereka kayak gitu. Sudah tidak terhitung jumlah pelajar lulusan luar negeri yang mementingkan kepentingan perut mereka sendiri”
“Kalau dipikir memang gitu sih bukankah para pelajar itu bisa dapat beasiswa di luar negeri juga karena mereka bernegara, tapi sayang mereka berlaku seolah negara tercinta ini ada tanpa ada perjuangan berdarah-darah, tidak ada niatan berhidmat pada masyarakat, ok deh ntar ana gak bakal molor lagi. Ana pingin jadi pencerah bangsa ini atau minimal ana bisa mencerahkan pemikiran putra-putri ana nanti”
“Nah, gitu dong. Itu baru Lina temenku. Di doain ma Silvi deh moga ntar jadi istri shalehah, ibu yang membaur rahmah, penyokong keluarga sakinah“
“Amin, terus gimana nih udah setengah lima kok belum pada keliatan, Apa mereka langsung ke Angkringan Tugu?”
“Kok Angkringan Tugu, kan kemarin diganti kumpul di SPC Bu Wiryo soalnya di Angkringan ada Musik-musik segala ntar malah nonton musik acara buat Seminar di lupain”
“Ya udah, kita ke SPC Bu Wiryo saja yuk”
“Ayuk”
Dengan sepeda motor bebek mereka berboncengan menuju SPC Bu Wiryo melewati jalan Kali Urang yang membelah UGM terus lewat jalan kompas menuju jalan Godeyan. Anak-anak kampus maupun masyarakat umum suka memanfaatkan keramahan warung pecel Ibu dengan dandanan khas jawa yang mangkal di Jl. Godeyan ini. Selain itu buat kumpul-kumpul juga enak, ngobrol sambil makan Nasi Pecel sama teh anget bisa menambah suasana keakraban. Bahasa indonesia ibu yang medok itu membuat mudah di ingat para pelanggan. Karena itulah penjual ini juga di panggil Bu Medok.
“Bu sekul pecel skalian es teh kalih!”
(bu pesan dua nasi pecel sama es teh)
“Nggih sekedap nduk, monggo pinarak rumiyin“
(iya nak, silahkan duduk dulu)
Habis pesan makan Silvi ma Lina langsung duduk di kursi kayu yang disediakan untuk pengunjung. Mereka menoleh ke kanan-kiri mencari temen-temen yang lain. Tidak lama kemudian mereka pun datang. Tak menunggu lama rapat singkat langsung dimulai. Setelah pembagian tugas dan makan Nasi Pecel mereka langsung pulang ke kostan masing-masing.
@@@
Seminar yang diadakan di Gedung Wanita Tama itu berlangsung sukses. Kajian yang sangat relevan disaat bangsa sedang dilanda dekadensi moral memang cukup diminati anak kampus. Anak-anak hukum semester pertama sampai semester enam kurang lebih 60% menghadiri seminar. Dosen yang diundang maupun dosen pembanding yang berwawasan luas membius peserta seminar. Itu semua tidak lepas dari kepiawaian Silvi dalam membawa acara diskusi terbuka. Berulang kali terdengar gemuruh tepuk tangan memadati gedung berkapasitas seribu orang itu.
“Sukses ya Vi penampilan kamu menakjubkan banget. Dosen-dosen semua memuji kamu. Kamu memang hebat”.
Lina mengucapkan selamat pada Silvi.
begitu juga panitia yang lain mereka juga terkagum-kagum dengan penampilan Silvi. Silvi hanya bisa senyum dan mengucapkan terima kasih kembali pada mereka.
.Silvi hanya bisa senyum dan mengucapkan terima kasih kembali pada mereka.
Sebelum pulang Silvi menyempatkan diri melihat e-mail di Kafe Net yang terletak di Jl. Godean. Ternyata benar. Ada sepuluh e-mail yang belum terbaca. Pandangan Silvi terhenti ketika melihat subjek yang dikirim Ilham Kakaknya. “Untuk Dia Yang Belum Juga Mampu Aku Temui” kok tumben amat pikir Silvi. dengan cept Silvi memasukan surat itu ke flahsnya
@@@
setelah shalat isya Silvi langsung duduk didiepan komputer untuk mebaca surat dari kakaknya.
Assalamualaikum
Allahumma sholi ala muahmmad wa aaaali muhammad.
Ade…….☺☺☺ Selamat ulang tahun yach sekarang udah tambah gede udah dua puluh satu tahun. Seneng dong?Bagaimana acara sukurannya rame gak. Anak-anak di yayasan pasti pada seneng sukuran ulang tahun ibu gurunya. Walau terlambat ini mas kirim kado. Tulisan ini kado dari mas. Mas buatkan sebuah cerita yang isinya terkait persiapan sebelum memasuki pernikahan. Kan bentar lagi ade mau menikah mas dengar ade sudah dilamar seminggu yang lalu. Wah hadiah ulang tahun mas ini kalah menarik dong? Tapi tidak apa, ini yang bisa mas berikan judul ceritanya “Untuk Dia yang Belum Aku Temui”untuk lamarannya gimana, adik terima apa tidak? Kalau adik terima entar mas Ilham pasti pulang ke Kediri. Sekalian Mas Johan juga mas beri kabar. Itu dulu dari mas langsung di balas ya.
Silvi hanya tersenyum membaca surat kakaknya karena acara sukuran itu ia ganti dengan sukuran ulang tahun Adi anak didiknya,
Untuk seorang yang kini belum aku ketahui dari mana, seperti apa, dan hanya mungkin aku temui kalau aku belum menemu mati di kemudian nanti. Harapanku semoga pertemuan denganmu dalam bingkai ikatan adalah anugrah terindah untuk bersama menggapai titik-titik keagungan. Semoga pertemuan itu adalah ungkap sepakat penuh ilmu juga pengkajian, bukan hanya sekadar hiasan nafsu yang diperturutkan.
Sungguh aku berharap engkau berkenan berkata dalam keterusterangan untuk apapun yang kau inginkan, aku yakin semua pinta sudah difikir dan diramu dalam ribu timbang, karenanya tentu akan kulaku dengan ikhlash untuk meneruskan, semoga Allah berkenan beri kemudahan.
Saat ini aku belum tahu seperti apa adaku kala bertemu denganmu. Semoga keberadaanku itu akan mengingatkanmu dari akhirat tujuan terakhir, begitu juga keberadaanmu semoga menjadikanku bertambah dekat pada Sang pemilik kiamat.
Entah mengapa beberapa hari ini aku terpicu memikirkan tentang sosok keberadaanmu. Hingga akhirnya ku ambil pucuk simpul, banyak hal harus aku persiapkan hingga aku mampu berada untuk bertemu denganmu, bertemu dengan seorang bani hawa yang menjadi tanggunganku, kau kekasih titipan Allah, Rosul, Aimmah dan dua orang tua kecintaanmu.
Yang aku tahu hanyalah laki-laki mulia yang akan mampu memuliakan keberadaan istri mereka, hina siapapun dia yang menghinakan istrinya. Karenanya semoga nanti aku mampu menghantarkan pada kemuliaan atas keberadaanmu di sisiku.
Semoga kita siap berjuang mengarungi samudra coba dan bergunung-gunung rintangan hingga kita mampu memberi para penerus, pembela, dan penyebar kebenaran di tengah-tengah masyarakat. Semua itu tidaklah mungkin mampu kita laku ketika kita tidak bersungguh dalam mensiapkan diri dan hati dengan penuh ilmu juga baiknya prilaku. Pertama kita harus paham bahwa dunia anak-anak yang kita tidaklah sama dengan dunia kita dulu. Adalah dzalim ketika kita mendidik mereka dengan masa lalu kita. Kita harus benar-benar mengenali dunia mereka. Sehingga tiada ketidak bijakan yang kita laku pada mereka.
Istriku, adalah baik kala kita mau menghias rumah tangga kita dengan Al-Qur’an dan tegaknya bangunan sholat, serta kita bina iklim kasih sayang, keterbukaan dengan kebebasan berkomunikasi didalamnya rumah tangga kita.
Istriku kini kita adalah satu, aku punya kesempatan berjihad dengan melakukan yang terbaik bagimu juga para pewarisku, begitu juga untukmu, sekarang terbentang kesempatan bagimu untuk berjihad sebagai seorang istri. Adalah kematian mulia yang akan kita cecap kala mati dalam keikhlasan menjalankan semua kewajiban yang ada dalam tanggungan kita.
Kini kita merajut sunah Rosulullah saw, semoga beliau memberi syafa’at atas langkah yang kita tempuh, separuh agama kita ambil tapi setengah itu tidaklah akan terambil kalau kita salah dalam mempersiapkan niatan hati, dengan niatan apakah kita mengambil langkah ini? Semoga kita sudah benar dalam menyiapkan hati. Semoga kala kau baca tulisan ini, kita sudah teramat sadar diri dan kita sudah cukup bekal untuk mengarung padang tandus yang membentang di hadapan mata, bukit tinggi yang menantang di mana setelahnya kita akan turun diantara dua piihan apakah surga seperti yang kita harapkan, ataukah neraka yang teramat kita takutkan. Semoga kebersamaan kita menjadikan kita salah satu dari pencapai ridha-Nya.
Duhai belahan hati, engkau adalah pilihan tempat hatiku ingin menambatkan hati untuk menapaki titian Rabbani. Kini kau menjadi seorang istri adalah baik bagimu mensiap diri untuk menjadi seorang ibu, namun Allah Maha Segalanya kiranya kita belum mampu menerima amanat seorang putri atau putra tentulah kita harus bertawakal, karena hanya para ibu yang memahami seni keibuan saja yang pantas untuk menerima amanat seorang anak.
Memang begitu berat hidup berumah tangga tanpa ada seorang putra atau putri namun semua pasti ada hikmahnya. Dialah Allah yang Maha Tahu siapa-siapa yang paling berhak untuk menerima titipan amanat. Kini hatiku ku satukan dengan hatimu semoga kita bersama dalam arah tujuan, andai kita mendapat putra setelah lama menunggu tetaplah kita tidak boleh memanjakannya secara berlebih, perlakuan wajar kita akan membantu pertumbuhan ruh, moral spiritualnya. Begitu juga dengan apa yang harus kita berikan berupa kasih sayang, kita harus memberinya jangan sampai ia kekurangan.
Duhai kekasih, ketika kita menjadi orang tua di saat yang sama kita juga menjadi seorang pendidik, seorang pendidik mau tidak mau harus tahu bagaimana cara mendidik. Apapun yang kita lakukan, kita bicarakan kita ekspresikan juga apapun perlakuan yang kita berikan kepada anak kita adalah wujud didikan kita.
Anak kita selalu mengalami perkembangan. Sebagai seorang pendidik kita harus tahu dan tanggap kepada mereka. Sebagai misal saat mereka masih bayi kondisi kognitif mereka adalah sensori motori, dia cenderung menggunakan aktifitas motori dan gerakan. Dengan cara itu mereka berusaha memahami segala sesuatu. Ketika sudah bisa berjalan dia mulai memanipulasi objek-objek di luar dirinya dan dia mulai tahu bahwa ketika benda tidak tampak maka benda itu tidak ada.
Ketika kita tidak tanggap dengan kondisi perkembangan mental spiritual maupun perkembangan fisik anak, hal itu akan menjadi penghambat bagi perkembangan mereka, adalah dzalim kalau kita seperti itu. Memang sungguh berat untuk menunaikan semua itu, tapi bukankah anak adalah amanat dari Allah, dia datang kepangkuan kita sebagai ujud kepercayaan Allah kepda kita. Anak datang dalam keadaan suci dari segala noda dan cela, sepantasnya kita menjaganya sekuat tenaga dengan tangan kita.
Istriku, sebagai orang tua kita juga di tuntut untuk memberi bimbingan untuk putra putri kita tentang beberapa hal, kita harus membimbing pemikiran mereka jangan sampai mereka kebingungan dan salah dalam menetukan jalan serta menempatkan jalan pemikiran. Kita harus membimbing mereka sehingga dalam berfikir mereka selalu bersandar pada akal mereka secara bijak juga perlu kita berikan pemahaman bahwa aqal manusia itu terbatas. Aqal manusia butuh pada sosok pembimbing. Kita harus membimbing ruhaniah mereka sebagaimana kita harus peduli dengan jasmaniyah mereka. Bimbingan ruhaniah sangat penting dan hal ini tidak mungkin bisa kita lakukan kecuali kita berdua sudah termasuk dari orang-orang yang sudah mampu mendidik ruhaniah diri.
Orang-orang mulia tidak pernah lepas dari sifat kesederhanaan. Kalau kita ingin anak-anak kita termasuk golongan mereka maka selayaknya kita perkenalkan nilai-nilai kesederhanaan di lingkungan kehidupan anak-anak kita yaitu dalam keluarga kita.
Duhai istriku belahan hati dan jiwaku, kitapun harus membimbing anak kita tentang kebudayaan, tentang bahasa yang menjadi sarana untuk bertukar informasi dimana dengan itu kita pun akan lebih mudah untuk menyampaikan ajaran-ajaran kebenaran.
Adalah baik ketika kita bimbing mereka dengan tata cara bersosialisasi, baik dengan keluarga, saudara, tetangga, teman, ataupun masyarakat umum. Bimbingan akhlak yang kita berikan akan menentukan apakah anak kita akan menjadi seorang pendusta, curang atau orang yang jujur. Jadi orang yang senantiasa berkata baik atau berkata buruk. Berlaku sopan ataupun sebaliknya. Ahlak yang terbentuk dimasa kecil mereka akan menjadi landasan dasar terbentuknya akhlak mulia di masa depan. Karena itu kita harus benar-benar memperhatikannya.
Duhai kecintaanku, kita berdua adalah pusat informasi di hadapan mereka, akal mereka sedemikian terbuka sehingga apapun informasi yang ada didepan mereka akan mereka serap begitu saja, kita harus menjalinkan mereka dengan dunia mereka agar mereka tidak merasa terasingkan dan bisa memanfaatkan semua itu dengan bijak serta berpandangan semua itu hanya sekedar sarana bukan merupakan tujuan.
Sebagai pusat informasi kita harus menjelaskan posisi anak kita dialam semesta ini, bahwa dia sebagai manusia akan mengarungi kehidupan ini dengan usia yang terbatas. Kita picu mereka untuk menggapai tujuan haqiqi dan menjadikan mereka memiliki rasa tanggung jawab untuk mencapai tujuan itu (akhirat), kita harus berupaya untuk mencari cara yang terbaik agar anak kita berwawasan luas tentang kehidupan ini dan bahwa semua alam jagat raya adalah ciptaan Allah yang nantinya akan lenyap.
Diatas pundak kita berdualah kewajiban untuk mengenalkan kehidupan keluarga, kita harus mendidik bagaimana menjadi orang tua, menjadi saudara, paman dan juga tentang tata cara hubungan suami istri dalam islam, putri kita olehmu dan putra kita melaluiku.
Wahai kekasih, nilai moral anak-anak kita tidaklah bisa kita paksakan, anak-anak kita punya kemampuan menilai, mempertimbangkan, dan menerima prinsip-prinsip hidupnya sendiri. Pada usia tiga tahun dia sudah mulai membentuk nilai akhlak dan prilaku, kita berdua adalah contoh hidup, kita merupakan tauladan namun mereka lebih banyak hidup bersamamu, mereka akan meniru semua prilakumu sebab belum mampu membeda-bedakan. Prilaku dan kebiasaanmu akan mengalir pada anak-anak kita seperti darah dalam urat nadi. Hal itu akan bentuk pribadi yang khas yang akan mereka bawa sepanjang hidup, karena itulah kualitas ruh yang kita miliki setelah kita mendapat amanah dari Allah akan sangat berpengaruh terhadap potensi yang kita titipkan pada anak-anak kita.Duhai dambaan, semakin engkau dekat dengan mereka maka semakin besar peniruan mereka padamu, peniruan mereka adalah ujud dari keingintahuan mereka yang besar, mereka menirumu karena engkau adalah idola bagi mereka,
mereka ingin mendapatkan pujianmu dan mencari perhatian dengan menirukan apa yang engkau laku. Prilakumu adalah sebuah objek yang tak pernah terlepas dari pandangan dan perhatian anak-anak kita. Telinga dan mata anak-anak kita bagaikan sebuah gerbang yang senantiasa terbuka lebar dan otak mereka selalu siap untuk merekam apapun apa yang mereka dapat. Semua keadaan ini adalah kesempatan besar bagi engkau untuk menjadikan mereka penjaga kesucian fitrah, peniti jalan kebenaran ataukah sebaliknya
Duhai istriku ketika engkau tidak tegar dalam menghadapi permasalahan di hadapan anak-anak kita. Hal itu akan bentuk mereka generasi yang sensitif, mudah tersinggung dan terus dilanda kegelisahan. Selain itu adalah tidak mungkin mendidik seorang anak menjadi seorang berwatak mulia sedang ibunya sendiri adalah seorang pengecut, pemarah, pemalas, kikir dan semacamnya. Anak-anak kita akan kebingungan dan bahkan kehilangan keinginan untuk meniru engkau, disaat mereka mengetahui engkau tidak ikhlas dalam berperilaku serta berkepribadian ganda. Memang semua ini adalah sesuatu yang berat namun jangan sampai engkau meninggalkan hak-hak yang selayaknya didapat sebagai seorang istri. Karena itu wahai istriku janganlah engkau enggan untuk mengutarakan apa-apa yang engkau perlukan sebab adalah dzalim aku sebagai suamimu jika tidak mempedulikan semua itu. Akupun ingin menunaikan kewajibanku sebagai seorang suami serta membantumu untuk menunaikan tugas-tugas mulia
itu. Aku tidak akan pernah berhenti untuk mendukung langkah- langkah jihadmu.
Aku tahu sebagai manusia biasa kitapun harus berjihad diri baik didunia lahir dengan senantiasa bertafakur, berusaha memupuk tekad, mengkondisikan diri, mengawasi diri, menghisab dan menilai diri serta senantiasa berdzikir mengingat Allah dengan segala kedalaman ma’na jihad diri secara dzahir itu. Selain itu kita juga dituntut untuk berjihad secara bathini, kita harus mengendalikan semua kekuatan bathin yang diamanahkan Allah kepada kita, amanah yang berupa naluri kemanusiaan, kekuatan khayal, dan imanjinasi ataupun yang lain. Kita juga harus berusaha mengenali keadaan jiwa kita, adakah didalamnya terdapat penyakit moral? Ketika kita menemukan itu marilah kita bersama mencari penawar dari penyakit yang menjadi penyebab kekotoran hati para manusia itu. Istriku semua itu adalah sebuah perjuangan karenanya yakinlah bahwa semua perjuangan ini adalah langkah-langkah menuju keridhaan Allah sehingga sekirannya kita harus menghadap Allah ditengah perjalanan
dalam perjuangan itu kita tidak akan mati secara sia-sia, semoga kita selalu dalam keridhaannya.
Duhai kekasih, semua jihad diri baik secara dzahiri maupun bathini yang sedang kita perjuangkan akan sangat mendukung setiap langkah yang kita kayuh dalam mendidik putra–putri kita nantinya. Istriku, seandainya amanat dari Allah adalah seorang anak perempuan maka disaat itu engkau dituntut untuk bisa mengajarinya bagaimana menjadi seorang ibu. Seorang anak perempuan lebih cenderung meniru ibunya dibanding anak laki-laki. Ditangan engkaulah kelak ia akan menjadi ibu tauladan atau sebaliknya. Dari engkau ia belajar bagaimana mejadi seorang ibu rumah tangga, cara mengurus rumah tangga, mengurus anak dan mendidiknya. Dari engkau ia hanya sekedar menerima dan mencontoh langsung tanpa mempertimbangkan alasan apa dibalik perilaku itu dan kemudian merekamnya dalam benak.
Istriku, seorang anak lebih mudah menerima ide-ide awal sebagai aspek kepribadian dari orang-orang terdekatnya. Ide-ide itu adalah fondasi awal kepribadian dan ruhani mereka, karena itu engkau mempunyai kesempatan untuk membimbing dan mengarahkan pemikiran, prilaku, harapan dan cita-cita serta sifat moral dan sosial anak-anak kita sehingga setiap langkah yang engkau pilih seiring pertumbuhan mereka akan memberi pengaruh yang besar pada anak-anak kita.
Istriku, anak kita akan mulai menggunakan akal dipenghujung tahun kedua, saat itu anak kita sudah berusaha menyelesaikan persoalanya sendiri dan berusaha terlebih dahulu tanpa meminta tolong pada orang lain. Pada usia tiga tahun walau masih terbatas anak kita akan mulai berfikir, sebagai orang tua kita harus membimbingnya agar cara berfikir anak kita terjaga dan terbentuk dengan baik serta sedikit demi sedikit mampu melakukan sebuah perbandingan. Pada usia ini dia mampu menguraikan dan menjelaskan sejumlah hal, biasanya dia akan sering bertanya perihal sesuatu yang aneh atau yang menurutnya ganjil. Dibawah bimbingan kita anak kita akan belajar untuk berkata baik, berlaku jujur dan sopan atau sebaliknya. Istriku, rumah kita adalah tempat untuk membangun fondasi bangunan serta kepribadian akhlak anak-anak kita.
Duhai cahaya mata, duhai penyejuk hati. Kepribadian anak-anak kita sudah terbentuk sejak dalam rahim, disitu terjadi perkembangan kepribadian diamana seorang ibu berpengaruh besar secara tidak langsung dalam perkembangan tersebut. Perkembangan dalam pengaruh sang ibu ini terus berlangsung hingga dia terlahir dan dia disapih. Pada masa-masa itu semua pola pikir, makanan, tindakan, dan cara bergaul yang engkau pilih akan memberi pengaruh besar pada bentuk bangunan kepribadian anak kita.
Istriku, banyak hal yang kita harapkan nantinya bisa dimiliki anak-anak kita. Engkau dan aku hanya sekadar mengingatkan bahwa disaat kita mendidik kita harus sadar bahwa anak kita bukanlah kelinci percobaan. Keluasan ilmu kita berperan besar didalamnya. Kita harus menjaga keseimbangan naluri dan fitrah kita baik amarah, kasih sayang, pemanjaan atau naluri sebagai orang tua yang lain. Jangan sampai ia merasa sombong terhadap apa yang ia atau kita miliki, kita harus adil baik pada anak kita yang laki-laki ataupun yang perempuan. Kita harus sesuaikan pendidikan sesuai jenis kelamin mereka. Ketika anak-anak kita sudah terbiasa dalam kebaikan dan pada akhirnya dia merasa butuh terhadapnya berarti pendidikan kita telah berhasil.
Dalam pemberian pendidikan, kita semestinya memberi mereka kebebasan memilih, kebebasan itu akan menjadikan mereka lebih bersemangat menjalani pilihan yang telah mereka ambil. Walau sebagai orang tua kita tetap mengawasi mereka.
Seorang anak yang baru lahir kadar intelegensitasnya masih terbatas, dia merasa asing dengan dunia yang baru ia temui, keterasingan itu dapat terputus dengan bantuan seorang ibu yang senantiasa memberikan bimbingan secara langsung atau tidak langsung terhadap anak-anaknya. Hanya sosok ibu yang memiliki ruhani yang tumbuh subur saja yang bisa membantu anak–anak mereka keluar dari keterasingan itu.
Sebagai orangtua kita harus benar-benar mengenal anak-anak kita, kita harus mencari tahu kebutuhan-kebutuhan yang sangat mereka perlukan. Ada hal yang perlu kita perhatikan bahwa anak-anak kita adakalanya juga akan merasakan suatu kejenuhan. Pada kondisi demikian kita dituntut berperan menjadi pendorong bagi mereka, salah satunya dengan menghargai karya mereka dan memberikan hadiah atas prestasi mereka.
Istriku, dalam memberikan hadiah sebaiknya kita juga mengkaitkannya dengan pendidikan, hadiah itu bisa kita rupakan apapun namun tetap bermanfaat bagi anak-anak kita dan jangan sampai pemberian hadiah itu kita lakukan dengan alasan karena anak kita mau meninggalkan suatu keburukan. Sikap semacam ini sama halnya dengan mengajari mereka bahwa kalau tidak diberi hadiah itu berarti kita meperbolehkan mereka melakukan keburukan tersebut.
Anak kecil sangat identik dengan permainan maupun mainan. Permainan merupakan sarana pendidikan yang baik dan cukup efisien sebab ketika seorang anak belajar dengan metode semacam itu niscaya akan lebih mudah dalam memahami, sebab saat itu dia belajar dengan otak kanan. Dengan permainan kita bisa menanamkan arti penting dari berusaha, sifat pantang menyerah, serta pelajaran adanya kekalahan dan kemenangan. Sebagai orang tua kita dituntut selektif dalam memilihkan permainan sebab kekeliruan dalam memilih bisa berakibat pada tercerabutnya akal dan ruhani anak kita. Kita tahu bahwa ketika seorang anak main permainan bunuh-membunuh niscaya itu akan mematikan nilai kemanusiaan dirinya. Terlebih mainan yang di disain semirip mungkin dengan aslinya. Anak akan merasa tidak terbeban untuk membunuh seseorang.
Istriku, dalam kehidupan adakalanya kita menemui adanya suatu ketimpangan. Dalam kehidupan rumah tangga kita, hal itu juga bukan tidak mungkin terjadi, namun ketika kita sama-sama mengenakan konsep yang sudah digariskan oleh Allah niscaya hal itu dapat dengan mudah untuk dihindari.
Anak kita dengan ketidaktahuan mereka suatu ketika akan melakukan kekeliruan, istriku ketika hal itu terjadi kita harus berlaku bijak, kita tidak boleh bersikap kasar, selayaknya kita menasehati mereka dengan kasih sayang dan penuh rasa empati sehingga kita tidak bertindak sebagai seorang hakim yang menghakimi dan anak kita sedang dihukum karena suatu dosa. Nasehat yang baik adalah nasehat yang selaras dengan cara berfikir mereka, nasehat dengan cara memberi masukan dan kritikan akan lebih baik dari bentakan, teguran keras, apalagi dengan ancaman berupa sangsi secara material. Dengan ini anak tidak akan berusaha mencari tempat perlarian sebagai tempat perlindungan.
Duhai istriku ketika kita harus memberi hukuman pada anak kita, kita harus berfikir seribu kali sebelumnya, pemberian hukuman merupakan langkah terakhir dalam pendidikan. Seandainya kita harus memberi hukuman kita juga harus memberi pengertian serta alasan megapa kita melakukan itu. Hukuman yang kita berikan bukan alat untuk membuat ia jera tapi sekedar upaya dalam pendidikan bagi mereka. Perlu kita pahami juga bahwa tindakan mencegah itu lebih baik dari pada harus mengobati, jadi sebelum kita melihat anak kita melakukan suatu pelanggaran sebelumnya sudah kita antisipasi dengan memberi pengertian. Hukuman tidak harus berupa pukulan, dengan diam dan sesekali memandang penuh arti pada mereka bisa lebih berarti. Istriku, ketika kita keliru dalam memberi hukuman hal itu bisa menyebabkan hubungan kita dengan mereka menjadi renggang, Hukuman boleh diberikan ketika mereka melakukan dengan sengaja dan mengetahui akibat dari kekeliruannya itu.
