Oleh:
Drs. Suparlan, M.Ed
Mata Kuliah : Pendidikan Lingkungan Sosial Budaya dan Teknologi
Semester : II (kedua)
SKS : 2 (dua)
Fakultas : Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan
UNIVERSITAS TAMA JAGAKARSA
Jalan Letjen TB Simatupang Nomor 152
Tanjung Barat, Jakarta Selatan 12530
Telepon: (021) 7890965, 7829919, 78831838, 7890634
Fax: (021) 7890966
Daftar Isi
1 Pengantar 2
2 Kompetensi 2
3 Tujuan Pembelajaran 2
4 Kegiatan Pembelajaran 3
4.1 Rincian Materi Pembelajaran 3
4.2 Uraian Singkat Materi Pembelajaran dan Contoh 3
4.3 Tes Formatif Untuk Masing-masing Pertemuan 11
4.4 Umpan Balik 16
5 Referensi 16
6 Lampiran 16
1 Pengantar
Untuk dapat melaksanakan tugas profesionalnya dengan baik, calon guru harus memiliki empat standar kompetensi guru, yaitu (1) kompetensi pedagogis, (2) kompetensi kepribaidan, (3) kompetensi sosial, dan (4) kompetensi profesional. Kompetensi pedagogis adalah kompetensi guru yang terkait dengan penguasaan materi tentang teori belajar dan prinsip-prinsip pembelajaran yang mendidik, termasuk di dalamnya penguasaan materi tentang ilmu pendidikan.
Mata kuliah Pendidikan Lingkungan Sosial Budaya dan Teknologi ini diharapkan dapat menjadi bekal para calon guru tentang berbagai aspek yang terkait dengan konsep dan dasar-dasar ilmu-ilmu pendidikan dalam kehidupan manusia. Education is not preparation for life; education is life itself. Pendidikan bukanlah persiapan untuk kehidupan; pendidikan adalah kehidupan itu sendiri. Demikian John Dewey berpesan kepada kita.
Mata kuliah Pendidikan Lingkungan Sosial Budaya dan Teknologi yang Anda pelajari ini mencakup: (1) kondisi lingkungan sosial budaya dan teknologi dalam kehidupan masyarakat, dan (2) hubungan dan pengaruh timbal balik antara pendidikan dan kondisi sosial budaya dan teknologi itu sendiri. Kedua aspek tersebut akan menjadi materi utama yang akan dibahas dalam mata kuliah Pendidikan Lingkungan Sosial Budaya dan Teknologi.
2 Kompetensi
Setelah mengikuti kegiatan perkuliahan dalam mata kuliah Pendidikan Lingkungan Sosial Budaya dan Teknologi ini, diharapkan mahasiswa dapat memiliki kompetensi sebagai berikut:
2.1. Memahami beberapa makna pendidikan dalam kehidupan manusia
2.2. Memahami kondisi sosial budaya dan teknologi sebagai lingkungan pendidikan yang berpengaruh terhadap proses pendidikan;
2.3. Memahami berbagai teori pendidikan secara elementer;
2.4. Memahami norma-norma sosial budaya dalam masyarakat;
2.5. Memahami teknologi sebagai salah satu faset kebudayaan.
3 Tujuan Pembelajaran
3.1. Menjelaskan makna pendidikan sebagai upaya memanusiakan manusia;
3.2. Menjelaskan makna pendidikan sebagai proses kehidupan manusia;
3.3. Menyebutkan tiga teori pendidikan;
3.4. Menjelaskan tokoh, pengertian, dan implikasi dari ketiga teori pendidikan;
3.5. Menyebutkan norma-norma sosial dan nilai-nilai budaya dalam masyarakat;
3.6. Menjelaskan pengaruh norma-norma sosial dan nilai-nilai budaya dalam masyarakat terhadap proses pendidikan;
3.7. Menjelaskan teknologi sebagai faset kebudayaan.
4 Kegiatan Pembelajaran
4.1 Rincian Materi Pembelajaran
Mata kuliah ini disampaikan kepada mahasiswa dalam 12 kali pertemuan dengan rindian materi pembelajaran, termasuk dua kali pertemuan untuk Ujian Tengah Semester (UTS) dan Ujian Akhir Semester (UAS) sebagai berikut:
Pertemuan Materi pembelajaran
I Informasi Mata Kuliah
II Manusia dan Pendidikan
III Pendidikan dan Kehidupan
IV Pendidikan dan Kebudayaan
V UTS
VI Teori Pendidikan: Nativisme
VII Teori Pendidikan: Empirisme
VIII Teori Pendidikan: Konvergensi
IX Lingkungan Pendidikan
X Nilai-nilai Sosial Budaya
XI Kebudayaan dan Teknologi
XII UAS dan Tugas Mandiri
4.2 Uraian Singkat Materi Pembelajaran dan Contoh
Pertemuan I: Informasi Mata Kuliah
• Dalam pertemuan ini mahasiswa akan menerima fotokopi silabus mata kuliah, agar secara dini mahasiswa dapat mengetahui apa saja yang akan dipelajari selama satu semester.
• Mahasiswa paling tidak memiliki satu buku referensi untuk mata kuliah ini. Mahasiswa harus melaporkan tentang buku referensi apa yang dimiliki.
• Pertemuan ini seluruhnya dilakukan dengan cara dialog.
Pertemuan II: Manusia dan Pendidikan
Hakikat Manusia
• Manusia sebagai mahluk yang tertinggi derajatnya dibandingkan dengan semua mahluk ciptaan Tuhan.
• Namun manusia akan menjadi manusia seutuhnya jika ia hidup dan diasuh dengan cara manusia. Contoh: cerita Kama dan Kamala, mahluk manusia serigala.
• Manusia dapat disebut sebagai mahluk pembelajar. Dengan otaknya, manusia mengembangkan dalam menyesuaikan diri dengan perkembangan zaman. Hasil karya manusia selalu berubah dan berkembang dari zaman ke zaman. Bedakan sarang burung dan rumah manusia. Bandingkan antara tangga rumah panggung di Kalimantan dengan eskalator atau lift di gedung bertingkat di kota-kota besar.
Pertemuan III: Kehidupan dan Pendidikan
Kehidupan pada hakikatnya sebagai proses pendidikan yang sebenarnya (the true educational process). Education is not preparation for life; education is life itself. Pendidikan bukanlah persiapan untuk kehidupan; pendidikan adalah kehidupan itu sendiri. Demikian John Dewey berpesan kepada kita.
• Proses pendidikan telah membentuk manusia secara individual. Proses pendidikan pulalah yang telah membentuk manusia sebagai komunitas, atau bahkan sebagai bangsa dan negara. Kita dapat belajar dari sejarah kehidupan suatu bangsa, katakanlah bangsa Jepang, yang melatarbelakangi manusia yang bagaimana yang telah dihasilkan. Ternyata, kemajuan suatu bangsa tidak ditentukan oleh melimpahnya kekayaan alamnya, tetapi oleh kegigihan bangsa itu dalam perjuangan hidupnya.
• Manusia memang unik. Manusia yang berhasil karena tempaan kesulitan hidupnya. Tempaan hidup dapat berupa pengalaman, bahkan berupa cobaan hidup yang menderanya. Mereka yang tahan terhadap tempaan hidup ini akhirnya akan membentuk diri manusia yang sesungguhnya.
• Ada beberapa contoh bahwa kehidupan sebagai proses pendidikan. Bacalah biografi beberapa orang penting. Misalnya ”who’s who”, biografi para presiden, biografi para tokoh, biografi pada penemu, dan sebagainya. Tuliskan kembali apa yang telah Anda baca.
• Silahkan membuka lampiran 1: power point tentang refleksi dan tindakan.
Pertemuan IV: Pendidikan dan Kebudayaan
Pendidikan merupakan proses transformasi budaya. Pendidikan merupakan proses pewarisan budaya, dan sekaligus pengembangan budaya. Education enables people and societies to be what they can be. Pendidikan membuat manusia dan masyarakat menjadi apa yang mereka inginkan. Demikian Bill Richardson berpesan kepada kita.
• Untuk mewariskan budaya tersebut, proses pendidikan dilakukan melalui tiga upaya yang saling kait mengait, yaitu: (1) pembiasaan (habit formation), (2) proses pengajaran dan pembelajaran (teaching and learning process), dan (3) keteladanan (role model). Secara lebih lengkap, bacalah tulisan Fuad Hassan, mantan Mendikbud, dalam buku referensi Pendidikan Manusia Indonesia (Widiastono, 2004: 52).
• Immanuel Kant menyebutkan bahwa manusia merupakan animal educancum dan animal educandus, mahluk yang dapat dididik dan dapat mendidik. Oleh karena itu, maka sama sekali tidak benar jika ada pernyataan yang menyatakan bahwa “anak itu tidak dapat dididik”. Tidak! Proses dan metode yang digunakanlah yang kemungkan tidak tepat digunakan. Justru anak manusia akan menjadi manusia jika melalui proses pendidikan, melalui ketiga upaya tersebut.
• Manusia adalah pengemban budaya (culture bearer), dan dia akan mewariskan kebudayaannya tersebut kepada keturunannya. Proses pendidikan tidak lain merupakan proses transformasi budaya, yakni proses untuk mewariskan kebudayaan kepada generasi muda.
• Pengertian pendidikan jauh lebih luas dari pengertian pengajaran. Proses pendidikan bukan hanya sebagai pengalihan pengetahuan dan keterampilan kepada peserta didik (transfer of knowledge and skills) tetapi juga pengalihan nilai-nilai sosial dan budaya (transmission of social and culture values and norms). Untuk memperdalam pemahaman Anda tentang hal ini, cobalah buat tabel yang membedakan antara keduanya. Baca buku referensi, dan cari materi yang terkait dengan perbedaan pendidikan dan pengajaran.
Pertemuan V: UTS
Dalam pertemuan V ini, mahasiswa akan menjawab menjawab soal-soal berbentuk Benar – Salah sebagai berikut:
• Manusia adalah mahluk pembelajar (B/S)
• Manusia dapat dididik dan mendidik (B/S)
• Manusia lebih rendah derajatnya dibandingkan dengan setan, karena setan dibuat dari api, sedang manusia dibuat dari tanah (B/S)
• Pendidikan sama dengan pengajaran (B/S)
• Pengertian pengajaran jauh lebih luas dibandingkan dengan pengertian pendidikan (B/S)
• Pengajaran merupakan proses transfer of knowledge and skills (B/S)
• Pendidikan merupakan proses transmission of social and cultural values and norms (B/S)
• Education is a preparation for life; education is not a life itself. Demikian John Dewey berpesan kepada kita (B/S)
• Pendidikan antara lain dapat diupayakan melalui habit formation (B/S)
• Pendidikan dapat diupayakan melalui teaching and learning process (B/S)
• Pendidikan dapat diupayakan melalui role model (B/S)
• Pendidikan berlangsung sepanjang hayat, mulai dari buaian sampai ke liang lahat (B/S)
• Pendidikan meliputi pendidikan formal, nonformal, dan informal (B/S)
• Pendidikan formal merupakan pendidikan yang berlangsung pada lembaga pendidikan sekolah (B/S)
• Pendidikan nonformal merupakan pendidikan yang berlangsung dalam keluarga (B/S)
• Pendidikan informal merupakan pendidikan yang berlangsung dalam lembaga kursus atau yang berlangsung dalam masyarakat (B/S)
• Menurut Organization for Economic Cooperation and Development (OECD), kualitas pendidikan terbaik di dunia adalah Negara Jepang (B/S)
Pertemuan VI: Teori Pendidikan: Nativisme
Tes tertulis dalam bentuk mengisi tabel:
Bacalah kembali materi kuliah tentang teori pendidikan yang telah Anda terima. Masukkanlah pemahaman Anda terhadap materi kuliah tersebut ke dalam tabel berikut ini.
Tabel: Perbedaan Tiga Teori Pendidikan
Aspek pembeda Nativisme Emipirisme Konvergensi
Penemu, atau tokoh penganut teori pendidikan
Inti teorinya
Implikasi terhadap proses pendidikan yang diselenggarakan
Pertemuan VII: Teori Pendidikan: Empirisme
Teori empirisme berlawanan dengan teori nativisme. Jika teori nativisme berpendapat bahwa proses pendidikan amat tergantung kepada bakat dan kemampuan anak, maka teori empirisme berpendapat bahwa lingkungan anak akan sangat berpengaruh terhadap proses pendidikan anak.
• Tokoh yang mendukung teori empirisme antara lain adalah John Locke dan David Hume. Dalam hal ini, David Hume amat dikenal dengan teori tabula rasa.
• Teori ini berpendapat bahwa keberhasilan peserta didik akan ditentukan oleh lingkungan yang mempengaruhi sang anak, sejak ia lahir sampai ke liang lahat.
• Teori ini menyarankan kepada pemerintah dan masyarakat agar menyediakan lingkungan belajar yang kondusif untuk peserta didik.
• Penyadiaan fasilitas belajar yang lengkap untuk memberikan sebanyak mungkin pengalaman belajar peserta didik.
Pertemuan VIII: Teori Pendidikan: Konvergensi
Kedua teori tersebut kemudian digabungkan menjadi satu kesatuan, yang kemudian dikenal dengan teori konvergensi.
• Penggagas teori ini antara lain adalah William Stern.
• Teori ini berpendapat bahwa selain manusia itu memang telah dibekali potensi dasar berupa bakat dan kemampuan, tetapi bakat dan kemampuan itu akan dipengaruhi oleh ruang (space) dan waktu (time). Dalam hal ini, William Stern percaya bahwa sejak lahir manusia telah memiliki potensi. Jika potensi ini diibaratkan dengan bibit unggul, maka bibit unggul itu akan akan tumbuh secara optimal jika bibir itu mendapatkan tempat persemaian yang subur, dan memperoleh rawatan secara intensif.
• Teori “dasar” dan “ajar” menurut Ki Hajar Dewantara pada hakikatnya sama dengan teori konvergensi. Makna dasar tidak lain adalah bakat dan kemampuan. Sementara ajar pada hakikatnya adalah proses mempengaruhi peserta didik, baik dari lingkungan maupun proses pembelajaran dan pengajaran di lembaga pendidikan, baik pendidikan formal, nonformal, maupun informal. Proses pendidikan menurut teori ini
Pertemuan IX: Lingkungan Pendidikan
Lingkungan pendidikan dikenal juga sebagai miliu pendidikan. Dalam teori empirisme, miliu pendidikan dipercaya mempunyai pengaruh yang sangat besar terhadap keberhasilan proses pendidikan. Sementara teori nativisme menafikan pengaruh lingkungan pendidikan, karena bakat dan pembawaan peserta didik dinilai mempunyai pengaruh lebih dominan terhadap proses pendidikan. Bagaimana pun juga teori konvergensi sangat mengakui pengaruh antara keduanya, yakni bakat dan pembawaan serta pengaruh lingkungan pendidikan.
• Lingkungan pendidikan antara lain berupa: (1) keadaan alam, misalnya pinggir pantai, daerah pedalaman, pegunungan; (2) kondisi sosial ekonomi masyarakat, misanya keadaan sosial ekonomi yang rendah, mata pencaharian penduduk dalam bidang pertanian, perkebunan, industri, perdagangan, jasa, dan sebagainya.
• Lingkungan pendidikan pada hakikatnya dapat menjadi sumber pembelajaran. Teori pembelajaran konstruktivisme mengajarkan kepada kita bahwa peserta didik harus dapat membangun pemahaman sendiri tentang konsep yang diambil dari sumber-sumber pembelajaran yang berasal dari lingkungan sekitar siswa.
• Proses pendidikan seharusnya dapat menjadi agen pengembangan dan pemberdayaan masyarakat, misalnya dalam pengembangan sosial ekonomi masyarakat agar warga masyarakatnya lebih hemat, gemar menabung, memiliki jiwa demokratis, dan menghormati hak azasi manusia, cinta damai dan menjunjung nilai-nilai kebersamaan, menanamkan semangat kerja keras, semangat antikorupsi, dan masih banyak lagi yang lainnya.
Pertemuan X: Nilai-nilai Sosial Budaya
Di dunia ini terdapat negara yang maju, di samping negara yang miskin. Pertanyaan mendasar yang muncul kemudian adalah faktor apa yang menyebabkan negara itu telah berkembang menjadi negara yang maju, sementara yang lain tidak? Apakah karena faktor (1) umur negara itu, (2) sumber daya alamnya, atau (3) faktor rasnya.
Ternyata, masyarakat negara yang maju memiliki nilai-nilai sosial budaya yang dijunjung tinggi dan diamalkan dalam kehidupan sehari-hari. Nilai-nilai sosial budaya masyarakat itu adalah sebagai berikut.
• Etika, sebagai prinsip dasar dalam kehidupan sehari-hari
• Kejujuran dan integritas
• Bertanggung jawab
• Hormat pada aturan & hukum masyarakat
• Hormat pada hak orang/warga lain
• Cinta pada pekerjaan
• Berusaha keras untuk menabung & investasi
• Mau bekerja keras
• Tepat waktu
Dalam modul ini dilampirkan paparan tentang nilai-nilai sosial budaya masyarakat yang pada umumnya telah diamalkan oleh sebagian besar masyarakat.
Pertemuan XI: Kebudayaan dan Teknologi
Menurut Koentjaraningrat, teknologi merupakan salah satu faset dari 7 (tujuh) faset kebudayaan. Dalam pertemuan ini akan dibicarakan tentang pengertian, wujud, dan faset kebudayaan.
• Budaya atau kebudayaan berasal dari Bahasa Sansekerta yaitu buddhayah, yang merupakan bentuk jamak dari buddhi (budi atau akal) yang diartikan sebagai hal-hal yang berkaitan atau dihasilkan dari budi dan akal manusia. Dalam bahasa Inggris, kebudayaan disebut culture, yang berasal dari kata Bahasa Latin colere, yang artinya mengolah atau mengerjakan. Dalam hal ini kebudayaan diartikan sebagai usaha mengolah tanah atau bertani. Culture sering diterjemahkan dengan "kultur" dalam bahasa Indonesia (www.id.wikipedia.org). Misalnya monokultur artinya pertanian dengan satu macam jenis tanaman. Sebaliknya, polikultur artinya pertanian dengan beberapa macam tanaman,
• Para ahli antropologi telah melahirkan beberapa definisi kebudayaan, antara lain sebagai berikut:
E. B. Tylor (1871) mendefinisikan kebudayaan sebagai “that complex whole which includes knowledge, belief, art, morals, law, custom, and any other capabilities and habits acquired by man as a member of society” atau kebudayaan merupakan satu keseluruhan yang kompleks, termasuk di dalamnya pengetahuan, kepercayaan, seni, moral, hokum, kebiasaan, dan banyak kemampuan lain dan kebiasaan yang dimiliki manusia sebagai warga masyarakat.
E Adamson Hoebel, dalam bukunya An Anthropology: The Study of Man, menyatakan bahwa:
“The integrated system of learned behavior pattern which are characteristic of the members of a society and which are not the result of biological inheritance ….culture is not noninstinctive … [culture] is wholly the result of social invention and is transmitted and maintatined solely through community communication and learning”.
Upacara kedewasaan dari suku WaYao di Malawi, Afrika
Sumber: www.id.wikpedia.org
Kebudayaan sangat erat kaitanyya dengan masyarakat (society). Kebudayaan adalah produk dari masyarakat. Masyarakat telah melahirkan kebudayaannya sendiri, yang unik, yang berbeda dari kebudayaan yang telah dihasilkan kelompok masyarakat lain. Melville J. Herskovits dan Bronislaw Malinowski mengemukakan bahwa segala sesuatu yang terdapat dalam masyarakat ditentukan oleh kebudayaan yang dimiliki oleh masyarakat itu sendiri. Herskovits memandang kebudayaan sebagai sesuatu yang turun temurun yang telah dilahirkan dari satu generasi ke generasi berikutnya.
Sedang Andreas Eppink menjelaskan bahwa kebudayaan mengandung keseluruhan pengertian, yang meliputi tata nilai, norma, ilmu pengetahuan serta keseluruhan struktur-struktur sosial, religius, dan lain-lain, yang merupakan keseluruhan kristaliasasi intelektual dan artistik yang menjadi ciri khas utama suatu masyarakat (www.id.wipedia.org).
Selo Soemardjan dan Soelaiman Soemardi, kebudayaan merupakan hasil cipta, rasa, dan karsa masyarakat. Dari berbagai definisi tersebut, dapat diperoleh pengertian mengenai kebudayaan yaitu sistem pengetahuan yang meliputi sistem ide atau gagasan yang terdapat dalam pikiran manusia, sehingga dalam kehidupan sehari-hari, kebudayaan itu bersifat abstrak. Sedangkan perwujudan kebudayaan adalah benda-benda yang diciptakan oleh manusia sebagai makhluk yang berbudaya, berupa perilaku dan benda-benda yang bersifat nyata, misalnya pola-pola perilaku, bahasa, peralatan hidup, organisasi sosial, religi, seni, dan lain-lain, yang kesemuanya ditujukan untuk membantu manusia dalam melangsungkan kehidupan bermasyarakat. Dengan demikian, setiap masyarakat akan melahirkan satu ciri kebudayaan yang unik, yang berbeda dengan kebudayaan yang lahir dari masyarakat di daerh yang lain. Keunikan tersebut menjadi karakteristik kebudayaan tertentu, dan menjadi esensi pembeda dengan kebudayaan lannya
• Ada beberapa pendapat ahli yang mengemukakan mengenai komponen atau unsur kebudayaan, antara lain sebagai berikut:
Melville J. Herskovits menyebutkan kebudayaan memiliki 4 unsur pokok, yaitu: (1) alat-alat teknologi, (2) sistem ekonomi, (3) keluarga, dan (4) kekuasaan politik.
Bronislaw Malinowski mengatakan ada 4 unsur pokok yang meliputi: (1) sistem norma yang memungkinkan kerja sama antara para anggota masyarakat untuk menyesuaikan diri dengan alam sekelilingnya, (2) organisasi ekonomi, (3) alat-alat dan lembaga-lembaga atau petugas-petugas untuk pendidikan (keluarga adalah lembaga pendidikan utama), dan (4) organisasi kekuatan (politik).
Sementara Koentjoroningrat menyebutkan adanya 7 (tujuh) unsur kebudayaan, atau yang disebut sebagai faset-faset kebudayaan atau “mata bajak” kebudayaan, yakni: (1) sistem kepercayaan, (2) sistem kekerabatan dan organisasi sosial, (3) sistem mata pencarian hidup, (4) bahasa, (5) sistem ilmu pengetahuan, (4) kesenian, dan (7) peralatan dan perlengkapan hidup (teknologi)
Pertemuan XII: UAS dan Tugas Mandiri
Tugas Mandiri:
• Berikan komentar singkat terhadap beberapa quotations berikut:
1. Education is seen as a way to empower people, improve their quality of life and increase their capacity to participate in the decision-making processes leading to social, cultural and economic policies (UNESCO)
2. Education is too important to be left only to government (US Secretary of Education)
3. Education should allow children to reach their fullest potential in terms of cognitive, emotional and creative capacities (EFA Global Monitoring Report 2005, hal 30)
• Cari dari internet atau dari buku yang Anda baca, miminal lima quotations tentang pendidikan dan kehidupan manusia dan kemudian tulis komentar Anda minimal dalam satu halaman kertas berukuran A4.
• Tulis sebuah artikel pendidikan bertajuk bebas berupa karangan sendiri, dengan tema yang sesuai dengan materi mata kuliah ini.
• Carilah artikel tentang pendidikan dari www.google.com, minimal tiga artikel, berilah komentar masing-masing setengah halaman ukuran A4.
• Lakukan wawancara kecil dengan seorang guru. Tanyakan kesan dan pesan guru kepada Anda. Tulislah minimal dalam 1 (satu) halaman A4.
• Buatlah kliping tentang artikel dari surat kabar, minimal 2 (dua) artikel, dan komentari dalam satu halaman.
Pilihlah salah satu dari beberapa alternatif tugas tersebut. Nilai tugas mandiri ini mempunyai bobot 1, dan akan digabung nilai-nilai dari tes formatif (bobot 2) dan nilai UAS (bobot 3) untuk menentukan nilai akhir semester Anda. Lakukan tugas tersebut dengan penuh tanggung jawab.
4.3 Tes Formatif Untuk Masing-masing Pertemuan
Tes Formatif Pertemuan II (pertemuan pertama hanya penjelasan singkat tentang materi mata kuliah).
Tes formatif dalam bentuk esai.
1. Manusia sebagai mahluk yang tertinggi derajatnya. Jelaskan dengan beberapa contoh yang membuktikan pernyataan tersebut.
2. Jelaskan perbedaan manusia dengan binatang!
3. Dapatkah binatang itu dididik? Jelaskan pendapat Anda.
4. Apa yang dapat dipetik dari cerita Kama dan Kamala.
5. Apa yang dimaksud manusia disebut sebagai mahluk pembelajar!
Tes Formatif Pertemuan III
Tes tertulis dalam bentuk esai.
1. Education is not preparation for life; education is life itself. Pendidikan bukanlah persiapan untuk kehidupan; pendidikan adalah kehidupan itu sendiri. Jelaskan pendapat John Dewey tersebut sehingga menjadi lebih jelas!.
2. Faktor apakah sebenarnya yang menyebabkan suatu negara menjadi negara yang maju? Jelaskan dengan contoh sebagai argumentasi.
3. Sebutkan minimal lima nilai-nilai luhus sosial budaya yang harus dimiliki masyarakat agar negara kita termasuk negara yang maju. Jelaskan nilai-nilai sosial budaya tersebut!
4. Manusia sebagai mahluk yang unik. Jelaskan!
5. Cobalah ceritakan secara singkat biografi seorang tokoh yang Anda pandang dapat menjadi sumber inspirasi dalam kehidupan Anda.
Tes Formatif Pertemuan IV
Tes tertulis dalam bentuk esai.
1. Education enables people and societies to be what they can be. Pendidikan membuat manusia dan masyarakat menjadi apa yang mereka inginkan. Jelaskan pendapat Bill Richardson dalam kalimat Anda sendiri!
2. Sebutkan tiga upaya dalam proses pendidikan! Jelaskan.
3. Manusia merupakan animal educancum. Apa maksud pernyataan tersebut? Apakah bedanya dengan manusia merupakan animal educandus. Jelaskan perbedaan tersebut!
4. Manusia adalah pengemban budaya (culture bearer) dan sekaligus sebagai pewaris kebudayaan. Jelaskan, dan beri contoh!
5. Bedakan pengertian pendidikan dengan pengajaran secara singkat, dan beri contoh.
Tes Formatif Pertemuan VI (Pertemuan V: UTS)
Isilah tabel berikut untuk membedakan secara sekilas tentang tiga teori pendidikan.
Aspek pembeda Nativisme Emipirisme Konvergensi
Penemu, atau tokoh penganut teori pendidikan
Inti teorinya
Implikasi terhadap proses pendidikan yang diselenggarakan
Tes Formatif Pertemuan VII
Tes tertulis dalam bentuk esai.
1. Dari tiga teori pendidikan, teori yang manakah yang Anda paling sesuai dengan kenyataan hidup? Jelaskan!
2. Lifelong education. Apakah maksudnya? Jelaskan!
3. Penyediaan fasilitas belajar yang lengkap untuk memberikan sebanyak mungkin pengalaman belajar peserta didik. Berlandaskan teori yang manakah kebijakan pendidikan tersebut?
4. Keluarga adalah sebagai ”madrasatul ula”. Apakah maksudnya? Benarkah demikian? Jelaskan alasan Anda.
5. Education for all (EFA). Apakah maksudnya? Jelaskan
Tes Formatif Pertemuan VIII
Tes tertulis dalam bentuk esai
1. Ki Hajar Dewantara berpendapat bahwa pendidikan itu merupakan perpaduan antara ”dasar” dan ”ajar”. Jelaskan dengan kalimat Anda sendiri!
2. Peran utama pendidikan adalah menemukan potensi dasar peserta didik untuk kemudian dikembangkan melalui proses pendidikan. Jelaskan!
3. Bacalah lampiran 1. Berilah tanggapan terhadap artikel tersebut sesuai dengan pendapat Anda!
4. Reading habit dalam masyarakat kita masih rendah. Benarkah itu. Apa yang menjadi faktor penyebabnya?
5. Keluarga adalah pendidikan pertama dan utama. Jelaskan pendapat tersebut!
Tes Formatif Pertemuan IX
Tes tertulis dalam bentuk esai.
1. Miliu atau lingkungan pendidikan sangat berpengaruh terhadap keberhasilan pendidikan. Teori pendidikan yang manakah yang berpendapat demikian?
2. Sebutkan dua macam lingkungan yang berpengaruh kepada pendidikan. Jelaskan dan sebutkan contohnya.
3. Ada satu keluarga yang mengalami masalah broken home. Apakah faktor tersebut dapat berpengaruh kepada pendidikan anak? Jelaskan dan berikan contoh konkrit yang Anda temukan dalam kehidupan sehari-hari.
4. Lingkungan pendidikan pada hakikatnya dapat menjadi sumber pembelajaran. Jelaskan dan berikan contohnya.
5. Proses pendidikan seharusnya dapat menjadi agen pengembangan dan pemberdayaan masyarakat. Jelaskan dan berikan contohnya dalam kehidupan sehari-hari.
Tes Formatif Pertemuan X
Tes tertulis dalam bentuk esai.
1. Faktor kunci apakah yang paling berpengaruh terhadap maju mundurnya suatu negara? Jelaskan!
2. Sebutkan 9 (sembilan) nilai-nilai dasar sosial budaya yang dinilai sebagai kunci kemajuan suatu negara! Jelaskan masing-masing secara singkat.
3. Negara kita termasuk dalam kategori negara terkorup di dunia. Bagaimana pendapat Anda. Apakah pendidikan mempunyai andil sebagai salah satu faktor penyebabnya? Kalau ya, jelaskan.
4. Sebutkan dampak positif dan negatif penggunaan teknologi di dalam masyarakat!
5. Ekonomi dan teknologi dinilai telah mempunyai dampak negatif terhadap pendidikan dalam keluarga. Benarkah? Kalau benar berikan contohnya.
Tes Formatif Pertemuan XI
Tes tertulis dalam bentuk esai.
1. Jelaskan pengertian kebudayaan secara etimologis (asal usul kata)!
2. Jelaskan salah satu definisi kebudayaan yang Anda ketahui!
3. Sebutkan 7 (tujuh) faset kebudayaan menurut Koentjaraningrat dan jelaskan secara singkat masing-masing faset tersebut.
4. Teknologi merupakan faset kebudayaan yang paling mudah mengalami perubahan dalam masyarakat. Jelaskan dan berikan contohnya.
5. Otak manusia terkait erat dengan kebudayaan! Jelaskan hubungan antara keduanya!
Tes UAS (Pertemuan XII)
Tes tertulis dalam bentuk Benas Salah
1. Seperti manusia, binatang dapat dididik (B/S).
2. Biografi seorang tokoh dapat menjadi pembelajaran bagi kehidupan kita (B/S).
3. Cerita Kama dan Kamala menunjukkan bahwa untuk menjadi manusia seutuhnya manusia harus dididik oleh manusia dan dengan cara manusia (B/S).
4. Dari teori nativisme dan teori konvergensi lahirlah teori empirisme (B/S).
5. Education enables people and societies to be what they can be. Pendidikan membuat manusia dan masyarakat menjadi apa yang mereka inginkan. Demikian pendapat Bill Richardson (B/S).
6. Education for all (EFA) artinya pendidikan untuk semua anak usia sekolah (B/S).
7. Education is a preparation for life; education is not a life itself. Demikian John Dewey berpesan kepada kita (B/S)
8. Faset kebudayaan yang paling mudah diubah adalah teknologi (B/S)
9. Kebudayaan merupakan hasil cipta, rasa, dan karsa manusia (B/S).
10. Keluarga adalah sebagai ”madrasatul ula” (B/S).
11. Keluarga broken home dapat menjadi miliu pendidikan yang negatif terhadap pendidikan anak. Demikian implikasi dari teori empirisme (B/S).
12. Kerja keras dan menghargai waktu merupakan beberapa nilai sosial budaya masyarakat yang maju (B/S).
13. Korupsi menjadi musuh besar pembangunan suatu negara (B/S).
14. Lingkungan pendidikan pada hakikatnya dapat menjadi sumber pembelajaran (B/S)
15. Manusia adalah mahluk pembelajar (B/S)
16. Manusia adalah pengemban budaya (culture bearer) dan sekaligus sebagai pewaris kebudayaan (B/S)
17. Manusia dapat dididik dan dilatih. Binatang dapat dilatih saja (B/S).
18. Manusia dapat dididik dan mendidik (B/S)
19. Manusia lebih rendah derajatnya dibandingkan dengan setan, karena setan dibuat dari api, sedang manusia dibuat dari tanah (B/S)
20. Manusia merupakan animal educancum dan animal educandus (B/S).
21. Manusia sebagai mahluk pembelajar (B/S)
22. Manusia sebagai mahluk yang tertinggi derajatnya (B/S).
23. Manusia sebagai mahluk yang unik. Meski kembar sekalipun keduanya pasti akan berbeda (B/S)
24. Menurut Organization for Economic Cooperation and Development (OECD), kualitas pendidikan terbaik di dunia adalah Negara Jepang (B/S)
25. Miliu atau lingkungan pendidikan sangat berpengaruh terhadap keberhasilan pendidikan. Itulah inti teori nativisme (B/S).
26. Nilai sosial budaya masyarakat di negara yang maju pada umumnya tidak tepat waktu (B/S)
27. Nilai-nilai sosial budaya dan pendidikan menjadi faktor kunci apakah yang paling berpengaruh terhadap maju mundurnya suatu negara (B/S).
28. Pendidikan antara lain dapat diupayakan melalui habit formation (B/S)
29. Pendidikan berlangsung pada usia sekolah (B/S).
30. Pendidikan berlangsung sepanjang hayat, mulai dari buaian sampai ke liang lahat (B/S)
31. Pendidikan dapat diupayakan melalui role model (B/S)
32. Pendidikan dapat diupayakan melalui teaching and learning process (B/S)
33. Pendidikan formal merupakan pendidikan yang berlangsung pada lembaga pendidikan sekolah (B/S)
34. Pendidikan informal merupakan pendidikan yang berlangsung dalam lembaga kursus atau yang berlangsung dalam masyarakat (B/S)
35. Pendidikan meliputi pendidikan formal, nonformal, dan informal (B/S)
36. Pendidikan merupakan proses transmission of social and cultural values and norms (B/S)
37. Pendidikan merupakan transmisi budaya dalam masyarakat (B/S).
38. Pendidikan nonformal merupakan pendidikan yang berlangsung dalam keluarga (B/S)
39. Pendidikan sama dengan pengajaran (B/S)
40. Pengajaran merupakan proses transfer of knowledge and skills (B/S)
41. Pengertian pengajaran jauh lebih luas dari pengertian pendidikan (B/S).
42. Pengertian pengajaran jauh lebih luas dibandingkan dengan pengertian pendidikan (B/S).
43. Penyediaan fasilitas belajar yang lengkap untuk memberikan sebanyak mungkin pengalaman belajar peserta didik merupakan kebijakan pendidikan yang dilandasi oleh teori nativisme (B/S).
44. Peran utama pendidikan adalah menemukan potensi dasar peserta didik untuk kemudian dikembangkan melalui proses pendidikan (B/S).
45. Potensi otak manusia terkait erat dengan kelahiran kebudayaan dari suatu masyarakat (B/S).
46. Proses pendidikan dilaksanakan melalui upaya habit formation, teaching and learning process, dan role model (B/S).
47. Proses pendidikan seharusnya dapat menjadi agen pengembangan dan pemberdayaan masyarakat (B/S).
48. Reading habit sebagian besar masyarakat Indonesia masih rendah dibandingkan dengan masyarakat Jepang (B/S).
49. Sistem kepercayaan masyarakat merupakan faset kebudayaan yang paling sulit diubah (B/S).
50. Teori ”dasar” dan ”ajar” dari bapak pendidikan nasional Ki Hajar Dewantara sebenarnya sama dengan teori nativisme (B/S).
4.4 Umpan Balik
1. Tugas mandiri dan tes yang akan dinilai adalah: (A) tugas mandiri, (B) tes formatif, (C) UTS (ujian tengah semester), dan (D) UAS (ujian akhir semester).
2. Bobot A = 1, B = 2, C = 3, dan D = 4
3. Nilai Akhir Semester adalah (AX1) + (BX2) + (CX3) + (DX4) : 4.
4. Dengan skala 4, nilai tersebut dapat dipadankan sebagai berikut:
Baik Sekali = 80 – 100
Baik = 70 – 79
Sedang = 60 – 69
Kurang = < 60
5 Referensi
Abdul Latif. 2007. Pendidikan Berbasis Nilai Kemasyarakatan. Bandung: Refika Aditama.
Nurani Soyomukti. Pendidikan Berperspektif Globalisasi. Jogjakarta: Ar-Ruzz Media.
Suparlan. 2004. Mencerdaskan Kehidupan Bangsa, dari Konsepsi Ke Implentasi. Yogyakarta: Hikayat Publishing
Suparlan. 2005. Menjadi Guru Efektif. Yogyakarta: Hikayat Publishing.
Widiastono, Tonny D. Pendidikan Manusia Indonesia. Jakarta: Penerbit Buku Kompas.
6 Lampiran
6.1. Lampiran 1: Artikel Pilihan
PENDIDIKAN TERBAIK DI DUNIA
Oleh : Andri Aji Saputro
Sumber: cefb@yahoogroup.com
Tahukah Anda negara mana yang kualitas pendidikannya menduduki peringkat pertama di dunia? Kalau Anda tidak tahu tidak mengapa, karena memang banyak orang yang tidak tahu bahwa peringkat pertama kualitas pendidikan adalah Finlandia.
Kualitas pendidikan di negara dengan ibukota Helsinki, dimana perjanjian damai dengan GAM dirundingkan, ini memang begitu luar biasa sehingga membuat iri semua guru di seluruh dunia.
Peringkat pertama dunia ini diperoleh Finlandia berdasarkan hasil survey internasional yang komprehensif pada tahun 2003 oleh Organization for Economic Cooperation and Development (OECD). Tes tersebut dikenal dengan nama PISA mengukur kemampuan siswa di bidang Sains, Membaca, dan juga Matematika. Hebatnya, Finlandia bukan hanya unggul secara akademis tapi juga menunjukkan unggul dalam pendidikan anak-anak lemah mental. Ringkasnya, Finlandia berhasil membuat semua siswanya cerdas.
Lantas apa kuncinya sehingga Finlandia menjadi top momor 1 dunia? Dalam masalah
anggaran pendidikan Finlandia memang sedikit lebih tinggi dibandingkan rata-rata negara di Eropa tapi masih kalah dengan beberapa negara lainnya.
Finlandia tidaklah mengenjot siswanya dengan menambah jam-jam belajar, memberi beban PR tambahan, menerapkan disiplin tentara, atau memborbardir siswa dengan berbagai tes. Sebaliknya, siswa di Finlandia mulai sekolah pada usia yang agak lambat dibandingkan dengan negara-negara lain, yaitu pada usia 7 tahun, dan jam sekolah mereka justru lebih sedikit, yaitu hanya 30 jam perminggu. Bandingkan dengan Korea, ranking kedua setelah Finnlandia, yang siswanya menghabiskan 50 jam perminggu.
Lalu apa dong kuncinya? Ternyata kuncinya memang terletak pada kualitas gurunya. Guru-guru Finlandia boleh dikata adalah guru-guru dengan kualitas terbaik dengan pelatihan terbaik pula. Profesi guru sendiri adalah profesi yang sangat dihargai, meski gaji mereka tidaklah terlalu fantastis. Lulusan sekolah menengah terbaik biasanya justru mendaftar untuk dapat masuk di sekolah-sekolah pendidikan dan hanya 1 dari 7 pelamar yang bisa diterima, lebih ketat persaingainnya ketimbang masuk ke fakultas bergengsi
lainnya seperti fakultas hukum dan kedokteran!
Bandingkan dengan Indonesia yang guru-gurunya dipasok oleh siswa dengan kualitas seadanya dan dididik oleh perguruan tinggi dengan kualitas seadanya pula. Dengan kualitas mahasiswa yang baik dan pendidikan dan pelatihan guru yang berkualitas tinggi tak salah jika kemudian mereka dapat menjadi guru-guru dengan kualitas yang tinggi pula.
Dengan kompetensi tersebut mereka bebas untuk menggunakan metode kelas apapun yang mereka suka, dengan kurikulum yang mereka rancang sendiri, dan buku teks yang mereka pilih sendiri. Jika negara-negara lain percaya bahwa ujian dan evaluasi bagi siswa merupakan bagian yang sangat penting bagi kualitas pendidikan, mereka justru percaya bahwa ujian dan testing itulah yang menghancurkan tujuan belajar siswa. Terlalu banyak
testing membuat kita cenderung mengajar siswa untuk lolos ujian, ungkap seorang guru di
Finlandia. Padahal banyak aspek dalam pendidikan yang tidak bisa diukur dengan ujian. Pada usia 18 th siswa mengambil ujian untuk mengetahui kualifikasi mereka di perguruan tinggi dan dua pertiga lulusan melanjutkan ke perguruan tinggi.
Siswa diajar untuk mengevaluasi dirinya sendiri, bahkan sejak Pra-TK! Ini membantu siswa belajar bertanggungjawab atas pekerjaan mereka sendiri, kata Sundstrom, kepala sekolah di SD Poikkilaakso, Finlandia. Dan kalau mereka bertanggungjawab mereka akan bekeja lebih bebas. Guru tidak harus selalu mengontrol mereka.
Siswa didorong untuk bekerja secara independen dengan berusaha mencari sendiri informasi yang mereka butuhkan. Siswa belajar lebih banyak jika mereka mencari sendiri informasi yang mereka butuhkan. Kita tidak belajar apa-apa kalau kita tinggal menuliskan apa yang dikatakan oleh guru. Di sini guru tidak mengajar dengan metode ceramah, Kata Tuomas Siltala, salah seorang siswa sekolah menengah. Suasana sekolah sangat santai dan fleksibel. Terlalu banyak komando hanya akan menghasilkan rasa tertekan dan belajar menjadi tidak menyenangkan, sambungnya.
Siswa yang lambat mendapat dukungan yang intensif. Hal ini juga yang membuat Finlandia sukses. Berdasarkan penemuan PISA, sekolah-sekolah di Finlandia sangat kecil perbedaan antara siswa yang berprestasi baik dan yang buruk dan merupakan yang terbaik menurut OECD.
Remedial tidaklah dianggap sebagai tanda kegagalan tapi sebagai kesempatan untuk memperbaiki. Seorang guru yang bertugas menangani masalah belajar dan perilaku siswa membuat program individual bagi setiap siswa dengan penekanan tujuan-tujuan yang harus dicapai, umpamanya: pertama, masuk kelas; kemudian datang tepat waktu; berikutnya, bawa buku, dan sebagainya. Kalau mendapat PR siswa bahkan tidak perlu untuk menjawab dengan benar, yang penting mereka berusaha.
Para guru sangat menghindari kritik terhadap pekerjaan siswa mereka. Menurut mereka, jika kita mengatakan "Kamu salah" pada siswa, maka hal tersebut akan membuat siswa malu. Dan jika mereka malu maka ini akan menghambat mereka dalam belajar. Setiap siswa diperbolehkan melakukan kesalahan. Mereka hanya diminta membandingkan hasil mereka dengan nilai sebelumnya, dan tidak dengan siswa lainnya. Jadi tidak ada sistem ranking-rankingan. Setiap siswa diharapkan agar bangga terhadap dirinya masing-masing.
Ranking-rankingan hanya membuat guru memfokuskan diri pada segelintir siswa tertentu yang dianggap terbaik di kelasnya. Kehebatan sistem pendidikan di Finlandia adalah gabungan antara kompetensi guru yang tinggi, kesabaran, toleransi dan komitmen pada keberhasilan melalui tanggung jawab pribadi. Kalau saya gagal dalam mengajar seorang siswa, kata seorang guru, maka itu berarti ada yang tidak beres dengan pengajaran saya! Benar-benar ucapan guru yang sangat bertanggungjawab.
6.2. Lampiran 2: Power Point
Tidak ada komentar:
Posting Komentar