Judul: RAIH SUKSES MELALUI ORIENTASI MAHASISWA AKADEMIK Bahan ini cocok untuk Informasi / Pendidikan Umum bagian PENDIDIKAN / EDUCATION. Nama & E-mail (Penulis): Pujiati Sari Saya Mahasiswi di Universitas Tadulako Topik: Orientasi Mahasiswa Akademik, Solusi atau Musibah? Tanggal: 14 September 2008 By Pujiati Sari
Menuntut ilmu merupakan aktivitas yang harus kita jalani mulai dari kita lahir hingga sampai ke liang kubur. Menuntut ilmu seperti kalau kita menggapai cita-cita atau keinginan bukanlah hal yang mudah. Untuk meraihnya/mencapainya kita harus berjuang dan berusaha keras dan tekun, yaitu belajar sungguh-sungguh dan dibarengi dengan berdoa. Usaha yang tidak dibarengi dengan doa kemungkinan kesuksesan akan menjadi kesia-siaan (tidak afdhal). Dan jika kita hanya berdoa tanpa ada suatu usaha, itu juga sia-sia dan dipastikan keinginan atau cita-cita tidak akan tercapai.
Menuntut ilmu yang lazim dalam dunia pendidikan formal dimulai dari Taman Kanak-kanak (TK), ke Sekolah Dasar (SD), selanjutnya ke Sekolah Lanjutan Tingkat Pertama (SLTP), dan ke tingkat Sekolah Menengah Atas (SMA) hingga ke perguruan tinggi, merupakan sebuah proses pendidikan yang panjang dan perlu pengorbanan yang sangat besar sehingga kita dapat meraihnya. Di perguruan tinggi inilah yang rasanya sebagai anak tangga terakhir untuk menggapai cita-cita. Di perguruan tinggi pula lah kita dapat mengalami suatu perubahan yang lebih terasa. Dari masa remaja yang labil beralih menjadi sosok orang dewasa dalam mencari kestabilan diri. Perubahan ini tentunya membutuhkan suatu proses atau waktu dan pengemblengan atau pelatihan mulai dari sekarang, sehingga ketika telah matang menjadi dewasa, barulah kita bisa/memiliki kemampuan yang memadai untuk terjun ke tengah-tengah masyarakat dengan keahlian dan keprofesionalan yang tinggi.
Proses pembelajaran masa SMA dan perguruan tinggi merupakan dua sisi berbeda. Di SMA kita masih lebih banyak mendapat bimbingan dan selalu diperhatikan oleh guru, sedangkan di perguruan tinggi (dunia kampus) kita harus berusaha dan belajar sendiri atau mandiri walaupun ada dosen pembimbing kita.
Begitulah kehidupan di kampus, menurut beberapa kakak senior. Mahasiswa dituntut untuk bersikap lebih mandiri, dan harus berjiwa kepemimpinanan (leader), agar kita kelak memiliki mental yang kuat, kemampuan maksimal baik gonitif, psikomtor, dan afektif. Untuk menggapai semua itu, banyak kegiatan yang harus dilalui termasuk saat-saat pertama menjadi mahasiswa, misalnya masa orientasi mahasiswa baru.
Sudah menjadi tradisi di perguruan tinggi untuk mengadakan kegiatan, yang lazimnya disebut Orientasi Mahasiswa Akademik. Orientasi Mahasiswa Akademik atau yang biasa disingkat menjadi ¡§ORMIK¡¨, merupakan proses awal adaptasi bagi mahasiswa baru untuk dapat mengenal ruang lingkup unversitas, fakultas serta jurusan baik meliputi visi misi, layanan mahasiswa, peraturan akademik dan kemahasiswaan(Moh.Aris, 2008).
Jika kita cermati, ORMIK berarti suatu kegiatan yang mendidik dan bukan sekedar sebuah kegiatan penyiksaan atau kegiatan yang mengutamakan kekerasan. ORMIK ini berisi kegiatan yang mendidik dan menguji mental peserta dengan cara yang tidak berlebihan.
Banyak tanggapan atau alasan-alasan yang cenderung menganggap bahwa ORMIK merupakan kegiatan yang menimbulkan ekses negatif. Sehingga banyak yang menganggap pula bahwa kegiatan ini hanyalah sebuah kegiatan yang sepele dan tidak berguna. Contoh alasan-alasan yang biasa dilontarkan oleh calon mahasiswa, yaitu
fæ Si A : ¡§Friend, aku malas dech ikut kegiatan ORMIK. Tidak ada gunanya ikut begituan.¡¨
fæ Si B : ¡§Kalau aku sih, ikutnya tahun depan aja. Soalnya tahun ini aku tidak mood mengikuti kegiatan ORMIK. Yang pastinya aku ikut, karena kalau nggak ikut, nanti tidak dapat piagam. Piagam itu penting loch.¡¨
fæ Si C : ¡§Eh, biar tidak ikut ORMIK, tidak apa-apa kan? Katanya sih, asal ada orang dalam atau panitia yang dikenal, so piagam, kan bisa kita beli!¡¨ ( Baginya uang adalah segala-galanya. Dengan ada uang, maka segalanya bisa dibeli. Uang baginya adalah raja. Tapi, satu hal yang harus diingat bahwa kepintaran dan pemahaman terhadap ilmu pengetahuan, itulah yang tidak bisa dibeli).
fæ Si D : ¡§So pasti saya ikut kegiatan ini. Apa saya juga kan, suka dengan pengalaman-pengalaman baru, teman-teman baru, dan tentunya dapat...gebetan baru.¡¨
fæ Si E : ¡§Ih...malas saya ikuti kegiatan ORMIK. Soalnya, kita disuruh bawa inilah, bawa itulah...untuk perlengkapan ORMIK. Sepertinya hanya menghambur-hamburkan uang saja. Terus, kegiatan ini hanya akan membuat kita cape dan lelah saja.¡¨
Kelima tanggapan di atas merupakan sebagaian dari keluhan-keluhan yang sering kita dengar dari Calon Mahasiswa. Keluhan-keluhan yang menganggap bahwa mengikuti ORMIK itu seperti suatu beban yang sangat berat. Dengan adanya keluhan-keluhan ini, maka sudah dapat kita simpulkan bahwa sebagian atau bahkan kebanyakan dari calon mahasiswa yang mengikuti kegiatan ORMIK ini, tidak didasari dengan niat yang ikhlas. Sehingga tujuan ORMIK secara keseluruhan, tidak tercapai sepenuhnya.
Pentingkah mengikuti ORMIK? Pertanyaan ini adalah pertanyaan yang paling sering dilontarkan oleh calon mahasiswa. Karena keingintahuannya, seorang calon mahasiswa biasanya mencari tahu alasan-alasan, mengapa kita harus mengikuti ORMIK. Memang banyak calon mahasiswa yang menganggap bahwa ORMIK itu tidak penting-penting amat, hanya membuat habis waktu, uang dan tenaga saja. Bagi sebagian dari mereka, bahwa ORMIK hanyalah sebuah kegiatan konyol yang berisi kekerasan dan penganiayaan dari kakak senior (panitia ORMIK). itulah pandangan sebagian dari mereka yang belum mengetahui apa tujuan dan manfaat sebenarnya ORMIK itu.
Ada juga sebagian peserta yang mengikuti ORMIK hanya berniat untuk bisa mendapatkan piagam penghargaan, karena piagam ini sangat bermanfaat saat kita mau menyelesaikan kuliah, dengan mengikuti ORMIK, maka mahasiswa tersebut dianggap sah terdaftar sebagai mahasiswa universitas tersebut. Jika seorang peserta mengikuti kegiatan ini, niatnya hanya untuk mengejar-ngejar piagam penghargaan saja, itu adalah suatu niat yang tidak baik. Semestinya, seorang peserta harus berniat mengikuti kegiatan ini untuk mendapatkan pengalaman dan pengetahuan yang baru, yang belum didapatkan sebelumnya. Dengan mengikuti kegiatan ini, peserta juga akan menjalani suatu proses pengenalan, proses pelatihan, mulai dari hal yang kecil hingga sampai yang besar, sekalipun dengan cara yang sangat cepat.