Istriku, dalam memberi hukuman kitapun harus pandai dalam bersikap, jangan sampai ketika aku sedang memberi hukuman engkau menyiapkan diri sebagai tempat perlindungan dengan memberikan pembelaan. Sikap itu akan menjadikan hukuman tidak ada arti dan merusak kepribadian anak kita. Dia akan merasa aman untuk melakukan hal yang sama nantinya. Ketika memberi hukuman kita tempatkan anak kita antara takut dan harap serta kita tidak perlu memaksa anak kita untuk meminta maaf.
Istriku, kita baru saja bertemu namun kiranya tidak salah kalau aku mengingatkanmu akan kematian, dzikir akan kematian akan menjadikan kita dekat dengan Allah dan selanjutnya kita akan menjaga dan meningkatkan kualitas diri kita, sebab kematian datang dengan tiba-tiba sesuai keinginan pemilik-Nya, walau sebenarnya dengan segala kurang dan dosa aku merasa belum siap menghadapi kematian mungkin engkaupun sama namun andai kematian itu datang pada salah satu diantara kita maka kita harus yakin bahwa memang seperti itulah kemestian dari Allah. Istriku andai kematian datang kepadaku terlebih dulu maka akan bertambah berat juang yang harus engkau lakukan dalam mendidik anak kita, seorang anak yang ditinggalkan ayahnya dimasa mereka masih kecil akan merasakan keterasingan, penderitaan, mudah gelisah dan besedih. Ketika saat itu engkau tidak sesuai dalam mensikapi, hal itu bisa menjadikan mereka mejadi seorang pembangkang dan keras kepala.
Istriku, saat itu engkau dituntut menjadi ibu yang penyayang dan seorang pengganti peran seorang ayah yang bijak dan tegas. Seorang anak yang ditinggalkan ayah mereka biasanya akan merasa terbebaskan dari segenap tuntutan hidup serta berusaha meninggalkan seluruh tanggung jawab dan kewajibannya. Karenanya adalah bijak untuk menghindarkan mereka dari lingkungan yang berbahaya atau tidak mendukung bagi kebaikan mereka. Disitu engkau dituntut mampu mengukuhkan spiritualitas anak. Kejelian dalam pendidikan sangat penting sebab pembiaran pada kesalahan pertama akan menjadikannya sulit untuk dirubah. Andai bisa dan ada yang ingin meminangmu dan engkau yakin padanya maka terimalah ia. Dia akan menjadi pelindungmu serta anak-anakku
Istriku, ada kemungkinan kedua yaitu engkau mendahului aku. Semoga kita berdua termasuk orang-orang yang siap dalam menghadapi kematian. Istriku kehilangan seorang ibu bagi seorang anak merupakan sesuatu yang besar dan berat, walau bagaimanapun kedudukan engkau disisi mereka tidak mungkin dapat tergantikan oleh siapapun. Mereka akan sangat merindukanmu karena mereka lebih dekat denganmu. Mereka akan merasakan kesendirian yang mendalam, terus dalam kegelisahan, tak pernah lepas dari khayalan tentang limpah kasih dan kehangatan yang pernah engkau berikan. Bagi mereka kehilangan seorang ibu adalah kehilangan seluruh dunianya. Mereka akan terus merindukan kasih sayangmu. Andai semua itu benar-benar terjadi semoga ada kemudahan bagi kita untuk membimbing mereka ikhwal kematian bahwa kitapun akan mati sebagaimana semua akan mati juga nantinya. Semoga kita mampu membimbing mereka tentang ma’na hidup, tujuan hidup dan bahwa kehidupan ini bukanlah kehidupan
yang sebenarnya, ada kehidupan yang lebih haqiqi yaitu kehidupan setelah kematian di akhirat nanti.
Istriku, kala itu terjadi aku harus memulihkan rasa percaya diri mereka dan mensiapkan diri untuk mencurahkan kasih sayang untuk mereka, lebih memperhatikan mereka dan berusaha menjadi sandaran bagi merka.
Duhai sandaran jiwa, pernikahan hanyalah sekadar sarana, ia layaknya sebuah sampan yang akan kita gunakan untuk mengarungi samudra luas yang penuh dengan badai cobaan dan gelombang dahsyat yang bisa menenggelamkan atau bahkan memecah sampan kecil itu. Sampan itu harus kita jaga sekuat tenaga. Kita kuatkan temali rasa saling mengerti dan memahami diantara kita dan kita rekatkan diawal dan ditengah perjalanan kita sehingga sampan itu akan terus terjaga. Keberadaan seorang anak tidak ubahnya seperti obor dan penghangat sampan kecil itu. Semestinya sebagaimana sang Rasul teladan telah mencontohkan, dihadapan anak kita, kita semestinya bisa menjadi seorang sahabat. Kita harus tanggap untuk mendengar keluh kesah mereka dan ada kalanya kita perlu menggantikan posisi teman-teman anak kita, walau kebutuhan alami ini sebenarnya tidak mungkin bisa diganti dengan yang lain. Dengan ini seorang anak akan menjadi lebih terbuka pada kita dan kita akan lebih mudah
memahami mereka.
Duhai cahaya mata, anak kita juga butuh teman sebaya, dengan temannya itu dia akan mengukur kemampuan diri, belajar tentang kehidupan sosial dan konsep kebersamaan, pada saat mereka bermain bersama, kebutuhan ruhani mereka sebagai seorang anak akan terpenuhi. Bagi seorang anak teman adalah pembanding dan sarana untuk memahami diri. Bersama mereka kematangan sosial dan fisik anak akan lebih cepat. Sebagai orang tua tidak ada salahnya ketika sekali-kali kita mengundang teman-teman anak kita sehingga kita bisa tahu mana yang baik akhlaknya dan mana yang buruk. Disitu kita bisa berusaha memberi masukan kepada mereka dan berkomunikasi dengan orang tua dari anak-anak yang kurang baik akhlaknya agar nantinya sama-sama terjaga.
Istriku, dalam mengarung samudra ada kemungkinan kita berselisih pendapat tentang arah sampan yang kita tumpangi, terlebih kalau kita kurang bisa memahami kekurangan kelebihan kita masing-masing. Ketika salah satu dari kita ada yang salah faham dengan pilihan atau tindakan yang dilakukan hal itu bisa mejadi penyebab adanya pertengkaran. Pertengkaran yang kita lakukan dihadapan anak-anak kita akan berpengaruh buruk bagi mereka terlebih jika kita libatkan dalam pertengkaran itu, karena itu kita harus pandai–pandai mencari solusi dalam mensikapi segala masalah yang kita hadapi.
