Lingkungan kita memang sudah rusak parah. Banjir yang nyaris setiap musim hujan melanda kota-kota besar adalah salah satu sinyal tentang betapa riskannya tempat hidup kita dan betapa urgennya penataan lingkungan harus diprioritaskan oleh pemerintah dan masyarakat. Tentu saja, untuk menjangkau wilayah masyarakat yang lebih luas kita butuh kapasitas yang memadai. Lagi-lagi yang paling mudah, mulailah dari keluarga, mulailah dari penanaman paradigma pada diri dan anak-anak kita. Masukkan masalah ekologi sebagai kurikulum wajib bagi anak-anak.
Ketika pemerintah Kodya Bandung lewat disdiknya menjadikan Pengetahuan tentang Lingkungan sebagai muatan lokal wajib di sekolah-sekolah, hal itu merupakan langkah yang sangat menggembirakan. Namun pada prakteknya, pasti akan selalu berurusan dengan konsistensi. Seberapa konsisten dan aplikatifnya muatan pelajaran itu diajarkan dan diterapkan di sekolah, maka sejauh itulah efektivitas mulok lingkungan hidup memengaruhi sikap seluruh komunitas sekolah.
Di rumah, bagi para pendidik rumah-an, kita bisa mempergunakan buku-buku tentang ekologi dan lingkungan sebagai referensi. Setelah saya pun membaca buku referensi yang membicarakan topik tersebut, sungguh saya seperti disadarkan kembali. Banyak yang sudah kita lalaikan, sehingga sangat mungkin anak-anak yang tidak pernah tersentuh dengan pengetahuan tentang pentingnya menjaga lingkungan juga akan melanjutkan kebiasaan kita yang tidak peduli itu.
Contoh kecil yang sebenarnya sangat dramatis ketika dikait-kaitkan adalah tentang penggunaan kertas. Hutan-hutan sudah makin berkurang, pasokan oksigen pun jauh menipis. Hal itu disebabkan karena pohon-pohon ditebang untuk memenuhi banyak kebutuhan manusia, salah satu di antaranya adalah kertas. Aplikasi kongkret yang terkait erat dengan fenomena itu adalah bagaimana upaya kita untuk menghemat kertas dan mengurangi ketergantungan terhadap kertas yang terbuat dari kayu. Solusi yang bisa dipilih adalah melakukan daur ulang kertas. Jangan buang kertas bekas! Cari tahu tentang teknik daur ulang kertas, dan cobalah untuk menjadikannya sebagai sebuah kebiasaan yang bahkan bisa mendatangkan penghasilan jika kita serius untuk menekuninya sebagai bisnis.
Hal lain yang sangat penting adalah bagaimana pengetahuan tentang keseimbangan ekosistem bisa memengaruhi sikap anak-anak jika kelak mereka menjadi para pemangku kepemimpinan. Kalau mereka tahu dan juga sadar betul dampak dari pembangunan yang tidak seimbang, di mana perijinan untuk gedung-gedung pusat perbelajaan jauh lebih mudah keluar daripada proyek penghijauan, maka hasilnya adalah: udara yang panas, iklim yang tak terprediksi, polusi yang menimbulkan penyakit, banjir, pasokan air tanah makin menipis, dan lain-lain.
Begitu banyak topik menarik yang bisa dikaji bersama anak-anak tentang lingkungan hidup. Saya percaya, bukan hanya anak-anak yang akan belajar, sesungguhnya kita pun ternyata perlu belajar lagi tentang apa itu lingkungan dan bagaimana seharusnya kita hidup dan berperilaku terhadap lingkungan, agar ia menjadi tempat hidup yang ramah bagi kita.
Salam pendidikan!
Tidak ada komentar:
Posting Komentar