Yang perlu peserta tanamkan dalam lubuk hati, yaitu selalu bersikap kritis dan memiliki rasa kengintahuan yang tinggi, sehingga dalam menuntut ilmu pun juga tidak sia-sia. Sebuah pepatah lama mengatakan bahwa ¡§sambil menyelam, minum air¡¨. Jadi, saat mengikuti ORMIK kita harus betul-betul mengikuti kegiatan tersebut dengan antusias dan dengan menaati segala tata tertib yang berlaku, dan setelah itu barulah kita mengharapkan agar bisa diluluskan, sehingga nantinya kita bisa mendapatkan piagam penghargaan. Jadi, kedua-duanya bisa kita dapatkan. Dua tujuan, sekaligus langsung kita capai dengan hanya mengikuti satu kegiatan saja. Ini berarti bahwa segala sesuatunya sangat bergantung pada niat. Kalau niat kita baik, maka hasilnya insya Allah akan memuaskan. Dan sebaliknya pula, kalau niat kita jelek, hasilnya juga tidak memuaskan.
Sebelum mengikuti kegiatan ORMIK, seorang calon mahasiswa tentunya ingin mencari tahu kegiatan-kegiatan apa saja yang dijadwalkan. Kegiatan ORMIK yang biasanya dilaksanakan dari jam 07.00 hingga 17.30 sore, tentunya ada serangkaian kegiatan yang telah tersusun. Inilah yang menuntut agar peserta mulai bersikap disiplin, contohnya peserta harus datang dan pulang ke rumah tepat pada waktunya, istirahat pada waktunya, belajar pada waktunya, dan lain sebagainya.
Dalam kegiatan ORMIK, antara peserta dan senior (panitia ORMIK) biasanya saling menyalahkan. Kedua-duanya saling ego-mengego (angkuh). Memang sih, naluri seseorang itu selalu beranggapan bahwa dirinya yang paling benar dan tidak merasa dirinya bersalah, karena seseorang itu lebih sering mengingat kebaikannya sendiri daripada kejelekan (aib)nya sendiri, dan sebaliknya seseorang cenderung lebih mengingat keburukan (aib) orang lain dibandingkan kebaikannya. Nah... inilah sifat manusia kebanyakan. Jadi, dalam hal ORMIK, sebenarnya yang salah adalah peserta (junior)nya, karena peserta banyak yang membuat kesalahan (ulah), membangkang, dan tidak menaati tata tertib yang berlaku saat mengikuti ORMIK. Dan bagi peserta, hal yang dilakukannya itu baik dan wajar-wajar saja. Padahal mingkin sangat menyimpang dari tata tertib yang berlaku. Inilah yang membuat panita (senior) menjadi sangar dan jengkel kepada peserta karena susahnya diatur. Padahal mereka bukan anak kecil lagi, harusnya bisa mengatur dirinya sendiri.
Kalau peserta tidak membuat ulah, tentu saja panitia ORMIK tidak ada yang jengkel kepada mereka. Tapi, biasanya peserta dituntut oleh panitia untuk tidak melakukan kesalahan sekecil apapun. Memang, sepertinya hanyala hal yang sepele, tetapi itu bisa menimbulkan resiko yang luar biasa. Contoh: satu orang peserta saja yang melakukan kesalahan yang kecil, maka semua pesertalah yang akan menanggung akibatnya. Peserta dituntut begini agar tercipta rasa kebersamaan (sepenanggung, seperasaan). Apa yang dirasakan oleh salah satu peserta, maka harus dirasakan pula oleh peserta yang lainnya juga.
Dalam sebuah opini yang telah dipublikasikan oleh koran harian Radar Sulteng, yaitu opini yang dilontarkan oleh Ikbal. Ikbal yang juga masih tercatat sebagai mahasiswa Fakultas Teknik ini menambahkan, bahwa selama ini berkembang stigma tentang keberadaan Ormik yang sudah saatnya dihapuskan. Menurutnya selama ini seakan-akan kehadiran Maba setiap tahunnya di Universitas Tadulako hanya dijadikan sebagai lahan empuk, baik sebagai obyek perpoloncoan, ataupun tindakan diskriminasi lainnya, yang bila dilihat dari kacamata akademis, sangat tidak mendidik dan tidak memiliki orientasi akademis. Bahkan secara ekstrim bagi sebagian kalangan, ada yang menganggap bahwa kehadiran Maba adalah sebuah proyek yang harus diperebutkan. Ini lah sebuah ekses negatif dari kegiatan ORMIK
"Kita tanpa ada sedikitpun keinginan untuk bersuudzon (berprasangka buruk) dengan siapapun, tapi ini berdasarkan fakta dan realita, maka dari itu kita semua tanpa terkecuali, apakah itu mahasiswa ataupun birokrasi untuk sama-sama melakukan introspeksi, apakah memang selama ini tindakan kita benar-benar tulus memberikan gambaran tentang nuansa akademis di Untad kepada para Maba, atau ada kepentingan terselubung. Karena kalau kita bertindak hanya karena ada kepentingan, maka sampai kapanpun antara kalangan birokrasi dan mahasiswa tidak akan pernah mendapatkan titik temu," tandas Ikbal. (Hanif,2008).
Dilihat dari opini yang telah dikemukakan oleh mahasiswa di atas, sebenarnya yang harus di salahkan yaitu bentuk pengimplementasian dari Kegiatan tersebut. Orang-orang atau panitia yang melaksanakan kegiatan ini, tidak memahami betul-betul, apa makna dan tujuan dari ORMIK itu sendiri. Sehingga terjadilah penyimpangan-penyimpangan dalam pelaksanaan kegiatan ini.
Kadangkala panita ORMIK (senior) bertingkah angkuh dan kasar kepada peserta, tentunya ini semua mempunyai tujuan tertentu. Sifat jelek ini sebenarnya hanyalah sebatas acting atau dibuat-buat saja oleh panitia. Ini semua tujuannya untuk menguji mental peserta. Banyak panitia yang mengetes para pesertanya hanya untuk mengetahui seberapa kuatnya mental pesertanya. Tapi, terkadang panitia terlalu kasar dan melebih-lebihkan masalah, biasanya juga diantara beberapa panitia, ada yang memanfaatkan situasi, misalnya mencoba berbuat jahil kepada para junior dengan cara yang kejam dan telah keluar dari konsep pendidikan. Panitia juga terkadang tidak tanggung-tanggung untuk membalas dendam kepada peserta, pembalasan dendam ini biasanya karena dulu panitia ORMIK juga pernah dikerjain sebelumnya. Jadi, mereka tidak rela jika peserta melewati masa ORMIK-nya hanya dengan tertawa dan gembira riang. Mereka ingin melihat para peserta menangis dan bisa merasakan juga seperti yang telah dirasakan oleh kakak senior sebelumnya. Ini seolah-olah sudah menjadi tradisi dalam kegiatan ORMIK, sehingga menimbulkan ekses negatif dari anggapan dan pandangan orang-orang mengenai kegiatan tersebut. Tapi, sebenarnya itu adalah anggapan yang sangat keliru mengenai kegiatan ini. Seseorang yang memahami betul-betul bahwa pendidikan itu sangatlah penting, sebenarnya itulah orang yang berpikir secara sehat dan matang.
Suatu kegiatan dapat kita ketahui baik dan buruknya, bermanfaat atau tidak bermanfaat, dengan menelaah setiap aktivitas dalam suatu kegiatan tertentu yang telah dijadwalkan. Penulis sangat meyakini bahwa seseorang yang gigih dalam menuntut ilmu dan mengaggap bahwa pendidikan itu penting, pastinya tidak akan menyia-nyiakan kesempatan untuk mendapatkan pengalaman yang baru, seperti pepatah lama mengatakan bahwa pengalaman adalah guru yang baik. Dengan adanya pengalaman, maka kita bisa belajar banyak dari pengalaman yang kita dapatkan (mengambil hikmahnya). Jadi, Orang tersebut pasti senang menghadapi segala sesuatu karena akan menjadi pengalaman atau pengetahuan yang baru. Dalam kegiatan ORMIK, pasti orang yang memahami akan sangat antusias mengikuti kegiatan tersebut, karena baginya kegiatan itu sangat bermanfaat.
Jika ditelaah lebih dalam, kegiatan ORMIK merupakan kegiatan yang sangat bermanfaat, karena dalam ORMIK terdapat serangkaian kegiatan yang berupa pembelajaran peserta.. Dalam kegiatan tersebut, banyak materi penting dipresentasekan khusus untuk peserta. Seperti berupa materi-materi pengenalan universitas, organisasi-organisasi, lembaga-lembaga yang berkaitan dengan universitas, dan visi - misi serta program kerjanya. Ini semua merupakan materi yang sangat penting dan sangat bermanfaat bagi peserta, ketika nanti akan resmi menjadi mahasiswa. Materi yang disampaikan saat kegiatan tersebut, tentunya banyak yang belum diketahui dan belum didapatkan ketika di masa SMA dulu.
Tujuan dan manfaat yang bisa diperoleh calon mahasiswa (peserta) ketika mengikuti kegiatan ORMIK, yaitu:
1. Mengenal seluk beluk universitas yang dituju, agar mahasiswa mengetahui secara cepat, hal menyangkut universitas, baik visi & misinya, program kerjanya, dan lain sebagainya.
2. Mengenal lembaga-lembaga dan organisasi-organisasi yang ada. Tujuannya yaitu agar mahasiswa dapat mengetahui lembaga-lembaga dan organisasi-organisasi apa saja yang terdapat di universitas, sehingga ketika menjadi mahasiswa kemungkinan bisa menjadi anggota bahkan pengurus di lembaga atau organisasi yang diminatinya.
3. Saling mengenal dan dapat menumbuhkan hubungan baik antara peserta dan panitia ORMIK, juga dapat mempererat tali persaudaraan dan rasa solidaritas yang tinggi, baik antar sesama peserta, maupun antara peserta dan panita ORMIK, sehingga terjadi keakraban saling mengenal dengan cepat antara satu dengan yang lainnya. Hal ini sangat penting, karena dengan demikian maka akan terbentuk pengintegrasian rasa solidaritas yang tinggi. Kebersamaan dan persatuan sangatlah penting dalam komunitas kampus. Hal ini untuk membuktikan kalau bangsa Indonesia yaitu bangsa yang berbhehineka tunggal ika, walau berbeda-beda namun tetap satu jua. Jadi, perbedaan-perbedaan yang ada janganlah dijadikan suatu penghalang untuk berkreativitas dalam kebersamaan, tapi jadikanlah perbedaan-perbedaan tersebut menjadi suatu modal utama kita untuk saling berbagi dan bergotong-royong antar sesama.
4. Melatih dan menguji mental peserta, agar kelak mejadi mahasiswa yang tidak mudah putus asa, bermental kuat, dan tahan banting serta sabar dalam menghadapi problematika kehidupan kampus, keluarga, maupun yang datangnya dari masyarakat luas. Ini dapat diartikan bahwa hidup tidaklah mudah. Hidup sangat membutuhkan perjuangan, dan sudah pasti bahwa perjuangan sangatlah membutuhkan sebuah pengorbanan.
5. Menciptakan jiwa seorang pemimpin (leader) pada peserta untuk meneruskan kembali perjuangan yang pernah kakak senior lakukan demi pencapaian visi dan misi suatu institusi atau organisasi. Hal ini sangat penting, mengingat bahwa sekarang ini jiwa kepemimpinan sudah mulai luntur pada generasi muda, sehingga sangat sulit mencari seorang kader pemimpin di masa depan nantinya. Peserta juga harus bisa bersikap lebih kritis dan berani dalam menghadapi kemelut kehidupan globalisasi ini.
6. Peserta ORMIK dituntut untuk selalu bersikap disiplin, dan menempatkan segala sesuatunya pada tempatnya. Sikap-sikap ini tidak hanya berlaku sementara saat kegiatan ORMIK berlangsung, akan tetapi harus berlanjut sampai kita menjalani setiap aktivitas sehari-hari kita. Harus kita tanamkan dari sekarang bahwa kunci utama kesuksesan adalah disiplin dalam bertindak.
7. Dapat meningkatkan keimanan dan ketaqwaan kepada Tuhan Yang Maha Esa dan dapat menanamkan nilai-nilai kebudayaan serta nilai-nilai moral, agar peserta tidak hanya pintar secara intelektual dan emosional akan tetapi juga pintar secara spiritual. Dalam segala rangkaian aktivitas pada kegiatan ORMIK, harus ada pula pengupayaan pengintegrasian nilai-nilai spiritual ke dalam setiap aktivitas yang dijalani.
Penulis telah menguraikan dalam tulisan ini bahwa Orientasi Mahasiswa Akademik itu merupakan suatu solusi atau pemecahan suatu masalah, dan bukanlah suatu kegiatan yang malah mendatangkan musibah kepada peserta ORMIK. Dengan mengikuti ORMIK, maka peserta akan meraih kesuksesan. Insya Allah, sukses dalam hal keintelektualan dan berprilaku. Jika ada orang yang beranggapan bahwa ORMIK itu adalah suatu musibah, maka pernyataan demikian adalah pernyataan yang keliru.
Oleh penulis, orang yang menganggap demikian adalah orang yang memandang atau menelaah kegiatan ORMIK dari satu sisi saja, baginya ORMIK menimbulkan ekses negatif. Padahal tidak demikian, Jika kita kaji dan telaah, maka kegiatan ORMIK itu lebih banyak manfaatnya, dan sangat kecil peluangnya untuk menimbulkan kerugian atau dampak negatif. Jadi, bagi calon mahasiswa, janganlah ragu-ragu untuk mengikuti kegiatan ORMIK ini. Mantapkanlah niat dan pikiran bahwa dengan mengikuti kegiatan ini, anda akan mengalami suatu perubahan yang sifatnya maju dan membangun. Yang Insya Allah dapat:
"« Merubah diri anda, yang tadinya tidak tahu menjadi tahu.
"« Merubah sikap dan cara berpikir anda, yang tadinya seperti anak kecil, kini menjadi anak dewasa yang senantiasa beriman dan bertaqwa kepada Tuhan YME, berpikiran positif, dan disiplin, bertanggung jawab dan menimbulkan sifat saling tolong menolong (gotong royong) terhadap sesama.
"« Melatih dan Insya Allah dapat merubah diri anda, yang tadinya adalah seorang pengecut atau bermental lemah, kini sedikit demi sedikit bisa menjadi seorang leader (kader), utamanya menjadi seorang kader yang memimpin dirinya sendiri dahulu kemudian memimpin orang lain di sekitarnya.
Cakupan dari kegiatan ORMIK untuk mencapai tujuan ORMIK sendiri, yaitu adanya pengenalan, pengarahan dan pelatihan / penggemblengan. Ketiga cakupan ini yang akan merubah segalanya apa ada pada peserta. Kegiatan ORMIK ini sangat penting bagi peserta, karena peserta merupakan pemuda atau pemudi yang akan diwariskan untuk meneruskan kembali perjuangan bangsa ini, yaitu bangsa Indonesia. Sebuah pepatah Sayidina Ali mengatakan, ¡§Fiyadi subbani amrol ummati wafi ihdaamihaa hayataha¡¨ dan ¡§Syubbaanul yaum rijaalul god¡¨, yang artinya bahwa di tangan para pemudalah maju-mundurnya suatu bangsa. Jadi, saat ini pemuda memikul beban yang sangat berat dan harus dipertanggungjawabkan. Apalah jadinya suatu bangsa ini ke depannya, jika pemuda yang selama ini diharap-harapkan ternyata hanyalah pemuda yang lemah, bodoh, penakut dan berprilaku menyimpang? Suatu hal yang bisa saja terjadi di kemudian hari, jika seluruh komponen masyarakat dan umumnya sebagai bangsa Indonesia, tidak memulai dari sekarang untuk melakukan suatu perubahan bersama.
Suatu perubahan dan kemajuan bagi bangsa ini dapat kita lakukan tentunya, dengan cara, seluruh komponen masyarakat, baik siswa atau mahasiswa, masyarakat dan pemerintah dapat saling bekerja sama dan berusaha untuk melakukan suatu tindakan atau kreatifitas yang bermanfaat. Untuk melakukan suatu perubahan, jangan hanya sebatas ucapan dan janji-janji semata, tapi itu semua harus dibuktikan dengan melakukan tindakan-tindakan atau usaha-usaha nyata, yang tentunya juga harus dibarengi dengan berdoa. Juga melalui kegiatan Orientasi Mahasiswa Akademik ini, diharapkan seluruh komponen yang terlibat di dalamnya, agar harus selalu mengingat tujuan dari pendidikan itu sendiri, yaitu mencerdaskan kehidupan bangsa. Kita tidak perlu malu menjadi bangsa Indonesia, tapi yang harus kita tanamkan dalam lubuk hati yaitu kita bangga menjadi bangsa Indonesia.
Akhir kata penulis, Raihlah kesuskesanmu dengan mengikuti kegiatan ORMIK, agar kelak di masa depan nantinya, kita dapat mencapai tujuan negara Indonesia tercinta ini, yaitu menjadi bangsa Indonesia yang adil, tentram dan makmur.
Hidup mahasiswa! hidup bangsaku! Hidup Indonesiaku! |
Tidak ada komentar:
Posting Komentar