Duhai istriku aku hanya sekadar mengingatkan bahwa sebenarnya pernikahan adalah sebuah sarana untuk menyatukan perbedaan, semua ketidakcocokan, ketidaksesuaian biasanya akan lebih tampak setelah lahir anak pertama. Kelahiran seorang anak menjadi awal dinamika dalam kehidupan rumah tangga. Kita sebagaimana manusia yang lain tidak mungkin mampu berlaku bijaksana ketika akar kecintan pada dunia masih kuat mengakar, syahwat dan hawa nafsu masih kita perturutkan, kita tidak mampu menyeimbangkan kekuatan diri dalam urusan yang tiada berfaedah dan kita tak henti melakukan akhlak tercela.
Karena itu wahai istriku kita harus bersama–sama membenahi diri dan meluruskan niatan hati kita. Hanyalah Allah yang mengetahui kekotoran hati kita, kita hanya bisa membaca kebiasaan buruk yang masih melekat dalam keseharian kita. Dengan kesungguhan dan bersandarkan pada rasa cinta pada Allah serta para manusia terkasih semoga ada kemudahan.
Usia kita yang masih muda adalah sebuiah modal yang besar, pengaruh pada hati dan pembentukan batin akan lebih mudah karena hati seorang pemuda masih lembut dan sederhana. Setiap sifat baik dan buruk memasuki hati seorang pemuda dengan cepat, gamblang dan mengakar kuat.
Istriku, kita tidak pernah berhak untuk membanggakan iman, moral dan prilaku kita dimana karena kebanggaan itu kita tidak berhati-hati dalam memilih lingkungan. Dalam lingkungan yang buruk Secara tidak sadar bisa saja kita terbawa dalam perbuatan tercela. Hal itu akan berpengaruh baik dalam perbuatan, ucapan atau kebiasaan kita yang lain. Ucapan-ucapan orang lain yang sering melewati telinga kita cukup kuat menjadaikan kita berkeinginan untuk mengucapkan hal yang sama. Lingkungan yang tidak tepat akan menjadikan kita orang-orang yang jauh dari rasa tanggung jawab, pemalas, pengecut atau bahkan bersikap brutal dan tidak mengindahkan posisi sebagai orangtua yang selayaknya menjadi contoh.
Duhai penghias ruh, seperti apakah anak yang akan kita persembahkan kepada masyarakat dan agama kita kalau kita tidak memilki kualitas ruhani, dengan rendahnya nilai ruhani bahtera rumah tangga kita akan rusak porak poranda. sebab hati dan jiwa kita telah tertutup hijab pekat dan tebal. Duhai sisih diantara karunia, aku ucapkan selamat datang atas kedatanganmu. Semoga tiada ada kekecewaan karena engkau menjadikan aku sebagai pilihanmu, hanya pada Allah aku bersandar. Mari berjuang, jalan ke akhirat teramat sulit dan penuh kesukaran, mari bersama mendulang keridhaan.
Panjang banget yah tulisan mas? Tapi itu sangat bermanfaat untuk kehidupan kita. Kan dik Silvi tahu. Mas tidak mungkin mengirimkan sesuatu yang tidak bermanfaat pada adik. Dik mas sangat bangga dengan kedua orang tua kita. Perjuangan beliau berdua tiada bandingnya seumur hidup mas belum pernah melihat sosok setegar ibu. Dik mas kangen ibu, kangen bapak Adil juga kangen ma Dik Silvi. Kemarin mas ke Lampung Mas Johan ngundang mas. Mau ditemukan ma wanita shalihah. Namun mas terlambat. Mas terlambat buka mailnya jadi keburu ada yang melamar. Adik tahu siapa yang melamar. Dia adalah teman mas yang pernah mas ceritakan ke Dik Silvi. Rencana pernikahan mereka hampir gagal karena ada fitnah. Hasan dituduh ikut melakukan penipuan. Tapi alhamdulillah sekarang semua sudah baik. Hasan sudah bebas dari tuduhan. Fitnah itu datang dari orang yang mencintai calonnya Hasan tapi tidak mendapat respon. Dua minggu lagi mas di minta ke Lampung untuk memberikan mauidhah
hasanah. Doain Mas ya dik. Sepertinya mas ada rasa dengan calon temen mas. Tidak tahu kenapa padahal mas baru ketemu dua kali sama dia. Pernah dia menyurati mas bahwa dia suka pada mas Ilham dia juga minta supaya mas melamar. Ia lakukan itu setelah tahu mas adalah adiknya mas Johan temen kakaknya. Tapi mas harus bertindak dewasa. Mas memang mencintai dia tapi mas tahu mas tidak berhak akan cintanya. Mas akan datang dan akan merahasiakan apa yang terjadi antara mas dan calon istri Hasan. Mas Johan sekeluarga titip salam buat bapak, ibu, Adil juga buat Dik Silvi. Jangan lupa ketika tahajud untuk doakan mas Ilham ya. Salam sayang dan rindu
wasalam Ilham Tumpuan Bumi
Minggu, 24 Agustus 2008
Kurikulum Homeschooling
Kurikulum selalu ditanyakan saat bersinggungan dengan homeschooling. Apa sebenarnya bahasa yang lebih mudah untuk menerjemahkan kurikulum? Saya lebih suka menyebutnya outline atau kisi-kisi. Kurikulum hanyalah peta yang memandu kita untuk menentukan topik yang ingin kita pelajari. Penjabarannya tentu sangat beragam. Setiap keluarga bisa menciptakan kegiatan belajar yang amat kaya dari sebuah kisi-kisi pelajaran.
Salah satu keunikan homeschooling terletak pada keleluasaan untuk menentukan urutan prioritas. Kalau kurikulum diknas memiliki urutan-urutan yang sudah baku, maka homeschooler bisa mengubahnya sama sekali. Mungkin istilah level-level kelas 1, 2, 3, dan seterusnya tidaklah berlaku dalam homeschooling. Anak homeschooling usia 8 tahun bisa jadi masih suka mewarnai sekaligus sudah menguasai pelajaran matematika kelas 6 SD. Belajar biologi bisa jadi tak berawal dari definisi biologi, tapi dari kegiatan mengamati kupu-kupu atau serangga di kebun belakang. Alasannya sangatlah sederhana, "Kita akan menyerap pelajaran lebih banyak ketika kita berminat dan antusias untuk mempelajarinya".
Kalau selalu dibingungkan dengan masalah kurikulum, maka carilah dengan pertanyaan-pertanyaan berikut ini:
"Apa yang ingin aku tahu?"
"Apa yang kuingin anak-anakku tahu?"
"Apa yang ingin anak-anakku ketahui?"
Jawaban dari pertanyaa-pertanyaan di atas, ITULAH dia kurikulum, setidaknya kurikulum sementara sambil kita lakukan penyempurnaan dalam perjalanan. Selamat berwisata di alam belajar tanpa batas!
Salah satu keunikan homeschooling terletak pada keleluasaan untuk menentukan urutan prioritas. Kalau kurikulum diknas memiliki urutan-urutan yang sudah baku, maka homeschooler bisa mengubahnya sama sekali. Mungkin istilah level-level kelas 1, 2, 3, dan seterusnya tidaklah berlaku dalam homeschooling. Anak homeschooling usia 8 tahun bisa jadi masih suka mewarnai sekaligus sudah menguasai pelajaran matematika kelas 6 SD. Belajar biologi bisa jadi tak berawal dari definisi biologi, tapi dari kegiatan mengamati kupu-kupu atau serangga di kebun belakang. Alasannya sangatlah sederhana, "Kita akan menyerap pelajaran lebih banyak ketika kita berminat dan antusias untuk mempelajarinya".
Kalau selalu dibingungkan dengan masalah kurikulum, maka carilah dengan pertanyaan-pertanyaan berikut ini:
"Apa yang ingin aku tahu?"
"Apa yang kuingin anak-anakku tahu?"
"Apa yang ingin anak-anakku ketahui?"
Jawaban dari pertanyaa-pertanyaan di atas, ITULAH dia kurikulum, setidaknya kurikulum sementara sambil kita lakukan penyempurnaan dalam perjalanan. Selamat berwisata di alam belajar tanpa batas!
Sabtu, 23 Agustus 2008
Memurni Niat
Memurni Cinta dalam setiap langkah kembangnya
Menutur diri, menasihat hati dengan alun kemerduan
Biarlah arti menuntun pandang
Beserta piranti kemaujudannya
Dunia berikut tali temalinya ternilai tidak lebih dari sebersit "sarana"
Cinta terlanjur terasa, mengerling kedipan, merayu, meraju dan melenakan.
Karenanya keluar dari kemandegan hati, berteriak dalam beku karsa itu arti
Hingga berkedip karena Ridha negerling jua dilesung pandang
Manisi cinta sebagai asupan ketegaran dan semangat.
Menjadilah tegar dengan kesabaran dari seluruh coba
20 Jun 07 Kuala Lumpur
Menutur diri, menasihat hati dengan alun kemerduan
Biarlah arti menuntun pandang
Beserta piranti kemaujudannya
Dunia berikut tali temalinya ternilai tidak lebih dari sebersit "sarana"
Cinta terlanjur terasa, mengerling kedipan, merayu, meraju dan melenakan.
Karenanya keluar dari kemandegan hati, berteriak dalam beku karsa itu arti
Hingga berkedip karena Ridha negerling jua dilesung pandang
Manisi cinta sebagai asupan ketegaran dan semangat.
Menjadilah tegar dengan kesabaran dari seluruh coba
20 Jun 07 Kuala Lumpur
Jadilah Fasilitator, Bukan Tutor
Hari ini (24 Agustus 2008) anak-anak antusias sekali untuk belajar menganyam. Mereka penasaran mengetahui bagaimana cara melakukan kegiatan itu, karena dua hari sebelumnya si sulung melihat barang-barang hasil anyaman dalam sebuah buku. Jadilah menganyam sebagai proyek belajar di hari minggu. Saya gunakan kertas sebagai bahan.
Homeschooling memberikan inspirasi pembelajaran yang sangat besar buat saya. Lewat homeschooling saya benar-benar bisa merasakan uniknya peran guru bagi seorang murid. Sejauh pendidikan yang pernah saya tempuh di sekolah formal, dan saya rasa sampai sekarang pun masih tak berubah, guru lebih sering bertindak sebagai tutor yang menggantikan buku bagi anak-anak. Malah dalam kasus yang ekstrem, beberapa guru hanya mengubah teks buku menjadi suara, tanpa dia benar-benar memahami apa yang sedang diajarkannya. Guru mendiktekan, murid-muridnya menulis. Saat bel berbunyi, kegiatan "belajar" itu pun selesai. Bertemu lagi keesokan harinya, acara dikte itupun dilanjutkan pada halaman berikutnya. Tak ada waktu untuk anak-anak bertanya atau mungkin mereka pun tak sempat terpikir untuk bertanya karena tidak tahu apa yang harus ditanyakan.
Berbeda dengan anak-anak homeschooling, setidaknya yang sudah pernah saya jumpai, hampir semuanya memiliki karakter belajar yang sama, yaitu MANDIRI. Saya kira, hal itu bukanlah tanpa sebab. Karakter belajar seperti itu terbentuk karena iklim belajar mengajar yang diciptakan di rumah memang membuat mereka jadi mandiri. "Guru-guru" homeschooling (dalam hal ini tentu saja orang tua sebagai centralnya) memang nyaris tak bisa menjadi tutor.
Anak-anak akan membaca beberapa buah buku dalam sehari dengan topik yang beraneka ragam ketika mereka memang ingin melakukannya. Mereka akan meminta lembaran-lembaran worksheet matematika ketika mereka sedang berminat. Mereka bisa menanyakan arti dari begitu banyak kosa kata yang mereka temukan dalam buku yang mereka baca: apa itu majelis ulama? Apa arti kata "menyongsong", "kenapa kita harus memasang bendera di hari kemerdekaan?", "kemerdekaan itu apa?", dll. Mereka akan memutar VCD dan menonton berulang-ulang film tentang pernapasan atau ilmu tentang benih sampai puas. Mereka belajar setiap hari tanpa harus ada instruksi khusus, apalagi instruksi untuk duduk rapi dengan tangan di atas meja.
Sampai saat ini, jujur saja saya jarang menjadi guru (jika guru yang dimaksud adalah seseorang yang selalu memberi tahu dan mengajari) buat anak-anak saya. Mereka lebih sering mengajari diri mereka sendiri lewat media-media yang kami sediakan. Terlebih saat anak sulung saya bisa membaca, dia bisa mengeksplorasi pengetahuan sendiri lewat bahan-bahan bacaan dan sekaligus menjadi asisten untuk mengajari adiknya. Dia hanya bertanya kalau dia menemukan sesuatu yang tidak dimengerti. Buat kami, sangat penting anak-anak mengetahui bahwa kami bukanlah gudang ilmu pengetahuan atau perpustakaan berjalan yang serba tahu. Jika kami tak bisa menjawab pertanyaan mereka, mereka sendiri-lah yang harus mencari tahu. Peran kami hanyalah membantu memfasilitasi mereka, menunjukkan pada mereka di mana bisa mendapatkan informasi.
Perbedaan terbesar yang akan tampak pada anak-anak dengan guru yang menjadi tutor dan guru yang menjadi fasilitator adalah kemandirian. Anak-anak yang dididik oleh guru secara tutorial akan terlihat lebih tergantung pada guru. Mereka belajar hanya jika ada guru yang mengajar di depan kelas. Mereka tidak terbiasa untuk mencari tahu sendiri, sehingga minat untuk belajar sendiri menjadi terkikis seiring pembiasaan yang terbentuk selama bertahun-tahun.
Kalau para guru di sekolah formal memahami dan mau belajar banyak tentang dampak metode pengajaran ini, sangat mungkin karakter belajar siswa di sekolah formal pun akan beranjak lebih mandiri. Semua akan berubah jika kita MAU mengubahnya. Dan sebenarnya, kemandirian dalam belajar bukanlah monopoli anak-anak homeschooling. Ketika pola ajar di rumah tidak mengarahkan anak untuk mandiri, hasilnya pasti sama saja.
Nah, peran apa yang hendak kita pilih? Yang jelas, menjadi guru itu akan sangat menyenangkan jika kita tidak menganggap murid-murid kita sebagai kotak kosong yang harus diisi, melainkan sebagai manusia yang dibekali otak cerdas sejak dalam kandungan. Tugas kita sebenarnya hanyalah menyalakan minat belajar mereka dan membantu mereka menemukan sumber-sumber belajar, sehingga di manapun anak-anak akan selalu tertarik belajar dan apapun yang mereka lihat dan mereka dengar akan menjadi magnet yang menarik mereka untuk mengetahui dan mempelajarinya.
Salam pendidikan!
Homeschooling memberikan inspirasi pembelajaran yang sangat besar buat saya. Lewat homeschooling saya benar-benar bisa merasakan uniknya peran guru bagi seorang murid. Sejauh pendidikan yang pernah saya tempuh di sekolah formal, dan saya rasa sampai sekarang pun masih tak berubah, guru lebih sering bertindak sebagai tutor yang menggantikan buku bagi anak-anak. Malah dalam kasus yang ekstrem, beberapa guru hanya mengubah teks buku menjadi suara, tanpa dia benar-benar memahami apa yang sedang diajarkannya. Guru mendiktekan, murid-muridnya menulis. Saat bel berbunyi, kegiatan "belajar" itu pun selesai. Bertemu lagi keesokan harinya, acara dikte itupun dilanjutkan pada halaman berikutnya. Tak ada waktu untuk anak-anak bertanya atau mungkin mereka pun tak sempat terpikir untuk bertanya karena tidak tahu apa yang harus ditanyakan.
Berbeda dengan anak-anak homeschooling, setidaknya yang sudah pernah saya jumpai, hampir semuanya memiliki karakter belajar yang sama, yaitu MANDIRI. Saya kira, hal itu bukanlah tanpa sebab. Karakter belajar seperti itu terbentuk karena iklim belajar mengajar yang diciptakan di rumah memang membuat mereka jadi mandiri. "Guru-guru" homeschooling (dalam hal ini tentu saja orang tua sebagai centralnya) memang nyaris tak bisa menjadi tutor.
Anak-anak akan membaca beberapa buah buku dalam sehari dengan topik yang beraneka ragam ketika mereka memang ingin melakukannya. Mereka akan meminta lembaran-lembaran worksheet matematika ketika mereka sedang berminat. Mereka bisa menanyakan arti dari begitu banyak kosa kata yang mereka temukan dalam buku yang mereka baca: apa itu majelis ulama? Apa arti kata "menyongsong", "kenapa kita harus memasang bendera di hari kemerdekaan?", "kemerdekaan itu apa?", dll. Mereka akan memutar VCD dan menonton berulang-ulang film tentang pernapasan atau ilmu tentang benih sampai puas. Mereka belajar setiap hari tanpa harus ada instruksi khusus, apalagi instruksi untuk duduk rapi dengan tangan di atas meja.
Sampai saat ini, jujur saja saya jarang menjadi guru (jika guru yang dimaksud adalah seseorang yang selalu memberi tahu dan mengajari) buat anak-anak saya. Mereka lebih sering mengajari diri mereka sendiri lewat media-media yang kami sediakan. Terlebih saat anak sulung saya bisa membaca, dia bisa mengeksplorasi pengetahuan sendiri lewat bahan-bahan bacaan dan sekaligus menjadi asisten untuk mengajari adiknya. Dia hanya bertanya kalau dia menemukan sesuatu yang tidak dimengerti. Buat kami, sangat penting anak-anak mengetahui bahwa kami bukanlah gudang ilmu pengetahuan atau perpustakaan berjalan yang serba tahu. Jika kami tak bisa menjawab pertanyaan mereka, mereka sendiri-lah yang harus mencari tahu. Peran kami hanyalah membantu memfasilitasi mereka, menunjukkan pada mereka di mana bisa mendapatkan informasi.
Perbedaan terbesar yang akan tampak pada anak-anak dengan guru yang menjadi tutor dan guru yang menjadi fasilitator adalah kemandirian. Anak-anak yang dididik oleh guru secara tutorial akan terlihat lebih tergantung pada guru. Mereka belajar hanya jika ada guru yang mengajar di depan kelas. Mereka tidak terbiasa untuk mencari tahu sendiri, sehingga minat untuk belajar sendiri menjadi terkikis seiring pembiasaan yang terbentuk selama bertahun-tahun.
Kalau para guru di sekolah formal memahami dan mau belajar banyak tentang dampak metode pengajaran ini, sangat mungkin karakter belajar siswa di sekolah formal pun akan beranjak lebih mandiri. Semua akan berubah jika kita MAU mengubahnya. Dan sebenarnya, kemandirian dalam belajar bukanlah monopoli anak-anak homeschooling. Ketika pola ajar di rumah tidak mengarahkan anak untuk mandiri, hasilnya pasti sama saja.
Nah, peran apa yang hendak kita pilih? Yang jelas, menjadi guru itu akan sangat menyenangkan jika kita tidak menganggap murid-murid kita sebagai kotak kosong yang harus diisi, melainkan sebagai manusia yang dibekali otak cerdas sejak dalam kandungan. Tugas kita sebenarnya hanyalah menyalakan minat belajar mereka dan membantu mereka menemukan sumber-sumber belajar, sehingga di manapun anak-anak akan selalu tertarik belajar dan apapun yang mereka lihat dan mereka dengar akan menjadi magnet yang menarik mereka untuk mengetahui dan mempelajarinya.
Salam pendidikan!
Rabu, 20 Agustus 2008
Universitas Harvard
"Hindarilah berprasangka buruk kepada orang lain, lawanlah suara hati yang menjurus terhadap hal-hal yang negatif. Berprasangka baiklah terhadap orang di sekitar kita dengan tetap selalu berhati-hati"
~Arip Nurahman~
Bagian Perkuliahan Pengenalan Terhadap Ilmu Komputer dan Internet
Kuliah 11: Pemrograman ▶ bermain
Volume 13: Code Warriors ▾ expand all
Arip Nurahman
Pendidikan Fisika, FPMIPA. Universitas Pendidikan Indonesia
&
Follower Open Course Ware at MIT-Harvard University, Cambridge. USA.
Semoga Bermanfaat, Terima Kasih dan Tetap Bersemangat
Langganan:
Postingan (Atom)