Minggu, 17 Mei 2009

PEMBELAJARAN EKOSISTEM DI TAMAN SEKOLAH

Artikel:
PEMBELAJARAN EKOSISTEM DI TAMAN SEKOLAH


Judul: PEMBELAJARAN EKOSISTEM DI TAMAN SEKOLAH
Bahan ini cocok untuk Sekolah Menengah bagian PENDIDIKAN / EDUCATION.
Nama & E-mail (Penulis): hidayat raharja
Saya Guru di SMA 1 SUMENEP
Topik: PEMBELAJARAN DILUAR KELAS
Tanggal: 9 MARET 2006



PEMBELAJARAN EKOSISTEM DI TAMAN SEKOLAH

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Pemahaman siswa tentang biologi sebagai ilmu, diasumsikan sebagai ilmu hafalan dan tidak ada manfaatnya dalam kehidupan keseharian.. Anggapan yang timbul karena mereka melihat biologi sebagai ilmu yang banyak mempergunakan bahasa latin sebagai bahasa ilmiah. Juga akibat pengalaman belajar yang bersifat verbalistis dan tidak pernah diajak belajar di luar kelas. Pengalaman belajar di sekolah sebelumnya lebih bersifat tekstual dan lebih menekankan pada penyelesaiaan soal-soal daripada pembelajaran secara praksis.

Model pembelajaran yang memisahkan konsep dengan realitas kehidupan sehari-hari, semakin menjauhkan pemahaman hubungan ilmu biologi dengan , alam sekitar dan kehidupan siswa. Suatu kondisi yang kemudian menimbulkan persepsi yang keliru , dan melepaskan relevansi ilmu biologi dengan realitas kehidupan siswa. Suatu pembelajaran verbalistik yang kurang memanfaatkan potensi lingkungan sekitar sebagai sumber belajar yang paling dekat dengan diri anak. Suatu realitas yang tidak dapat diingkari bahwa banyak siswa SMA yang tidak mengenal aneka jenis tanaman hias yang ada di halaman sekolah.

Persoalan di atas merupakan persoalan klise yang selalu muncul, karena orientasi pembelajaran yang dilakukan guru tidak pernah mendekatkan siswa dengan lingkungan secara langsung. Suatu pola pembelajaran yang didominasi guru tanpa mempertimbangkan latar belakang, pengalaman, dan lingkungan sekitar siswa. Sehingga siswa hanya berfungsi sebagai obyek, tanpa mampu mengembangkan diri, dan lingkungan sebagai sumber belajar tidak dimanfaatkan secara optimal

Oleh karena itu, peneliti tertarik untuk mengadakan penelitian, berjudul:

PEMBELAJARAN EKOSISTEM DI TAMAN SEKOLAH
UNTUK MENANAMKAN PEMAHAMAN RELEVANSI BIOLOGI DENGAN ALAM SEKITAR MELALUI PEMBENTUKAN
KELOMPOK SINDIKAT DAN STUDI KASUS DI SMA 1 SUMENEP

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan uraian di latar belakang, peneliti merumuskan permasalahan, sebagai berikut:
Bagaimana pengaruh pembentukan kelompok sindikat untuk menanamkan pemahaman relevansi biologi dengan alam sekitar?

C. Tujuan Penelitian

Berdasarkan rumusan masalah yang telah ditetapkan, maka tujuan penelitian ini dapat dirumuskan sebagai berikut:

1. Untuk mengetahui pengaruh pembentukan kelompok sindikat dalam pembelajaran ekosistem terhadap pemahaman relevansi biologi dengan alam sekitar;

2. Memberikan alternatif pembelajaran dengan memanfaatkan lingkungan sekolah, sehingga tercipta suasana yang rileks dan menyenangkan.

D. Manfaat Penelitian

Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat:

1. Teoritis
Mempraktikan pembelajaran kontekstual dengan memanfaatkan lingkungan sekolah dan aneka metode pembelajaran yang menyenangkan, dengan memperlakukan siswa sebagai subyek, yang mampu mengembangkan diri sesuai dengan bakat dan kemampuannya.

2. Empiris
Bagi guru dapat meningkatkan kecakapan dalam menyusun perencanaan program pembelajaran sesuai dengan situasi dan kondisi lingkungan serta latar belakang pengalaman siswa. Mendekatkan anak dengan lingkungan sekitar, sehingga dapat menumbuhkan rasa cinta terhadap lingkungan dan pada gilirannya dapat menumbuhkan kesadaran akan kebesaran dan Maha Sempurnanya Allah sebagai Tuhan Yang Maha Pencipta.

E. Penjelasan Istilah

Pembelajaran Ekosistem ; proses pembelajaran yang menjelaskan konsep kesatuan antara makhluk hidup dengan lingkungannya. Komponen biotik dan abiotik yang saling mempengaruhi.

Taman Sekolah, adalah taman artifisial yang ditanam aneka tanaman hias dan pelindung untuk mengindahkan dan menghijaukan lahan di pekarangan sekolah.

Pemahaman relevansi biologi dengan alam sekitar, adalah hubungan antara alam ilmu biologi dengan alam sekitar tempat tinggal atau kehidupan nyata sehari-hari, menekankan pentingnya peran manusia dalam melestarikan lingkungan.

Kelompok Sindikat adalah pembentukan sindikat di antara siswa untuk memilih anggota kelompok dengan teman yang paling disukai dan dianggap bisa untuk bekerja sama dalam memecahkan masalah atau mendiskusikan permasalahan

Studi Kasus; metode pembelajaran dengan mengambil kasus lingkungan aktual, untuk diselidiki dan dicarikan cara penyelesaiannya KAJIAN PUSTAKA

A. Relevansi Ilmu Biologi dengan Kehidupan Sehari - hari

Pesatnya perkemebangan sains dan teknologi telah banyak memerikan perubahan terhadap berbagai sektor kehidupan manusia. Suatu perubahan yang memberikan berbagai kemudahan bagi manusia, sehingga semuanya bisa dilakukan dengan cepat dan efisien. Perubahan kehiduapn yang menggiring manusia pada perilaku instan dan serba mekanis.

Perubahan yang kemudian semakin menjauhkan manusia dari lingkungannya, alam semakin teralineasi dari kehidupan manusia. Sehingga berbagai dampak perubahan alam belakangan ini menimpa kehidupan manusia. Suatu peringatan yang meminta manusia untuk introspeksi diri mengenai hubungan dirinya dengan alam.

Maka, dalam kondisi demikian itu, ilmu biologi memiliki peranan untuk mengaktualisasikan relevansi antara manusia dengan lingkungannya.

Pembelajaran biologi menyangkut proses belajar yang berkaitan dengan makhluk hidup dengan lingkungannya. Suatu proses pembelajaran yang selalu berhubungan dengan aktivitas kehidupan nyata.De Porter (2000:5) menjelaskan bahwa interaksi dari berbagai macam momen di sekitar mencakup unsur-unsur belajar efektif yang mempengaruhi kesuksesan siswa. Dalam upaya pencapaian tujuan pendidikan nasional, berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap kreatif, mandiri dan menjadi warna negara yang demokratis dan bertanggungjawab.Untuk mencapai ke arah tujuan pendidikan nasional tersebut, secara mikro setiap proses pembelajaran tidak hanya mengembangkan kemampuan aspek kognitif, tetapi juga mengembangkan kecakapan aspek efektif dan psikomotorik. Selanjutnya akan mengembangkan kecerdasan intelektual, emosional dan spiritual secara berimbang.

Proses pembelajaran biologi sebagai kegiatan mikro dalam kerangka mencapai tujuan nasional, harus bertumpu kepada upaya-upaya untuk menumbuhkan rasa cinta terhadap tanah air, dan iklim belajar serta diharapkan dapat menumbuhkan rasa percaya diri , sikap dan perilaku inovatif dan kreatif. Pada gilirannya pendidikan akan mampu mewujudkan sumber daya manusia yang berkualitas dan bertanggungjawab

Hadiat (1998/1999:5), menjelaskan bahwa tujuan dan fungsi pembelajaran biologi di SMA, agar siswa memahami konsep-konsep biologi dan keterkaitannya serta mampu menggunakan metode ilmiah yang dilandasi sikap ilmiah untuk memecahkan masalah yang dihadapinya sehingga menyadari akan kebesaran dan kekuasaan penciptanya.

Johar (1990), menjelaskan pemanfaatan lingkungan lokal merupakan pendekatan sosialisasi anak didik terhadap obyek dan persoalan biologi di lingkungan anak didik. Pada gilirannya mereka mampu menyatu dengan lingkungannya, menyatu dengan ekosistemnya. Sisoalisasi sejak dini dengan memanfaatkan lingkungan lokal dengan alam dan budaya setempat kepada anak didik akan menuju terwujudnya manusia Indonesia yang cinta tanah air, berkepribadian dan berkesadaran nasional. Sekaligus dapat menumbuhkan pemahaman mengenai relevansi antara ilmu biologi dengan lingkungan alam, dan kehidupan sehari-hari.

B. Pembelajaran Kontekstual Dan Kooperatif

Pembelajaran kontekstual adalah konsep belajar dimana guru menghadirkan dunia nyata ke dalam kelas dan mendorong siswa membuat hubungan antara pengetahuan yang dimilikinya dengan penerapannya dalam kehidupan sehari-hari, sementara siswa memperoleh pengetahuan dan keterampilan dari konteks yang terbatas. Sedikit- demi sedikit dari proses mengkonstruksi sendiri sebagai bekal untuk memecahkan masalah dalam kehidupannya sebagai anggota masyarakat.

Karakteristik pembelajaran kontekstual, di antaranya:
1. melakukan hubungan yang bermakna;
2. melakukan kegiatan yang signifikan;
3. belajar yang diatur sendiri;
4. bekerjasama;
5. berpikir kritis (Nurhadi,2003: 14)

Sedangkan belajar kooperatif merupakan pendekatan pembelajaran melalui kelompok kecil siswa untuk bekerjasama dalam memaksimalkan kondisi belajar dalam mencapai tujuan belajar (Holubec in Nurhadi,2003:20)

Menurut Abdurrahman dan Bintoro, pembelajaran kooperatif adalah pembelajaran yang secara sadar dan sistematis mengembangkan interaksi yang saling asah, silih asih, dan silih asuh antara sesama siswa sebagai latihan hidup dalam masyarakat nyata.

Bruner (Siberman, 2000:8) mendeskripsikan belajar secara bersama merupakan kebutuhan manusia yang mendasar untuk merespon yang lain dalam mencapai suatu tujuan. Suatu reciprocity yang merupakan sumber motivasi yang setiap pengajar dapat menjalankan stimulasi untuk belajar.

Dari berbagai uraian tersebut, maka sebenarnya pembentukan kelompok sindikat, merupakan suatu variasi dari pembelajaran kooperatif dengan memberikan pilihan bagi siswa untuk menentukan anggota kelompoknya sendiri yang dianggap bisa bekerjasama dalam menyelesaikan suatu persoalan yang dihadapinya.

METODE PENELITIAN DAN ANALISIS

A. Metode Penelitian

Penelitian ini mengacu kepada penelitian tindakan kelas yang berlangsung dalam dua siklus: pertama, untuk mengatasi masalah persepsi mengenai hubungan biologi dan alam sekitar. Pada siklus pertama setelah mengetahui kondisi siswa peneliti mempergunakan alternatif metode pembentukan kelompok sindikat dan pada siklus berikutnya divariasikan dengan pendekatan studi kasus

kedua, mengatasi kesalahan persepsi dan menanamkan konsep hubungan biologi dengan alam sekitar. Prosedur penelitian ini meliputi meliputi 4 tahapan yaitu; Perancangan, pelaksanaan, tindakan, observasi dan refleksi. (Kemmis dan MC Taggart in FX. Sudarsono, 1996)

B. Analisis Data

Analisis data dilakukan secara deskriptif dan kualitatif dengan berpatokan kepada standar minimal kompetensi yang ditetapkan di dalam kurikulum 2004. Setiap anak dinyatakan tuntas jika mencapai kompetensi ¡Ý 75 %. Apabila mendapatkan nilai ¡Ü 75 % dinyatakan tidak tuntas dan wajib mengikuti program remidial.

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

A. Observasi Awal

Hal yang sangat menarik ketika peneliti diberi tugas mengajar di kelas X tahun pelajaran 2004/2005,menemukan fakta bahwa dari 41 orang siswa, 31 orang diantaranya belum pernah melakukan pembelajaran biologi di luar kelas. Siswa memiliki pengalaman belajar biologi secara tekstual atau sesekali ke dalam ruangan laboratorium. Umumnya mereka mengalami pembelajaran secara tekstual dan latihan mengerjakan soal.

Pengalaman tersebut menimbulkan asumsi siswa bahwa, pelajaran biologi sarat dengan hafalan dan bahasa latin. Mereka merasa bosan dan pembelajarannya kurang menarik. Mereka kurang memahami konteks hubungan biologi dengan kehidupan alam sekitar dan keseharian. Karena kalau pun mereka mendapatkan pembelajaran materi ekosistem, pengalaman yang diperoleh secara tekstual, dan contoh yang diberikan tidak ada dalam lingkungan sekitar tempat tinggal mereka.

B. Paparan Data dan Temuan dalam Tindakan I

1. Perencanaan Tindakan
Perencanaan tindakan ini untuk mengatasi problem siswa yang kurang tertarik kepada pelajaran biologi, sekaligus untuk memberikan pengalaman praksis bagi siswa melakukan pembelajaran kongkrit. Suatu pembelajaran yang memanifestasikan hubungan pelajaran biologi dengan alam sekitar.

2. Pelaksanaan Tindakan
Pelaksanaan tindakan dengan memberikan lembaran kerja kepada setiap siswa, kemudian mereka membentuk kelompok sindikat, persekongkolan dengan teman yang dipilih sesuai dengan kehendak dalam menentukan lokasi taman sekolah yang akan dijadikan obyek pengamatan di luar kelas. Setelah menentukan lokasi pengamatan, setiap kelompok sindikat mengidentifikasi jenis tanaman yang ada di setiap taman, kemudian memasukkan data ke dalam tabel pengamatan.

Sebagian dari anggota sindikat, banyak tidak mengenal jenis tanaman hias yang diamatinya. Peneliti membantu memberitahukan nama jenis tanaman yang tidak dikenal siswa. Dari tabel hasil pengamatan, siswa mengklasifikasikan komponen taman menjadi komponen biotik dan komponen abiotik, serta mengelompokkannya ke dalam jenis, populasi, komunitas dan ekosistem.

Siswa menyimpulkan pengertian ekosistem dan karaktertik ekosistem taman (daratan). Membuat rantai makanan, dan hubungan antar komponen ekosistemnya.

3. Observasi

Dari hasil pengamatan peneliti selama pelaksanaan tindakan I sampai akhir tindakan I, didapatkan data:

1. Siswa dapat menjelaskan komponen penyusun ekosistem, tetapi belum bisa menjelaskan hubungan antara komponen biotik dengan komponen abiotik ;

2. Sebagian siswa menuliskan rantai makanan tidak berdasarkan dari hasil pengamatan.

4. Refleksi

Berdasarkan observasi dan tugas pada akhir tindakan I ditemukan data sebagai berikut:

1. Dengan melakukan pengamatan di taman sekolah siswa mampu menguraikan komponen penyusun ekosistem dari tiap taman yang diamati :

2. Siswa merasa lebih senang dengan pengalaman belajar di luar kelas, dan memilih anggota kelompok menurut kehendaknya sendiri:

3. Perlu dilakukan tindakan II untuk mengatasi kesalahan konsepsi mengenai terjadinya suksesi dan rantai makanan

C. Paparan Data dan Temuan Dalam Tindakan II

1. Perencanaan Tindakan II
Pembelajaran dalam tindakan II merupakan upaya mengatasi kesalahan konsepsi siswa mengenai suksesi ekosistem dan rantai makanan serta menganalisis terjadinya perubahan lingkungan. Menjelaskan peranan manusia dalam menjaga keseimbangan lingkungan.

2. Pelaksanaan Tindakan II
Pada awal tindakan II: (1) siswa diberi contoh kasus mengenai terjadinya suksesi yang akan terjadi di daerah Meulaboh (NAD); dan (2) siswa membuat rantai makanan dari data serangan hama yang menyerbu tanaman padi dan perkebun kelapa (dalam lampiran).

3. Observasi

Dari pengamatan peneliti selama tindakan II berlangsung:

1.Kelompok sindikat antusias, saling mempertahankan pendapatnya mengenai suksesi ekosistem yang akan terjadi di Meulaboh pasca bencana tsunami. Dalam diskusi antar kelompok, terlihat ada kelompok sindikat yang dominan dan ada sebagian anggota sindikat yang pasif. Peneliti sebagai fasilitator dan motivator, memberikan kesempatan kepada kelompok pasif untuk mengutarakan pendapatnya.;

2 Masih terdapat anggota kelompok sindikat yang kurang benar dalam membuat rantai makanan, dan menganalisis serta mengatasi gangguan atau perubahan lingkungan berdasarkan rantai makanan yang telah dibuat.

4. Refleksi

Berdasarkan observasi pada tindakan II dapat direfleksikan hal-hal sebagai berikut:

1. Antusiasme siswa meningkat dalam upaya memahami konsep dan mampu mengemukakan argumentasi dengan baik;

2. Pembentukan sindikat dan pemberian studi kasus yang berhubungan langsung dengan persoalan aktual di lingkungan, menguatkan pemahaman siswa mengenai hubungan biologi dengan alam sekitar atau kehidupan sehari-hari;

3. Terjadi peningkatan hasil belajar siswa setelah dilakukan penilaian pada akhir tindakan II.

Dari data yang dipaparkan di atas dapat diketahui bahwa pemahaman anak terhadap eksosistem dapat mencapai ketuntasan dengan nilai kompetensi 75 % .Pembelajaran eksositem di taman sekolah dengan pembentukan kelompok sindikat dan studi kasus dapat menanamkan pemahaman relevansi biologi dengan lingkungan sekitar atau dengan realitas kehidupan sehari-hari.

PENUTUP

A. Simpulan

1. Kesalahan persepsi siswa mengenai hubungan biologi dengan alam lingkungan sekitar disebabkan pengalaman belajar siswa yang diperoleh sebelumnya bersifat verbalistik Melalui pembelajaran secara kongkrit, dengan memberikan pengalaman belajar di taman sekolah dengan membentuk sindikat serta mempelajari studi kasus, dapat mnenciptakan suasana belajar lebih riang, santai, dan menyegarkan. Serta mampu menanamkan pemahaman konsep ekosistem yang mengaitkan biologi dengan alam sekitar atau kehidupan sehari-hari.

2. Kesulitan yang dihadapi siswa dalam memahami konsep ekosistem:
a. menjelaskan hubungan antara komponen biotik dengan abiotik;
b. cara memberikan argumentasi kurang runtut;
c. menuliskan rantai makanan dari studi kasus perubahan keseimbangan ekosistem;
d. menganalisis penyebab terjadinya perubahan ekosistem

3. Upaya untuk mengatasi kesulitan tersebut:
a. Guru mengarahkan jawaban siswa dengan menekankan pengaruh faktor abiotik terhadap faktor biotik, dan sebaliknya;
b. Dari argumentasi yang dikemukakan siswa dalam diskusi point-point pokok dituliskan di papan dan kemudian meminta tanggapan anggota sindikat yang lain untuk menambah kekurangannya sehingga jawaban menjadi benar dan utuh;
c. Dari salah satu jawaban siswa mengenai rantai makanan dituliskan di papan tulis dan meminta anggota sindikat yang lain untuk menanggapinya. Jika ada jawaban yang berbeda anggota sindikat menuliskannya di papan tulis;
d. Berdasarkan rantai makanan yang telah dibuat siswa, guru menanykan faktor penyebab utama terjadinya perubahan keseimbangan ekosistem, sehingga terjadi serangan hama. Kemudian mencari penyebab peningkatan populasi hama dan peranan manusia dalam perubahan ekosistem tersebut.

B. Saran

- Pengalaman belajar di luar kelas atau taman dapat dilakukan pada beberapa konsep biologi penting untuk dilakukan, sehingga bisa tercipta pembelajaran yang kongkrit dan memberikan suasana pembelajaran yang berbeda bagi siswa.Sekaligus memanfaatkan taman atau kebun sekolah dalam implementasi pembelajaran sehingga memberikan makna yang berarti bagi penglaman belajar siswa;

- Penelitian sederhana ini dapat dikembangkan lagi secara eksploratif dengan memadukan beberapa konsep biologi dengan aneka metode pembelajaran yang lebih menarik dan menyenangkan. Hal ini penting dilakukan, ketika pelbagai teknologi instan semakin mengalineasi anak didik dari lingkungan alam dan sosiobudayanya.

Daftar Pustaka

---------------------- ¡® 2003 , Undang ¨C Undang Republik Indonesia Nomor 20 Tahun 2003 Tentang Sistem Pendidikan Nasional, Jakarta : Depdiknas RI.

---------------------- , 2002 , Pedoman Pengembangan Tugas Akhir Semester ¨C Sains Teknologi Masyarakat (IPA Terpadu), Jakarta: Depsiknas Dirjen Dikdasmen.

De Potter, Bobbi. 2000. Quantum Teaching. Jakarta: Kaifa

Djohar,1990. Pendidikan Biologi Mengantarkan Manusia Berpengetahuan, Berilmu dan Berpenedidikan Menuju Pembangunan Manusia Indonesia Seutuhnya. Paper Disampaikan dalam Simposium Nasional Pendidikan Biologi ¨C FP MIPA IKIP Surabaya 20 Januari 1990.

Hadiat, 1993/1994. Pendidikan Sains, Teknologi dan Masyarakat di Indonesia. Jakarta: Depdikbud ¨C Dirjen Dikdasmen.

Nurhadi, Agus Gerrad Senduk.2003. ¡°Pembelajaran Kontekstual (Contextual Teaching and Learning / CTL). Malang: Penerbit Universitas Negeri Malang

Pratiwi,D.A. 2004. Buku Penuntun Biologi SMA Jilid 1 untuk Kelas X. Jakarta: Penerbit Erlangga

Siberman,Mel.2000.¡±Active Learning: 101 Strategies to Teach Any Subject ¡°¨C terjemahan H, Sarjuli,dkk. Penerbit YAPPENDIS

Sudarsono,FX.1996. Pedoman Pelaksanaan Penelitian Tindakan Kelas. Yogyakarta:UP3SD IKIP Yogyakarta

Tidak ada komentar:

Posting Komentar