Rabu, 18 Agustus 2010

Senangnya Sekolah

KELAS KITA

“Selamat pagi, anak-anak,” kata Pak Guru di senin pagi.

“Selamat pagi, Pak,” jawab para murid.

“Bagaimana liburan kalian?” tanyanya.

“Sangat baik, Pak. Kami melempar banyak bola salju dan membuat boneka salju!”

“Jadi, kalian menikmati turunnya salju selama akhir pekan, ya” dia tersenyum pada anak-anak.

“Iya, Pak Guru, kami bersenang-senang,” mereka menjawab.

Pak Guru melihat ke sekeliling kelas dan mengernyitkan kening. “Bapak lihat ada dua orang murid yang tidak datang ke sekolah hari ini.”

“Benar, Salim dan Aisya tidak hadir hari ini.”

“Kalian tahu mengapa?”

“Mereka ada di rumah, Pak,” kata anak-anak. “Mereka pasti sedang sakit.”

“Itu artinya mereka pasti bermain di salju terlalu lama,” kata Pak Guru.

“Kami bermain di salju juga; akankah kami jatuh sakit, pak guru?” tanya anak-anak, waspada.

“Jika kalian tidak berhati-hati dan berada di luar bersama salju terlalu lama, kalian mungkin akan sakit.”

“Mengapa salju membuat orang sakit? Kami senang saat salju turun. Dan kami senang bermain di salju.”

Pak Guru menjelaskan: “Penyebab orang sakit adalah masuknya kuman ke dalam tubuh mereka. Seperti kalian ketahui, kuman adalah organisme yang tidak terlihat. Kuman masuk ke dalam tubuh kita dan mencoba membuat kerusakan. Bila kita tidak hati-hati akan kebersihan kita, dan makan tanpa mencuci tangan, kuman dapat masuk ke dalam tubuh kita dan menetap di dalamnya.”

“Apakah kita langsung sakit begitu kuma masuk ke dalam tubuh kita, Pak?” murid-murid ingin tahu.

“Tidak,” jawabnya. “Kita tidak selalu sakit. Saat Allah menciptakan kita, Dia memberikan tubuh kita sistem kekebalan yang menakjubkan untuk melawan kuman. Kita tidak menyadarinya, namun unsur sistem kekebalan ini melindungi tubuh kita layaknya sebuah pasukan. Setiap unsur dari sistem kekebalan yang sangat rumit ini melakukan tugasnya dengan sempurna.”

“Jadi, Pak, kenapa kita jatuh sakit? Apakah karena sistem kekebalan kita tidak melakukan tugasnya?”

“Tidak, pada orang yang normal, sistem kekebalan senantiasa bekerja. Tanpa pengetahuan kita, sistem kekebalan kita terlibat dalam peperangan besar melawan kuman. Pertama-tama, sistem kekebalan mencoba untuk mencegah kuman masuk dan tinggal di tubuh kita. Jika kuman berhasil masuk ke dalam tubuh kita, sistem kekebalan akan menghancurkannya dengan segera.”

“Jadi kenapa kita jatuh sakit?” mereka masih ingin tahu.

“Kalau kita berada di luar dalam keadaan dingin terlalu lama,” dia menjelaskan, “Dan jika kita tidak hati-hati saat kita makan, tubuh kita kehilangan kekuatan. Saat ini terjadi, sistem kekebalan kita menjadi lemah juga. Kuman yang belum dihancurkan berkembang biak dan menyebar dengan cepat ke seluruh tubuh kita.”

“Jadi, saat ini terjadi, apakah kuman mengambil alih seluruh tubuh kita?” mereka bertanya.

“Tidak.” dia melanjutkan. “Pada saat itu, sistem kekebalan kita memulai peperangan yang bahkan lebih besar lagi melawan kuman. Karena perang besar yang terjadi dalam tubuh kita ini, kita mengalami demam, kita merasa kehilangan daya dan persendian kita mulai sakit.”

Para murid mengangguk. “Ya. Saat itu terjadi, kita harus berbaring di tempat tidur.”

“Tentu saja, saat itu terjadi, hal terbaik yang dapat kita lakukan adalah beristiraha. Kalau kita dapat istirahat yang banyak dan minum obat pada waktu yang bersamaan, dan kalau kita memakan semua makanan kita, sistem kekebalan kita akan bertambah kuat dan membantu kita. Jadi, pada waktu singkat sistem kekebalan akan mengalahkan kuman dan melempar mereka keluar dari tubuh kita. Dengan cara ini, kita menjadi sehat kembali.”

“Sekarang kami mengerti mengapa kami sakit,” murid-murid berkata padanya. “Mulai saat ini, kami akan sangat berhati-hati.”

“Benar” Pak Guru berkata: “Allah memberikan kita nikmat yang sangat besar saat Dia menciptakan tubuh kita dan dengan sistem pertahanan semacam itu di dalamnya. Kita harus sangat berterima kasih kepada-Nya atas itu, dan menjaga diri kita sendiri agar kita tidak kehilangan kesehatan yang Dia berikan kepada kita.”

Sumber:

Harun Yahya

Tidak ada komentar:

Posting Komentar