Sedikit terharu, takjub, dan harap saya rasakan saat menyaksikan anak sulung saya Azkia begitu gembira dengan kegiatan barunya, yaitu sholat lima waktu. Mungkin beberapa orang tua lain sudah mengawali pelajaran penting ini jauh lebih dulu dibandingkan saya, saat anak-anaknya berusia jauh lebih muda.
Azkia sekarang sudah 6 tahun, tepatnya tanggal 7 Oktober yang lalu. Saya sudah meniatkan jauh-jauh hari untuk mulai menggarap proses belajar dan pembiasaan sholat secara konsisten setelah ultahnya yang ke- 6 ini. Alhamdulillah, mungkin karena saya memang bersungguh-sungguh, anak saya seolah bisa menangkap spirit itu, sehingga ia mau menjalankannya dengan senang hati.
Sebelumnya kegiatan berwudhu, rukuk, dan sujud hanyalah sebuah pengetahuan sepintas lalu, yang ia tahu karena sering dilakukan oleh orang tuanya. Tapi sekarang, dengan mukena warna pink, gadis kecil saya benar-benar diajak untuk melakukan itu semua untuk menjadi "habit" dan kebutuhan yang abadi sepanjang hidupnya, rukuk dan sujud, menyembah Tuhannya dan Tuhan seluruh makhluk berikut alam semesta ini. Kami kini melakukan sholat berjamaah.
Betapa saya merasakan berat sekaligus mulianya tugas menjadi orang tua kian menghunjam. Hal itu pula yang membuat saya makin banyak melakukan introspeksi diri. Saya belumlah menjadi orang tua yang bisa diteladani, tapi mau ataupun tidak, ditunda atau dipercepat, tugas sebagai orang tua untuk mendidik anak-anaknya harus ditunaikan. Disebutkan dalam sebuah peribahasa: Anak adalah cerminan orang tuanya. Ya Allah, semoga Engkau memberi hamba dan juga kaum muslimin kekuatan, pengetahuan, dan jiwa yang istiqomah, yang dapat memberi anak-anak kami teladan yang baik untuk bekal hidupnya kelak. Amin.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar