Selasa, 07 Oktober 2008

Himpunan Mahasiswa Teknik Kota Banjar

Himpunan Mahasiswa Teknokrat Indonesia
Kota Banjar

Visi

Membangun Diri, Meraih Prestasi, Mensejahterakan Daerah yang Mandiri

Misi

Menjadi Pelajar Terbaik di Almamater

Gaya Teknokrat Memimpin Negara


Belajar Dari Pak. Prof. Habibie

Nama:
Prof. Dr.Ing. Dr. Sc.h.c. Bacharuddin Jusuf Habibie
Lahir:
Pare-Pare, 25 Juni 1936
Agama:
Islam
Jabatan :
Presiden RI Ketiga (1998-1999)
Pendiri dan Ketua Dewan Pembina The Habibie Center

Habibie, Bacharuddin Jusuf

Sosok Manusia Multidimensional

Mantan Presiden RI Ketiga, Si Jenius ilmuwan konstruksi pesawat terbang, ini selalu menjadi berita hangat . Pada masa emas kejayaan dengan segudang jabatan diemban, dialah manusia paling multidimensional di Indonesia. Ia manusia cerdas ajaib yang sempat menghadirkan selaksa harapan kemajuan teknologi demi kejayaan negeri ini.

BJ Habibie

Pilih Pemimpin yang Berkarya Nyata

Jakarta, Kompas 30 Mei 2008- Pilihlah pemimpin yang benar-benar mampu, jangan yang hanya banyak omong, populer, banyak muncul di koran dan televisi, tetapi pilihlah yang benar-benar mempunyai karya nyata.


Habibie, Bacharuddin Jusuf

Luncurkan Buku, Saya Tidak Mundur

Jakarta, Kompas 28/9/2006- Mantan Presiden BJ Habibie mengungkapkan bahwa dia tidak pernah menyatakan mundur dari pencalonan presiden menjelang Pemilihan Umum 1999. "Saya menyatakan tidak bersedia karena saya merasa tidak memenuhi syarat," ujarnya kepada para wartawan di kantornya di Kemang, Jakarta, Rabu (27/9)

Publikasi

  • Proceedings of the International Symposium on Aeronautical Science and Technology of Indonesia / B. J. Habibie; B. Laschka [Editors]. Indonesian Aeronautical and Astronautical Institute; Deutsche Gesellschaft für Luft- und Raumfahrt 1986
  • Eine Berechnungsmethode zum Voraussagen des Fortschritts von Rissen unter beliebigen Belastungen und Vergleiche mit entsprechenden Versuchsergebnissen, Presentasi pada Simposium DGLR di Baden-Baden,11-13 Oktober 1971
  • Beitrag zur Temperaturbeanspruchung der orthotropen Kragscheibe, Disertasi di RWTH Aachen, 1965
  • Sophisticated technologies : taking root in developing countries, International journal of technology management : IJTM. - Geneva-Aeroport : Inderscience Enterprises Ltd, 1990
  • Einführung in die finite Elementen Methode,Teil 1, Hamburger Flugzeugbau GmbH, 1968
  • Entwicklung eines Verfahrens zur Bestimmung des Rißfortschritts in Schalenstrukturen, Hamburger Flugzeugbau GmbH, Messerschmitt-Bölkow-Blohm GmbH, 1970
  • Entwicklung eines Berechnungsverfahrens zur Bestimmung der Rißfortschrittsgeschwindigkeit an Schalenstrukturen aus A1-Legierungen und Titanium, Hamburger Flugzeugbau GmbH, Messerschmitt-Bölkow-Blohm GmbH, 1969
  • Detik-detik Yang Menentukan - Jalan Panjang Indonesia Menuju Demokrasi, 2006 (memoir mengenai peristiwa tahun 1998)
  • ...selengkapnya

Pendidikan :

1. ITB Bandung, tahun 1954
2. Rheinisch Westfalische Technische Hochscule (RWTH), Aachen, Jerman, dengan gelar Diplom-Ingenieur, predikat Cum laude pada Fakultas Mekanikal Engineering, Departemen Desain dan Konstruksi Pesawat Terbang (1955-1960).
3. Rheinisch Westfalische Technische Hochscule (RWTH), Aachen, Jerman, dengan gelar doktor konstruksi pesawat terbang, predikat Summa Cum laude, pada Fakultas Mekanikal Engineering, Departemen Desain dan Konstruksi Pesawat Terbang (1960-1965).
4. Menyampaikan pidato pengukuhan gelar profesor tentang konstruksi pesawat terbang di ITB Bandung, pada tahun 1977.

Pekerjaan :

1. Kepala Riset dan Pengembangan Analisis Struktur pada perusahaan Hamburger Flugzeugbau Gmbh, Hamburg, Jerman antara tahun 1965-1969.
2. Kepala Divisi Metode dan Teknologi pada Pesawat Komersial dan Angkut Militer MBB Gmbh, di Hamburg dan Munchen antara 1969-19973
3. Wakil Presiden dan Direktur Teknologi pada MBB Gmbh, Hamburg dan Munchen tahun 1973-1978
4. Penasehat Senior Teknologi pada Dewan Direksi MBB tahun 1978.
5. Pulang ke Indonesia dan memimpin Divisi Advanced Technology Pertamina, yang merupakan cikal bakal BPPT, tahun 1974-1978.
6. Penasehat Pemerintah Indonesia di Bidang Pengembangan Teknologi dan Pesawat Terbang, bertanggungjawab langsung kepada Presiden Republik Indonesia Soeharto pada tahun 1974-1978.
7. Menteri Negara Riset dan Teknologi (Menristek) sekaligus Ketua Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi (BPPT) tahun 1978-1998.
8. Wakil Presiden R.I. pada 11 Maret 1998-21 Mei 1998.
9. Presiden RI 21 Mei 1998-20 Oktober 1999.

Organisasi:

Pendiri dan Ketua Umum ICMI



Belajar dari Negeri Panda

(Komunismenya jangan dijadikan Teladan!)
Siapa bilang teknokrat tidak bisa menduduki kursi kepresidenan? Data The Economist menunjukkan, sekira 7 persen dari 5.000 politikus dunia yang disurvei bertajuk International Who's Who kebanyakan berlatar belakang sebagai teknokrat.

Contoh sukses para teknokrat yang berhasil menduduki posisi puncak di dunia politik banyak terjadi di China. Presiden China Hu Jintao adalah seorang teknokrat. Hu merupakan sosok teknokrat yang mampu merangkak ke puncak karier politik di negara berpenduduk terbesar di dunia ini.

Hu muda dikenal sebagai sosok cerdas dan aktif di berbagai kegiatan di sekolahnya, terutama menyanyi dan menari. Kecerdasan yang dimiliki telah mengantarkannya masuk ke Universitas Tsinghua mengambil jurusan teknik hidrolik. Saat kuliah inilah dia mulai aktif berpolitik dengan bergabung Partai Komunis China (CPC).

Pada 1965, Hu berhasil menyelesaikan kuliahnya dan kemudian mengabdikan ilmunya dengan bekerja di pembangkit listrik tenaga air (PLTA) pemerintah di Provinsi Gansu, China. Meski sibuk dengan pekerjaannya, Hu tetap tidak meninggalkan dunia politik. Bahkan, dia dipercaya menjadi pengurus CPC Cabang Gansu bidang sumber daya air dan tenaga listrik.

Kariernya berlanjut pada 1974 ketika Hu ditunjuk menjadi Sekretaris Departemen Pembangunan (Construction Department of Gansu) dan setahun kemudian ditunjuk menjadi wakil kepala di departemen tersebut. Kecemerlangan karier ini juga ditunjang dengan pencapaiannya di dunia politik.

Pada 1981, Hu berkesempatan memperdalam ilmu politiknya ketika mengikuti pusat pelatihan partai di Beijing. Saat itulah Hu bertemu dengan putri tokoh revolusioner China Deng Xiaoping, Deng Nan. Ternyata, pertemanannya dengan Deng Han inilah yang sangat berpengaruh pada perkembangan karier politiknya.

Terbukti saat dia terpaksa pindah ke Guizhou, dia langsung ditunjuk menjadi Sekretaris Pimpinan Provinsi Partai Komunis. Kecemerlangannya memimpin partai kemudian mengantarkannya menjadi sekretaris jenderal di partai tersebut dan akhirnya terpilih menjadi presiden pada 2005 lalu. Jika menelisik sejarah, Hu merupakan satu dari sekian banyak teknokrat yang mampu menduduki kursi kepresidenan di China.

Dari sejumlah presiden yang pernah menjabat, mereka yang berlatar belakang teknokrat tampil dominan. ebelum Hu, Jiang Zemin juga merupakan seorang teknokrat. Jiang merupakan jebolan National Chiao Tung University Fakultas Teknik. Dia juga pernah bekerja di Changchun's First Automobile Works sebelum kemudian banting setir ke panggung politik.

Bahkan mantan Presiden Jiang juga pernah mengenyam pelatihan di Stalin Automobile Works, Moskow, Rusia. Selain dua presiden di atas, Perdana Menteri China saat ini Wen Jiabao juga seorang teknokrat jempolan. Wen Jiabao merupakan jebolan China University of Geosciences yang mengambil spesifikasi geologi, lulus dengan gelar insinyur geologi.

Presiden China yang menjabat sejak 13 Januari 1988-20 Mei 2000 Lee Teng-hui juga merupakan seorang teknokrat. Lee merupakan insinyur pertanian yang sangat andal. Pengetahuan dan kepiawaiannya inilah yang kemudian memesona Presiden Chiang Ching-kuo yang saat itu berkuasa untuk meminangnya menjadi wakil presiden.

Pascameninggalnya Chiang pada 1988, jebolan Cornell University ini langsung ditunjuk menggantikannya. Sosoknya yang andal serta pekerja keras menjadi daya tarik pakar pertanian ini. Wajar saja dalam pemilu selanjutnya, dia kembali terpilih menjadi Presiden Negeri Tirai Bambu itu. Bahkan dia bisa mempertahankan kekuasaannya hingga 12 tahun kemudian.

Data The Economist menyebutkan, delapan dari sembilan anggota Politbiro CPC saat ini berprofesi sebagai teknokrat dan satunya pengacara. Ini menunjukkan bahwa teknokrat mempunyai kans besar untuk merebut kursi kepemimpinan di negara ini. Banyaknya teknokrat yang menguasai jabatan politik di negara ini memang tidak lepas dari sejarah serta ideologi yang berlaku di negara tersebut.

Ideologi komunis terkadang sulit bagi seseorang untuk mendapatkan latar belakang pendidikan seperti yang dia inginkan. Dari sekian jurusan pendidikan yang ada, teknik merupakan jurusan pendidikan yang paling aman. Sebab, ilmu yang dipelajari di jurusan teknik tidak harus berhadap-hadapan dengan paham ataupun sistem yang ada di negara.

Maka wajar saja jika teknokrat kemudian mempunyai peluang bersaing di panggung politik. Apalagi, faktanya selama ini negara-negara komunis mempunyai kelemahan, selalu lapar penemuan-penemuan teknologi. Wajar saja jika para teknokrat diberi ruang yang luas untuk beraktualisasi dan berimprovisasi.

Dengan keleluasaan mengakses informasi ini, para teknokrat di negara komunis selain memahami kemajuan teknologi kekinian juga paham perpolitikan dunia. Berbekal pengetahuan yang didapatkan, mereka mendapatkan ruang tersendiri dalam pemerintahan. Wajar saja jika kemudian muncul apa yang disebut engineerpoliticians (politisi berlatar belakang teknokrat).

Kerja teknokrat yang selalu memastikan segala sesuatu secara cermat secara tidak langsung memengaruhi pola pemikiran masyarakat China. Pola pikir seperti inilah yang kemudian memengaruhi dunia perpolitikan di negara tersebut. Wajar saja jika para teknokrat kemudian ramai-ramai didorong untuk menempati pos-pos penting dalam pemerintahan, bahkan lebih jauh lagi menempati posisi puncak.

Namun ketika mereka memerintah, program-program andalannya pun tidak berbeda jauh dari pola pikir saat mereka masih berprofesi sebagai teknokrat. Dengan alasan ini juga, sangat dapat dimaklumi jika negara seperti China meletakkan pembangunan dan penyediaan infrastruktur sosial sebagai prioritas utamanya. Berkat kepemimpinan para teknokrat, China kini muncul menjadi salah satu kekuatan ekonomi di dunia.

Bahkan pada 2007 pertumbuhan ekonomi Negeri Tirai Bambu ini menembus angka 10% meskipun kembali turun akibat badai krisis yang melanda pasar global. Mungkin sudah saatnya Indonesia meniru apa yang dilakukan China. Dengan memilih para teknokrat, diharapkan pembangunan maupun penyediaan infrastruktur sosial bisa menjadi prioritas mereka. Otomatis ini juga akan memengaruhi performa ekonomi Indonesia di mata dunia.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar