Alhamdulillah saya sudah sehat setelah seminggu kemarin terserang sakit lambung yang parah. Jadi, hari ini ke kebun lagi... Dan ternyata kami mendapatkan surprise lho. Kami menemukan jamur di dekat pagar bambu, berhadapan dengan pohon pepaya. Besarnya lumayan. Cukup untuk dua porsi kalau dijadikan sup.
Sebenarnya ini bukan kali yang pertama kami menemukan jamur di pekarangan rumah. Pada awal musim penghujan yang lalu, saat angin sedang kencang-kencangnya, kami menemukan jamur berdiameter lebih besar tumbuh di samping rumah. Seingat saya, dulu sewaktu jadi pemburu jamur di kampung, jamur jenis itu memang bisa dimakan. Tapi khawatir ingatan saya salah, saya pun menguburnya. Namun selang beberapa hari kemudian, seorang kakek penyabit rumput lagi-lagi menemukan jamur yang sama di rerumputan. Ia memberikan jamur itu pada saya, dan menyuruh saya memasaknya.
Waktu saya tanya si kakek, apakah jamur itu beracun atau tidak, dengan pasti dia bilang bahwa jamur itu enak untuk dimakan. Hmmm... Kebetulan kakeknya anak-anak mau datang, dimasak sajalah jamur itu, dan hasilnya memang tidak keracunan.
Orang Sunda menyebut jenis jamur yang kami temukan itu dengan sebutan Supa (Jamur) Suung. Permukaannya licin berwarna putih kecoklatan. Diameter 'payung'-nya beragam tergantung kesuburan tanah nampaknya. Dulu saya biasa menemukan jamur itu di antara anakan pohon pisang.
Satu hal yang saya herankan, anak-anak suka makan jamur itu, padahal sebelumnya paling nggak suka makan jamur walau dimasak dengan cara apapun. Mungkin karena hidup di alam dan diberi makan secara alami, jamur liar memang lebih komplit nutrisinya ya... Entahlah.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar